Anda di halaman 1dari 12

Nama asisten : Patar Manurung

Tanggal Praktikum : 6 Desember 2018


Tanggal Pengumpulan : 31 Desember 2018

PRAKTIKUM TEKNIK PENGAWETAN DAN EMERGING PROCESSING


Pendungaan Umur Simpan

Syifa Tsalitsu Muttaharoh (240210160020)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022)
7798844, 779570 Fax. (022) 7795780 Email: syifatsm@gmail.com

ABSTRAK
Umur simpan adalah waktu yang diperlukan oleh produk pangan dalam
kondisi penyimpanan tertentu untuk dapat mencapai tingkatan degradasi mutu
tertentu. Metode Labuza merupakan model untuk menduga umur simpan produk
pangan yang mudah rusak karena penyerapan air adalah dengan pendekatan
metode kadar air kritis dan dilakukan dengan pendekatan kadar air kritis,
sedangkan metode Arrhenius digunakan untuk menduga umur simpan produk
pangan yang kerusakannya banyak dipengaruhi oleh perubahan suhu, yaitu
dengan memicu terjadinya reaksi-reaksi kimia yang berkontribusi pada kerusakan
produk. Pendugaan umur simpan berdasarkan uji ASLT Arrhenius dari
berdasarkan parameter warna, dengan nilai t adalah 14.1308 hari. Umur simpan
dengan menggunakan kemasan metalized lebih sesuai untuk pengemasan biskuit
karena dapat memperlambat penyerapan air yang disebabkan permeabilitasnya
rendah
Kata Kunci: Arrhenius, Biskuit, Labuza, Yoghurt

ABSTRACT
Shelf life is the time needed by food products under certain storage
conditions to be able to reach a certain level of quality degradation. The Labuza
method is a model for estimating the shelf life of food products that are easily
damaged due to water absorption using the critical moisture content approach
and carried out with a critical moisture content approach, while the Arrhenius
method is used to estimate the shelf life of food products which are affected by
changes in temperature, namely by triggering chemical reactions that contribute
to product damage. Estimation of shelf life is based on ASLT Arrhenius test based
on color parameters, with a value of t is 14.1308 days. The shelf life using
metalized packaging is more suitable for packaging biscuits because it can slow
the absorption of water due to low permeability
Keyword: Arrhenius, Biscuit, Labuza, Yoghurt

