Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI I

KELOMPOK 1
Selviana S. Rihi
Syarifah Penu Wuri
Tiykke M. D. S. Nahak
Tri Sari D.Tunglau
Ventri M.E. Faot
Warda Sophia Mau
Yani Amelia Mone
Yohana D.B. Hurint
Yuliana Rizkiani Laka
Yuanti M. Bulla
Yulianti Estivan Harry
Yumita Karanggulimu
Yunniati Ide Riwu
Peatry S. Dengga

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena atas berkat dan
rahmat serta penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Instrumentasi ini
dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.

Laporan ini berisikan tentang rangkuman alat-alat yang digunakan dalam


laboratorium mulai dari fungsi, prinsip, prosedur sampai k3 dalam penggunaan alat-alat
tersebut yang tentunya dapat menjadi referensi bagi pembaca dalam menambah wawasan.

kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat didalam laporan ini
sehingga kritik, saran dan masukkan dari pembaca kiranya dapat menyempurnakan laporan
ini.

Kupang,...................

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I. Pendahuluan .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan .......................................................................................................... 1

1.3. Manfaat ........................................................................................................ 1

BAB II. Pembahasan .................................................................................................. 2

BAB III. Penutup ....................................................................................................... 44

3.1 kesimpulan .................................................................................................... 38

3.2 saran .............................................................................................................. 38

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 39

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan Instrumentasi adalah salah satu cara berlaboratorium yang baik
(Good Laboratory Practises) yang harus diketahui dan dilakukan dengan baik dan
benar agar instrumentasi yang tersedia dapat digunakan untuk analisis secara teliti,
peka dan tahan lama.
Prinsip kerja dan fungsi alat-alat laboratorium harus diketahui mahasiswa agar
tidak terjadi kesalahan saat pemakaian alat-alat laboratorium. Selain itu keselamatan
dari alat-alat tersebut harus diperhatikan agar terjaga kualitasnya. Maka dari itu alat-
alat laboratorium di bagi menjadi 2 yaitu alat-alat ringan dan alat-alat berat. Alat
ringan biasanya terbuat dari kayu,gelas, plastik, dan karet. Sebagian besar alat-alat
laboratorium terbuat dari gelas. Alat berat biasanya terbuat dari besi atau tembaga.
Alat gelas yang digunakan di laboratorium biasanya terbuat dari gelas
boroksilikat. Gelas ini terbuat dari kuarsa / silikat oksida berkualitas tinggi, boron
silikat, boron oksida, aluminium oksida dan natrium oksida. Gelas jenis ini mencair
pada suhu agak tinggi dan mempunyai angka mulai yang kecil,oleh karena itu bisa
dipanaskan pada suhu tinggi dan dapat direndam di air dingin atau es tanpa terjadi
keretakan atau pecah. Selain itu gelas boroksilikat tidak bereaksi dengan bahan kimia
sehingga cocok digunakan sebagai alat gelas laboratorium. Di dalam perdagangan
jenis gelas ini dikenal dengan berbagai merek, seperti :
pyrex,yena,duran,vycor,schott,assistant dan sebagainya.
1.2 Tujuan
1) Mengetahui fungsi alat laboratorium yang digunakan
2) Memahami prinsip kerja alat laboratorium yang digunakan
3) Memahami Keselamatan alat laboratorium yang digunakan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari membuat laporan akhir instrumen ini, agar kita dapat
mengetahui fungsi dan prosedur penggunaan masing-masing alat yang akan
digunakan pada waktu kita berada di Laboratorium.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Beaker Glass
Prinsip Kerja: Wadah larutan, skala pada badan gelas digunakan
untuk mengukur larutan secara tidak teliti.
Fungsi:
1) Sebagai tempat melarutkan zat
2) Sebagai wadah pemanasan
3) Sebagai wadah untuk menguapkan larutan
Prosedur Kerja:
1) Masukan bahan yang akan dilarutkan
2) Masukan aquades
3) Lalu aduk secara perlahan hingga semuanya tercampur rata
K3:
1) Menggunakan lap halus saat mengangkat beaker gelas dari kompor listrik.
2) Merendam beaker gelas dalam aquadest atau air saat menuangkan larutan asam
dengan konsentrasi tinggi.

2. Gelas Ukur
Prinsip Kerja: Mengukur cairan secara tidak teliti dan tidak masuk
dalam perhitungan.
Fungsi:
1) Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu.
2) Untuk merendam pipet tetes.
Prosedur Kerja: Gelas ukur dipegang dengan tangan dan ibu jari menuju batas volume
yang di kehendaki. Gelas ukur diangkat sehingga batas volume setinggi mata dan cairan
dituangkan sampai batas volume.
K3: perhatikan saat menuangkan larutan, jangan sampai larutannya mengalir pada tepi
gelas ukur.

2
3. Labu Ukur
Prinsip Kerja: : Labu ukur memiliki ketelitian tinggi sehingga sering
digunakan untuk mengukur larutan secara teliti.
Fungsi : Untuk membuat larutan dengan volume yang tepat teliti dan
memngenencerkan larutan secara teliti..

Prosedur Kerja:
1) Letakkan erlenmeyer di atas meja
2) Lalu masukan bahan yang akan di larutkan dengan aquadest dengan cara diaduk
menggunakan batang pengaduk atau di goyangkan secara perlahan-lahan ke kanan
dan ke kiri.
K3: Menggunakan lap halus saat mengangkat Erlenmeyer dari kompor listrik.

4. Erlenmeyer
Prinsip Kerja : labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan untuk
pencampuran reaksi dengan pengocokkan kuat sedangkan labu
erlenmeyer tanpa tutup asah biasanya digunakan untuk
mencampurkan reaksi dengan kecepatan lemah.

Fungsi :
1) Labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan
kuat, dihubungkan dengan alat ekstraksi, alat destilasi dan sebagainya.
2) Labu erlenmeyer tanpa tutup asah digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan
lemah hingga sedang.
Prosedur Kerja :
1) Letakkan erlenmeyer di atas meja.
2) Lalu masukan bahan yang akan di larutkan dengan aquadest dengan cara diaduk
menggunakan batang pengaduk atau di goyangkan secara perlahan-lahan ke kanan
dan ke kiri.
K3 : Menggunakan lap halus saat mengangkat Erlenmeyer dari kompor listrik.

3
5. Tabung Reaksi
Prinsip Kerja : Sebagai wadah larutan, beberapa memiliki tutup
yang digunakan untuk meletakkan sampel (darah).
Fungsi :
1) Mereaksikan larutan.
2) Untuk memanaskan sampel atau cairan.

Prosedur Kerja : Gelas ukur dipegang dengan tangan dan ibu jari menuju batas volume
yang di kehendaki. Gelas ukur diangkat sehingga batas volume setinggi mata dan cairan
dituangkan sampai batas volume.
K3 :
1) Membawa serta dengan rak tabung sesuai dengan ukuran tabungnya agar tidak
jatuh.
2) Gunakan penjepit tabung saat akan melakukan pemanasan.

