Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peritonitis merupakan inflamasi peritoneum yang dapat terjadi karena
kontaminasi mikroorganisme dalam rongga peritoneum, bahan kimiawi, atau
keduanya. (King, 2007). Infeksi peritonitis dibagi menjadi primer, sekunder, dan
tersier. Peritonitis perforasi disebut juga peritonitis sekunder, terjadi karena adanya
proses dalam intra-abdomen, seperti apendiks yang ruptur, perforasi gastrointestinal,
ataupun perforasi pada organ kolon dan rectum. (Marshall, 2004).
Bedasarkan penelitian Tarigan pada tahun 2014, peritonitis didefenisikan
suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-
organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun generalisata,
bakterial ataupun kimiawi. Peradangan peritoneum dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing. Kemudian disebutkan juga bahwa
peritonitis merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada penderita bedah
dengan mortalitas sebesar 10% - 40%. Peritonitis difus sekunder yang merupakan
90% penderita peritonitis dalam praktek bedah dan biasanya disebabkan oleh suatu
perforasi gastrointestinal ataupun kebocoran. (Tarigan, M.H, 2014).
Bedah laparatomy merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen, bedah
laparatomymerupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Smeltzer & Bare, 2002).
Laparatomyadalah insisi dinding abdomen untuk tujuan eksplorasi (Hinchliff, 2010).
Laparatomyadalah insisi pembedahan melalui punggung atau lebih umum melalui
setiap bagian dinding perut (Danuwidjaja, 2009).
Perforasi adalah ancaman abdominal dan indikasi bahwa pembedahan
diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001). Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi
dan mengenai saluran pencernaan merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan
terutama dalam kegawatan bedah. Penatalaksanaan bedah yang dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut adalah laparatomi eksplorasi. (Warsinggih, 2018).
Perforasi gastrointestinal yang menyebabkan peritonitis sekunder adalah
kebocoran pada lambung maupun kebocoran pada usus (duodenum, jejenum, ileum,
colon, maupun appendik ). Kebocoran lambung dapat disebabkan oleh ulkus gaster
atau yang biasanya disebut tukak lambung. Tukak lambung adalah penyakit yang
umum ditemukan, mempengaruhi sekitar lebih dari 1 juta penduduk di Amerika
Serikat, menjadikannya suatu penyakit yang dipertimbangkan dan menjadi salah satu
penyakit dengan pengeluaran besar.
Sumatera barat adalah salah satu provinsi dindonesia yang memiliki data
pasien peritonitis yang cukup tinggi. berdasarkan hasil data pencatatan dan pelaporan
medical record di seluruh rumah sakit sesumatera barat, tercatat sebanyak 103 orang
peritonitis pada tahun 2012, pada tahun 2013 sebanyak 98 orang, sedangkan pada
tahun 2014 sebanyak 105 orang (Habibie, 201).
Kasus post laparatomi merupakan salah satu kasus terbanyak di ICU RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Berdasarkan survey yang dilakukan, didapatkan data awal Juni
hingga Agustus sebanyak 14 kasus post laparatomi ekplorasi. Pada bulan Agustus
2018 terdapat 1 orang pasien dengan kasus post laparatomi eksplorasi atas indikasi
perforasi gaster, syok septik, gagal nafas dan gagal ginjal akut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan pada pasien post laparatomi eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec
perforasi gaster pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care
Unit(ICU) RS Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memaparkan hasil asuhan keperawatan pada klien
dengan post laparatomi eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi
gaster pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care
Unit(ICU) RS Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan hasil pengkajian pada pasien post laparatomi eksplorasiatas
indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS Achmad Mochtar
Bukittingi Tahun 2019.
b. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS
Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
c. Menjelaskan rencana pencapaian asuhan pada pasien post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS
Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
d. Menjelaskan implementasi pada pasien dengan post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS
Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
e. Menjelaskan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan pada pasien dengan post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien
yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS
Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.
C. Manfaat
1. Bagi Profesi KeperawatanDapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan dalam upaya
memberikan asuhan keperawawatan pada pasien dengan post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS Achmad Mochtar
Bukittingi Tahun 2019.
2. Bagi PasienDapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien terhadap mutu
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan post laparatomi
eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec perforasi gaster pada pasien yang
terpasang ventilasi mekanik di Intensive Care Unit(ICU) RS Achmad Mochtar
Bukittingi Tahun 2019.
3. Bagi Institusi Rumah SakitDapat memberikan masukan bagi bidang
keperawatan umumnya dan para tenaga perawat di ruang ICU RSUP Dr. M.
Djamil Padang, khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan post laparatomi eksplorasiatas indikasi Peritonitis difus ec
perforasi gaster pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik di Intensive
Care Unit(ICU) RS Achmad Mochtar Bukittingi Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai