Anda di halaman 1dari 14

Ulkus Neutrofik

Diagnosis
Diagnosis ulkus neutrofik didapatkan dari anamnesis dan gambaran klinis,
namun dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik untuk agar dapat
menegakkan diagnosis. Komponen dari anamnesis termasuk karakteristik pasien
(usia, ras, jenis kelamin, status merokok), informasi khusus diabetes (obat, durasi
diabetes), informasi mengenai ulkus (lamanya ulkus, demam, menggigil atau
berkeringat, ulkus yang nyeri), dan riwayat vaskular. Komponen pemeriksaan
fisik termasuk pemeriksaan umum (kaki bagian mana, lebar ulkus, kedalaman
ulkus, lokasi ulkus), tanda-tanda infeksi (krepitasi, nekrosis, purulen, eritema,
indurasi, tulang terlihat pada ulkus), dan pemeriksaan vaskular (nadi pada dorsal
pedis dan posterior tibial, sianosis, edema).1
Pemeriksaan penunjang pada penderita diabetes yaitu dilakukan
pemeriksaan untuk melihat adanya neuropati. Uji vibrasi dapat dilakukan dengan
garpu tala 128-Hz pada jempol kaki, tendon Achilles dan refleks patella juga
diperiksa. Pada tes ini biasanya respon akan berkurang jika ada neuropati. Namun,
cara yang paling sederhana dan paling efektif untuk mendeteksi neuropati adalah
pemeriksaan dengan monofilamen 10-g. Penilaian vaskular yang tepat sangat
penting untuk mengevaluasi kaki diabetik. Pemeriksaan vaskular meliputi palpasi
dorsalis pedis dan tibia posterior disertai dengan pemeriksaan umum ekstremitas.
Ankle-brachial index (ABI) merupakan rasio antara tekanan darah pada
pergelangan kaki dan tekanan darah pada brakial. Tekanan pergelangan kaki
ditentukan dengan probe Doppler. Hasil normal adalah 1,0 hingga 1,1. Nilai
kurang dari 1,0 menggambarkan penurunan perfusi pada ekstremitas bawah.2,3

Komplikasi
Pada ulkus kaki diabetik dapat terjadi infeksi aktif dan/atau pasif (biofilm).
Infeksi aktif berupa tanda-tanda klasik eritema, edema, purulensi, peningkatan
drainase, dan bau tak sedap. Namun, pasien diabetes dapat muncul tanpa tanda-
tanda ini. Oleh karena itu, mungkin tidak ada tanda-tanda infeksi yang jelas.
Selain itu, tidak ada hasil laboratorium yang meningkat (misalnya, jumlah sel
darah putih) sehingga tidak mencerminkan infeksi aktif, meskipun kadar glukosa
darah tinggi. Tingkat infeksi jaringan lunak dan kedalaman infeksi (misalnya pada
otot atau tulang) akan menentukan perjalanan pengobatan. Infeksi jaringan lunak
superfisial dapat diberikan antibiotik oral atau parenteral (melalui kateter sentral),
debridemen, dan antimikroba topikal. Infeksi jaringan lunak atau tulang yang
lebih dalam mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit dengan antibiotik
parenteral dan bedah debridement / dekompresi. Infeksi jaringan lunak pada kaki
diabetes sering polymicrobial dengan spesies gram positif serta bakteri gram
negatif, sedangkan infeksi tulang biasanya monomicrobial. Infeksi termasuk
spesies staphylococcal dan streptokokus serta Pseudomonas dan Escherichia coli.4
Biofilm terdiri dari koloni bakteri yang terbentuk pada permukaan luka
kronis, dan tentu saja merugikan dalam penyembuhan ulkus. Biofilm terdapat
pada 60% luka kronis tetapi hanya 6% dari luka akut. Koloni bakteri ini sering
terjadi multispesies dan berbeda dari bakteri planktonik. Bakteri ini memiliki
aktivitas metabolisme rendah dan terbungkus dengan matriks glikokaliks,
membuat bakteri resisten terhadap antibiotik oral, parenteral, dan topikal. Oleh
sebab itu, diperlukan strategi multimodal yang komprehensif mencakup eksisi
tajam untuk menghancurkan biofilm, dengan terapi antimikroba untuk mencegah
terjadinya reformasi cepat dari bakteri.4
Hal yang kurang menguntungkan dari neuropati perifer, penyakit vaskular
perifer, jaringan lunak/deformitas tulang, ulserasi, dan infeksi yaitu amputasi.
Amputasi merupakan hasil dari ulkus kaki diabetik yang berkembang secara
mendalam, menyebabkan infeksi tulang yang tidak dapat menerima terapi
antibiotik sehingga membutuhkan reseksi tulang. Amputasi juga bisa merupakan
hasil dari proses iskemik dimana terdapat nekrosis jaringan dan tidak ada
revaskularisasi. Pasien diabetes memiliki risiko amputasi 20 hingga 30 kali lebih
tinggi dibandingkan pasien nondiabetes, dengan kemungkinan amputasi yang
tinggi setelah muncul ulkus kaki diabetik.4
Tata Laksana
Neuropati merupakan kunci terjadinya ulserasi kaki pada pasien diabetes.
Perawatan intensif dari konsentrasi glukosa darah harus dilakukan untuk menunda
onset dan memperlambat perkembangan neuropati perifer. Oleh karena itu sangat
penting untuk pasien dengan atau memiliki risiko untuk ulserasi kaki menerima
manajemen konsentrasi glukosa yang tepat dari endokrinologis.2 Gold standard
dari tatalaksana ulkus ini yaitu debridement luka, manajemen infeksi dan
mengurangi tekanan beban (off-loading) dari ulkus.2