6. Pipet Tetes
Prinsip Kerja : menambahkan cairan tetes demi tetes hingga
volume tepat.
Fungsi : memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah lainnya.
Prosedur kerja :
1) Dengan cara menekan karet pipet berwarna merah
2) Kemudian masukkan ke dalam larutan yang akan dipipet,sambil melepaskan
pencetan pada karet.
3) Dengan senirinya larutan akan masuk ke dalam pipet.
K3 : setelah memipet miringkan sedikit pipet agar larutan yang dipindahkan tidak
menetes dan luruskan kembali pipet saat akan memindahkannya pada wadah lainnya.

4
7. Pipet Volume
Prinsip Kerja: memipet atau memindahkan volume cairan
dengan teliti atau seksama.
Fungsi : memipet atau memindahkan volume cairan dengan teliti.
Prosedur Kerja :
1. Dengan bantuan bola penghisap yang di pasang pada bagian
atas pipet ukur
2. Setelah terpasang ,pipet ukur dapat digunakan.
K3 :
1) Tidak menggoyangkan pipet untuk mengeluarkan sisa larutan yang tertinggal pada
pipet, tetapi sebaiknya ditiup atau menggoreskan ujung pipet pada dinding dalam
dari wadah sebanyak 3x.
2) Menggunakan ball pipet saat memipet larutan berbahaya dan beracun.
3) Penghisapan larutan menggunakan pipet melalui mulut usahakan pipet berada
pada dasar wadah, agar tidak ada gelembung yang masuk saat memipet.

8. Pipet Ukur
Prinsip Kerja : memipet cairan secara kurang teliti dan tidak
masuk dalam perhitungan pada penetapan kadar.
Fungsi : digunakan untuk mengambil, memindahkan atau
memipet sejumlah volume secara tidak teliti.

Prosedur Kerja :
1) Dengan bantuan bola penghisap yang di pasang pada bagian atas pipet ukur.
2) Setelah terpasang ,pipet ukur dapat digunakan.
K3 :
1) Tidak menggoyangkan pipet untuk mengeluarkan sisa larutan yang tertinggal pada
pipet, tetapi sebaiknya ditiup atau menggoreskan ujung pipet pada dinding dalam
dari wadah sebanyak 3x.
2) Menggunakan ball pipet saat memipet larutan berbahaya dan beracun.
3) Penghisapan larutan menggunakan pipet melalui mulut usahakan pipet berada
pada dasar wadah, agar tidak ada gelembung yang masuk saat memipet.

5
9. Rak Tabung
Prinsip Kerja : tabung reaksi dimasukkan dalam lubang tabung sesuai
ukurannya.
Fungsi : digunakan untuk menempatkan tabung reaksi sesuai ukuran
tabung.

Prosedur Kerja :
1) Siapkan rak tabung.
2) Letakan tabung reaksi didalam rak tabung.
K3 : membawa rak tabung harus hati – hati, apabila jatuh maka tabung yang berada pada
rak tabung juga akan jatuh.

10. Penjepit Tabung


Prinsip Kerja : menekan penekan pada penjepit untuk dapat menepit
tabung reaksi.
Fungsi : Alat Lab ini digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada
saat dipanaskan.

Prosedur kerja :
Tekan penekan pada penjepit tabung kemudian jepit tabung reaksi pada saat akan
melakukan pemanasan.
K3 :
1) Pada saat menggunakan penjepit tabung pastikan penjepit tabung tidak longgar
sehingga tabung reaksi tidak jatuh atau bergoyang saat dijepit.
2) Pada saat melakukan pemanasan jangan arahkan mulut tabung reaksi pada wajah
untuk mencegah larutan yang dipanaskan terpercik mengenai wajah.

6
11. Bola Penghisap
Prinsip Kerja : Bola karet kenyal dengan3 knop. Bola karet tidak
mudah lembek.
Fungsi : sebagai alat bantu untuk menghisap larutan yang akan
diukur.

Prosedur Kerja :
1. Siapkan bola penghisap dengan pipet volume
2. kosongkan udara di dalam bola penghisap dengan menekan pada lambang A
(aspirate)
3. masukan pipet voleme kedalam lubang bola penghisap dan tekan S (suction)
untuk menyedot larutan yang bersif at racun
4. untuk mengosongkan bola penghisap dari larutan yang sudah di sedot tekan E
(empty).
K3 :
pada saat menggunakan bola penghisap jangan sampai larutan yang dihisap mengenai
bola penghisap karena dapat merusaknya.

12. Batang Pengaduk


Prinsip Kerja : Mengaduk larutan atau suspense dalam wadah.
Fungsi :
1) Digunakan untuk mengaduk larutan atau suspensi yang
umumnya berada pada gelas kimia, Erlenmeyer atau tabung reaksi.
2) Digunakan pula sebagai alat bantu untuk memindahkan cairan
dari suatu bejana ke bejana lain.
Prosedur kerja :
Aduk larutan yang ingin dihomogenkan secara searah, senada dan perlahan. Kemudian
masukkan larutan yang telah jadi kedalam botol reagen dengan meletakkan batang
pengaduk tegak lurus dengan botol reagen dan tuangkan larutan dari beaker glass secara
perlahan dengan cara merapatkan mulut beaker glass dengan batang pengaduk.
K3 :
dalam mengaduk tidak bolek terlalu kuat atau kasar agar larutan tidak terpecik dan
wadah tidak pecah.

7
13. Spatula (Sendok Tanduk)
Prinsip Kerja : Mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
atau serbuk, yang tidak bisa diambil langsung oleh tangan.
Fungsi : Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
atau serbuk,dipakai untuk mengaduk larutan.

Prosedur Kerja :
1) Siapkan sendok tanduk dalam keadaan bersih dan kering.
2) masukkan sendok tanduk untuk mengambil sampel atau zat yang berbentuk
serbuk.
3) Setelah digunakan,bersihkan sendok tanduk menggunakan tissue.
K3 :
Saat mengambil bahan kimia gunakan handscoon dan ambil dengan hati-hati sehingga
tidak mengenai tangan.

14. Kertas Lakmus (merah & biru)


Prinsip Kerja : Menentukan asam basa suatu
larutan. Lakmus merah akan berwarna biru
ketika berada pada larutan yang bersifat basa.
Sebaliknya lakmus biru akan berwarna merah
ketika berada pada larutan yang bersifat asam.
Fungsi : Untuk menentukan sifat asam / basa suatu larutan.
Prosedur Kerja :
Robek kertas lakmus (setengah bagian) kemudian celupkan pada larutan yang ingin
diketahui sifatnya. Bila kertas lakmus biru berubah menjadi merah berarti larutan bersifat
asam. Jika kertas lakmus biru tidak berubah warna berarti bersifat basa atau netral. Bila
lakmus merah berubah biru berarti larutan bersifat basa. Namun jika tidak berubah warna
berarti bersifat asam atau netral.
K3 :
1) Jangan menaruh kertas lakmus terlalu lama dalam larutan karena akan membuat
perubahan warna semakin gelap.
2) Gunakan handscoon sehingga larutan tidak menganai tangan.

8
15. Kertas Indikator
Prinsip Kerja : Menentukan harga pH suatu larutan uji.
Fungsi : Untuk menentukan pH indikator warna. Untuk tes
senyawa yang bersifat asam dan basa, di mana akan memberikan
indikator warna yang berbeda sesuai dengan konsentras ion
hydrogen.
Prosedur Kerja :
1) Siapkan kertas indicator.
2) Celupkan kertas indicator pada larutan yang akan diketahui nilai pH-nya
3) Amati perubahan yang terjadi dan bandingkan perubahan warna yang terjadi
dengan mencocokkannya pada/dengan warna standar.
K3 :
1) Jangan menaruh kertas pH indikator terlalu lama dalam larutan karena akan
membuat perubahan warna semakin gelap dan mempengaruhi hasil akhir
pengamatan.
2) Gunakan handscoon sehingga larutan tidak menganai tangan.

16. Plat tetes


Prinsip Kerja : Mereaksikan zat dalam jumlah kecil.
Fungsi :
1) Tempat untuk mereaksikan zat-zat, tapi dalam jumlah
kecil, misalnya untuk uji golongan zat dalam bentuk serbuk dgn
ditetesi indikator atau zat tertentu biasanya pakai plat tetes agar lebih jelas dilihat
perubahannya.
2) Pengganti tabung reaksi.
3) Mengamati perubahan warna suatu zat.
4) Mengamati ada atau tidaknya endapan.
Prosedur Kerja :
1) Siapkan plat tets dalam keadaan bersih dan kering.
2) Letakkan plat tetes tersebut ditempat yang datar.
3) Tuanglah larutan tetes demi tetes dalam tiap plat menggunakan pipet sesuai
ukuran yang diinginkan (setiap lubang mampu menampung 30 tetes).

9
K3 :
1) Letakkan plat tetes pada tempat yang datar dan tidak mudah bergoyang.
2) Jangan menuangkan larutan kedalam plat tetes terlalu penuh sehingga larutan
tidak tumpah pada saat akan dihomogenkan.

17. Mortir
Prinsip Kerja : Menghaluskan bahan padatan.
Fungsi : Mortir biasanya selalu berpasangan dengan stamper.
Berfungsi untuk menggerus atau menghaluskan bahan kimia,
biasanya bahan padat/tablet.
Prosedur Kerja :
1) Siapkan alat dalam keadaan kering dan bersih.
2) Masukkan zat yang berbentuk tablet/padat yang akan dihaluskan dengan bantuan
stamper.
3) Setelah digunakan,bersihkan mortir.
K3 :
jangan menggerus zat terlalu keras karena dapat merusak atau menyebabkan stamper
retak atau rusak, dan dapat menyebabkan zat terpercik.

18. Kawat Kasa


Prinsip Kerja : Perata penyebaran panas pada saat pemanasan,yang
diletakan di atas kaki tiga.
Fungsi : Kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas
dalam penyebaran panas dan diletakkan diatas kaki tiga agar
penyebaran panas dapat merata.
Prosedur Kerja :
1) Siapkan dan letakkan kaki tiga pada tempat yang datar.
2) Letakkan kawat kasa diatas kaki tiga tersebut,sehingga proses pemanasan dapat
dilakukan.

10
19. Lampu Spritus
Prinsip Kerja : menggunakan prinsip kapilaritas,spitus tertarik
dan merembes ke atas,sehingga saat bunsen ujung bunsen yang
disulut api tetap hidup karena spirtus naik ke atas.
Fungsi : sebagai sumber api pada proses pemanasan.Pada bagian
atasnya terdapat sumbu dan penutup.Penutup spiritus berfungsi
untuk mematikan api.Isi dari pembakar spiritus adalah methanol.
Prosedur Kerja :
1) Isilah pembakar spiritus menggunakan metanol.
2) Nyalakan pembakar spiritus.
3) Setelah digunakan,matikan api pembakar spiritus dengan langsung menutupnya
menggunakan penutup spiritus
K3 :
1) Saat mematikan api spritus gunakan penutup spritus dan langsung diangkat.
Jangan sesekali meniup api untuk mematikan nyala spritus.
2) Jangan sampai spritus meleleh pada dinding luar lampu spritus.

20. Klem
Prinsip Kerja : penjepit buret saat titrasi.
Fungsi : Untuk memegang atau menjepit buret pada proses titrasi.
Prosedur Kerja : Letakkan Klam pada Statif. Kemudian buka
penjepit/penahan buret,masukkan buret pada penjepit tersebut
kemudian lepas.Usahakan agar batas-batas ukuran ml buret lurus
dengan mata,tidak tertutup/menghadap pada statif.
K3 :
1) Jangan sampai penjepit klem longgar karena akan menyebabkan buret goyang.
2) Jika penjepit klem longgar maka gunakan tissue atau untuk merapatkannya.

11
21. Statif
Prinsip Kerja : Menegakan buret, corong, corong pisah dan peralatan
gelas lainnya.
Fungsi : Terbuat dari besi atau baja yang berfungsi untuk menegakkan
buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat
digunakan.
Prosedur Kerja :
1) Tempatkan Statif yang telah dilengkapi dengan klam pada tempat yang datar.
2) Beri lapisan (kapas/tisu) pada bagian buret yang akan dijepit agar tidak pecah.
K3 :
Letakkan statif pada tempat yang datar dan tidak bergoyang.

22. Buret
Prinsip Kerja : Buret harus bersih, kering dan bebas lemak sebelum
digunakan. Sebelum titrasi dimulai, pastikan tidak ada gelembung
udara di bawah kran karena menyebabkan kesalahan saat melakukan
titrasi.
Fungsi : Sebagai alat yang digunakan untuk mengeluarkan larutan
dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
Prosedur Kerja :
1) Sebelum digunakan,buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara
mengisinya :Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas
menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya
lebih tinggi dari mata kita.
2) Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari
corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di
bagian bawah buret.Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran.
3) Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk
mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
K3 :
1) Letakkan pada keranjang plastik.
2) Perhatikkan kran buret, gunakan pelumas untuk memudahkan putaran kran buret
dan mencegah kebocoran.

12
23. Cawan Petri
Prinsip Kerja : Cawan petri biasanya disterilkan bersama
dengan kertas saring di dalamnya. Cawan petri perlu dicuci
bersih kemudian dikeringkan, setelah kering dibungkus dengan
kertas putih cokelat untuk disterilisasi dengan oven. Alat ini
berfungsi untuk pembuatan kultur media.
Fungsi : untuk menimbang bahan,untuk menyimpan bahan kimia mikrobiologi.
Prosedur Kerja : Tuangkan media agar di dalam cawan petri kemudian ditutup
menggunakan penutupnya,bila media sudah padat media siap di pakai untuk pembenih
atau perkembangbiakan bakteri.
K3 : menutup cawan petri setelah memasukkan biakan bakteri agar tidak terkontaminasi
dengan udara.

24. Rak Pewarna


Prinsip Kerja : meletakan preparat atau sediaan pada saat
melakukan pewarnaan, agar tidak terkontaminasi.
Fungsi : sebagai tempat yang digunakan untuk meletakan preparat
atau sediaan pada saat melakukan pewarnaan.
Prosedur Kerja :
1) Dibuat sediaan diatas preparat atau objek glass
2) Sediaan kemudian dikeringkan
3) Setelah sediaan kering, diletakan diatas bak pengecetan atas rak pewarnaan
4) Dilakukan pengecetan pada rak pewarnaan
5) Setelah selesai sediaan dikeringkan kemudian diletakan di rak preparat.
6) Dilakukan dibawah mikroskop.
K3 : hati-hati saat mewarnai media sehingga warna tidak mengotori rak pewarna.