I. PENDAHULUAN Streptococcus salivarius var.


thermophilus, dimana
Menurut Codex Alimentarius mikroorganisme dalam produk akhir
(1975) dalam Widodo (2002), harus hidup-aktif dan berlimpah.
yoghurt adalah sejenis produk susu Selain kultur tersebut, yoghurt
terkoagulasi, diperoleh dari komersial juga mengandung kultur
fermentasi asam laktat tertentu tambahan, terutama Lactobacillus
melalui aktivitas Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, dan
delbrueckii var. bulgaricus dan
Bifidobacterium spp (Aswal et al, (berpotensi terjadinya oksidasi
2012). lemak) atau yang mengandung gula
Menurut Floros dan pereduksi dan protein (berpotensi
Gnanasekharan (1993) menyatakan terjadinya reaksi kecoklatan). Karena
bahwa umur simpan adalah waktu reaksi kimia pada umumnya
yang diperlukan oleh produk pangan dipengaruhi oleh suhu, maka model
dalam kondisi penyimpanan tertentu Arrhenius mensimulasikan
untuk dapat mencapai tingkatan percepatan kerusakan produk pada
degradasi mutu tertentu. Oleh karena kondisi penyimpanan suhu tinggi di
itu umur simpan pada dasarnya dapat atas suhu penyimpanan normal.
diduga dari perubahan mutu, namun Model Arrhenius dilakukan
demikian perlu dipilih parameter dengan menyimpan produk pangan
mutu yang tepat. dengan kemasan akhir pada minimal
Umur simpan produk pangan tiga suhu penyimpanan ekstrim.
dapat diduga dengan menggunakan Percobaan dengan metode Arrhenius
metode ASLT. Metode ASLT adalah bertujuan untuk menentukan
metode pendugaan umur simpan konstanta laju reaksi (k) pada
yang menggunakan kondisi suatu beberapa suhu penyimpanan ekstrim,
lingkungan yang dapat mempercepat kemudian dilakukan ekstrapolasi
terjadinya reaksi-reaksi penurunan untuk menghitung konstanta laju
mutu produk pangan (Labuza dan reaksi (k) pada suhu penyimpanan
Riboh 1982). Metode ASLT sangat yang diinginkan dengan
baik dipakai karena waktu menggunakan persamaan Arrhenius.
pengujiannya yang relatif singkat, Dari persamaan tersebut dapat
namun ketepatan dan akurasinya ditentukan nilai k (konstanta
tinggi. Metode ASLT terbagi penurunan mutu) pada suhu
menjadi dua, yaitu metode kadar air penyimpanan umur simpan.
kritis dan metode Arrhenius. Persamaan model Arrhenius untuk
Model Arrhenius diterapkan menentukan umur simpan dinyatakan
untuk produk-produk pangan yang dengan persamaan sebagai berikut.
mudah rusak oleh akibat reaksi k = ko .exp (Ea/RT)
kimia, seperti oksidasi lemak, reaksi dimana :
Maillard, denaturasi protein, dsb. K = konstanta laju penurunan
Secara umum, laju reaksi kimia akan mutu Ko = konstanta (faktor
semakin cepat pada suhu yang lebih frekuensi yang tidak tergantung
tinggi yang berarti penurunan mutu suhu)
produk semakin cepat terjadi Ea = energi aktivasi
(Hariyadi dan Andarwulan, 2006). T = suhu mutlak (K)
Menurut Kusnandar (2006), produk R = konstanta gas (1.986 kal/mol
pangan yang dapat ditentukan umur K)
simpannnya dengan model Arrhenius Model kadar air kritis dapat
adalah makanan kaleng steril dilakukan dengan beberapa
komersial, susu Ultra High pendekatan, yaitu pendekatan kurva
Temperature (UHT), susu sorpsi isotermis dan metode kadar air
bubuk/formula, produk chip/snack, kritis termodifikasi. Pendekatan
jus buah, mi instan, frozen meat, dan kurva sorpsi isotermis digunakan
produk pangan lain yang untuk produk yang mempunyai
mengandung lemak tinggi kurva isotermis yang biasanya
berbentuk sigmoid (bentuk S). dicelup pada pH meter dibilas
Penentuan umur simpan produk dengan aquades sebelum dicelupkan
pangan dengan menggunakan ke dalam buffer pH 4. Tekan tulisan
pendekatan kurva sorpsi isotermis ‘ cal’ pada layar pH meter untuk
memperhitungkan pengaruh memulai kalibrasi buffer pH 4.
perbedaan kadar air awal Setelah berhasil, selanjutnya
dibandingkan dengan kadar air kritis, dikalibrasi dengan buffer pH 7.
perbedaan tekanan udara di luar dan Bagian yang dicelup pada pH meter
di dalam kemasan, permeabilitas uap dibilas kembali dengan aquades
air kemasan, dan luas kemasan sebelum dicelupkan ke dalam buffer
(Labuza, 1982). Metode ini pH 7. Tekan tulisan ‘ cal’ pada
merupakan penentuan umur simpan layar pH meter untuk memulai
berdasarkan akselerasi RH yang kalibrasi buffer pH 7, kemudian
ditentukan dari suatu kurva dibilas kembali dengan aquades
hubungan kadar air dengan aktivitas sebelum digunakan untuk mengukur
air (aw). pH sampel.

