Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus

Hernia Nucleus Pulposus Cervical

Disusun Oleh :
Anggun Kusuma Dewi
Farah Zahida
Sri Wahyuningsih
Rizky Febriansyah
Engkay Abu Bakar

Pembimbing :
dr. Nino Widjayanto, Sp.S

KEPANITERAAN DEPARTEMEN SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB BEKASI
BEKASI
PERIODE 24 DESEMBER 2018 – 26 JANUARI 2019

1
STATUS NEUROLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
a) Nama : Tn. W
b) Umur : 43 tahun
c) Jenis Kelamin : Laki – laki
d) Alamat : Kalibaru
e) Status Pernikahan : Sudah Menikah
f) Status Pendidikan : SLTP
g) Suku : Jawa
h) Agama : Islam
i) No. RM : 00-38-6x-xx
j) Tanggal Masuk : 29/01/2019

II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada hari Selasa tanggal 4
Januari 2019
a) Keluhan Utama
Lemah pada keempat anggota gerak badan.

b) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Kab Bekasi dengan keluhan
keempat lengan dan tungkai sulit digerakkan karena merasa lemah setelah terjatuh
dari motor 1 jam SMRS. Lemah yang dirasakan seperti lengan sulit digerakkan karena
tidak bertenaga dan tungkai tidak dapat menopang tubuh. Lemah keempat anggota
gerak pada pasien sebelumnya juga sudah sering dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,
terutama ketika pasien baru bangun tidur di pagi hari, tetapi tidak seberat ketika
pasien terjatuh. Sebelumnya, pasien tidak menghiraukan karena tetap dapat
beraktivitas seperti biasa. Selain itu pasien juga merasakan nyeri dan kaku pada leher,
menjalar dari kepala sampai bahu. Nyeri pada leher pasien menimbulkan sensasi
tajam seperti ditusuk tusuk, terutama ketika pasien sedang bekerja yang
mengharuskan pasien menunduk. Pasien juga sering kesemutan di kedua lengan dan

2
tungkai sejak 1 tahun yang lalu. Kesemutan yang dirasakan pasien hilang timbul,
kesemutan diperberat ketika pasien sedang beraktivitas atau sedang tidak
menggunakan alas kaki. Pasien mengatakan tangan kanan lebih sering kesemutan
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Kesemutan yang dirasakan pasien menganggu
aktivitas, terutama ketika pasien sedang memegang stang motor, kesemutan muncul
tiba-tiba sehingga pasien melepas tangannya dan hilang kendali. Keluhan seperti
demam, sakit kepala, mual, muntah, bicara pelo, dan pingsan disangkal oleh pasien.
Tidak ada gangguan buang air kecil dan buang air besar pada pasien. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, diabetes sebelumnya, dan sedang tidak dalam
pengobatan apapun.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada.

d) Riwayat Pribadi

Pasien merupakan seorang vegetarian, tidak mengonsumsi daging ayam dan


daging merah. Selain itu, pasien ialah seorang perokok, yang menghabiskan 3
bungkus rokok setiap hari, pasien juga selalu minum kopi hitam lebih dari 3 kali
setiap harinya. Pasien tidak pernah berolahraga rutin.

e) Riwayat Keluarga

Hubungan Umur (Tahun) Jenis Kelamin Keadaan Penyebab Meninggal


Kesehatan
Kakek - L Meninggal Tidak diketahui
Nenek - P Meninggal Tidak diketahui
Ayah - L Meninggal Tidak diketahui
Ibu - P Meninggal Tidak diketahui
Istri 48 tahun P Sehat -
Anak 13 tahun P Sehat -

f) Riwayat Sosial

3
Pasien bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Pasien tinggal bersama anak
dan istrinya.

III. OBJEKTIF
A. Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Kesadaran : composmentis
iii. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2. Nadi : 80 kali / menit, isi cukup, regular,
teraba kuat.
3. Pernapasan : 16 kali/menit, tipe thorakalabdominal
4. Suhu : 36,8 °c
iv. Berat Badan : 68 kg
v. Tinggi Badan : 164 cm
vi. Status Gizi : 25,2 kg/m2 (overweight)
vii. Kepala : Normocephali, warna rambut hitam, tidak
mudah dicabut, vulnus excoriasi pada Os. Frontal.
viii. Mata : konjungtiva tidak anemis, udem palpebra tidak
ada, ptosis tidak ada
ix. Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak
tampak adanya lesi maupun benjolan.
x. Thorax