13
25. Cawan Porselin
Prinsip Kerja : Menguapkan larutan pada suhu tinggi.
Fungsi : untuk menguapkan cairan pada suhu yang tidak terlalu
tinggi (oven, di atas tangas air, uap, pasir dan sebagainya.

Prosedur Kerja:
1. Campurkan bahan yang sudah dihaluskan ke dalam cawan porselen. Aduklah
dengan batang pengaduk hingga keduanya bercampur sempurna.
2. Panaskan campuran dengan serbuk pasir (dalam cawan porselen) di atas nyala api
pembakar spiritus (jangan lupa gunakan kaki tiga dan kawat kasa) dan tutuplah
bagian atas cawan porselen tersebut dengan menggunakan kaca arloji.
3. Panaskan hingga terjadi perubahan pada kaca arloji tersebut! Amati perubahan
yang terjadi!
4. Matikan nyala api pembakar spiritus, diamkan hingga cawan porselen dan kaca
arloji (penutupnya) menjadi dingin. Amati apa yang terjadi pada kaca arloji
tersebut.
Hati –hati kena tangan kita akan menyebabkan luka ,jauhilah dari tubuh kita maka
segera obati dan apabila pecah maka segera diganti.
K3 : memperhatikan suhu saat menguapkan cairan.

26. Sendok Porselin


Prinsip Kerja : Mengambil sampel yang berbentuk padatan.
Fungsi :
Alat yang terbuat dari porselin yang berfungsi untuk mengambil
sampel/zat yang bernentuk padatan dan sifatnya korosif.

Prosedur Kerja :
1) Siapkan sendok porselin dalam keadaan bersih dan kering.
2) Pakai sendok porselin untuk mengambil sampel/zat yang bersifat korosif.
3) Setelah digunakan,bersihkan kembali sendok porselin tersebut,

14
K3 :
Saat mengambil bahan kimia yang bersifat korosif gunakan handscoon dan ambil dengan
hati-hati sehingga tidak mengenai tangan.

27. Objek Glass


Prinsip Kerja : Merupakan gelas preparat yang akan digunakan
untuk pemaparan sediaan darah atau pemeriksaan lain yang akan
diperiksa dengan mikroskop.
Fungsi : Untuk merekatkan preparat.

Prosedur Kerja : Letakkan object atau sampel yang akan di amati di atas object glass
lalu tutup dengan deck glass kemudian letekkan di atas papan object pada mikroskop
untuk di amati.
K3 : Sebelum menggunakan objek glass,sebaiknya disterilkan terlebih dahulu.

28. Cover glass


Prinsip Kerja : menutup objek glas yang terdapat preparat.
Fungsi : Untuk menutup preparat , biasanya untuk preparat biasa.
Prosedur Kerja : Setelah preparat telah diletakan di atas objek
glass maka ambil cover glass dan tutup bagian preparat.

K3 :
1) Cover glass sangat tipis, maka dari itu dalam penggunaannya harus hati-hati.
2) Pada saat mencuci objek gelas jangan sampai cover glass ikut terhanyut.

29. Krus Tang


Prinsip Kerja : Menjepit tabung agar tetap tegak.
Fungsi : Untuk menjepit tabung atau krus saat pemanasan
agar tegak.
Prosedur Kerja : Jepit krush atau tabung atau krus pada bagian
atas yang telah berisi bahan yang akan direaksikan, sehingga krus
yang telah dipanasi tidak mengenai tangan.

15
K3 :
1) Pastikan krus tang tidak longgar dan dapat menjepit krus dengan rapat sehingga
krus tidak jatuh.
2) Pada saat pemanasan pastikan menggunakan handscoon dan jauhi krus dari wajah.

30. Pinset
Prinsip Kerja : Menjepit benda atau partikel kecil.
Fungsi : Untuk menjepit partikel yang kasar,kecil,lembek atau
bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau alergi pada tubuh
manusia.

Prosedur Kerja :
1) Ambil pinset
2) Gunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk menekan kedua sisi agar bias menjepit.
3) Jepitlah atau ambillah benda yang di inginkan dengan menggunakan pinset,terus
tekan sampai ke bawah.
4) Lepaskan sesudah di gunakan.
K3 : pada saat menggunakan pinset pastikan partikel kecil tidak jatuh saat dijepit.

31. Tabung Durham


Prinsip Kerja : Menampung hasil fermentasi mikroorganisme
berupa gas. Dalam penggunaannya, maka tabung durham itu
ditempatkan terbalik di dalam tabung reaksi yang lebih besar dan
tabung ini kemudian diisi dengan medium cair.
Fungsi : Untuk menampung gas O2 yang di hasilkan dari hasil
fermentasi mikroorganisme,biasa di gunakan dalam medium cair.
Prosedur Kerja :
1) Siapkan tabung reaksi.
2) Masukkan tabung durham dengan posisi terbalik,sampai tabung durham mengenai
medium agar medium tersebut masuk ke dalam tabung durham.
3) Lalu masukkan media ke dalam tabung reaksi.
K3 : Tabung durham mempunyai ukuran yang sangat kecil, sehingga mudah terbuang
pada saat mencuci. Jadi, perlu diperhatikan saat mencuci.

16
32. Kertas saring
Prinsip Kerja : Menyaring/ memisahkan larutan yang berbentuk
serbuk.
Fungsi : Untuk menyaring/memisahkan larutan.
Prosedur kerja :
1) Siapkan dan letakkan kaki tiga pada tempat yang datar.
2) Letakkan kawat kasa diatas kaki tiga tersebut,sehingga
proses pemanasan dapat dilakukan.
K3 : kertas saring sangat tipis sehingga rentan untuk rusak. Sehingga penggunaannyapun
harus berhati-hati.

33. Kertas Whatman


Prinsip Kerja : Sebagai kromatografi, alat penyaring larutan.
Fungsi : sebagai kromotografi kertas,sebagai alat penyaring
larutan.
Prosedur Kerja : kertas di gantung pada bejana sehingga bagian
bawah kertas tercelup pelarut yang terletak pada dasar bejana.
34. Tourniquet
Prinsip kerja : Tentukan titik tengah antara sistolik dan
diastolik . Tahan tekanan manset di titik tengah itu selama 5
menit. Interpretasi positif bila petechiae >10 per inchi kuadrat
(2,5x2,5 cm). Cara Hess (Alfred Fabian Hess): Tentukan titik
tengah antara sistolik dan diastolik . Tahan tekanan manset di
titik tengah selama 10 menit . Positif bila petechiae >15 dalam
lingkaran diameter 5 cm.
Fungsi : Untuk membendung lengan atas pada proses pengambilan darah vena sehinnga
vena kelihatan.
Prosedur Kerja : Ikatkan tourniquet pada lengan bagian atas(sebelah kiri)dengan kuat
pada saat pengambilan darah.
K3 : jangan mengikatkan torniquet terlalu keras dan terlalu lama pada lengan pasien.

17
35. Timbangan Analitik
Prinsip Kerja : Alat penghitung satuan massa suatu benda
dengan teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup
tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan
terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan
diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera pada
layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang
ditimbang.
Fungsi : Untuk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi dalam skala yang kecil atau
mikro (Biasanya hingga 4 desimal 0,0001 g).
Prosedur Kerja :
1) Letakan neraca pada posisi datar air dengan waterpass.
2) Atur sikap nol dengan memutar skruppengatur berat
3) .Letakan zat yang akan di timbang padabagian timbanga.
4) Baca angka yang tertera pada layar monitor neraca.Setelah di gunakan nolkan
kembali neraca tersebut.
K3 :
1) Pastikan timbangan berada pada tempat yang datar dan tidak mudah bergoyang
2) Pada saat menimbang, pastikan timbangan menunjukan angka “0.0000”
3) Pada saat menimbang jangan membuka semua tutup timbangan karena dapat
menyebabkan zat menyerap uap air di udara dan mempengaruhi pengukuran
4) Pastikan timbangan selalu bersih baik pada saat sebelum menimbang maupun
sesudah menimbang.

18
36. Kamar Hitung
Fungsi : Untuk menghitung jumlah sel darah merah dan
sel darah putih.
Prinsip kerja : menghitung sel darah merah dan sel darah
putih dengan bantuan mikroskop.

Prosedur Kerja:
 Mengisi kamar hitung
 Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang
terpasang mendatar di atas meja.
 Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan sampai ada
cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok)
 Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3-4 tetes) dan kemidian
sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung pinggir kaca penutup
pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut berisi cairan perlahan-lahan
dengan gaya kapilaritasnya sendiri.
 Biarkan kamar hitunng yang telah berisi tersebut selama 2-3 menit agar leukosit-
leukosit mengendap. Jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar hitung tersebut
dalam cawan petri tertutup yang berisi kapas basah.
K3 : bersikan kamar hitung dengan hati-hati dan perlahan sehingga tidak menghapus
garis-garis yang ada pada kamar hitung.

37. Termometer
Fungsi : Termometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu.
prinsip kerja : mengukur suhu dengan memanfaatkan bantuan
air raksa.
Prosedur Kerja :
Ambil thermometer,letakan pada ketiak kemudian di jepit dengan lengan,biarkan
beberapa menit,ambil thermometer dan lihat suhunya.

19
38. Lup
Fungsi : Untuk memperbesar penglihatan atau untuk melihat benda-
benda yang kecil agar tampak jelas dengan menggunakan lensa
cembung (+)
Prinsip kerja : memperbesar bayangan banda sehingga benda terliat
jelas oleh mata.
Prosedur Kerja :
 Bersihkan terlebih dahulu kacanya agar tidak mempengaruhi penglihatan
 Pegang pada gagang LUP dan posisikan tepat diatas benda yang akan diamati.
K3 : bersikan kaca lup sebelum digunakan.

39. Timbangan Kasar / Triple Bearn

Fungsi alat:
 Untuk menimbang bahan/zat yang lebih
dari 1 gram.
 Untuk menimbang bahan/zat kimia dengan
ketelitian sedang (0,01 – 0,001).
Prinsip kerja : menimbang zat dengan tingkat
ketelitian yang tidak terlalu tinggi dibandingkan
dengan neraca analitik.
Prosedur kerja:
 Letakan neraca pada posisi datar air dengan
waterpass.
 Atur sikap nol dangan manggunakan sikrup
pengatur berat.
 Letakan kertas timbang/perkamen di atas
penampang.
 Timbangkan bahan di atas penampang
yang beralaskan kertas perkamen.

20
K3 :
 bersihkan timbangan pada saat selesai digunakan
 Pastikan timbangan berada pada tempat yang datar sebelum mulai menimbang
 Jangan menimbang zat yang lebih dari bobot maksimal yang ditetapkan
 Pastikan timbangan menunjukan angka “0” sebelum mulai menimbang

40. pH Meter
Fungsi : digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas)
dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk
mengukur pH zat semi-padat).
Prosedur kerja : Untuk mengukur pH larutan, probe dicelupkan ke
dalam larutan. Kemudian liat angka yang tertera pada pH meter.
Prinsip : mengukur pH larutan dengan menggunakan elektroda.
K3 :
1) Sesekali lakukan kalibrasi pada pH meter.
2) pH meter sangat rentan terhadap kerusakan sehingga dalam penggunaannya harus
selalu berhati-hati.

41. Spuit
Prinsip kerja :
Alat suntik atau spuit adalah pompa piston sederhana
untuk menyuntikkan atau menghisap cairan atau gas.
Alat suntik terdiri dari tabung dengan piston didalamnya
yang keluar dari ujung belakang.adapun ujung depannya
dilegkapi dengan jarum hipodermik untuk membantu
mengalirkan aliran kedalamm atau keluar tabung. Kapasitas alat suntik atau spuit
antaralain 1 ml, 3 ml, 10 ml dan yang lainnya.
Fungsi : untuk menginjeksi atau menyuntik atau untuk pengambilan darah pada
pembuluh darah vena dan untuk memasukkan cairan kedalam tubuh.
Prosedur kerja :
1) Bersihkan lokasi pengambilan darah dengan alkohol 70 %.
2) Pasang touniquet 3 cm diatas lokasi pengambilan darah.

21
3) Bukalah tutupan spuit dan tusukkan jarum pada vena dengan lubang jarum
menghadap keatas.
4) Tunggu hingga darah masuk dengan sendirirnya.
5) Tarik piston dan ambil darah sesuai kebututhan.
6) Lepas tourniquet, cabut jarum secara perlahan.
7) Tutuplah lubang bekas tusukan dengan kapas kering.
K3 :
1) Perhatikan saat mengambil darah usahakan jangan samapai tabung vakum berisi
udara karena dapat merusak eritrosit.
2) Penusukan berkali-kali dapat menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga
dapat mengakibatkan pembekuan dan berpotensi menyebabkan hematom
3) Usahakan kulit yang ditusuk tidak basah oleh alkohol karena dapat menyebabkan
hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan nyeri pada
pasien saat dilakukan penusukan.

42. Pipet Leukosit

Prinsip kerja : Pipet leukosit mempunyai skala dari 0,5; 1; dan 11 didalamnya terdapat
bola kaca berwarna putih
Fungsi : untuk mengencerkan darah dalam pemeriksaan jumlah leukosit dan eosinofil.
Prosedur kerja:
1) Pipet darah (kapiler, EDTA,Oxalat) dengan pipet leukosit sampai garis tanda 0,5.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukkan ujung pipet kedalam air. Turk sambil menahan darah pada garis tadi.
Pipet dipegang dengan sudut 45o. Turk diisap perlahan samapi garis tanda 11.
Janga sampai ada gelembung udara.
4) Angkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairab dari pipet 3-4 tetes. Setelah itu sisanya dapat digunakan pada kamar
hitung. Tetesi cairan dengan posisi pipetnya 30o pada permukaan kamar hitung
dengan menyinggung pingggir kaca penutup biarkan kamar hitung itu terisi cairan
dengan daya kapilernya.