II. METODOLOGI 2.3.2 Metode ASLT Labuza


Pertama sampel biskuit
2.1 Alat dipotong-potong sebanyak 10 gram
Praktikum kali ini alat yang dan simasukkan ke dalam cawan
digunakan yaitu alumuniun-foil, aw konstan. Cawan dan sampel
meter, cawan, desikator kecil, dimasukan ke dalam desikator
inkubator 35oC, 45oC, dan 55oC, dengan perlakuan aquades, KCl
krustang, neraca analitik, oven, silika 75%, K2CO3 84%, NaOH 7%,
gel, termometer, timbangan, vaselin, MgCl2 32%, NaCl 43%. Masing-
dan wadah plastik. masing perlakuan mengunakan
desikator yang berbeda. Langkah
2.2 Bahan selanjutnya yaitu penyimpanan
Bahan yang digunakan yaitu air, plastik yang ditimbang terlebih
biskuit, garam KCl 75%, K2CO3 dahulu beratnya, kemudian diisi
84%, NaOH 7%, MgCl2 32%, NaCl dengan silica gel, lalu ditimbang
43%, Kemasan HDPE, metallized kembali dan disimpan di dalam
plastic, PE, PP tebal dan Yoghurt. desikator air. Catat berat dan RH dari
masing-masing sampel perhari.
2.3 Prosedur
2.3.1 Metode ASLT Arrhenius III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Langkah pertama yaitu sampel
yoghurt disimpan di inkubator pada Menurut Institute of Food
suhu 13oC, 28oC, dan 40oC. Amati Science and Technology (1974),
pH sampel dari hari ke 0-7 dengan umur simpan produk pangan adalah
menggunakan pH meter dan amati selang waktu antara saat produksi
dengan uji sensori yaitu aroma, hingga dikonsumsi dimana produk
warna, dan tekstur pada sampel berada dalam kondisi yang
yoghurt. Penggunaan pH meter untuk memuaskan berdasarkan
mengukur pH harus dikalibrasi karakteristik penampakan rasa,
terlebih dahulu. Pertama sediakan aroma, dan nilai gizi.
buffer pH 4, kemudian bagian yang
Praktikum kali ini dilakukan perubahan warna ini menunjukkan
penentuan umur simpan produk perubahan nilai gizi sehingga
yoghurt dengan metode Arrhenius dijadikan indikator penurunan mutu.
dan biskuit menggunakan metode Berdasarkan hasil pengamatan
Labuza. Berikut adalah hasil nilai dari parameter warna diperoleh
pengamatan sampel yoghurt nilai R2 orde 0 lebih besar
menggunakan pendugaan umur dibandingkan dengan orde 1.
simpan dengan metode Arrhenius. Berikut adalah hasil persamaan
regresinya.
3.1 Metode Arrhenius Tabel 1. Hasil Persamaan Regresi
Berdasarkan hasil pengamatan (Orde 0)
tabel 1 terlampir, diperoleh bahwa T(˚C) K Ln k 1/T
suhu penyimpanan 13˚C, 28˚C dan 13 0.3262 -1.1203 0.0033
40˚C memiliki penurunan dari 28 0.2452 -1.4055 0.0035
parameter warna, aroma, dan tekstur 40 0.3827 -0.9604 0.0032
yang fluktuatif selama waktu (Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018)
pengamatan, sedangkan pada Berdasarkan hasil tabel diatas
parameter pH terjadi penurunan dan nilai k atau laju penurunan mutu
kenaikan. dapat diketahui dari slope orde 0
Hubungan nilai setiap parameter pada masing-masing suhu. Nilai
terhadap lama penyimpanan dapat slope merupakan konstanta laju
diplotkan ke dalam grafik dan reaksi perubahan karakteristik
diperoleh persamaan regresinnya produk atau laju penurunan mutu (k)
dari masing-masing suhu. Data hasil (Hough et al., 2006). Dari data
analisa produk terhadap waktu diatas akan dibuat regresi kembali
diplotkan dan dihitung persamaan antara 1/T dengan Ln K untuk
regresi liniernya. Kemudian diperoleh persamaan yang digunakan
diperoleh tiga persamaan regresi untuk mencari nilai Ln K. Persamaan
untuk tiga kondisi suhu Y = ax + b, nilai Y sama dengan Ln
penyimpanan produk dengan K sehingga mencari Ln K dapat
menggunakan y = a + bx (Hough et dilakukan dengan cara tersebut.
al., 2006). Selanjutnya nilai Ln K tersebut
Untuk menentukan ordo digunakan untuk mencari nilai K
reaksi yang digunakan dibuat grafik yang akan digunakan untuk mencari
ordo nol yaitu hubungan antara nilai nilai t. Berikut adalah grafik
k dengan lama penyimpanan dan hubungan Ln K terhadap 1/T.
ordo satu yaitu hubungan antara ln k
dengan lama penyimpanan (Hough et
al., 2006). Persamaan orde 0 dan
orde 1 dibuat dengan tujuan untuk
membandingkan nilai R2 yang lebih
besar.

 Warna
Parameter warna digunakan
pada penilaian ini karena perubahan
warna akan mempengaruhi tingkat Gambar 1. Hubungan Ln K
penerimaan produk pangan dimana terhadap 1/T
(Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan grafik hubungan ln Selanjutnya nilai Ln K tersebut
k terhadap 1/T, diperoleh persamaan digunakan untuk mencari nilai K
regresi yaitu y = -1485.4x + 3.7959 yang akan digunakan untuk mencari
dengan nilai R² = 0.9949. Persamaan nilai t. Berikut adalah grafik
tersebut dapat digunakan untuk hubungan Ln K terhadap 1/T.
menentukan umur simpan sampel
dengan suhu penyimpanan 13 ˚C, 28
˚C, dan 40˚C.

