Anda di halaman 1dari 12

Kasus 2

Topik : Kejang Demam Sederhana


Tanggal (Kasus) : 22 September 2018 Presentator : dr. Salman Adam
Tanggal (Presentasi) : - Pendamping : dr. Ratna Dewi, M.Ked(Ped), Sp.A / dr. Linda F Barus
Tempat Presentasi :-
Obyektif Presentasi:

 Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

 Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi  Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : anak, 3 tahun, mengeluhkan kejang dan demam.

Tujuan :
- Mampu mendiagnosis kejang demam
- Mampu memberikan penatalaksanaan awal pada kejang demam
- Mampu memberikan penatalaksanaan lanjut pada kejang demam
- Memberikan edukasi pencegahan kejang demam kepada orang tua dan keluarga
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset  Kasus Audit

Cara Membahas :  Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama: An F, Nomor Registrasi: 06-14-48

Nama Klinik : RSUD Dolok Sanggul Telp: (-) Terdaftar sejak: 22 September 2018

Data Utama Untuk Bahan Diskusi :


1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak ± 5 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi di perjalanan menuju ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit pasien masih mengalami kejang, kejang terjadi selama ± 7 menit. Pada saat kejang, tangan dan kaki kaku,
mata melihat ke atas dan pasien tidak sadarkan diri. Sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Demam
nik turun dengan obat penurun panas. Selain demam, pasien juga mengalami mencret sejak 1 hari yang lalu, mencret > 3 kali, cairan >
ampas, lendir (-), darah (-). Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-). Keluhan batuk pilek (-), sesak (+), BAK dalam batas normal.
2. Riwayat Pengobatan :
Paracetamol syr
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang disertai demam pada saat usia 1,5 tahun
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
5. Riwayat Pekerjaan: -
6. Riwayat Imunisasi dan Perkembangan:
Pasien lahir normal sesuai masa kehamilan, segera menangis
Riwayat imunisasi lengkap sesuai dengan usia
Riwayat tumbuh kembang pasien baik (sesuai)
7. Pemeriksaan Fisik
STATUS PRESENT
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Heart Rate : 100 x / menit
4. Respiratory Rate : 28 x / menit
5. Temperatur : 37,9 o C
6. Berat Badan : 12 kg

STATUS GENERAL
KULIT
Warna : sawo matang
Turgor : kembali cepat
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Udema : (-)

KEPALA
 Bentuk : Kesan normocephali
 Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut
 Mata : Cekung (-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
 Telinga : Serumen (-)
 Hidung : Sekret (-), NCH (-)
 Mulut
 Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
 Gigi geligi: : Karies (-)
 Lidah : Beslag (-), tremor (-)
 Mukosa : Basah (+)
 Tonsil : Hiperemis (-)
 Faring : Hiperemis (-)
LEHER
 Bentuk : Kesan simetris
 Kelenjar Getah Bening : Pembesaran KGB (-)

THORAK
 Bentuk dan Gerak : Kesan simetris
 Tipe Pernafasan : Thorako Abdominal
 Retraksi : (-)

PARU-PARU
DEPAN
KANAN KIRI
 Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
 Perkusi Sonor Sonor
 Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
BELAKANG
KANAN KIRI
 Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
 Perkusi Sonor Sonor
 Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICR IV, 1 cm medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
 Atas : ICR II sinistra
 Kiri : 1 cm linea midclavicula sinistra
 Kanan : linea parasternalis dekstra

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-)

ABDOMEN
 Inspeksi : Kesan simetris
 Palpasi : Distensi abdomen (-), nyeri tekan (-), lien dan hepar tidak teraba.
 Perkusi : Tympani usus (+), pekak hati (-), asites (-)
 Auskultasi : Peristaltik usus (N)

GENITALIA : Kelainan kongenital (-)

ANUS : (+), Tidak ada kelainan

EKSTREMITAS : Edema (-), deformitas (-), akral dingin (-)

STATUS NEUROLOGIS : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-), kaku kuduk (-), brudzinski sign (-), kernig sign (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 12,6 gr/dl
Hematokrit : 41,3 %
Eritrosit : 5,16 juta / μl
Leukosit : 7.940 / μl
Trombosit : 195.000 / μl
KGDS : 90 mg/dl
MCV : 80,1 n
MCH : 24,4 pg
MCHC : 30,5 %