22
6) Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas
basah supaya leukosit mengendap.
7) Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan lensa objektif pada perbesaran
10x/40x pada 4 bidang besar.
8) Amati lalu catat data pengamatannya.
K3 :
1) Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas
untuk mengurangi kontaminasi.
2) Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
3) Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh
di meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave
5) Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

43. Pipet Eritrosit

Prinsip kerja : Pipet Eritrosit mempunyai skala 0,5; 1; 101. Didalamnya terdapat bola
kaca berwarna merah.
Fungsi : mengencerkan darah dalam pemeriksaan jumlah eritrosit dan trombosit.
Prosedur kerja :
1) Pipet darah (kapiler, EDTA,Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0,5
tepat.
2) Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
3) Masukan ujung pipet kedalam air. Hayem sambil menahan darah pada garis tadi.
Pipet dipegng dengan sudut 45o. Hayem diisap perlahan sampai garis tanda 101.
Jagan sampai ada gelembug udara.
4) Angakat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet
penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit.
5) Buang cairan dari pipet 3-4 tetes lalau teteskan cairan pada kamar hitung degan
posisi pipet 30o pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca
penutup. Biarkan kamar hitung terisis cairan dengan daya kapilernya.

23
6) Biarkan kamar hitung 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisis kapas basah
supaya leukosit mengendap.
7) Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan lensa objektif dengan perbesaran 40x
pada 5 bidang kecil.
8) Pengenceran yang terjadi ialah 200x. Luas tiap bidang kecil 1/400 mm2, tinggi
kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil yang
jumlah luasnya 1/5 mm2.
K3 :
1) Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas untuk
mengurangi kontaminasi.
2) Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
3) Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di
meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave
5) Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

44. Blood Lancet


prinsip kerja :
Melakukan penusukkan pada bagian ujung jari secara
aseptis untuk mendapatkan sempel darah kapiler untuk
diperiksa.
fungsi : Digunakan sebagai jarum untuk pengambilan
contoh darah berkaitan dengan pemeriksaan darah
seperti gula darah,asam urat dan kolesterol .
Prosedur kerja :
1. Masukan lanset darah ke dalam autoclic holder kemudian tutup kembali autoclic
holder dan putar penutupnya untuk menentukan kedalaman berdasarkan nomor
atau skala yang ada tertulis di tutupan
2. Buka kembali penutupnya lalu letakan pada jari pasien lalu tekan tombol yang ada
pada dinding autoclic holder maka secara otomatis jarum pada lanset darah akan
keluar dan menusuk sesuai kedalamanya yang di inginkan.

24
K3 :
1) Lanset darah yang sebaiknya dipakai ialah yang dibuat untuk sekali pakai saja
(disposable).
2) Jika ingin digunakan berkali-kali maka sebelum digunakan lanset darah harus
disterilkan terlebih dahulu.
3) Cara mensterilkan harus dilakukan dengan otoklaf, agar terjamin bebas hama.
4) Memasak lanset di dalam air tidak dapat dibenarkan karena bahaya memindahkan
virus tidak terindar. Merendam lanset dalam alkohol, apalagi sekedar menghapusnya
dengan kapas basah alkohol sama sekali tidak dapat dibenarkan.

45. Mikro Pipet


prinsip kerja : Mikropipet memindahkan cairan yang
bervolume cukup kecil, biasanya kurang 1000 µl. Banyak
pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet
yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable
volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau mikropipet
yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume
pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.
Fungsi : Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µl.
Prosedur kerja :
1) Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan
lancarnya mikropipet.
2) Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.
3) Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke
dalam lagi.
4) Masukkan tip ke dalam cairan sedalam 3-4 mm.
5) Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob
maka cairan akan masuk ke tip.
6) Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.
7) Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal
mungkin maka semua cairan akan keluar dari ujung tip.

25
8) Jika ingin melepas tip putar Thumb Knob searah jarum jam dan ditekan maka tip
akan terdorong keluar dengan sendirinya, atau menggunakan alat tambahan yang
berfungsi mendorong tip keluar.
K3 :
1) Hindari memipet dengan mulut, gunakan alat bantu, masukkan sumbat kapas untuk
mengurangi kontaminasi.
2) Jangan mencampur bahan infeksi dengan menghisap/meniup pipet
3) Jangan mengeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
4) Gunakan kapas yang telah diberi disinfektan bila ada tetesan spesimen yang jatuh di
meja, kemudian kapas di buang di tempat khusus untuk diautoclave
5) Rendam pipet habis pakai di disinfektan 18-24 jam

46. Yellow Tip


Fungsi : untuk mengambil cairan dalam jumlah sedikit dan akurat.
Digunakan pada mikropipet
Prosedur Kerja :
 Pilih tip sesuai untuk alokasi volume yang diinginkan
 Pasangkan pada mikropipet untuk memulai pengambilan
cairan
Prinsip kerja : mengambil cairan dengan bantuan mikropipet.

47. Blue Tip


Fungsi : Mengambil cairan dalam jumlah sedikit dan akurat.
Digunakan pada mikropipet
Prosedur Kerja:
 Pilih tip sesuai untuk alokasi volume yang diinginkan
 Pasangkan pada mikropipet untuk memulai pengambilan
cairan
Prinsip kerja : mengambil cairan dengan bantuan mikropipet.

26
48. Rak Westergen
Fungsi : untuk meletakan atau menjaga pipet wetergen pada saat
melakukan pemeriksaan
Prinsip kerja : mencegah pipet westergreen dari goncangan pada
saat melakukan pemeriksaan.

Prosedur :
 Letakan rak ditempat yang rata dan datar
 Pasang karet dibagian bawah rak ( pada lubang yang sudah tersedia )
 Letakan pipet dalam keadaan tegak lurus
 Angkat sedikit bagian atas pipet dan jepit dengan penjepit yang ada

49. Pipet Westergen

Fungsi : untuk melakukan pemeriksaan laju


endapan darah ( LED )
Prosedur :
 Isi tabung dengan darah yang telah
diberi Na2 3,8 % - garis tanda nol. Pipet
harus bersih dan kering
 Letakan tabung pada rak westergen dan
perhatikan supaya posisi betul – betul
tegak lurus pada suhu kamar
 Setelah 1 jam baca hasil dengan satuan
mm / jam
Prinsip kerja : melakukan pemeriksaan laju endapan darah (LED) dengan bantuan rak
westergreen.

27
50. Corong Pisah (Separatory Funnels)
Prosedur : Larutan dimasukan.Pegang tutup atas corong,lalu
tangan kiri dan kanan memegang corong dalam posisi
horizontal.kocok corong searah dan senada agar ektraksi
berlangsung dengan baik.Keluarkan larutan melalui kran corong
secara perlahan.
Prinsip Kerja : mengekstraksi zat cair dengan zat cair.
Fungsi : digunakan untuk ektraksi zat, dapat pula mengatur aliran zat cair pada proses
kromatografi kolom dan reaksi kimia lainnya.
K3 :
 Sebelum menggunakan, lakukan pengecekan tutup dan kran corong pisah sudah
tepat dan tidak bocor.
 Dalam pengocokkan corong pisah dilakukan dengan cara memegang bagian atas
berikut tutupnya dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang tangkai corong
berikut kerannya.