Jantung

Inspeksi Bentuk normal, tidak terlihat ictus cordis


Palpasi Ictus Cordis teraba kuat angkat dan reguler pada ICS 5 garis midklavikularis
kiri
Perkusi Batas kanan: ICS IV linea sternalis kanan
Batas kiri: ICS V 2 cm lateral linea midklavikularis kiri
Batas atas: ICS II linea sternal kiri

4
Batas pinggang: ICS III linea parasternal kiri

Paru-paru

Inspeksi Kiri Simetris dalam keadaan statis dan dinamis


Kanan Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi Kiri Sela iga normal, benjolan tidak ada, nyeri tekan ada, fremitus
vokal dan taktil melemah
Kanan Sela iga normal, benjolan tidak ada, nyeri tekan ada. fremitus
vokal dan taktil melemah
Perkusi Kiri Sonor
Kanan Sonor
Auskultasi Kiri Vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada
Kanan Vesikuler, ronkhi dan wheezing tidak ada

xi. Abdomen
Inspeksi : datar, dilatasi vena (-)
Palpasi
 Dinding perut : massa (-), nyeri tekan (-)
 Hati : tidak teraba massa/perbesaran
 Limpa : tidak teraba massa/perbesaran
 Ginjal : tidak teraba, bimanual (-), ballotement (-)
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+), normoperistaltik

5
xii. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis tidak ada, CRT ≤ 2
detik, terdapat vulnus excoriasi pada tungkai kiri, tidak ada edema.

B. Status Psikis (MMSE)


C. Status Neurologis
i. Glasgow Coma Scale : E:4 M: 6 V: 5 (15)
ii. Tanda Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk :-
2. Laseque : -/-
3. Kernig : -/ -
4. Brudzinsky I :-
5. Brudzinsky II :-

iii. Nervus Cranialis


a) Nervus I (Olfactory nerve)
KANAN KIRI
Penghidu Normosmia Normosmia

b) Nervus II (Optic nerve)


KANAN KIRI
Visus 20/20 20/20
Pengenalan Warna Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lapang Pandang Normal Normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Kesamaan pupil Isokor Isokor
Refleks cahaya Langsung + +
Refleks cahaya konsensual + +

c) Nervus III, IV, VI (Oculomotor, Trochler, Abducens nerve)


KANAN KIRI
Ptosis - -

6
Gerak Mata Normal Normal
Sela Mata 1,2 cm 1,2 cm
Strabismus - -
Diplopia - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -

d) Nervus V (Tigeminal nerve)


KANAN KIRI
Sensibilitas muka atas, Simetris Simetris
tengah, bawah
Menggigit Simetris Simetris
Membuka mulut Simetris Simetris
Mengunyah Simetris Simetris
Reflex kornea Normal Normal
Reflex bersin Normal Normal
Jaw-jerk test Normal Normal

e) Nervus VII (Facial nerve)

KANAN KIRI
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Simetris Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
Lekukan nasolabialis Simetris Simetris
Mencembungkan pipi Simetris Simetris
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

f) Nervus VIII (Vestibulocochlear nerve)

KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik Normal Normal

7
Mendengar detik arloji Normal Normal
Test Rinne Konduksi udara lebih baik Konduksi udara lebih baik
daripada tulang daripada tulang
Test Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Test Schwabach Tidak memanjang Tidak memanjang
Kesan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

g) N. IX (Glossopharyngeal nerve) dan N X (Vagus Nerve)


1) Arkus faring : Simetris
2) Daya kecap lidah 1/3 belakang : Tidak dilakukan
3) Refleks muntah : Positif
4) Fonasi : Normal

h) Nervus XI (Accessory nerve)