 Tekstur
Menurut Rahmanto dkk (2014),
tingkat penerimaan produk pangan
dari tekstur sangat dipengaruhi oleh
kadar air, sehingga secara tidak
langsung perubahan tekstur
dipengaruhi oleh waktu Gambar 2. Hubungan Ln K
penyimpanan dan suhu terhadap 1/T
penyimpanan. Semakin lama dan (Sumber:Dokumentasi Pribadi,
semakin tinggi suhu sampel 2018)
disimpan, maka skor hedonik secara Berdasarkan grafik hubungan ln
rata-rata akan semakin menurun. k terhadap 1/T, diperoleh persamaan
Berdasarkan hasil pengamatan regresi yaitu y = -1686.3x + 4.3234
nilai dari parameter tekstur diperoleh dengan nilai R² = 0.9832. Persamaan
nilai R2 orde 0 lebih besar tersebut dapat digunakan untuk
dibandingkan dengan orde 1. Berikut menentukan umur simpan sampel
adalah hasil persamaan regresinya. dengan suhu penyimpanan 13 ˚C, 28
Tabel 2. Hasil Persamaan Regresi ˚C, dan 40˚C.
(Orde 0)  pH
Berdasarkan hasil pengamatan
T(˚C) K Ln k 1/T
nilai dari parameter pH diperoleh
13 0.2893 -1.2403 0.0033
nilai R2 orde 1 lebih besar
28 0.2042 -1.5888 0.0035
dibandingkan dengan orde 0. Berikut
40 0.3375 -1.0862 0.0032 adalah hasil persamaan regresinya.
(Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018) Tabel 3. Hasil Persamaan Regresi
Berdasarkan hasil tabel diatas (Orde 1)
nilai k atau laju penurunan mutu
T(˚C) K Ln k 1/T
dapat diketahui dari slope orde 0
13 0.0017 -6.3697 0.0033
pada masing-masing suhu. Nilai
28 0.0017 -6.3697 0.0035
slope merupakan konstanta laju
40 0.0004 -7.7256 0.0032
reaksi perubahan karakteristik
produk atau laju penurunan mutu (k) (Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018)
(Hough et al., 2006). Dari data Berdasarkan hasil tabel diatas
diatas akan dibuat regresi kembali nilai k atau laju penurunan mutu
antara 1/T dengan Ln K untuk dapat diketahui dari slope orde 1
diperoleh persamaan yang digunakan pada masing-masing suhu. Nilai
untuk mencari nilai Ln K. Persamaan slope merupakan konstanta laju
Y = ax + b, nilai Y sama dengan Ln reaksi perubahan karakteristik
K sehingga mencari Ln K dapat produk atau laju penurunan mutu (k)
dilakukan dengan cara tersebut. (Hough et al., 2006). Dari data
diatas akan dibuat regresi kembali dan semakin tinggi suhu sampel
antara 1/T dengan Ln K untuk disimpan, maka skor hedonik secara
diperoleh persamaan yang digunakan rata-rata akan semakin menurun.
untuk mencari nilai Ln K. Persamaan Penurunan penilaian panelis terhadap
Y = ax + b, nilai Y sama dengan Ln aroma dapat terjadi akibat
K sehingga mencari Ln K dapat menguapnya kandungan senyawa-
dilakukan dengan cara tersebut. senyawa volatil pada yoghurt.
Selanjutnya nilai Ln K tersebut Semakin lama waktu dan suhu
digunakan untuk mencari nilai K penyimpanan, maka akan semakin
yang akan digunakan untuk mencari memperbesar tingkat penguapan
nilai t. Berikut adalah grafik senyawa volatil pada produk (Wijaya
hubungan Ln K terhadap 1/T. 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan
nilai dari parameter Aroma diperoleh
nilai R2 orde 1 lebih besar
dibandingkan dengan orde 0. Berikut
adalah hasil persamaan regresinya.
Tabel 4. Hasil Persamaan Regresi
(Orde 1)
T(˚C) K Ln k 1/T
13 0.0948 -2.3558 0.0033
Gambar 3. Hubungan 1/T 28 0.0628 -2.7677 0.0035
terhadap ln k 40 0.1237 -2.0896 0.0032
(Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018) (Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018)
Berdasarkan grafik hubungan ln Berdasarkan hasil tabel diatas
k terhadap 1/T, diperoleh persamaan nilai k atau laju penurunan mutu