51. Triangle
Prinsip Kerja : Dapat menyangga krus porselin
pada waktu pemanasan.
Fungsi :
Sebagai penyangga krus porselin pada waktu
pemijaran atau pemanasan.
Prosedur :
Cawan porselin di atas triangle kemudian
pijarkan dengan menggunakan Bunsen
K3:
Menggunakan kain lap halus untuk mengangkat.

28
52. Ose atau sengkelit
Fungsi : Untuk mengambil dan memindahkan bakteri
Prinsip: Memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia ke
media yang akan digunakan kembali

Keterangan :
Ada 2 jenis ose yaitu :
a. Ose jarum -> memindahkan dengan cara menusuk.
b. Ose bulat -> memindahkan dengan cara menggores.
Prosedur : Pegang bagian pangkal ose kemudian gerakan ujung ose pada biakan lalu
goreskan.
K3 : Pada saat srerilisasi sebaiknya memegang dengan hati-hati tidak boleh menyentuh
bagian kawat.sterilisasi mulai dari bagian pangkal perlahan-lahan ke bagian ujung

53. Corong
Prosedur : Letakkan corong pada posisi tegak lurus pada tempat yang
ingin di pindahkan lalu tuangkan cairan atau larutan melalui mulut
corong.
Prinsip Kerja : membantu memasukkan cairan dalam suatu wadah
dengan ukuran mulut kecil.
Fungsi : digunakan untuk menyaring zat cair atau sampel padat.
K3 : saat menuangkan larutan, corong sebaiknya tidak bersentuhan dengan mulut wadah
usahakan menjauh sedikit.

54. Gelas Arloji


Fungsi :
1. Sebagai penutup gelas kimia saat
memanaskan sampel
2. Tempat untuk menimbang bahan
kimia
3. Tempat untuk mengeringkan padatan
dalam desikator.
4. Tempat untuk menentukan
hablur,penguapan zat .

29
Prosedur Kerja :
1. Siapkan gelas arloji dalam keadaan kering dan bersih.
2. Letakkan zat yang akan ditimbang diatas gelas tersebut,lalu lihat hasil yang
ditunjukkan

55. Kaki Tiga

Fungsi :
Besi yang menyangga ring dan digunakan
untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.
Untuk penyangga pembakar spiritus.

Prosedur kerja :
1. Letakkan kaki tiga diatas meja atau tempat yang datar
2. Kemudian letakkan pembakar spiritus ditengah-tengah kaki tiga dan letakkan
kawat kasa diatasnya

56. Ose Jarum

Fungsi : untuk mengambil dan


memindahkan bakteri.
Ose jarum - memindahkan dengan cara
menusuk

Prosedur : Pegang bagian pangkal ose kemudian gerakan ujung ose pada biakan lalu
letakkan atau gesekan kembali ujung ose tersebut pada preparat atau sediaan juga pada
media biakan bakteri.

30
57. Stetoskop

Fungsi : untuk menditeksi atau


mendengar bunyi dalam tubuh.
Biasanya untuk mendengar detak
jantung, denyut nadi, pernapasan,
deteksi janin pada kehamilan

Prosedur :
 Lakukan penggajian ketenangan dan
kenyamanan ruangan
 Pasang ear tip pada telinga dengan
pas dan nyaman
 Pastikan bahwa aksis longitudinal
telinga luar dengan ear pit benar –
benar tepat
 Pilih diafragma yang tepat
 Letakan ear pit pada objek yang akan
didengan

58. Sphygnanometer
Fungsi : untuk mengukur tekanan darah

Prosedur Kerja:
 Kenakan manset pada lengan atas (
tangan kiri )
 Posisikan dengan tempat manset dan
cesth pice stetoskop pada nadi tutup
ventil
 Pompa dengan menekan Buib hingga
skala 200 mmHg
 lepas perlahan dengan membuka
ventil dan detakan pertama pada

31
penurunan skala sebagai sistolik dan
detakan terakhir sebagai tekanan
diastolik

59. Stetoskop

Fungsi : untuk menditeksi atau mendengar bunyi dalam tubuh.


Biasanya untuk mendengar detak jantung, denyut nadi, pernapasan,
deteksi janin pada kehamilan
Prosedur :
 Lakukan penggajian ketenangan dan kenyamanan ruangan
 Pasang ear tip pada telinga dengan pas dan nyaman
 Pastikan bahwa aksis longitudinal telinga luar dengan ear pit
benar – benar tepat
 Pilih diafragma yang tepat
 Letakan ear pit pada objek yang akan didengan

60. Hemoglobinometer
Fungsi : untuk mengukur hemoglobin atau kadar
merah darah
Prosedur Kerja:
 Masukan HCl 0,1N pada tabung pengukur
sampai tanda 2 ( 2gr % )
 Pipet darah sampel dengn pipet HB dengan
cara menghisap dengan aspirator sampai 0,02 ml
 Hapus atau bersikan sisa darah pada bagian
luar dengan tisu basah
 Masukan sampel dalam tabung yang berisi
HCL 0,1 N lalu bilas cdengan aquades
 Kocok perlahan hingga warna darah berubah coklat ( asam hematin )
 Masukan dalam standar HB, bandingkan warnanya dengan pembanding dengan
menambahkan aqudes dengan bantuan pengaduk diratakan
 Jika warna telah sama baca kadar HB pada skla kuning dengan satuan gr %.

32
61. Sphygnanometer
Fungsi : untuk mengukur tekanan darah

Prosedur Kerja:
 Kenakan manset pada lengan atas (
tangan kiri )
 Posisikan dengan tempat manset dan
cesth pice stetoskop pada nadi tutup
ventil
 Pompa dengan menekan Buib hingga
skala 200 mmHg
 lepas perlahan dengan membuka
ventil dan detakan pertama pada
penurunan skala sebagai sistolik dan
detakan terakhir sebagai tekanan
diastolik

62. Micro tube non heparin


Fungsi : untuk mengukur nilai
hematokrit dalam darah arteri
ditambahkan dengan anti koagulan
menggunakan dengan mikrometode.
Prosedur :
 Ujungnya ditambah dumpul
(kreosol).
 Ambil darah ¾ tabung.
 Dicentrifuge.

33
63. Micro tube heparin
Fungsi : untuk mengukur nilai hematokrit dalam
darah vena menggunakan mikrometode
Prosedur :
 Ujungnya ditambahkan dumpul (kreosol).
 Ambil darah ¾ tabung.
 Dicentrifuge

64. Mikroskop
fungsi :
untuk melihat, atau mengenali benda-
benda renik yang terlihat kecil menjadi
lebih besar dari aslinya.
bagian-bagian mikroskop :
 Lensa Okuler : yaitu lensa yang
dekat dengan mata pengamat lensa ini
berfungsi untuk membentuk bayangan
maya, tegak, dan diperbesar dari lensa
objektif
 Lensa Objektif : lensa ini berada
dekat pada objek yang di amati, lensa ini membentuk bayangan nyata, terbalik, di
perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa
objektif.
 Tabung Mikroskop (Tubus) : tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan
menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.
 Makrometer (Pemutar Kasar) : makrometer berfungsi untuk menaik turunkan tabung
mikroskop secara cepat.
 Mikrometer (Pemutar Halus) : pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.

