1 Pengertian
Interaksi nutrient adalah interaksi fisika dan kimia antar nutrisi, nutrisi dengan
komponen lain dalam makanan atau nutrisi dengan obat (senyawa kimia lain) yang meliputi
efek yang diinginkan dan tidak diinginkan sedangkan Nutrisi adalah substansi organik yang
dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh
tubuh.
Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi aktivitas obat, yaitu
meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau
direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta obat-obatan
herbal. Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan hasil yang buruk atau tidak
terduga. Interaksi obat tidak hanya terjadi antar obat namun, juga dapat terjadi antar obat dengan
makanan. Banyak orang yang menganggap remeh terhadap hal ini padahal, hal ini sangat perlu
diperhatikan. Ada obat-obat tertentu yang jika berinteraksi dengan makanan, akan meningkatkan
kinerja obat namun ada jugajenis obat yang jika bereaksi dengan makanan tertentu dapat menurunkan
kerja obat dalam tubuh, bahkan dapat meningkatkan toksisitas bagi tubuh.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-
obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat
terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat dan efek samping obat perlu
mendapat perhatian.
Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus
masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga
terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah
sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat) karena sebagai subjek untuk lebih
dari satu dokter, sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat terutama yang dipengaruhi tingkat
keparahan penyakit atau usia.
Penelanan tablet dengan air yang cukup atau cairan lain penting untuk
beberapa obat karena jika ditelan tablet tersebut cenderung merusak saluran
oesophagus. Petunjuk pada pasien untuk mencegah iritasi dan atau ulcer pada
oesophagus, tablet atau kapsul obat harus ditelan dengan segelas air oleh pasien
dengan posisi berdiri, misalnya untuk obat. obat seperti analgesik (contohnya aspirin),
NSAID (contohnya Phenylbutazone, oxyphenbutazone, indometacin), kloralhidrat,
emepromium bromida, kalium klorida, tetracyclin (terutama Doxycyclin).
Obat diminum dengan atau tanpa makanan. Interaksi obat-makanan dalam saluran
gastrointestinal dapat bermacam- macam dan banyak alasan mengapa makanan
dapat berpengaruh pada efek obat.Contohnya obat mungkin terikat pada komponen makanan;
makanan akan mempengaruhi waktu transit obat pada usus; obat dapat mengubah first- pass
metabolism obat dalam usus dan dalam hati; dan makanan dapat meningkatkan aliran empedu
yang mampu meningkatkan absorbsi beberapa obat yang larut lemak.
Petunjuk pada pasien untuk mencegah interaksi tersebut adalah denganmeminum obat
dengan segelas air pada saat perut kosong, misalnya seperti pada obat- obat sefalosporin
(kecuali sefradin), dipyridamol, erythromycin, Isoniazid (INH), lincomycin,
penicillamin, pentaerithritel tetranitrat, rifampicin, penisilin oral dan tetracyclin. Absorbsi
semua penisilin oral optimal jika diminum pada saat perut kosong dengan segelas air.
Pivampicillin harus diminum bersama makanan karena dapat mengiritasi lambung atau perut.
Tetracyclin kadang kala menyebabkan mual dan muntah jika diminum pada saat perut
kosong. Meskipun makanan mengurangi absorbsi tetracyclin tetapi tidak terjadi pada
doxycyclin dan minocyclin.
Adanya makanan juga dapat meningkatkan perubahan bentuk profil serum obat tanpa
mengubah ketersediaan hayati obat. Hal ini terlihat pada studi sefradin, makanan tidak
memiliki efek signifikan terhadap ekskresi urin antibiotik tetapi pada nilai t-max. Beberapa
obat yang diminum bersama susu atau makanan berlemak antara lain alafosfalin, griseofulvin
dan vitamin Sedangkan obat yang tidak boleh diminum bersama susu antara lain bisacodyl
(dulcolax), garam besi, tetracyclin (kecuali doxycyclin dan minocyclin).
2.6 Interaksi Obat dan Makanan yang Dapat Menurunkan Kinerja Sistem Pencernaan.
Interaksi obat dan makanan yang dapat menurunkan kinerja sistem pencernaan dapat
meliputi interaksi obat yang menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
↑ Klorida
Spironolactone, triamteren
3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa
1. Interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase
farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme
obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase
farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi,
metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah
melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara
fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada
pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada
mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan
diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si
pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu
dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.
3. Interaksi obat- mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat
IV, Kekurangan-kekurangan PVC (polivinilklorida),