DIAGNOSA SEMENTARA
Kejang Demam Sederhana

PENATALAKSANAAN
Umum : bed rest
Khusus:
1. O2 2 liter/menit via nasal canule
2. Stesolid supp 10 mg (bila kejang)
3. IVFD Asering 30 gtt / menit (mikro)
4. Drip Paracetamol 240 mg / 8 jam iv (bila T ≥ 38,0 C)
5. Inj. Ranitidine 10 mg / 12 jam iv
6. Nebul Combivent ½ amp / 8 jam
7. Lacto B 2 x 1 sachet
PROGNOSIS : Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Daftar Pustaka:
1. Pusponegoro, Hardiono D. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Badan Penerbit IDAI, Jakarta 2004.
2. Lumban tobing,S.M.DR. Kejang Demam. FKUI, Jakarta 2004.
3. Henry. WB, Kejang Demam, Dalam: Behrman RE, et al Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, EGC, Jakarta
4. Hassan, rusepno. Dr. Ilmu Kesehatan Anak. FKUI, Jakarta 2005.
5. Baumann Robert, MD. Febrile Seizures, Sumber Tulisan: Http://www. Emedicine.com.
6. Pusponegoro, Hardiono D. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI, Jakarta 2006.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis kejang demam
2. Langkah penatalaksanaan awal kejang demam
3. Langkah penatalaksanaan lanjut kejang demam
4. Edukasi untuk pencegahan
Rangkuman
1. Subjektif :
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak ±5 menit sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi di perjalanan menuju ke rumah
sakit. Sesampainya di rumah sakit pasien masih mengalami kejang, kejang terjadi selama ± 7 menit. Pada saat kejang, tangan dan kaki
kaku, mata melihat ke atas dan pasien tidak sadarkan diri. Sebelum kejang pasien mengalami demam tinggi sejak 3 hari yang lalu.
Demam nik turun dengan obat penurun panas. Selain demam, pasien juga mengalami mencret sejak 1 hari yang lalu, mencret > 3 kali,
cairan > ampas, lendir (-), darah (-). Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-). Keluhan batuk pilek (-), sesak (+), BAK dalam batas
normal.
2. Objektif :
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat mendukung diagnosis kejang demam sederhana. Pada kasus ini diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami oleh pasien berupa kejang yang terjadi dengan durasi kurang dari 7 menit dan demam
tinggi sejak 3 hari.
3. Assesment (Penalaran Klinis) :
Kejang demam adalah kejang berhubungan dengan demam (suhu di atas 380C per Rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat. Kejang demam paling sering dijumpai pada anak terutama pada usia 6 bulan sampai 5 tahun. Hampir 3 % anak berusia 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi yang ditandai dengan kejang berulang tanpa disertai
demam. Kejang demam dapat dibedakan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana,
yaitu kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 10 menit dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks, yaitu
kejang pada salah satu lengan/tungkai saja (kejang fokal) yang berlangsung ≥ 10 menit, dan berulang dalam 1 hari atau selama demam
berlangsung.
Banyak kejang demam terjadi karena meningkatnya suhu tubuh yang tiba-tiba, dan banyak terjadi selama hari pertama demam.
Tetapi kejang demam juga dapat terjadi setelah demam berkurang. Biasanya, demam yang memacu kejang demam disebabkan oleh
infeksi pada tubuh anak. Penyebab paling sering adalah penyakit yang khas pada masa kanak-kanak seperti infeksi telinga tengah atau
atau roseola, infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan kelenjar. Kejang dapat juga terjadi setelah imunisasi, mungkin terjadi
demam diikuti oleh meningkatnya temperatur, terutama terjadi setelah DPT (diphtheria, pertusis, tetanus) dan imunisasi measles. Infeksi
saluran pernafasan atas disertai oleh demam tinggi sering mempengaruhi bayi dan anak-anak sehingga dilaporkan sebagai penyebab
kejang yang paling sering.
Kriteria kejang demam adalah (1) usia 3 bulan sampai 5 tahun (banyak terjadi di antara usia 6 dan 18 bulan) (2) Demam lebih
dari 380C dan (3) Bukan infeksi susunan saraf pusat. Kejang demam khas dimulai dengan kontraksi otot secara tiba-tiba pada kedua sisi
tubuh, biasanya otot wajah, tubuh, lengan dan kaki. Kekuatan yang tak terkendali tersebut dapat menyebabkan anak menangis atau
mengerang. Anak-anak terjatuh jika sedang berdiri dan dapat tergigit lidah. Inkontinensia urin dan vomitus dapat terjadi. Anak-anak
tidak dapat bernafas, dan dapat menjadi biru. Anak-anak tidak berespon terhadap stimulus, dan kehilangan kesadaran, halusinasi,
bingung dan merasa takut dan perasaan lain dapat terjadi. Menurut IDAI, faktor risiko berulangnya kejang demam adalah: riwayat
kejang demam dalam keluarga, usia kurang dari 18 bulan, temperatur tubuh saat kejang. Semakin rendah temperatur saat kejang,
semakin sering kejang berulang, dan lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah: adanya
gangguan perkembangan neurologis, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga dan lamanya demam.
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan
kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi
struktural pada sistem saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini. Anamnesis waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2
serangan kejang sifat kejang (fokal atau umum), bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik), kesadaran sebelum dan sesudah kejang
(menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis), riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun),
menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE), riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam
maupun tidak disertai demam atau epilepsi), riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi), riwayat keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan trauma kepala.
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu: memberantas kejang secepat mungkin,
pengobatan suportif, memberikan terapi rumatan, mencari dan mengobati penyebab. Pengobatan fase akut yang dapat dilakukan di
antaranya adalah membuka semua pakaian yang ketat, miringkan badan (kepala) untuk mencegah aspirasi, bebaskan jalan nafas, berikan
oksigen bila perlu, turunkan suhu tubuh bila demam dengan obat antipiretik.
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam
keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal
20 mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal (level II-2, level II-3, rekomendasi
B). Dosis diazepam rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10
mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis
yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti dapat diberikan
fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.

Gambar 1. Algoritma penanganan kejang demam


Sering kejang demam terjadi pada hari pertama sakit dan kejang demam sering terjadi sebelum orang tua menyadari bahwa
anaknya sakit. Berikan anak acetaminophen atau ibuprofen sebagai indikasi pertama demam untuk mengurangi demam, tetapi tidak
akan mencegah terjadinya kejang. Untuk mengontrol demam anak dapat diberikan banyak minum. Kira-kira 1 % anak dengan kejang
demam sederhana dan 5 % dengan kejang demam kompleks yang rekuren mungkin berkembang menjadi epilepsi. Orang tua harus tahu
bahwa kesempatan kambuh kejang atau epilepsi setelah kejang demam sederhana adalah minimal. Resiko epilepsi tinggi jika kejang
bersifat tidak khas, lebih dari 15 menit, bersifat fokal (tarikan tiba-tiba pada lengan dan kaki) atau jika ada perkembangan neurologis
abnormal.
4. Plan:
Diagnosis:
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat didiagnosis menderita kejang demam
sederhana.
Pengobatan:
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan yaitu: Memberantas kejang secepat mungkin, pengobatan
penunjang, memberikan pengobatan rumatan, mencari dan mengobati penyebab.
Pencegahan:
Komunikasi informasi dan edukasi dapat diberikan pada keluarga pasien untuk membantu mencegah terulangnya kejang. Keluarga juga
perlu diberikan penjelasan mengenai penyakitnya. Mewaspadai pasien apabila terjadi demam. Segera beri obat penurun panas untuk
menurunkan panas dan memberitahukan kemungkinan untuk terjadinya kejang yang berulang.
Konsultasi:
Konsultasi dengan dokter spesialis anak.

Pendamping, Pendamping,
(dr. Ratna Dewi, M.Ked(Ped), Sp.A) (dr.Linda F Barus)

Anda mungkin juga menyukai