Debridement
Debridement adalah pengangkatan jaringan nekrotik, eksudat, bakteri, dan
sisa metabolisme dari luka untuk memfasilitasi proses penyembuhan. Akumulasi
jaringan nekrotik biasanya hasil dari suplai darah yang buruk, proses inflamasi
yang berkepanjangan, kerusakan oleh bakteri, atau luka yang tidak diobati. Tujuan
utama debridemen adalah untuk mengurangi atau mengangkat jaringan mati dan
nekrotik dalam luka yang dapat sembuh karena jaringan ini merupakan stimulus
proinflamasi dan media kultur untuk pertumbuhan bakteri. Pengangkatan jaringan
mati dan nekrotik diperlukan untuk mengurangi beban biologis dari luka untuk
mengontrol dan mencegah infeksi luka. Jaringan nekrotik yang tidak dibuang
dapat menghambat penyembuhan luka dan menyebabkan penyebaran bakteri
sehingga merusak jaringan yang lebih dalam, dapat menyebabkan selulitis di
sekitarnya, osteomielitis, dan kemungkinan septikemia, amputasi anggota badan,
atau kematian. Dengan membuang jaringan nekrotik dapat memperbaiki sirkulasi
darah dan memungkinkan aliran oksigen yang cukup ke lokasi luka.5
Beberapa metode debridement adalah Mechanical, sharp/surgical,
enzymatic, dan autolytic.5
1. Mechanical
Metode debridemen mekanik termasuk balutan basah-kering, hidroterapi
dan irigasi luka (pulsed lavage). Debridemen mekanik mungkin lebih nyeri
daripada metode debridemen lain. Metode mekanis mungkin berbahaya
bagi jaringan granulasi sehat pada permukaan luka dan dapat
menyebabkan perdarahan, trauma, dan gangguan matriks kolagen bersama
dengan jaringan nekrotik.5
- Balutan basah-kering
Pada metode ini dressing kasa saline basah ditempatkan pada
permukaan luka dan dihilangkan saat kering. Hal ini memungkinkan
penghilangan jaringan dan debris dari dasar luka. Metode ini dapat
digunakan ketika jaringan nekrotik berukuran sedang hingga besar dan
intervensi bedah bukan merupakan pilihan untuk segera dilakukan.
Balutan basah-kering tidak boleh digunakan pada luka yang bersih dan
bergranulasi.

- Hydrotherapy
Hidroterapi diindikasikan untuk pasien dengan luka besar yang
memerlukan pembersihan agresif atau pelunakan jaringan nekrotik.
Metode ini dikontraindikasikan pada luka granulasi karena dapat
menyebabkan maserasi dan injury pada luka. Hidroterapi harus
dihentikan setelah jaringan nekrotik dikeluarkan dari dasar luka.
Hidroterapi dilakukan dengan meletakkan luka pasien dalam whirpool
bath dan membiarkan air berputar melunakkan dan melonggarkan
jaringan mati. Prosedur ini biasanya dilakukan selama 10 hingga 20
menit, dua kali per hari. Air yang digunakan adalah air hangat (80 °
sampai 92 ° F [26,7 ° hingga 33,3 ° C]) atau mendekati suhu tubuh (92
° hingga 96 ° F [33,3 ° hingga 35,5 ° C]). Jenis debridemen ini dapat
menyebabkan maserasi periwound, trauma wound bed, dan
meningkatkan infeksi melalui air seperti Pseudomonas aeruginosa.
Untuk meminimalkan resiko infeksi, tangki whirpool harus
dibersihkan secara menyeluruh dengan disinfektan yang sesuai setelah
setiap penggunaan.5
- Pulsed Lavage
Debridemen pulsed lavage sering diindikasikan untuk pasien dengan
sejumlah besar jaringan nekrotik dan bagi mereka yang metode
debridemen lain bukan merupakan pilihan. Pada metode ini digunakan
peralatan khusus yang menggabungkan cairan irigasi pulsating dengan
suction. Dengan pulsed lavage, luka dapat dibersihkan dan
didebridemen pada tekanan irigasi yang bervariabel. Tindakan pulsatil
dan debridemen luka efektif dapat meningkatkan pertumbuhan
jaringan granulasi. Perawatan ini membutuhkan waktu 15 hingga 30
menit dan harus dilakukan setiap hari jika lebih dari separuh luka
mengandung jaringan nekrotik.5
2. Sharp/Surgical
Sharp/surgical debridement merupakan tindakan yang cepat dan efektif
untuk menyingkirkan jaringan yang mati dan hyperkeratosis. Metode ini
melibatkan penggunaan pisau bedah (scalpel blade), forsep, gunting,
perangkat hidrosurgeri, atau laser untuk mengangkat jaringan yang mati.
Metode ini merupakan gold standard debridemen. Metode ini dapat
menyebabkan rasa nyeri sehingga diperlukan anestesi topikal, seperti krim
atau gel lidocaine. 5
3. Enzymatic
Debridemen enzimatik dianggap aman, efektif, dan mudah
dilakukan. Enzim merupakan bahan pembersih permukaan luka yang
efektif yang mempercepat degradasi eschar dan debridemen. Penghilangan
debris membantu luka kronis dari tahap inflamasi ke tahap proliferasi,
sehingga menghasilkan peningkatan penyembuhan luka. Metode ini
merupakan pilihan ideal untuk pasien yang bukan kandidat untuk operasi,
pasien yang menerima perawatan pada fasilitas jangka panjang, dan untuk
pasien yang menerima maintenance debridemen. Debridemen enzimatik
dilakukan dengan menerapkan enzimatik topikal pada jaringan yang telah
mengalami devitalisasi. Agen-agen ini akan mencerna dan melarutkan
jaringan nekrotik di dasar luka dengan meruntuhkan kolagen, elastin, dan
bagian lain dari matriks luka yang abnormal.5
Enzim yang bekerja pada jaringan nekrotik dikategorikan sebagai
proteolitik, fibrinolitik, dan kolagenase, tergantung pada komponen
jaringan yang ditargetkan. Karena enzimatik papain urea menargetkan
eschar, maka sering digunakan pada luka nekrotik. Namun, Food and Drug
Administration menghilangkan papain ureas dari penggunaan di Amerika
Serikat pada 2008. Collagenases menargetkan jaringan kolagen yang tidak
dapat bertahan sementara menyaring jaringan yang masih dapat hidup,
sehingga berguna dalam luka nekrotik dengan jaringan peluruhan pada
dasar luka. Collagenase biasanya diterapkan satu kali per hari. Sebelum
mengoleskan agen enzimatik, bersihkan luka secara menyeluruh dengan
saline normal atau pembersih luka untuk menghilangkan sisa salep
enzimatik dan sisa-sisa luka. Hindari solution dengan ion logam, seperti
merkuri atau perak ketika menggunakan kolagenase karena dapat
menonaktifkan enzim.5
4. Autolytic
Debridemen autolitik menggunakan enzim endogen tubuh untuk
membuang jaringan nekrotik secara perlahan dari dasar luka. Dalam luka
lembab, sel fagositik dan enzimatik proteolitik dapat melunakkan jaringan
nekrotik yang kemudian dicerna oleh makrofag. Debridemen autolitik
dapat difasilitasi dengan dressing yang tepat pada luka superfisial yang
mengandung sedikit jaringan nekrotik atau ulkus yang lebih dalam.
Debridemen autolitik bisa lebih lama daripada metode lain. Metode
debridemen ini merupakan kontraindikasi pada luka yang terinfeksi.
Debridemen autolytic mudah dilakukan dan melibatkan penggunaan
dressing topikal yang lembab, seperti dressing semi oklusif atau oklusif,
jenis termasuk film transparan, hydrocolloids, hydrogels, dan dressing
kalsium alginat. Cairan luka terakumulasi di bawah dressing, membantu
dalam lisis jaringan nekrotik. Metode ini merupakan metode yang tidak
nyeri pada pasien dengan perfusi jaringan yang memadai.5

Off-loading
Off loading merupakan metode untuk mengurangi tekanan pada daerah
ulserasi. Off-loading sangat penting untuk penyembuhan ulserasi karena ulserasi
biasanya terjadi pada bagian kaki yang mendapatkan tekanan tinggi . Metode yang
paling sering digunakan adalah total contact cast (TCC). TCC mengurangi
tekanan di lokasi ulkus sementara masih memungkinkan pasien untuk rawat jalan.
TCC adalah modifikasi dari cast fraktur tradisional yang menggunakan cast
padding minimal dan mencakup penutup untuk melindungi jari-jari kaki. Cast ini
dibentuk untuk kontur kaki sehingga memungkinkan tidak ada gerakan dalam
cast. TCC umumnya diganti setiap 1 sampai 2 minggu tetapi mungkin perlu
diganti lebih sering pada pasien dengan edema atau masalah lainnya. Cast ini
sebaiknya jangan digunakan jika terdapat infeksi atau drainase yang berlebihan.
TCC adalah salah satu cara yang paling efektif mengobati ulkus kaki neuropatik
plantar. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa TCC dapat
menyembuhkan ulkus dalam 6-8 minggu. Keuntungan menggunakan TCC adalah
ulkus menjadi terlindungi. TCC dapat memfasilitasi penyembuhan luka,
penyembuhan difasilitasi oleh istirahat dan imobilisasi. TCC juga mengurangi
tingkat aktivitas pasien, mengurangi panjang langkah dan irama, dan secara
signifikan mengurangi tekanan pada lokasi ulkus. Kerugian utama untuk pasien
adalah cast yang berat dan panas serta membuat mandi, berjalan, dan tidur
menjadi sulit.2,3,5

Pilihan lain yang dapat digunakan untuk mengurangi tekanan adalah


removable walker cast. Efektivitas removable walker cast yaitu untuk mengurangi
tekanan pada lokasi ulkus. Banyak praktisi menganggap removable walker cast
menjadi alat yang lebih disukai karena mengkonsumsi lebih sedikit waktu dan
lebih mudah untuk diterapkan daripada TCC sehingga lebih mudah diterima oleh
pasien. Luka dapat diperiksa secara teratur dan diobati dengan produk perawatan
luka yang lebih maju seperti faktor pertumbuhan, stimulasi listrik, dan dressing
biologis aktif lainnya. Keuntungan tambahan dari removable walker cast adalah
relatif tidak mahal, tidak ada pelatihan khusus yang diperlukan untuk aplikasi
yang benar dan aman, dan dapat dengan mudah dikeluarkan untuk menilai dan
mendebridement luka. Selain itu, mungkin untuk memodifikasi removable walker
cast menjadi non-removable dengan mengencangkan walker dengan cast material.
Hal ini dikenal sebagai TCC instan.2–5

Perawatan Luka
Perawatan luka berfokus kepada menjaga agar luka berada pada keadaan
yang lembab. Ulserasi akan lebih cepat sembuh dan tidak memiliki komplikasi
infeksi ketika berada pada lingkungan yang lembab. Lingkungan luka yang
lembab akan mempromosikan pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen. Eksudat
luka kaya akan sitokin, platelet, sel darah putih, growth factors, dan matrix
metalloproteinases (MMP). Faktor-faktor ini akan mempromosikan penyembuhan
melalui proliferasi fibroblast dan keratinosit serta angiogenesis. Tetapi leukosit
dan toxin yang dihasilkan oleh bakteri akan menghambat proses penyembuhan.
Dressing yang ideal harus terbebas dari kontaminant, dapat menghilangkan
eksudat yang berlebih dan komponen beracun, menjaga lingkungan tetap lembab,
tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, memungkinkan pertukaran gas, dan
mudah diganti.6

Balutan kasa salin merupakan salah satu contoh dressing yang dapat
digunakan. Kelebihan dari balutan kasa salin adalah murah, dapat ditoleransi
dengan baik, dan berperan membuat lingkungan luka lembab dan atraumatik.
Foam dan alginate dressing merupakan dressing yang sangat menyerap dan dapat
membantu mengurangi resiko maserasi pada luka dengan eksudat yang banyak.
Rekomendasi perawatan luka berdasarkan kondisi luka yaitu :6,7

- Luka kering (dry wound): dressing hidrokoloid (DuoDERM atau


IntraSite) merupakan dressing yang kedap oksigen, kelembaban, dan
bakteri; menjaga lingkungan luka tetap lembab, dan mendukung
autolytic debridement
- Luka eksudatif: dressing absorptif seperti calcium alginate (Kaltostat,
Curasorb) sangat menyerap dan cocok untuk luka eksudatif. Alginat
tersedia dalam bentuk tali, yang berguna untuk luka yang dalam
- Luka yang sangat eksudatif: impregnated gauze dressing (Mesalt) atau
dressing hidrofiber (Aquacel) berguna untuk luka yang sangat
eksudatif. Penggantian dressing dua kali sehari mungkin diperlukan
- Luka yang terinfeksi: untuk infeksi superfisial, dapat digunakan silver
sulfadiazine (Silvadene) bila pasien tidak alergi terhadap obat sulfa;
apabila alergi pada obat sulfa, dapat menggunakan bacitracin-zinc atau
Neosporin ointment. Apabila terdapat kontaminasi bakteri berat pada
luka yang dalam, irigasi menggunakan Dakin solution dan 0.25% asam
asetat berguna untuk waktu yang singkat; dressing hidrofiber-silver
(Aquacel-Ag) dapat membantu mengontrol luka yang berisfat
eksudatif dan berpotensi kolonisasi.

Manajemen Infeksi
Penatalaksanaan infeksi merupakan hal yang paling penting dalam
mengobati ulkus neuropati karena Penderita ulserasi kaki diabetes memiliki resiko
tinggi untuk terkena infeksi. Pengobatan empiris yang efektif untuk infeksi adalah
Cefazolin dan beta-lactamase. Insisi dan drainase harus dilakukan ketika terdapat
infeksi dalam atau abses. Jika terdapat osteomielitis maka terapi antibiotik
dikombinasikan dengan bedah debridement, dengan pengangkatan tulang yang
terinfeksi, biasanya diperlukan.2,3

Tabel 1. National Antibiotic Guideline 2008.8

Infeksi/Kondisi dan Pengobatan Pilihan Komentar


Kemungkinan
Organisme
Infeksi ringan : Cloxacillin 500mg PO q6h Durasi pengobatan : 1-2
Terdapat > 2 tanda Atau minggu
peradangan (purulen Amoxycilin/Clavulanate
atau eritema, nyeri, 625mg PO q12h
tenderness, hangat, atau
indurasi) dengan
selulitis / erythema yang
memanjang kurang dari
2 cm di sekitar ulkus;
infeksi terbatas pada
kulit atau jaringan
subkutan superfisial;
tidak ada toksisitas
sistemik
Infeksi Sedang : Ampicillin/Sulbactam 1.5g Durasi pengobatan :
Tidak ada toksisitas IV q8h Biasanya 2-4 minggu.
sistemik atau Atau Dimodifikasi sesuai
ketidakstabilan Cefuroxime 750mg IV q8h dengan respon klinis
metabolik dan > 1 dari PLUS/MINUS bila terbukti
yang berikut: selulitis Metronidazole 500mg IV osteomyelitis:
memanjang lebih dari 2 q6h setidaknya 4-6 minggu.
cm di sekitar ulkus, Namun, durasi yang
lymphangitic streaking, lebih pendek (3
menyebar di bawah fasia minggu) cukup jika
superfisial, abses seluruh tulang yang
jaringan dalam, gangren, terinfeksi dibuang
atau keterlibatan otot,
tendon, sendi, atau
tulang
Infeksi Berat : Ceftadizime 2g IV q8h Durasi Pengobatan :
Infeksi ditambah PLUS seperti pada infeksi
toksisitas sistemik atau Metronidazole 500mg IV sedang
ketidakstabilan q6h
metabolik (misalnya
demam, menggigil,
takikardia, hipotensi,
confusion, muntah,
leukositosis, asidosis
metabolik,
hiperglikemia berat atau
azotemia di atas garis
dasar)

Amputasi
Amputasi adalah pengangkatan bagian tubuh atau ekstremitas (atau
bagiannya) dengan pembedahan. Amputasi dilakukan apabila terjadi gangrene
atau terdapat infeksi jaringan yang mengalami perluasan. Tujuan dilakukan
amputasi adalah untuk menghentikan perluasan infeksi, menghilangkan kondisi
yang dapat mengganggu fungsi, dan penyebab kecacatan.9,10
Indikasi dilakukan amputasi adalah :10
1. Dead Limb
merupakan keadaan dimana suplai darah sudah sangat terhambat sehingga
terjadi infark dan nekrosis. Infark akan menyebabkan dry gangrene,
dengan jaringan menjadi kering dan berwarna hitam.
2. Deadly/Dangerous Limb
Anggota badan menjadi mematikan ketika terjadi pembusukan dan infeksi
gangren basah menyebar ke jaringan sekitarnya sehingga mengarah ke
selulitis dan toksemia berat. Hal ini dapat membahayakan hidup pasien.
3. Dead Loss Limb
Anggota badan dapat terlihat mati ketika mencapai titik dimana tidak
dapat digunakan lagi dan menjadi penghalang dalam aktivitas sehari-hari
seperti pada paralysis atau kontraktur parah atau kerusakan traumatik
utama, maka amputasi adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan
kualitas hidup.

Penanganan ulkus diabetik berdasarkan tingkatan Wagner:11


 Grade 0
Tatalaksana yang dapat diberikan berupa memberikan edukasi kepada
pasien tentang alas kaki khusus. Sepatu atau sandal yang dibuat secara
khusus dapat mengurangi tekanan kepada kaki. Apabila terdapat tulang
yang menonjol atau terdapat deformitas, penanganannya tidak hanya
penggunaan alas kaki khusus, namun membutuhkan tindakan pemotongan
tulang yang menonjol tersebut atau dengan pembenahan deformitas
 Grade 1
Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu debridemen jaringan nekrotik atau
jaringan infeksius, perawatan luka dan mengurangi beban pada kaki
 Grade 2
Tatalaksana yang dapat diberikan berupa debridemen, pemberian
antibiotik sesuai dengan hasil kultur, perawatan luka, dan teknik
pengurangan beban pada kaki
 Grade 3
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah debridemen jaringan yang telah
menjadi gangrene, amputasi sebagian, imobilisasi, dan pemberian
antibiotik parenteral sesuai dengan hasil kultur
 Grade 4
Tatalaksana pada tahap ini adalah tindakan amputasi sebagian atau
amputasi seluruh kaki

Pencegahan
Pencegahan pada ulkus ini yaitu dengan cara pengawasan ketat pada
penyakit diabetes. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol kadar gula dalam
darah, yang dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup dan mengkonsumsi
obat diabetes secara rutin. Kadar gula darah yang terkontrol dapat mencegah
terjadinya neuropati perifer atau mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk.
Selain itu, penderita harus memeriksa kaki mereka setiap hari, menjaga kaki tetap
bersih dan tidak basah. Kaki harus dicuci dan kering setidaknya satu kali sehari
dan ruang antar jari-jari kaki harus dikeringkan dengan hati-hati. Semua pasien
terutama mereka dengan neuropati diabetes harus menggunakan alas kaki baik di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Disarankan untuk memakai sepatu khusus
dengan ukuran yang memadai ketika pasien berjalan. Pada pasien dengan
neuropati, juga disarankan untuk menggunakan alas kaki dengan bagian depan
tertutup untuk mencegah trauma minor pada bagian depan kaki. Penggunaan
sepatu atau alas kaki khusus dapat mencegah gesekan yang berlebihan atau
tekanan pada kaki. Maka dari itu dapat mencegah resiko terjadinya ulserasi kaki
diabetes.12
Prognosis
Kelangsungan hidup pasien untuk jangka panjang tetap buruk. Orang-
orang dengan amputasi tingkat tinggi memiliki resiko kematian yang lebih besar
daripada mereka yang menerima amputasi tingkat rendah. Hasil ini dikonfirmasi
dengan pengamatan kelangsungan hidup yang buruk setelah amputasi besar pada
pasien dengan dan tanpa diabetes. Orang dengan ulkus kaki diabetik memiliki
resiko 2-3 kali lipat lebih besar untuk kematian dibandingkan dengan pasien
nondiabetes selama 10 tahun periode follow-up, dengan usia, jenis kelamin laki-
laki, dan merokok sebagai faktor yang berperan secara signifikan.13

Referensi
1. American College of Hyperbaric Medicine. Diabetic Foot Ulcer. 2014:537-
543. https://www.achm.org/index.php/General/Medicare-Accepted-
Indications/Diabetic-Foot-Ulcer.html.
2. Boike A, Maier M, Logan D. Prevention and Treatment of Leg Foot Ulcer
in diabetes Mellitus. 2010
3. Michael JE, Maier M. Lower extremity ulcers. Vasc Med (United
Kingdom). 2016;21(2):174-176. doi:10.1177/1358863X16629233
4. Kim PJ, Steinberg JS. Complications of the Diabetic Foot. Endocrinol
Metab Clin North Am. 2013;42(4):833-847. doi:10.1016/j.ecl.2013.08.002
5. Baranoski S, Ayello E. Wound Care Essentials.; 2012.
6. Kruse and Edelman S. 2006. Evaluation and Treatment of Diabetic Foot
Ulcers. Clinical Diabetes. Vol 39 (Suppl 2): 123-128
7. A Review of the Pathophysiology, Classification, and Treatment of Foot
Ulcers in Diabetic Patients.
8. S.D. B, N.J. S, T.M. F. “Does the national antibiotic guideline- 2008
remain applicable for treating diabetic foot infection?” a new evidence-
based regional study on culture and sensitivity patterns in Terengganu
population. Malaysian Orthop J. 2014;8(1):42-45.
doi:http://dx.doi.org/10.5704/MOJ.1403.017
9. Jawaid M, Ali I, Kaimkhani M. Current Indications for Major Lower Limb
Amputations At Civil Hospital, Karachi. 2007;(December).
10. Marshal CA, Slansby G. Lower limb amputations. Surgery.
2004;22(6):335-337. doi:10.1016/B978-1-4557-7577-4.00119-4
11. Classification, Diagnosis, and Treatment of Diabetic Foot Ulcer.
WOUNDS. 2008. Available from:
http://www.woundsresearch.com/article/8706.
12. Iraj B, Khorvazh F, Ebneshahidi A, Askari G. Prevention of Diabetic Foot
Ulcer. International Journal of Preventive Medicine. 2013 [cited 11 April
2018];. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3634178/
13. Morbach S, Furchert H, Gröblinghoff U, et al. Long-term prognosis of
diabetic foot patients and their limbs: Amputation and death over the course
of a decade. Diabetes Care. 2012;35(10):2021-2027. doi:10.2337/dc12-
0200

Anda mungkin juga menyukai