KANAN KIRI
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal

i) Nervus XII (Hypoglossal nerve)


1) Tremor : Negatif
2) Fasikulasi : Negatif
3) Atrofi papil lidah : Negatif
4) Pergerakan lidah : Simetris
5) Artikulasi : Normal

iv. Sistem Motorik

Anggota Gerak Atas


KANAN KIRI
Tremor Negatif Negatif

8
Fasikulasi Negatif Negatif
Trofi Normotrofi Normotrofi
Gerakan involunter Negatif Negatif
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 4455 4455

Anggota Gerak Bawah


KANAN KIRI
Tremor Negatif Negatif
Fasikulasi Negatif Negatif
Trofi Normotrofi Normotrofi
Gerakan involunter Negatif Negatif
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 4455 4455
v. Sistem Sensorik

SENSIBILIT TANGAN KAKI


AS Kanan Kiri Kanan Kiri
Taktil Berkurang Berkurang Berkurang Berkurang
Nyeri Positif Positif Positif Positif
Hipoestesi setinggi dermatom C6, C7, C8 simetris
vi. Refleks Fisiologis

REFLEKS KANAN KIRI


Biceps reflex Positif Positif
Triceps reflex Positif Positif
Knee patela reflex Positif Positif
Archilles reflex Positif Positif
Refleks kulit perut Negatif Negatif

vii. Refleks Patologis

9
REFLEKS KANAN KIRI
Hoffman reflex Negatif Negatif
Trommer refleks Negatif Negatif
Babinsky reflex Negatif Negatif
Chaddock reflex Negatif Negatif
Oppenheim reflex Negatif Negatif
Schaeffer reflex Negatif Negatif
Gordon reflex Negatif Negatif
Mendel reflex Negatif Negatif
Rossolimo reflex Negatif Negatif

viii. Klonus

KANAN KIRI
Patella Negatif Negatif
Achilles Negatif Negatif

ix. Fungsi Cerebellum


1. Cara berjalan : Normal
2. Test Romberg : Positif
3. Ataksi : Negatif
4. Rebound fenomen : Negatif
5. Dismetri
i. tes telunjuk-hidung :Negatif
ii. tes tumit-lutut : Negatif
6. Disdiadokhokinesis : Negatif
x. Pemeriksaan radikulopati:
1. Tes Tinnel leher : +/-
2. Tes Spurling :+
3. Tes Tinnel wrist : +/-

xi. Gerakan-gerakan abnormal


1. Tremor : Negatif
2. Athetose : Negatif

10
3. Mioklonik : Negatif
4. Chorea : Negatif
xiii. Alat vegetative
1. Miksi : inkontinensia urin (-)
2. Defekasi : inkontinensia alvi (-)
3. Refleks anal : Tidak dilakukan
4. Refleks kremaster : Tidak dilakukan
5. Refleks bulbokavernosa : Tidak dilakukan

xiv. Fungsi Luhur


1. Orientasi : Tempat: Normal Waktu: Normal
Orang: Normal Situasi: Normal
2. Afasia : Negatif

D. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan


Darah rutin
Hb 13,4 g/dL 13,5 – 18,0
Leukosit 6.11 x 10^3/uL 4,00 -10,50
Hematokrit 41,9 % 42,0 – 52,0
Trombosit 259 x 10^3/uL 163 – 337
Kimia klinik
Elektrolit
Natrium (Na) 149 mEq/L 135 – 147
Kalium (K) 3,61 mEq/L 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 99 mEq/L 96 – 108
Ureum 13,3 mg/dL 16,6 – 48,5
Kreatinin 0,97 mg/dL 0,67 – 1,17
Gula Sewaktu 122 mg/dL 70 - 200
Kolesterol total 147 mg/dL <200 mg/dL
Kolesterol HDL 36.0 mg/dL 41,5-67,3 mg/dL