34
 Revolver : berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara
memutarnya.
 Reflektor : terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung.
Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja objek
melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat. Cermin
datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang
cahaya maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan
cahaya.
 Diafragma : berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
 Kondensor : kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini
dapat putar dan di naik turunkan.
 Meja Mikroskop : berfungsi sebagai tempat meletakkan objek yang akan di amati.
 Penjepit Kaca : penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang melapisi objek agar
tidak mudah bergeser.
 Lengan Mikroskop : berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop.
 Kaki Mikroskop : berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
 Sendi Inklinasi (Pengatur Sudut) : untuk mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.
Prosedur penggunaan :
 Peganglah lengan mikroskop dengan salah satu tangan dan tangan lain menyangga
kaki mikroskop. Letakkan mikroskop di atas meja pengamatan dengan bagian
lengan tepat berada di hadapanmu. Lalu, lensa dan cermin dengan menggunakan
kertas tisu. Setelah dibersihkan, pasangkan lensa okuler dengan perbesaran lemah.
 Agar didapat medan penglihatan yang baik, putarlah revolver sehingga diperoleh
perbesaran terkecil pada lensa objektif yang searah dengan lensa okuler dan tubus
okuler.
 Putarlah cermin mikroskop ke arah sumber cahaya sambil melihat melalui lensa
okuler sehingga diperoleh medan yang terang tanpa bayangan benda lain.
 Letakkan preparat yang akan kalian amati di atas meja benda, lalu jepitlah dengan
penjepitnya sehingga cahaya yang terkumpul dalam kondensor menembus kaca
benda.
 Untuk mencari fokus, lakukanlah dengan dua cara berikut ini :
 Perbesaran lemah. Lensa okuler dengan perbesaran 5 kali dan lensa objektif
dengan perbesaran 10 kali dapat diartikan bahwa preparat diamati dengan

35
perbesaran 50 kali. Dengan cara menurunkan lensa okuler serendah mungkin,
lensa objektif juga diturunkan sampai berjarak kira-kira 8 mm dari kaca
preparat. Setelah itu, arahkan salah satu mata kalian ke lubang lensa okuler
sambil memutar-mutar makrometer sampai diperoleh gambaran preparat yang
jelas.
 Perbesaran kuat. Lensa okuler dengan perbesaran 12,5 dan lensa objektif
dengan perbesaran 60 kali sehingga preparat dapat diamati dengan perbesaran
750 kali. Mulailah dengan menutup preparat dengan kaca penutup, lalu
naikkan kondensor sampai mau menyentuh kaca preparat (objek), kemudian
bukalah diafragma selebar-lebarnya dan turunkan lensa objektif sampai
hampir menyentuh kaca penutup preparat. Setelah itu, dengan makrometer,
naikkan lensa objektif sampai diperoleh gambaran preparat yang jelas.
 Setelah mikroskop selesai digunakan, bersihkanlah lensa objektif dengan
menggunakan xylol.
K3 :
 Mikroskop harus disimpan di tempat sejuk, kering, bebas debu dan bebas dari uap
asam dan basa.Tempat penyesuaian yang sesuai ialah kotak mikroskop yang
dilengkapi dengan silica gel, yang bersifat higroskopis, sehingga lingkungan sekitar
mikroskop tidak lembab. Selain itu dapat pula diletakkan dalam lemari yang diberi
lampu untuk mencegah tumbuhnya jamur, atau seperti gambar ini .
 Bagian mikroskop non optik, terbuat dari logam atau plastik, dapat dibersihkan
dengan menggunakan kain fanel. Untuk membersihkan debu yang terselip di bagian
mikroskop tersebut dapat digunakan kuas kecil atau kuas lensa kamera.
 Lensa-lensa mikroskop (okuler, objektif, dan kondensor) dibersihkan dengan
menggunakan tisue lensa yang diberi alkohol 70%. Jangan sekali-kali
membersihkan lensa menggunakan sapu tangan atau lap kain.
 Sisa minyak imersi pada lens objektif dapat dibersihkan dengan xilol (xylene). Pada
penggunaan xilol haruslah hati-hati, jangan sampai cairan xilol menempel pada
bagian mikroskop non optik, karena akan merusak cat atau merusak bahan plastik,
dan juga jangan menggunakan larutan ini kebagian lensa yang lain kecuali
produsennya menyatakan bahwa tindakan tersebut aman.

36
 Sebelum menyimpan mikroskop, bersihkan selalu mikroskop tersebut, terutama
hapus semua minyak imersi di permukaan lensa, sehingga partikel yang halus tidak
menempel dan menggumpal serta mengering. Minyak dan partikel halus pada lensa
dapat mengaburkannya dan menyebabkan goresan. Hal ini menurunkan kemampuan
lensa. Preparat yang tertinggal di atas meja mikroskop merupakan pertanda jelas
suatukelalaian/kecerobohan.
 Sebelum menyimpan mikroskop, meja mikroskop diatur lagi dan lensa objektif
dijauhkan dari meja preparat dengan memutar alat penggeraknya ke posisi semula,
kondensor diturunkan kembali, lampu dikecilkan intensitasnya lalu dimatikan (kalau
mikroskop listrik).

37
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari definisi di atas, dapat diambil suatu pengertian dan prinsip dasar bahwa
instrumentasi terdiri atas dua kegiatan pokok, yaitu mengukur dan mengendalikan.
Keduanya berkaitan erat satu sama lain, dimana kualitas hasil pengukuran sangat
menentukan hasil dari suatu pengendalian.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka instrumen pun
berkembangan dan mempunyai ruang lingkup pengertian yang luas. Salah satunya adalah
instrumen proses ( process instrumentation ) yang lebih mengacuh kegukuran pada
instrumen insttrumen yang digunakan dalam pengukuran dan pengengendalian untuk
mengolah, megalikan dan menangani suatu proses.
Dari semua jenis alat-alat yang terdapat diatas maka dapat disimpulkan, bahwa alat-
alat Laboratorium terdiri atas :
 Alat non-gelas yaitu cawan petri, batang pengaduk, gelas ukur, pipet volume,
tabung durham, tabung reaksi, Erlenmeyer dll.
 Alat instrumen seperti neraca analitik dan timbangan kasar.
 Alat lain yaitu ose lurus, ose bulat dll.

B. SARAN
Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan
penilaian. Oleh karena itu kita sebagai Mahasiswa dan Mahasiwi perlu mengetahui
bagaimana cara menggunakan alat alat yang akan di gunakan di Laboratorium dan juga
kita harus mengetahui akan Fungsi dari masing masing alat agar dalam pengerjaan di
Laboratorium kita tidak salah menggunakan alat alat tersebut. Keberhasilan dan
kesuksesan dunia kesehatan dalam peningkatan mutu pelayanan dan asuhan kesehatan
masa depan ada ditangan mahasiswa analis dan petugas pemberi pelayanan kesehatan
lainnya.

38
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/5752813/Laporan_Mikro_REmy_Gius

39

Anda mungkin juga menyukai