regresi yaitu yaitu y = -4228.4x + dapat diketahui dari slope orde 1
20.936 dengan nilai R² = 0.6689. pada masing-masing suhu. Nilai
Persamaan tersebut tidak bisa slope merupakan konstanta laju
digunakan untuk menentukan umur reaksi perubahan karakteristik
simpan karena nilai R² di bawah 0.9 produk atau laju penurunan mutu (k)
atau jauh dari nilai 1. Hal tersebut (Hough et al., 2006). Dari data
diduga karena selama proses diatas akan dibuat regresi kembali
penyimpanan berlangsung, nilai pH antara 1/T dengan Ln K untuk
naik dan turun tidak menentu, diperoleh persamaan yang digunakan
kemudian saat dibuat persamaan untuk mencari nilai Ln K. Persamaan
linearisasi, persamaan yang didapat Y = ax + b, nilai Y sama dengan Ln
tidak bisa menyatakan data yang K sehingga mencari Ln K dapat
sebenarnya (R² 0.3 = hanya 0.3 data dilakukan dengan cara tersebut.
pengamatan yang dapat dinyatakan Selanjutnya nilai Ln K tersebut
dengan persamaan). digunakan untuk mencari nilai K
yang akan digunakan untuk mencari
 Aroma nilai t. Berikut adalah grafik
Tingkat penerimaan produk hubungan Ln K terhadap 1/T.
pangan dari aroma dihasilkan dari Berikut adalah grafik hubungan
senyawa-senyawa volatil yang ln k terhadap 1/T.
terkandung dari bahan yang
menyusun yoghurt. Semakin lama
Qo = 4.95
Qt = 2
Contoh perhitungan
parameter warna pada suhu 4oC:
Qt = Qo – k.t
2 = 4.95 – (0,2087631).(t)
t = 4,95 / (2 x 0,2087631)
t = 11,8555
t = 11 hari
Gambar 4. Hubungan 1/T Nilai t pada parameter lain
terhadap ln k (warna dan tekstur) dihitung
(Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018) menggunakan rumus yang sama,
Berdasarkan grafik hubungan ln dengan hasil seperti di bawah ini:
k terhadap 1/T, diperoleh persamaan T aroma = 16 hari
regresi yaitu y = -2255x + 5.1226 T tekstur = 14.5941 hari
dengan nilai R2 = 0,9988. Persamaan Perhitungan tersebut
tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan waktu / umur produk
menentukan umur simpan sampel yang paling singkat yaitu pada
dengan suhu penyimpanan 13 ˚C, 28 parameter warna pada suhu
˚C, dan 40˚C. penyimpanan 4oC yaitu selama
Untuk menentukan nilai k, nilai 14.1308 hari. Hasil tersebut sesuai
slope dan intercept yang didapat dari dengan penelitian menurut Sugiarto
masing masing parameter (1997) yang menyatakan bahwa
dimasukkan ke dalam rumus berikut sebaiknya yoghurt disimpan pada
ini. suhu 5oC atau 10oC dan dianjurkan
ln k = slope (1/T) + intercept batas waktu kelayakan konsumsi
yoghurt tidak lebih dari dua minggu.
Contoh perhitungan dari parameter Yoghurt memiliki umur simpan
warna pada suhu 4oC: selama 30 hari/1 bulan setelah
ln k = -1485,4 (1/T) + 3,7959 diproduksi apabila pH nya tetap
ln k = - 1485,4 (1 / (4+273)) + berkisar antara 4-4,5 dan disimpan
3,7959 pada suhu rendah yaitu 5-8oC
ln k = - 1485,4 (0,0036) + 3,7959 (Paramitha, 2016)
ln k = - 1,566554874
k = 0,2087631 3.2 Metode Labuza
Nilai k pada parameter lain
(warna dan tekstur) dihitung Kerusakan produk dapat diamati
menggunakan rumus yang sama, ari penuruan kekerasan atau
dengan hasil seperti di bawah ini: kerenyahan, dan/ atau peningaktan
K aroma = 0,04888 kelengketan atau penggumpalan.
K tekstur = 0,17130 Laju penyerapan air oleh produk
Setelah diperoleh nilai k, pangan selama penyimpanan
kemudian akan dilakukan dipengaruhi oleh tekanan uap air
perhitungan pendugaan waktu umur murni pada suhu udara tertentu,
simpan dengan rumus: permeabilitas uap air dan luasan
Qt = Qo – k.t kemasan yang digunakan, kadar air