11
Kolesterol LDL 85 mg/dL <130 mg/Dl
Trigliserida 130 mg/dL <200 mg/Dl
Asam urat 4,4 mg/dL 3,4-7,0 mg/Dl
Kalsium 8,80 mg/dL 8,6-10,2 mg/dL

ii.Foto Rontgen

IV. RINGKASAN
Pasien usia 43 tahun datang ke RSUD Kab Bekasi dengan keluhan kedua
lengan dan tungkai tidak bisa digerakkan karena merasa lemah setelah terjatuh dari
motor 1 jam SMRS. Lemah yang dirasakan seperti lengan sulit digerakkan karena
tidak bertenaga dan tungkai tidak dapat menopang tubuh. Lemah keempat anggota
gerak pada pasien sebelumnya juga sudah sering dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,
terutama ketika pasien baru bangun tidur di pagi hari, tetapi tidak seberat ketika
pasien terjatuh. Sebelumnya, pasien tidak menghiraukan karena tetap dapat
beraktivitas seperti biasa. Selain itu pasien juga merasakan nyeri dan kaku pada leher,
menjalar dari kepala sampai bahu. Nyeri pada leher pasien menimbulkan sensasi
tajam seperti ditusuk tusuk, terutama ketika pasien sedang bekerja yang
mengharuskan pasien menunduk. Pasien juga sering merasa kesemutan di kedua

12
lengan dan tungkai sejak 1 tahun yang lalu. . Kesemutan yang dirasakan pasien hilang
timbul, kesemutan diperberat ketika pasien sedang beraktivitas atau sedang tidak
menggunakan alas kaki. Pasien mengatakan tangan kanan lebih sering kesemutan
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Kesemutan yang dirasakan pasien menganggu
aktivitas, terutama ketika pasien sedang memegang stang motor, kesemutan muncul
tiba-tiba sehingga pasien melepas tangannya dan hilang kendali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, GCS 15,
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, pernafasan: 16x/menit, ditemukan
vulnus excoriasi pada os frontale dan tungkai kiri, Hipoestesi setinggi dermatom C6,
C7, C8 simetris, tes tinnel leher positif, tes spurling positif, tes tinnel wrist positif
pada tangan kanan. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan Hb 13,4
g/Dl, Hematokrit 41,9 %, Natrium (Na) 149 mEq/L, Ureum 13,3 mg/Dl, Kolesterol
HDL 36.0 mg/dL

V. ASSESMENT
a. Diagnosis 1
i. Diagnosis Klinis : Tetraparese, parastesia, hipoestesi setinggi
dermatom C6, C7, C8 simetris
ii. Diagnosis Topis : Cervical 5
iii. Diagnosis Etiologis : Hernia nucleus pulposus cervicalis

Diagnosis banding : Tumor medulla spinalis, Myelitis.

iv. Diagnosis Patologis : Degeneratif

b. Diagnosis 2
Carpal Tunnel Syndrom

VI. PLANNING
a. Diagnostik
MRI

b. Terapi
Medikamentosa

13
Inj. Mecobalamin 3 x 500 mg
Inj. Ranitidin 2 x 1 mg
Inj. Metilprednisolon 3 x 62,5 mg
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg

Non-medikamentosa:
- Penggunaan cervical collar
- Fisioterapi

c. Monitoring
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Perburukan defisit neurologis

d. Edukasi
 Selalu menggunakan cervical collar agar mengurangi pergerakan leher
yang berlebihan, untuk mencegah bertambahnya cedera nervus cervical.
 Menghindari posisi leher menunduk dan memutar leher.
 Menghindari posisi mendongak yang terlalu lama.
 Berhenti merokok.
 Mengurangi konsumsi makanan dan minuman instan, garam, minyak,
lemak, makanan yang diawetkan.
 Tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg.
 Mengurangi kegiatan yang memerlukan gerakan menunduk.

VII. PROGNOSIS
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad bonam
c. Ad function : dubia ad bonam

Jakarta, 14 Januari 2019

14
Dokter muda,

(......………………………………)

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI
Anatomi dan fisiologi kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara
korpus vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan
sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan
vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar,
berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis, dan
bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus.

Ligamentum longitudinalis anterior berfungsi untuk menahan gaya ekstensi,


sedangkan dalam kanalis vertebralis pada bagian posterior korpus vertebra dan diskus
intervertebralis terletak ligamentum longitudinal posterior, ligamentum longitudinalis
posterior berperan dalam 5 menahan gaya fleksi. Ligamentum anterior lebih kuat dari pada
posterior, sehingga prolaps diskus lebih sering kearah posterior. Pada bagian posterior
terdapat struktur saraf yang sangat sensitif terhadap penekanan yaitu radiks saraf spinalis,
ganglion radiks dorsalis.

Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara
korpus vertebra.

15
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus pulposus ditengah dan
anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang di atas dan dibawahnya
oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis.

Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin, nukleus ini
mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan.
Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan
pembuluh-pembuluh darah kapiler.

Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin fibrosa konsentris yang mengelilingi


nukleus pulposus. Anulus fibrosus berfungsi untuk 6 memungkinkan gerakan antara korpus
vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari serabut-serabut); untuk menopang nukleus
pulposus; dan meredam benturan. Jadi anulus berfungsi mirip dengan simpail di sekeliling
tong air atau seperti gulungan pegas, yang menarik korpus vertebra bersatu melawan
resistensi elastis nukleus pulposus, sedangkan nukleus pulposus bertindak sebagai bola
penunjang antara korpus vertebra. Diskus intervertebralis berukuran kira-kira seperempat
panjang kolumna vertebralis. Diskus paling tipis terdapat pada daerah torakal sedangkan yang
paling tebal tedapat di daerah lumbal. Bersamaan dengan bertambahnya usia, kandungan air
diskus berkurang dan menjadi lebih tipis.

II. HERNIA NUCLEUS PULPOSUS CERVICAL


DEFINISI
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak
diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan
dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang
belakang kita. Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus

16
melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

KLASIFIKASI
HNP terbagi atas beberapa tingkatan :

1. HNP Sentral.
Bila terjadi di sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine.

2. HNP Lateral.
Bila terjadi di lateral akan menimbulkan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah antara
pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki, akan terasa juga nyeri tekan dan nyeri
disepanjang bagian belakang ( Laseque positif ).

Menurut lokasi penonjolannya, HNP dibedakan menjadi :

1. HNP Sentral.
Tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan pada banyak akar
saraf bila mengenai cauda equina atau mielopati apabila mengenai medula spinalis.

2. HNP Posteolateral.
Pada umumnya terjadi pada vertebra lumbalis.

Grade HNP berdasarkan pemeriksaan MRI, yaitu :

1. Protuded intervertebra disc ; penonjolan nukleus kesatu arah tanpa disertai ruptur dari
annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebra Disc ; nukleus pulposus berpindah tempat tapi belum keluar
dari lingkungan annulus fibrosus.
3. Ekstrured intervertebra Disc ; sebagian dari nukleus pulposus keluar dari serat – serat
annulus fibrosus.

17
4. Sequestered intervertebrae Disc ; nukleus pulposus telah keluar menembus
ligamentum longitudinale posterior.

ETIOLOGI
Faktor risiko
- Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan
akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus
fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
- Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh.
- Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
- Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan
aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.
Faktor risiko yang dapat dirubah :

1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.

5. Batuk lama dan berulang.

Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus
pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus.
Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat

18
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus
pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal.

GAMBARAN KLINIS
Herniasi diskus disertai nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun: servikal
(leher), torakal (jarang), atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada sturktur sekitarnya. Selain itu, gejala
dari hernia nucleus pulposus adalah kejang otot, kelemahan pada otot atau bagian atrophy,
nyeri yang menyebar ke daerah pantat, betis dan kaki, nyeri diperparah jika batuk; tertawa,
terjadi nyeri pada tulang belakang, kekakuan pada kaki dan betis dan juga pada saat duduk
dalam jangka waktu yang lama.
Nyeri akan berkurang bila istirahat berbaring. Penderita seringkali mengeluh
kesemutan (paresthesia) atau baal atau bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi
persarafan yang terlibat.

