BAB 1
PENDAHULUAN
Tengah dan Selatan (Hawaii, Selandia Baru). Di daerah tersebut siklus hidup
parasit tidak dapat berlangsung karena tidak ada vektornya.3
Penyakit malaria pada manusia, disebabkan oleh genus Plasmodium yang
terdiri atas empat spesies, yaitu (1) Plasmodium vivax menimbulkan malaria
tertiana benigna atau malaria vivax. (2) Plasmodium falciparum, menimbulkan
malaria tertiana maligna atau malaria tropika, malaria pemisiosa, malaria
falciparum, atau malaria estivo-autumnal. (3) Plasmodium malariae,
menimbulkan malaria kuartana atau malaria malariae. (4) Plasmodium ovale,
menimbulkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale.3
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas serta pengalaman
penulis sendiri maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Karakteristik Penyakit Malaria di Rumah Sakit Umum panyabungan Tahun
2010”.
1. Desa
2. Jenis Plasmodium
Penderita malaria
3. Umur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Istilah epidemiologi berasal dari perkataan Yunani yang terdiri dari : epi =
atas/ pada, demos = rakyat, logos = ilmu. Maka epidemiologi sebenarnya berarti
ilmu mengenai hal-hal yang terjadi pada rakyat. Ruang lingkup epidemiologi yang
semula mempelajari penyakit menular lambat laun diperluas, sehingga
epidemiologi menjadi ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang menentukan
frekuensi dan distribusi penyakit pada rakyat.5,6
diatas level biasa atau jika penyakit secara tiba-tiba terjadi pada suatu daerah yang
sebelumnya bebas malaria.3
Malaria dikatakan stabil jika prevalensi penyakit ini relative tetap dari
tahun ke tahun ataupun dari musim ke musim; jika terdapat perbedaan yang luas
dari tahun ke tahun ataupun dari musim ke musim disebut malaria tidak stabil
(unstable malaria). 3
2.3. Etiologi
nyamuk yang terinfeksi. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel
darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan eritrosit.
Pembiakan seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu Anopheles betina.1,9,10
Ada empat jenis Plasmodium yang menyerang manusia, yaitu :7
1. Plasmodium vivax. Spesies ini menyebabkan penyakit malaria vivax yang
disebut juga malaria tertiana. Manusia merupakan hospes perantara
parasit ini, sedangkan hospes defenitifnya adalah nyamuk Anopheles
betina.
2. Plasmodium malariae. Spesies ini adalah penyebab malaria kuartana atau
malaria malariae. Parasit Plasmodium malariae cenderung menghinggapi
eritrosit yang lebih tua.
3. Plasmodium ovale. Spesies yang paling jarang dijumpai ini menyebabkan
malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale. Morfologi
Plasmodium ovale mempunyai persamaan dengan Plasmodium malariae
tetapi perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit mirip Plasmodium
vivax.
4. Plasmodium falciparum. Spesies ini menyebabkan malaria falciparum
atau malaria tropika atau malaria subtertiana atau malaria tertiana
maligna. Plasmodium falciparum merupakan spesies yang paling
berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan jenis yang paling
sering dijumpain, namun yang paling mematikan adalah jenis Plasmodium
falciparum.9
oval, disebut skizon eksoeritrositik yang berukuran 24-60 mm, intinya cepat
membelah, belum ditemukan pigmen yang kemudian akan membentuk merozoit
eksoeritrositer. Skizogoni eksoeritrositer akan berakhir jika merozoit masuk
kedalam eritrosit.3
Pada umumnya sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain
yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.10
12
Tabel 1. Inkubasi, periode prepaten, periode demam dan gejala klinik pada setiap
Plasmodium (sumber : Cook GC. Prevention ang Treatment Malaria).5
Plasmodium falciparum, 36 jam pada Plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada
Plasmodium malariae.
Keadaan anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi
malaria. Gejala anemia berupa badan yang terasa lemas, pusing, pucat,
penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, dan kurang nafsu makan.5,6
Splenomegali (pembesaran limpa) sering dijumpai pada penderita malaria.
Limpa akan teraba 3 hari setelah serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak,
nyeri, dan hiperemis.5
Terdapat beberapa keadaan klinik pada perjalanan infeksi malaria :5
Serangan primer, yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai
terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan
berkeringat.
Periode laten, yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan
paroksismal. Periode laten dapat terjadi sebelum atau sesudah serangan
primer.
Rekrudesensi, yaitu berulangnya gejala klinis dan parasitemia dalam masa
8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
Rekurensi, yaitu berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
Relaps atau “Rechute”, yaitu keadaan berulangnya gejala klinis atau
parasitemia yang lebih lama dari waktu di antara serangan periodik dari
infeksi primer.
malaria ataupun beberapa waktu yang lalu pernah berkunjung ke daerah endemik
.3,13
2.9. Komplikasi1,2,6,7
komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering
disebut pernicious manifestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala
sebelumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang
pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10% pada seluruh penderita
malaria yang dirawat di RS dan 20% dari padanya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria
berat yang menurut WHO didefenisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu
atau lebih komplikasi sebagai berikut:
1. Malaria serebral (coma)
2. Academia/acidosis
3. Anemia berat
4. Gagal ginjal akut
17
5. Hipoglikemi
Manifestasi malaria berat meliputi :
2.10. Penatalaksanaan1
Semua individu dengan infeksi malaria yaitu mereka dengan
ditemukannya Plasmodium aseksual didalam darahnya, malaria klinis tanpa
ditemukannya parasit dalam darahnya perlu diobati. Adapun prinsip
pengobatannya adalah :
1. Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi) atau penderita
malaria berat/dengan komplikasi. “penderita dengan komplikasi/malaria
berat memakai obat parenteral, malaria biasa diobati dengan per oral”
2. Penderita malaria harus mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak
terjadi kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya transmisi yaitu
dengan pengobatan ACT (Artemisinin base Combination Therapy).
3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus berdasarkan hasil pemeriksaan
malaria yang positif dan dilakukan monitoring efek/respon pengobatan.
4. Pengobatan malaria klinis/tanpa hasil pemeriksaan malaria memakai obat
non-ACT.
Secara global WHO telah menetapkan dipakainya pengobatan malaria
dengan memakai obat ACT (Artemisinin base Combination Therapy). Golongan
artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam
mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. Selain itu artemisinin
juga bekerja membunuh Plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit.
Juga efektif terhadap semua spesies, P.falciparum, P.vivax maupun lainnya.
Laporan kegagalan terhadap ART belum dilaporkan saat ini.
ke III. Pada orang dewasa biasa dipakai dosis 4 tablet hari I & II
dan 2 tablet hari III. Dipakai untuk P.falciparum maupun P.vivax.
B. Sulfadoksin-Pirimedin (SP)
(500 mg sulfadoksin + 25 mg pirimetamin), dosis orang dewasa 3
tablet dosis tunggal (1 kali). Atau dosis anak memakai takaran
pirimetamin 1,25 mg/kgBB. Obat ini hanya dipakai untuk
Plasmodium falciparum dan tidak efektif untuk Plasmodium vivax.
Bila terjadi kegagalan dengan obat klorokuin dapat menggunakan
SP.
C. Kina Sulfat : (1 tablet 220 mg)
Dosis yang dianjurkanz ialah 3x10 mg/kgBB selama 7 hari, dapat
dipakai untuk Plasmodium falciparum maupun Plasmodium vivax.
Kina dipakai sebagai obat cadangan untuk mengatasi resistensi
terhadap klorokuin dan SP.
D. Primakuin
(1 tablet 15 mg), dipakai sebagai obat pelengkap/pengobatan
radical terhadap P.falciparum maupun P.vivax. Pada P.falciparum
dosisnya 45 mg (3 tablet) dosis tunggal untuk membunuh gamet ;
sedangkan untuk P.vivax dosisnya 15 mg/hari selama 14 hari yaitu
untuk membunuh gamet dan hipnozoit (anti-relaps).
Apabila pola resistensi masih rendah dan belum terjadi multiresistensi, dan
yang dikombinasikan, akan tetapi perlu dilakukannya monitoring respons
pengobatan. Contoh kombinasi ini adalah sebagai berikut : a). kombinasi
klorokuin + sulfadoksin-pirimetamin; b). kombinasi SP + Kina; c). Kombinasi
Klorokuin + Doksisiklin/Tetrasiklin; d). Kombinasi SP + Doksisiklin/
Tetrasiklin; e). Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin; f). Kina + Klindamisin.
22
2.12. Prognosis
Pada infeksi malaria hanya terjadi mortalitas bila mengalami malaria berat.
Pada malaria berat, mortalitas tergantung pada kecepatan penderita tiba di RS,
kecepatan diagnosa dan penanganan yang cepat. Walaupun demikian mortalitas
penderita malaria berat di dunia masih cukup tinggi bervariasi 15-60% tergantung
fasilitas pemberi pelayanan. Makin banyak jumlah komplikasi akan diikuti dengan
peningkatan mortalitas, misalnya penderita dengan malaria serebral dengan
hipoglikemi, peningkatan kreatinin, dan peningkatan bilirubin mortalitasnya lebih
tinggi dari pada malaria serebral saja.1
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh
jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian deskriptif retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui Karakteristik
Penyakit Malaria di Rumah Sakit Umum Panyabungan Tahun 2010.15
Karakteristik
Penderita Malaria
1. Desa
2. Jenis Plasmodium
Populasi
3. Umur
Sampel
Rekam medik
Kriteria inklusi
Pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Panyabungan dengan
diagnosa malaria.
Kriteria eksklusi
Pasien yang berobat ke Rumah Sakit Umum Panyabungan dengan
diagnosa bukan malaria.