Dimana : awal produk, berat kering awal
Qo = Skor terbaik pada suhu tertentu produk, kadar air kritis, kadar air
Qt = Skor kritis pada suhu tertentu
kesetimbangan pada RH persamaan umur simpan Labuza
penyimpanan, dan slope kurva dapat diketahui umur simpan biskuit.
isoterm sorpsi air. Faktor-faktor Adanya perubahan berat setiap
tersebut diformulasikan oleh Labuza sampel selama penyimpanan akan
dan Schmidl (1985) menjadi model menghasilkan nilai Me. Sedangkan
matematika untuk menduga umur adanya perbedaan jenis kemasan
simpan yang dapat diterapkan yang digunakan, akan meningkatkan
khususnya untuk produk pangan lama penyimpanan pada suhu ruang.
kering yang memiliki kurva isoterm Kemasan dengan permeabilitas
sorpsi air (ISA) berbentuk sigmoid. tinggi dan waktu penyimpanan yang
Metode Labuza merupakan semakin lama menyebabkan
model untuk menduga umur simpan penyerapan air semakin besar
produk pangan yang mudah rusak sehingga kadar air meningkat. Hal
karena penyerapan air adalah dengan ini sesuai dengan literatur Kusnandar
pendekatan metode kadar air kritis. (2010) yang menyatakan bahwa
Data percobaan yang diperoleh semakin tinggi nilai permeabilitas
dapat mensimulasi umur simpan kemasan (k/x) maka semakin besar
produk dengan permeabilitas difusi air dan gas yang melalui
kemasan dan kelembaban relatif kemasan sehingga kadar air produk
ruang penyimpanan yang berbeda. semakin besar. Herawati (2008) yang
Umur simpan produk yang menyatakan bahwa faktor yang
higroskopis ditentukan oleh seberapa sangat berpengaruh terhadap
mudah uap air dapat bermigrasi ke penurunan mutu produk pangan
dalam produk selama penyimpanan adalah perubahan kadar air dalam
dengan menembus kemasan. produk. Perubahan kadar air dalam
Semakin besar perbedaan antara produk dapat dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban relatif lingkungan kelembaban ruang, dan lama
penyimpanan dibandingkan kadar air penyimpanan.
produk pangan, maka air semakin Model persamaan kurva sorpsi
mudah bermigrasi. isotermis (Hasley, Chen-Clayton,
Pada pendekatan kadar air kritis Henderson, Caurie, dan Oswin)
diperlukan kurva isothermis yang digunakan untuk menentukan kadar
bisa diperoleh melalui penyimpanan air kesetimbangan biskuit (Me).
sampel dalam desikator modifikasi Berdasarkan data yang telah didapat,
berlarutan garam dan melalui aw- dapat digunakan untuk menentukan
meter. Banyak model-model model yang dapat menggambarkan
persamaan matematis yang telah kura sorpsi isotermis dengan tepat,
dikembangkan untuk menjelaskan agak tepat, ataupun kurang tepat
fenomena isoterm sorpsi air secara dengan menentukan nilai MRD
teoritis (Chirife dan Iglesias, 1978; masing-masing model. Model-model
Van de Berg dan Bruin, 1981). persamaan tersebut kemudian diuji
Persamaan tersebut diantaranya ketepatannya dengan menghitung
adalah model Hasley, Chen-Calyton, nilai MRD (Mean Relative
Henderson, Caurie, dan Oswin. Determination). Uji ketepatan
Kurva isothermis wafer stick persamaan sorpsi isotermis dilakukan
didapatkan dengan model isothermis untuk mengetahui ketepatan dari
Hasley dan model isothermis GAB. beberapa model persamaan sorpsi
Selanjutnya dengan menggunakan isotermis yang terpilih sehingga
memperoleh kurva sorpsi isotermis beberapa model persamaan sorpsi
dengan menggunakan perhitungan isotermis dalam penentuan umur
MRD (Walpole, 1992). Hasil simpan dapat dilihat pada Tabel 1.
perhitungan nilai MRD terhadap
Tabel 5. Hasil Perhitungan MRD