DIAGNOSIS
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya. Pertanyaan itu
berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri;
penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan
meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.
1. Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf. Meliputi
pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.
1)Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan
mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
2)Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atrofi otot.
3)Pemeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR
menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.

19
3 manuver yang paling umum untuk menguji radikulopati serviks adalah manuver
Spurling, Shoulder abduction sign, dan Cervical distraction test.

- Manuver spurling: Leher pasien diregangkan, ditekuk ke samping, dan ditahan ke


bawah dan dilakukan dalam posisi duduk. Ini dirancang untuk menimbulkan gejala
radikuler. Temuan tes positif jika terdapat perkembangan gejala radikuler di bagian
distal leher. Temuan tes positif telah menunjukkan sensitivitas 40-60% dan
spesifisitas 92-100%. [25]
- Shoulder abduction sign: Pasien menempatkan tangan pasien di atas kepala, sehingga
lengan akan abduksi, dilakukan dalam posisi duduk. Temuan tes positif jika terjadi
pengurangan gejala radikuler serviks ipsilateral. Sensitivitas 43-50%, dan spesifisitas
80-100%.
- Cervical distraction test: Pemeriksa memegang kepala pasien di bawah oksiput dan
dagu dan menerapkan gaya traksi aksial. Hal ini dilakukan pada posisi terlentang
dengan kekuatan traksi sekitar 10-15 Kg. Temuan tes positif adalah pengurangan
gejala radikuler serviks. Sensitivitas adalah 40-43%, dan spesifisitas adalah 100%.

Menurunnya sensasi nyeri, sentuhan , atau getaran mungkin terjadi pada tubuh bagian
atas.
Pemeriksaan Penunjang
1) X-Ray

X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi
diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada
diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.

2) Myelogram

Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis.
Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis.

3) MRI

Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra
dengan jelas dan mengidentifikasi letak
herniasi.

20
4) Elektromyografi

Untuk melihat konduksi dari nervus,


dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan
nervus.

TATALAKSANA
Terapi konservatif, terdiri atas:
- Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Lontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.
Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan
stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan
mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan
lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
e. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk
mengurangi NPB pada pasien yang mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat 20
mungkin. Endurance exercising latihan aerobic yang memberi stres minimal
pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang.

- Terapi Farmakologis

21
o Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug), obat ini
diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol.
NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
o Obat pelemas otot (muscle relaxant),bermanfaat bila penyebab NPB adalah
spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi
dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh
Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
o Opioid Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan
ketergantungan obat.
o Kortikosteroid oral, pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai
pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
o Analgetik ajuvan, terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya :
amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
o Suntikan pada titik picu, cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada
titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan
triamsinolon.

- Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:


- Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
- Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada
gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12
minggu.
- Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi
konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala
dan memperbaiki fungsi dari pasien.
- Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama. Pilihan
terapi operatif yang dapat diberikan adalah:
i. Distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis.
ii. Percutaneous distectomy: Pengambilan sebagian diskus intervertabralis
dengan menggunakan jarum secara aspirasi.
iii. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy: Melakukan
dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari vertebra
baik parsial maupun total.
iv. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada vertebra
sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi
stabilitas

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Hassan HA. Cervical spondylosis [internet]. Suez Canal University: Center of Research
and Development in Medical Education and Health Services Suez Canal University
Hospital; 2016. Tersedia dari:Bradley’sneurology in clinical practice.
2. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
3. Schmalstieg William F, Brian GW. Approach to acute or subacute myelopathy.
Department of Neurology: Mayo Clinic College of Medicine. 2010; 75:S2-S8
4. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep proses penyakit.
Jakarta : 2004. EGC.
5. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. [online]. Available
from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
6. Yeung JT, John IJ, Aftab SK. Cervical disc herniation presenting with neck pain and
contralateral symptoms: a case report. J Med Case Rep. 2012; 6:166
7. https://emedicine.medscape.com/article/305720-clinical#b4.
8. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-
Nucleus-Pulposus.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai