STATUS GENERAL
KULIT
Warna : Putih
Turgor : Kembali cepat
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Udema : (-)
KEPALA
Bentuk : Kesan normocephali
Rambut : Berwarna hitam, sukar dicabut
Mata : Cekung (-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Serumen (-)
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
Mulut
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Gigi geligi: : Karies (-)
Lidah : Beslag (-), tremor (-)
Mukosa : Basah (+)
Tonsil : Hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
THORAK
Bentuk dan Gerak : Kesan simetris
Tipe Pernafasan : Thorako Abdominal
Retraksi : (-)
PARU-PARU
DEPAN
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
BELAKANG
KANAN KIRI
Palpasi Fremitus (N) Fremitus (N)
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (N) Vesikuler (N)
Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Wheezing (-) Wheezing (-)
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICR V medial linea mid clavicula sinistra
Perkusi : Batas-batas jantung
Atas : ICR III sinistra
Kiri : ICS V 4cm midclavicula sinistra
Kanan : linea parasternalis dekstra
Auskultasi : BJ I > BJ II, Reguler, bising (-)
STATUS OBSTETRI
Leopold
• Leopold I : belum dapat dinilai
• Leopold II : belum dapat dinilai
• Leopold III : belum dapat dinilai
• Leopold IV : belum dapat dinilai
DIAGNOSA
Hiperemesis Gravidarum pada G1P0A0 hamil 14-15 minggu
PENATALAKSANAAN
1. Bed rest
2. IVFD RL 20 tetes / menit
3. Inj. Ondancetron 8 mg / 12 jam iv
4. Inj. Ranitidine 1 amp / 12 jam iv
5. As Folat 2 x 1
6. Ca Laktas 1x1
PROGNOSIS : Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Daftar Pustaka:
1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal 814-818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 141-142.
3. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM Banjarmasin. Hal 51-52.
4. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from: http://www.emedicine.com
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis hiperemesis gravidarum
2. Penatalaksanaan awal hiperemesis gravidarum
3. Edukasi pada pasien dengan hyperemesis gravidarum
Rangkuman
1. Subjektif :
Pasien datang ke IGD RSUD Doloksanggul dengan keluhan muntah > 6 kali. Muntah berisi air dan makanan yang diminum dan dimakan.
Muntah setiap kali makan dan minum. Keluhan ini dirasakan oleh pasien lebih kurang sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien
saat ini sedang hamil anak pertama dengan usia kehamilan lebih kurang 3 bulan. Pasien sulit untuk makan karena nafsu makan berkurang
dan mual setiap akan makan. Riwayat keluar flek darah tidak ada, keputihan tidak ada. Buang air kecil dan buang air besar masih dalam
batas normal. Pasien melakukan ANC teratur di bidan dan dokter spesialis kandungan.
2. Objektif:
Hasil diagnosis pada kasus ini ditemukan berdasarkan anamnesis gejala klinis berupa pasien hamil mengalami keluhan mual dan muntah
> 6 kali yang dialami lebih kurang sejak 3 hari sebelum pasien ke rumah sakit, pasien tidak nafsu makan dan minum.
3. Assesment (penalaran klinis):
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang
begitu hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi
dengan diet dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli
yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:
Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.
Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul
tanggung jawab dan sebagainya.
Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
Diagnosis hiperemesis gravidarum dapat ditegakkan berdasarkan beberapa hal berikut, diantaranya adalah :
Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.
Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menuru.
Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan
mola hidatidosa.
Gejala dan tanda hiperemesis gravidarum mulai terjadi pada trimester pertama kehamilan. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah
nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada pasien dengan diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya adalah :
Obat-obatan : apabila keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan.. Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B 1
dan B6, pemberian antihistamin juga dianjurkan. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg),
proklorperazin, atau mediamer B6.
Isolasi : dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar
sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan
selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala yang dikeluhkan pasien akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
Terapi psikologik : perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
Cairan parenteral : jenis cairan parenteral yang menjadi pilihan yaitu cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik
dan psikiatrik, manifestasi klinis berupa:
Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan jiwa Ensephalopati Wernick.
Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan
tekanan darah menurun.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan hiperemesis gravidarum, yaitu :
Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini
tidak segera ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian.
Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis
otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung.
Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan
sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Mengkonsumsi makanan yang tinggi serat
agar defekasi teratur hendaknya dapat dilakukan.
4. Plan:
Diagnosis: Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pasien dapat didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum
Pengobatan: Bedrest, pemberian cairan parenteral dan medikamentosa dapat membantu mengurangi gejala klinik yang dikeluhkan oleh
pasien.
Pendidikan: Edukasi dan penjelasan perlu diberikan kepada pasien dan keluarga mengenai gejala klinik seperti mual dan muntah
merupakan hal yang fisiologis terjadi pada masa masa awal kehamilan, gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya saat uia kehamilan 4
bulan.
Konsultasi: konsultasi dengan dokter spesialis kandungan.
Pendamping, Pendamping,