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)


Berdasarkan hasil pengamatan, model Hasley. Nilai kemiringan (b)
MRD Hasley menghasilkan 9,30; untuk produk wafer dapat dilihat
MRD Caurie menghasilkan 14,32; pada Gambar 1. Berdasarkan
MRD Oswin menghasilkan 10,59; Gambar 1 diketahui bahwa titik-titik
MRD Henderson menghasilkan hubungan antara aktivitas air dan
12,59; dan MRD GAB menghasilkan kadar air kesetimbangan memiliki
3488,919. Hasil perhitungan MRD persamaan linear y= a + bx. Nilai b
pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari persamaan linear tersebut
model Hasley adalah model yang merupakan nilai kemiringan kurva
paling tepat (5<MRD<10) dalam sorpsi isotermis. Nilai kemiringan (b)
menggambarkan keseluruhan kurva kurva sorpsi isotermis untuk produk
sorpsi isotermis untuk biskuit pada biskuit adalah 0,196. Nilai-nilai
penyimpanan suhu ruang. Karena kemiringan (b) tersebut akan
apabilkaMRD>10 maka model digunakan dalam perhitungan umur
tersebut tidak tepat untuk simpan biskuit.
menggambarkan kondisi yang
sebenarnya.
Perhitungan umur simpan
berdasarkan persamaan Labuza
membutuhkan nilai kemiringan (b)
kurva sorpsi isotermis. Menurut
Labuza (1982), daerah linear untuk
menentukan slope kurva sorpsi
isotermis diambil antara daerah Gambar 5. Kurva Sorpsi Isotermis
kadar air awal dan kadar air kritis. Wafer Model Hasley
Nilai kadar air awal didapat sebesar (Sumber:Dokumentasi Pribadi, 2018)
0,0558, sedangkan nilai kadar air Berdasarkan persamaan yang
kritis sebesar 39,5907. Menurut didapatkan dari kurva sorpsi
Arpah (2001), kemiringan (b) kurva isotermis (gambar 1), diperoleh umur
sorpsi isotermis ditentukan dari garis simpan pada setiap kemasan yang
lurus yang terbentuk pada kurva diuji sebagai berikut:
model persamaan sorpsi isotermis
terpilih. Pada parktikum ini, nilai
kemiringan (b) pada produk biskuit
diperoleh dari kemiringan kurva
sorpsi isotermis yang terbentuk pada
Tabel 6. Hasil Pengamatan Umur untuk slope 1 memiliki umur simpan
Simpan 72 hari atau 2 bulan, slope 2
memiliki umur simpan 97 hari atau 3
bulan, dan slope 3 memiliki umur
simpan 112 hari dan 4 bulan.
Sedangkan Rh 89% untuk slope 1
memiliki umur simpan 58 hari atau 2
bulan, slope 2 memiliki umur simpan
79 hari atau 3 bulan dan slope 3
memiliki umur simpan 117 hari atau
4 bulan.
Kemasan HDPE Rh 75% untuk
slope 1 memiliki umur simpan 374
hari atau 12 bulan, slope 2 memiliki
umur simpan 505 hari atau 17 bulan,
dan slope 3 memiliki umur simpan
403 hari atau 13 bulan. Rh 85%
untuk slope 1 memiliki umur simpan
319 hari atau 11 bulan, slope 2
memiliki umur simpan 430 hari atau
14 bulan, dan slope 3 memiliki umur
simpan 497 hari dan 17 bulan.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, Sedangkan Rh 89% untuk slope 1
2018) memiliki umur simpan 259 hari atau
Berdasarkan hasil pengamatan 9 bulan, slope 2 memiliki umur
Tabel 2 Biskuit dengan kemasan PP simpan 350 hari atau 12 bulan dan
Rh 75% untuk slope 1 memiliki slope 13 memiliki umur simpan 520
umur simpan 164 hari atau 5 bulan, hari atau 17 bulan.
slope 2 memiliki umur simpan 231 Biskuit dengan kemasan
hari atau 7 bulan, dan slope 3 metalized Rh 75% untuk slope 1
memiliki umur simpan 176 hari atau memiliki umur simpan 1109 hari
6 bulan. Rh 85% untuk slope 1 atau 37 bulan, slope 2 memiliki umur
memiliki umur simpan 139 hari atau simpan 1496 hari atau 50 bulan, dan
5 bulan, slope 2 memiliki umur slope 3 memiliki umur simpan 1194
simpan 188 hari atau 6 bulan, dan hari atau 40 bulan. Rh 85% untuk
slope 3 memiliki umur simpan 217 slope 1 memiliki umur simpan 944
hari dan 7 bulan. Sedangkan Rh 89% hari atau 31 bulan, slope 2 memiliki
untuk slope 1 memiliki umur simpan umur simpan 1274 hari atau 42
113 hari atau 4 bulan, slope 2 bulan, dan slope 3 memiliki umur
memiliki umur simpan 153 hari atau simpan 1473 hari dan 49 bulan.
5 bulan dan slope 3 memiliki umur Sedangkan Rh 89% untuk slope 1
simpan 227 hari atau 8 bulan. memiliki umur simpan 767 hari atau
Kemasan denga PE Rh 75% 26 bulan, slope 2 memiliki umur
untuk slope 1 memiliki umur simpan simpan 1036 hari atau 35 bulan dan
84 hari atau 3 bulan, slope 2 slope 3 memiliki umur simpan 1539
memiliki umur simpan 114 hari atau hari atau 51 bulan. Hal ini
4 bulan, dan slope 3 memiliki umur menunjukkan bahwa kemasan
simpan 91 hari atau 3 bulan. Rh 85% metalized lebih sesuai untuk
pengemasan biskuit karena dapat [BSN] Badan Standarisasi Nasional.
memperlambat penyerapan air yang 1992. SNI 01-2973-1992. Syarat
disebabkan permeabilitasnya rendah. Mutu dan Cara Uji Biskuit.
Perhitungan umur simpan ini Badan Standarisasi Nasional.
bersifat pendugaan, karena Jakarta.
kerusakan produk hanya didasarkan Chirife, J. dan Iglesias, H. A. 1978.
