Disusun Oleh :
Anggun Kusuma Dewi
Farah Zahida
Sri Wahyuningsih
Rizky Febriansyah
Engkay Abu Bakar
Pembimbing :
dr. Nino Widjayanto, Sp.S
1
STATUS NEUROLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
a) Nama : Tn. W
b) Umur : 43 tahun
c) Jenis Kelamin : Laki – laki
d) Alamat : Kalibaru
e) Status Pernikahan : Sudah Menikah
f) Status Pendidikan : SLTP
g) Suku : Jawa
h) Agama : Islam
i) No. RM : 00-38-6x-xx
j) Tanggal Masuk : 29/01/2019
II. SUBJEKTIF
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada hari Selasa tanggal 4
Januari 2019
a) Keluhan Utama
Lemah pada keempat anggota gerak badan.
Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Kab Bekasi dengan keluhan
keempat lengan dan tungkai sulit digerakkan karena merasa lemah setelah terjatuh
dari motor 1 jam SMRS. Lemah yang dirasakan seperti lengan sulit digerakkan karena
tidak bertenaga dan tungkai tidak dapat menopang tubuh. Lemah keempat anggota
gerak pada pasien sebelumnya juga sudah sering dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,
terutama ketika pasien baru bangun tidur di pagi hari, tetapi tidak seberat ketika
pasien terjatuh. Sebelumnya, pasien tidak menghiraukan karena tetap dapat
beraktivitas seperti biasa. Selain itu pasien juga merasakan nyeri dan kaku pada leher,
menjalar dari kepala sampai bahu. Nyeri pada leher pasien menimbulkan sensasi
tajam seperti ditusuk tusuk, terutama ketika pasien sedang bekerja yang
mengharuskan pasien menunduk. Pasien juga sering kesemutan di kedua lengan dan
2
tungkai sejak 1 tahun yang lalu. Kesemutan yang dirasakan pasien hilang timbul,
kesemutan diperberat ketika pasien sedang beraktivitas atau sedang tidak
menggunakan alas kaki. Pasien mengatakan tangan kanan lebih sering kesemutan
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Kesemutan yang dirasakan pasien menganggu
aktivitas, terutama ketika pasien sedang memegang stang motor, kesemutan muncul
tiba-tiba sehingga pasien melepas tangannya dan hilang kendali. Keluhan seperti
demam, sakit kepala, mual, muntah, bicara pelo, dan pingsan disangkal oleh pasien.
Tidak ada gangguan buang air kecil dan buang air besar pada pasien. Pasien tidak
memiliki riwayat hipertensi, diabetes sebelumnya, dan sedang tidak dalam
pengobatan apapun.
Tidak ada.
d) Riwayat Pribadi
e) Riwayat Keluarga
f) Riwayat Sosial
3
Pasien bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Pasien tinggal bersama anak
dan istrinya.
III. OBJEKTIF
A. Status Generalis
i. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
ii. Kesadaran : composmentis
iii. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2. Nadi : 80 kali / menit, isi cukup, regular,
teraba kuat.
3. Pernapasan : 16 kali/menit, tipe thorakalabdominal
4. Suhu : 36,8 °c
iv. Berat Badan : 68 kg
v. Tinggi Badan : 164 cm
vi. Status Gizi : 25,2 kg/m2 (overweight)
vii. Kepala : Normocephali, warna rambut hitam, tidak
mudah dicabut, vulnus excoriasi pada Os. Frontal.
viii. Mata : konjungtiva tidak anemis, udem palpebra tidak
ada, ptosis tidak ada
ix. Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB dan tidak
tampak adanya lesi maupun benjolan.
x. Thorax
Jantung
4
Batas pinggang: ICS III linea parasternal kiri
Paru-paru
xi. Abdomen
Inspeksi : datar, dilatasi vena (-)
Palpasi
Dinding perut : massa (-), nyeri tekan (-)
Hati : tidak teraba massa/perbesaran
Limpa : tidak teraba massa/perbesaran
Ginjal : tidak teraba, bimanual (-), ballotement (-)
Perkusi : timpani, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+), normoperistaltik
5
xii. Ekstremitas : Akral hangat, sianosis tidak ada, CRT ≤ 2
detik, terdapat vulnus excoriasi pada tungkai kiri, tidak ada edema.
6
Gerak Mata Normal Normal
Sela Mata 1,2 cm 1,2 cm
Strabismus - -
Diplopia - -
Nistagmus - -
Eksoftalmus - -
KANAN KIRI
Mengerutkan dahi Simetris Simetris
Menutup mata Simetris Simetris
Memperlihatkan gigi Simetris Simetris
Lekukan nasolabialis Simetris Simetris
Mencembungkan pipi Simetris Simetris
Daya kecap lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik Normal Normal
7
Mendengar detik arloji Normal Normal
Test Rinne Konduksi udara lebih baik Konduksi udara lebih baik
daripada tulang daripada tulang
Test Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Test Schwabach Tidak memanjang Tidak memanjang
Kesan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
KANAN KIRI
Memalingkan kepala Normal Normal
Mengangkat bahu Normal Normal
8
Fasikulasi Negatif Negatif
Trofi Normotrofi Normotrofi
Gerakan involunter Negatif Negatif
Tonus otot Normotonus Normotonus
Kekuatan otot 4455 4455
9
REFLEKS KANAN KIRI
Hoffman reflex Negatif Negatif
Trommer refleks Negatif Negatif
Babinsky reflex Negatif Negatif
Chaddock reflex Negatif Negatif
Oppenheim reflex Negatif Negatif
Schaeffer reflex Negatif Negatif
Gordon reflex Negatif Negatif
Mendel reflex Negatif Negatif
Rossolimo reflex Negatif Negatif
viii. Klonus
KANAN KIRI
Patella Negatif Negatif
Achilles Negatif Negatif
10
3. Mioklonik : Negatif
4. Chorea : Negatif
xiii. Alat vegetative
1. Miksi : inkontinensia urin (-)
2. Defekasi : inkontinensia alvi (-)
3. Refleks anal : Tidak dilakukan
4. Refleks kremaster : Tidak dilakukan
5. Refleks bulbokavernosa : Tidak dilakukan
D. Pemeriksaan Penunjang
i. Pemeriksaan Laboratorium
11
Kolesterol LDL 85 mg/dL <130 mg/Dl
Trigliserida 130 mg/dL <200 mg/Dl
Asam urat 4,4 mg/dL 3,4-7,0 mg/Dl
Kalsium 8,80 mg/dL 8,6-10,2 mg/dL
ii.Foto Rontgen
IV. RINGKASAN
Pasien usia 43 tahun datang ke RSUD Kab Bekasi dengan keluhan kedua
lengan dan tungkai tidak bisa digerakkan karena merasa lemah setelah terjatuh dari
motor 1 jam SMRS. Lemah yang dirasakan seperti lengan sulit digerakkan karena
tidak bertenaga dan tungkai tidak dapat menopang tubuh. Lemah keempat anggota
gerak pada pasien sebelumnya juga sudah sering dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,
terutama ketika pasien baru bangun tidur di pagi hari, tetapi tidak seberat ketika
pasien terjatuh. Sebelumnya, pasien tidak menghiraukan karena tetap dapat
beraktivitas seperti biasa. Selain itu pasien juga merasakan nyeri dan kaku pada leher,
menjalar dari kepala sampai bahu. Nyeri pada leher pasien menimbulkan sensasi
tajam seperti ditusuk tusuk, terutama ketika pasien sedang bekerja yang
mengharuskan pasien menunduk. Pasien juga sering merasa kesemutan di kedua
12
lengan dan tungkai sejak 1 tahun yang lalu. . Kesemutan yang dirasakan pasien hilang
timbul, kesemutan diperberat ketika pasien sedang beraktivitas atau sedang tidak
menggunakan alas kaki. Pasien mengatakan tangan kanan lebih sering kesemutan
dibandingkan anggota tubuh lainnya. Kesemutan yang dirasakan pasien menganggu
aktivitas, terutama ketika pasien sedang memegang stang motor, kesemutan muncul
tiba-tiba sehingga pasien melepas tangannya dan hilang kendali.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, GCS 15,
Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, pernafasan: 16x/menit, ditemukan
vulnus excoriasi pada os frontale dan tungkai kiri, Hipoestesi setinggi dermatom C6,
C7, C8 simetris, tes tinnel leher positif, tes spurling positif, tes tinnel wrist positif
pada tangan kanan. Pada pemeriksaan penunjang laboratorium ditemukan Hb 13,4
g/Dl, Hematokrit 41,9 %, Natrium (Na) 149 mEq/L, Ureum 13,3 mg/Dl, Kolesterol
HDL 36.0 mg/dL
V. ASSESMENT
a. Diagnosis 1
i. Diagnosis Klinis : Tetraparese, parastesia, hipoestesi setinggi
dermatom C6, C7, C8 simetris
ii. Diagnosis Topis : Cervical 5
iii. Diagnosis Etiologis : Hernia nucleus pulposus cervicalis
b. Diagnosis 2
Carpal Tunnel Syndrom
VI. PLANNING
a. Diagnostik
MRI
b. Terapi
Medikamentosa
13
Inj. Mecobalamin 3 x 500 mg
Inj. Ranitidin 2 x 1 mg
Inj. Metilprednisolon 3 x 62,5 mg
Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
Non-medikamentosa:
- Penggunaan cervical collar
- Fisioterapi
c. Monitoring
- Keadaan umum
- Tanda-tanda vital
- Perburukan defisit neurologis
d. Edukasi
Selalu menggunakan cervical collar agar mengurangi pergerakan leher
yang berlebihan, untuk mencegah bertambahnya cedera nervus cervical.
Menghindari posisi leher menunduk dan memutar leher.
Menghindari posisi mendongak yang terlalu lama.
Berhenti merokok.
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman instan, garam, minyak,
lemak, makanan yang diawetkan.
Tidak mengangkat beban lebih dari 5 kg.
Mengurangi kegiatan yang memerlukan gerakan menunduk.
VII. PROGNOSIS
a. Ad vitam : ad bonam
b. Ad sanationam : dubia ad bonam
c. Ad function : dubia ad bonam
14
Dokter muda,
(......………………………………)
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
Anatomi dan fisiologi kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antara
korpus vertebra yang berdekatan, sendi antara arkus vertebra, sendi kostovertebralis dan
sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan diskus intervertebralis menghubungkan
vertebra yang berdekatan. Ligamentum longitudinal anterior, suatu pita tebal dan lebar,
berjalan memanjang pada bagian depan korpus vertebra dan diskus intervertebralis, dan
bersatu dengan periosteum dan annulus fibrosus.
Diantara korpus vertebra mulai dari vertebra servikalis kedua sampai vertebra sakralis
terdapat diskus intervertebralis. Diskus ini membentuk sendi fibrokartilago yang lentur antara
korpus vertebra.
15
Diskus Intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok; nukleus pulposus ditengah dan
anulus fibrosus di sekelilingnya. Diskus dipisahkan dari tulang yang di atas dan dibawahnya
oleh dua lempengan tulang rawan yang tipis.
Nukleus pulposus adalah bagian tengah diskus yang bersifat semigelatin, nukleus ini
mengandung berkas-berkas serat kolagen, sel-sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang
rawan. Zat ini berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan.
Selain itu. juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan
pembuluh-pembuluh darah kapiler.
16
melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
KLASIFIKASI
HNP terbagi atas beberapa tingkatan :
1. HNP Sentral.
Bila terjadi di sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine.
2. HNP Lateral.
Bila terjadi di lateral akan menimbulkan nyeri pada punggung bawah, di tengah-tengah antara
pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki, akan terasa juga nyeri tekan dan nyeri
disepanjang bagian belakang ( Laseque positif ).
1. HNP Sentral.
Tidak selalu didapatkan gejala radikular. Dapat menimbulkan gangguan pada banyak akar
saraf bila mengenai cauda equina atau mielopati apabila mengenai medula spinalis.
2. HNP Posteolateral.
Pada umumnya terjadi pada vertebra lumbalis.
1. Protuded intervertebra disc ; penonjolan nukleus kesatu arah tanpa disertai ruptur dari
annulus fibrosus.
2. Prolapsed intervertebra Disc ; nukleus pulposus berpindah tempat tapi belum keluar
dari lingkungan annulus fibrosus.
3. Ekstrured intervertebra Disc ; sebagian dari nukleus pulposus keluar dari serat – serat
annulus fibrosus.
17
4. Sequestered intervertebrae Disc ; nukleus pulposus telah keluar menembus
ligamentum longitudinale posterior.
ETIOLOGI
Faktor risiko
- Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan
akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus
fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur.
- Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh.
- Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara mengangkat
barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP
- Gender
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan
aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan
columna vertebralis.
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat
menyebabkan strain pada punggung bawah.
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia
terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus
pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus.
Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah.
Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya
suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat
18
singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus
pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal.
GAMBARAN KLINIS
Herniasi diskus disertai nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun: servikal
(leher), torakal (jarang), atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada sturktur sekitarnya. Selain itu, gejala
dari hernia nucleus pulposus adalah kejang otot, kelemahan pada otot atau bagian atrophy,
nyeri yang menyebar ke daerah pantat, betis dan kaki, nyeri diperparah jika batuk; tertawa,
terjadi nyeri pada tulang belakang, kekakuan pada kaki dan betis dan juga pada saat duduk
dalam jangka waktu yang lama.
Nyeri akan berkurang bila istirahat berbaring. Penderita seringkali mengeluh
kesemutan (paresthesia) atau baal atau bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi
persarafan yang terlibat.
DIAGNOSIS
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya. Pertanyaan itu
berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri;
penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan
meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.
1. Pemeriksaan Neurologi
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf. Meliputi
pemeriksaan sensoris, motorik, reflex.
1)Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan
mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.
2)Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atrofi otot.
3)Pemeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR
menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
19
3 manuver yang paling umum untuk menguji radikulopati serviks adalah manuver
Spurling, Shoulder abduction sign, dan Cervical distraction test.
Menurunnya sensasi nyeri, sentuhan , atau getaran mungkin terjadi pada tubuh bagian
atas.
Pemeriksaan Penunjang
1) X-Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat mengkonfirmasikan herniasi
diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada
diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.
2) Myelogram
Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis.
Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya
penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis.
3) MRI
Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra
dengan jelas dan mengidentifikasi letak
herniasi.
20
4) Elektromyografi
TATALAKSANA
Terapi konservatif, terdiri atas:
- Terapi Non Farmakologis
1.Terapi fisik pasif
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut,
misalnya:
a. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan.
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan
nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada
pengkompresan dingin.
b. Lontophoresis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri.
Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
c. Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator)
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan
stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan
mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
d. Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan
menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan
lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan
serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan.
e. Latihan dan modifikasi gaya hidup
Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk
mengurangi NPB pada pasien yang mempunyai berat badan berlebihan.
Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat 20
mungkin. Endurance exercising latihan aerobic yang memberi stres minimal
pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang.
- Terapi Farmakologis
21
o Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug), obat ini
diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol.
NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
o Obat pelemas otot (muscle relaxant),bermanfaat bila penyebab NPB adalah
spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi
dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh
Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
o Opioid Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh
lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan
ketergantungan obat.
o Kortikosteroid oral, pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai
pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
o Analgetik ajuvan, terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan
mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya :
amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin.
o Suntikan pada titik picu, cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan
campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada
titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang
dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan
triamsinolon.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan HA. Cervical spondylosis [internet]. Suez Canal University: Center of Research
and Development in Medical Education and Health Services Suez Canal University
Hospital; 2016. Tersedia dari:Bradley’sneurology in clinical practice.
2. Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148
3. Schmalstieg William F, Brian GW. Approach to acute or subacute myelopathy.
Department of Neurology: Mayo Clinic College of Medicine. 2010; 75:S2-S8
4. Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep proses penyakit.
Jakarta : 2004. EGC.
5. Rahim H. A., Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. [online]. Available
from http://www.jamsostek.co.id. Hal 1-15
6. Yeung JT, John IJ, Aftab SK. Cervical disc herniation presenting with neck pain and
contralateral symptoms: a case report. J Med Case Rep. 2012; 6:166
7. https://emedicine.medscape.com/article/305720-clinical#b4.
8. https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-4_Hernia-
Nucleus-Pulposus.pdf
23