BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu SDM yang paling penting adalah generasi muda, mereka adalah
penerus bangsa yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa ini dan
yang akan memberikan warna bagi masa depan bangsa Indonesia. Namun saat ini
tingkat pengangguran di kalangan pemuda Indonesia sangat memprihatinkan. Dari
hasil pendataan yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran
kelompok usia produktif ini mencapai 60,5 persen dari jumlah pemuda yang ada.
Jika tidak segera dilakukan langkah-langkah yang tepat, angka pengangguran ini
akan terus meningkat dan akan menjadi sumber persoalan sosial di masyarakat,
seperti kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Hal ini
tidak saja merugikan diri mereka sendiri tetapi juga orang lain, selain itu citra
bangsa Indonesia di mata dunia Internasional juga dipertaruhkan.
Untuk membantu para pemuda agar terus meningkatkan segala potensi dan
kemampuan yang dimilikinya maka diperlukan konsep yang tepat dalam lembaga
kepemudaan agar termotivasi untuk maju. Program-program yang dapat
2
2. Tujuan
1. Agar pemuda binaan memiliki keterampilan dasar yang bernilai jual dalam
membuat keripik pisang.
2. Agar pemuda binaan memperoleh pengetahuan yang lebih luas tentang
pembuatan keripik pisang.
3. Agar pemuda binaan dapat meningkatkan kreatifitas dan berperan aktifikut
berkontribusi langsung dalam perdagangan.
4. Agar pemuda binaan mendapatkan bekal berwirausaha dan mengurangi
tingkat pengangguran.
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan September – Oktober jam 15.00
s/d 17.00 selama + 4 minggu lebih tepatnya 6 kali pertemuan
Peserta
Peserta pelatihan dalam pembuatan keripik berbahan dasar pisang
diikuti oleh beberapa orang yang berasal dari Kelurahan Rawang
Empat Kecamatan Bandar Petalangan Kabupaten Pelalawan. Mereka
terdiri dari anak-anak sekolah yang berusia 15-17 tahun.
2. Materi Pelatihan/Kegiatan
Keripik yang akan dibuat adalah keripik pisang dengan dua rasa yaitu
keripik pisang rasa asin dan keripik pisang rasa pedas. Keripik pisang yang dibuat
menggunakan bumbu – bumbu alami tanpa bahan pengawet . Adapun bahan
bahan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut :
1. Bahan Utama
Pisang
4
2. Bahan Penunjang
Minyak goreng
Air
3. Bumbu – Bumbu
Bawang Putih
Garam
Gula merah
Penyedap rasa
Cabe
ketumbar
Asam
4. Alat – Alat
Kompor
Wajan
Ember
Pisau
Pasah pisang
Sutil
serok/pengankat gorengan
Plastik pembungkus
Tali rafia
Lilin
1. Pengamatan
2. Penentuan Masalah
Dalam menentukan pemuda yang akan dibina dipilih pemuda yang tinggal
di lingkungan sekitar penulis, hal itu untuk memudahkan hubungan komunikasi
antara penulis dengan pemuda binaan.
7
4. Pemilihan Kegiatan
Agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik, dalam kegiatan tidak bersifat
kaku, artinya kedudukan kita sama tidak ada yang lebih tinggi dan pemuda binaan
mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan ide atau gagasan dalam kegiatan
pembinaan.
BAB III
Untuk membuat keripik yang berbahan dasar pisang diperlukan proses yang
memerlukan beberapa tahap dan tidak dapat diselesaikan dalam satu kali
pembinaan, karena proses pembuatan kripik memiliki beberapa tahapan – tahapan.
Tahapan pembuatan keripik dimulai dari pengupasan kulit pisang, pencucian
daging buah, pemasahan/pengirisan daging pisang secara tipis, penggorengan,
pemberian bumbu dan pengemasan keripik. Pada tahap penggorengan diperlukan
waktu yang lama, karena daging pisang banyak mengandung kadar air. Sehingga
untuk menyelesaikan tahap penggorengan memakan waktu yang lama dan
dilakukan 1 kali pertemuan.
Hasil pelaksanaan kegiatan secara umum sudah berhasil dengan baik dilihat
dari kualitas produk yang dihasilkan, meskipun dalam bidang pemasaran masih
mengalami kendala dikarenakan belum dapat memasarkan produk secara
maksimal.
3. Pembahasan
Dalam era globalisasi ini pasar dalam negeri kita telah dipenuhi dengan
berbagai macam produk makanan, dan tidak jarang makanan – makanan yang kita
temui banyak mengandung bahan – bahan yang tidak baik untuk kesehatan.
Khususnya untuk anak – anak yang lebih suka mengkonsumsi makanan ringan
yang mengandung bahan pengawet. Salah satu cara untuk menanggulangi
kebiasaan mengkonsumsi makanan ringan yang mengandung bahan pengawet,
penulis berinovasi membuat makanan ringan yang sehat, yang tidak mengandung
bahan pengawet dan akan disukai oleh semua kalangan.
10
Dari hasil pembuatan keripik ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan,
karena keripik ini sangat diminati oleh masyarakat. Dengan penjualan perbungkus
Rp 1000,00, maka sangat terjangkau oleh semua kalangan. Dan dari modal Rp
70.000,00 dapat dihasilkan 150 bungkus keripik, dan apabila dijual dengan harga
Rp 1000,00 per bungkus, maka hasil uang yang akan didapatkan Rp150.000,00.
Laba yang didapatkan Rp 80.000,00.
Keripik yang penulis buat dikemas dengan ukuran kecil dan ringan sehingga
dapat dibawa kemana saja. Namun dalam kegiatan pembinaan kepemudaan
pembuatan keripik ini pun mengalami beberapa kendala yang harus dihadapi oleh
para pemuda antara lain keripik hanya dipasarkan di Kelurahan Rawang Empat
karena masih terbatasnya keripik yang dihasilkan, penggunaan label, belum ada
upaya mempromosikan keripik ke daerah lain, belum adanya upaya pengemasan
yang lebih menarik, minat pembeli dan belum dilakukan kerja sama dengan pihak
– pihak terkait yang dapat membantu upaya pemasaran keripik.
Pada saat identifikasi dan sosialisasi para pemuda sangat antusias dengan
program yang di tawarkan dan memberikan respon positif untuk mengikuti
pembinaan.
Pada saat pelaksanaan program para pemuda binaan sangat bersemangat dan
antusias merespon semua petunjuk dan cara – cara pembuatan keripik. Para
pemuda binaan sangat terampil mempraktikkan kegiatan membuat keripik,
mereka saling bekerja sama sehingga meskipun ada kendala – kendala yang
11
dihadapi dapat diatasi dengan baik sehingga proses kegiatan berlangsung secara
lancar. Para pemuda binaan bertanggung jawab atas semua pelaksanaan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
12
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Selain itu dalam kegiatan pembinaan yang telah dilaksanakan masih banyak
kekurangan, seperti tidak pernah diadakan kegiatan penyuluhan dari pemerintah
kelurahan, minimalnya dana yang tersedia, dan banyak masyarakat yang masih
belum mengerti tentang nilai-nilai positif dari diadakannya kegiatan pembinaan
ini. Semoga saran ini dapat di realisasikan pada kegiatan pembinaan di waktu
yang akan datang.
3. Tindak Lanjut