pada penyerapan air hingga tercapai Equation for fitting water sorption
kondisi kritis. Oleh karena itu, isotherm foods. Journal Food
sebaiknya perlu dilakukan pengujian Tech. 28: 319-327.
pada parameter lain (selain
kandungan kimia seperti kadar air) Christian, J.H.B. 1980. Reduced
sehingga dapat mendukung bahwa water activity. In J.H. Silliker,
umur simpan yang diduga dengan R.P. Elliot, A.C.p 79-90
metode ASLT model Labuza ini Floros JD, Gnanasekharan. 1993.
menjadi informasi ilmiah yang lebih Shelf life Prediction of Packaged
akurat. Foods. Di dalam: Arpah. 2001.
Buku dan Monograf Penentuan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kadaluarsa Produk pangan. Bogor
(ID): Program studi Ilmu Pangan,
Pendugaan umur simpan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
berdasarkan uji ASLT Arrhenius dari
keempat parameter yang diujikan Goncalves, E. M., M. Abreu, T.R.S.
yaitu berdasarkan parameter warna, Brandao and C.L.M. Silva. 2011.
dengan nilai t adalah 14.1308 hari. Degradation Kinetics of Colour,
Hasil yang didapat dari metode Vitamin C, and Drip Loss In
Labuza yaitu, menunjukkan bahwa Frozen Broccoli (Brassica
model Hasley adalah model yang Oleracea L. Ssp. Italica) During
paling tepat (5<MRD<10) dalam Storage Isothermal and
menggambarkan keseluruhan kurva Nonisothermal Conditions.
sorpsi isotermis untuk wafer pada International Journal of
penyimpanan suhu ruang. Refrigeration 34: 236-2144.
Berdasarkan persamaan yang Hariyadi, P. dan N. Andarwulan.
didapatkan dari kurva sorpsi 2006. Perubahan Mutu (Fisik,
isotermis, diperoleh umur simpan Kimia dan Mikrobiologi) Produk
dengan menggunakan kemasan Pangan Selama Pengolahan dan
metalized lebih sesuai untuk Penyimpanan. Di dalam: Modul
pengemasan biskuit karena dapat Pelatihan Pendugaan dan
memperlambat penyerapan air yang Pengendalian Masa Kadaluarsa
disebabkan permeabilitasnya rendah. Bahan dan Produk Pangan.
Departemen Ilmu dan Teknologi
DAFTAR PUSTAKA Pangan dan Seafast Center IPB,
Bogor.
Aswal, P., A. Shukla., dan S.
Priyadarshi. 2012. Yoghurt : Herawati, H. 2008. Penentuan Umur
Preparation, Characteristic and Simpan Produk Pangan. Dalam
Recent Advancements. Cibtech Jurnal Litbang Pertanian,
Journal of Bio-Protocols. Vol 1, 27(4).
No. 2 : hal 32-44.
Hilda Dasa Indah. 2011. Pendugaan Simpan Fruit Leather Nangka
Umur Simpan Cone Es Krim (Arrtocarpus Heterophyllus)
dengan Metode Akselarasi Dengan Penambahan Gum Arab
Kadar Air Kritis. Institut Menggunakan Metode
Pertanian Bogor. Bogor. Accelerated Shelf Life Test (Aslt)
Model Arrhenius. Jurnal
Hough, G., Garitta, L., and G.
Teknosains Pangan Vol 3 (3) : 35-
Gomez. 2006. Sensory Shelf Life
43
Predictions by Survival Analysis
Accelerated Storage Models. Rahayu, W.P., H. Nababan, S.
Food Quality and Preference Budijanto, dan D.Syah. 2003.
17(6): 468-473. Pengemasan, Penyimpanan
danPelabelan. Badan Pengawasan
[IFST] Institute of Food Science and
Obat dan Makanan,
Technology. 1974. Shelf life of
Jakarta.
food. di dalam: Heny Herawati.
2008. Penentuan Umur Simpan Sugiarto. 1997. Proses Pembuatan
Pada Produk Pangan. J Litbang dan Penyimpanan Yoghurt yang
Pertanian. 27(4). Baik. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Kusnandar, F. 2006. Desain
Percobaan dalam Penetapan Umur Van den Berg, Bruin S. 1981. Water
Simpan Produk Pangan dengan activity and its estimation in food
Metode ASLT (Model Arrhenius systems: Theoretical aspects. In
dan Kadar Air Kritis). Di dalam: Water activity: Influences on food
Modul Pelatihan Pendugaan dan quality. LB Rockland, GF
Pengendalian Masa Kadaluarsa Stewart. New York: New York
Bahan dan Produk Pangan. Academic.
Departemen Ilmu dan Teknologi Walpole, R. E. 1992. Pengantar
Pangan dan Seafast Center IPB, Statistika. PT Gramedia Pustaka
Bogor. Utama, Jakarta.
Labuza, T. P. 1982. Shelf Life Walpole, Ronald E., Raymond H.
Dating of Foods. Food and Myers, Shaton L. Myers, &
Nutrition Press. Westport, Keying Ye. 2012. Probablility &
Connecticut.
Statistics for Engineers &
Labuza, T.P., dan D. Riboh. 1982. Scientics 9th Edition. Boston:
Theory and Aplication of Pearson Education, Inc
Arrhenius Kinetics to The Widodo, Wahyu. 2002. Bioteknologi
Prediction of Nutrien Losses in Fermentasi Susu. Pusat
Food. Food Technology 36:66-74. Pengembangan Bioteknologi.
Paramitha, Catarina. V. 2016. Proses Universitas Muhammadiyah
Produksi dan Pengawasan Mutu Malang.
Yoghurt pada CV. Cita Nasional Wijaya, C. H. 2007. Pendugaan
Salatiga. Laporan Kerja Praktek. Umur Simpan Produk Kopi Instan
Universitas Katolik Formula Merk-Z dengan Metode
Soegijapranata, Semarang. Arrhenius. Skripsi. Fakultas
Rahmanto, S.A, N. Heri R.P, A. Teknologi Pertanian Institut
Asri. 2014. Pendugaan Umur Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai