LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN SELEKSI PROSES
Pembimbing
Zulfansyah, ST. MT.
Koordinator
Prof. Edy Saputra, ST. MT. Ph.D.
Kelompok II
Anton Algrinov 1507114913
Della Handayani 1407120933
Zahara Rezkia 1407110418
LEMBAR PENGESAHAN
TKS 4057 TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019
LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN SELEKSI PROSES
Kelompok I
Anton Algrinov 1507114913
Della Handayani 1407120933
Zahara Rezkia 1407110418
Catatan:
Zulfansyah, ST. MT
NIP. 196922021997031001
iii
iii
iv
iv
v
vi
ABSTRAK
Biodiesel (metil ester) merupakan monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang
yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi bahan bakar alternatif mesin diesel yang
memiliki banyak kesamaan dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Metil ester
merupakan senyawa yang dapat diolah lebih lanjut sebagai produk turunan berupa metil
ester sulfonat yang digunakan sebagai surfaktan berbasis crude palm oil. Dalam
perancangan pabrik ini akan dibuat pabrik biodiesel dengan bahan baku crude palm oil
dengan sumber bahan baku yang digunakan berasal dari PT. Intibenua Perkasatama yang
terletak di Dumai. Perancangan pabrik ini berkapasitas 560.000 MT/tahun dengan
menggunakan proses transesterifikasi. Biodiesel dapat dihasilkan mlalui beberapa proses,
diantaranya adalah proses transesterifikasi dimana trigliserida dalam bahan baku CPO
bereaksi dengan metanol dengan bantuan katalis basa membentuk metil ester dan gliserol.
Kebutuhan biodiesel dapat dilihat dari perencanaan pemerintah dalam menerapkan
subtitusi penggunaan solar menjadi campuran biodiesel 30% (B30) pada tahun 2025 dan
sebagai bahan pengganti surfaktan yang masih diimpor, dengan gross profit margin
sebesar Rp. 7.562 /kg. Ini menunjukkan bahwa perlu adanya industri yang memproduksi
biodiesel (metil ester) sebagai bahan baku campuran solar dan bahan baku pembuatan
surfaktan. Pabrik biodiesel direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri Dumai,
tepatnya di Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan Dumai yang berdekatan dengan
lokasi produsen CPO yaitu PT. Intibenua Perkasatama. Dimana pemilihan lokasi ini untuk
mendapatkan keuntungan baik secara teknik maupun ekonomis.
Kata kunci: biodiesel, crude palm oil, gliserol, gross profit margin, metil ester,
transesterifikasi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir perancangan pabrik yang
berjudul Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil dengan kapasitas 560.000 ton/tahun. Tugas
akhir ini merupakan rangkaian akhir dari seluruh tugas kami dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Selama menyelesaikan tugas akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
terutama kepada dosen pembimbing Bapak Zulfansyah, ST., MT. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan sara dari pembaca demi
kesempurnaan tugas akhir ini lebih lanjut. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu dan teknologi, khusunya dalam bidang teknik kimia.
Pekanbaru, 4 April 2019
Tim Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover i
Lembar Pengesahan ii
Lembar Asistensi iii
Abstrak vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi viii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Peluang Pasar Biodiesel 1
1.3 Pentingnya Pendirian Pabrik 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Biodiesel 4
2.2 Penggunaan Biodiesel 5
2.3 Teknologi Proses 6
BAB III Dasar Perancangan
3.1 Spesifikasi Bahan Baku 12
3.2 Spesifikasi Produk 12
3.3 Sifat-sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk 13
3.4 Sifat-sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk 13
3.5 Rencana Kapasitas Pabrik 14
3.6 Pemilihan Lokasi Pabrik 14
3.7 Aspek Perlindungan Lingkungan 16
BAB IV Seleksi Proses
4.1 Gross Profit Margin (GPM) 18
4.2 Ketersediaan Bahan Baku 19
4.3 Tipikal Proses 19
4.4 Konversi 20
4.5 Sistem Utilitas 21
4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan 21
4.7 Pemisahan dan Pemurnian 22
4.8 Proses Terpilih 24
4.9 Neraca Massa Overall 25
BAB V Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Molekul Metil Ester 4
2.2 Pembentukan Biodiesel dengan Proses Lurgi 7
2.3 Pembentukan Biodiesel Menggunakan Proses Henkel 8
2.4 Proses Pembentukan Biodiesel Oelmuhle Leer Connemann’s Multistage CD 9
2.5 Proses Pembentukan Biodiesel dengan Interesterifikasi Enzimatis 11
3.1 Lokasi Pendirian Pabrik 15
4.1 Pembuatan Biodiesel menggunakan Proses Henkel 25
4.2 Neraca Massa Overall 25
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Penggunaan Biodiesel Indonesia sebagaimana dalam UU No. 12/2015 2
1.2 Proyeksi Kebutuhan Solar dan Biodiesel tahun 2025 2
2.1 Sumber Bahan Baku Alternatif Biodiesel 5
3.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk 13
3.2 Sifat-sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk 13
3.3 Daftar Perusahaan Produksi Biodiesel di Provinsi Riau 14
4.1 Nilai Gross Profit Margin (GPM) Proses Pembuatan Biodiesel 18
4.2 Ketersediaan Bahan Baku 19
4.3 Tipikal Kondisi Proses 20
4.4 Konversi 20
4.5 Sistem Utilitas 21
4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan 22
4.7 Pemisahan dan Pemurnian 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biodiesel
Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang yang terdapat
dalam minyak nabati atau lemak. biodiesel memiliki potensi tinggi untuk bahan bakar
alternatif mesin diesel yang secara teknis memiliki banyak kesamaan dengan bahan bakar
diesel dari minyak bumi. Rumus struktur molekul metil ester dapat dilihat pada Gambar
2.1, sedangkan rumus molekul metil ester adalah Cn-1H2(n-r)-1CO-OCH3 dengan nilai n yang
umum adalah angka genap antara 8 sampai 24 dan nilai r yang umum 0,1, 2 atau 3.
Beberapa nilai metil ester yang dikenal adalah:
1. Metil stearat, C17H35COOCH3 (n=18, r=0)
2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 (n=16, r=0)
3. Metil laurat, C11H23COOCH3 (n=12, r=0)
4. Metil oleat, C17H33COOCH3 (n=18, r=1)
5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 (n=18, r=2)
6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 (n=18, r=3)
Biodiesel dihasilkan dari bahan baku terbaharukan yang diperoleh dari minyak nabati
lemak dan minyak hewani, limbah minyak ataupun produk samping dari industri minyak
dan susu serta asam lemak jenuh dan tak jenuh yang memiliki rantai karbon bervariasi.
Pemilihan bahan baku didasarkan pada ketersediaan, harga, kualitas minyak yang
bergantung pada komposisi. Biodiesel yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan
baku trigliserida memiliki titik tuang (Pour point) yang relatif tinggi (15°C) yang
disebabkan oleh tingginya kadar lemak jenuh dalam produk, sehingga biodiesel berbasis
minyak sawit hanya dapat digunakan pada negara tropis dan tidak sesuai digunakan untuk
negara dengan iklim dingin. Hal ini dapat diatasi dengan mencampurkan biodiesel dengan
bahan bakar minyak bumi seperti minyak solar, kerosene dan nafta untuk menurunkan
pour point namun hasil pencampuran ini masih belum memenuhi standar untuk digunakan
pada negara yang memiliki iklim dingin sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Minyak nabati seperti minyak canola dan
minyak kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dibeberapa
negara bagian Amerika (Bart dkk, 2010). Selain itu, sumber minyak nabati lain yang dapat
digunakan adalah minyak sawit yang relatif lebih murah dan lebih mudah diperoleh,
sumber minyak/lemak lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Sumber Bahan Baku Alternatif Biodiesel
Minyak Nabati Minyak
Sumber Minyak Minyak Nabati Bahan Baku Baru Hewani dan
yang Sering lainnya Minyak Bekas
Digunakan
Kedelai Camelina HO biji bunga matahari Lemak
Biji kapas Rami HO Rapeseed Lemak babi
Kacang tanah Minyak zaitun LL Rapeseed Lemak unggas
Biji bunga matahari Buah jarak HEA Rapeseed Rendered fat
Rapeseed Jagung Minyak bekas
Wijen
Sawit
Kelapa
Biji rami
Castor
Sumber : Bart dkk, 2010
karon dioksida diudara, sehingga biodiesel dianggap tidak menyumbang pemanasan global
sebanyak bahan bakar fosil. Penggunaan metil ester diantaranya adalah sebagai bahan
bakar mesin diesel dan bahan surfaktan (metil ester sulfonat).
Mesin diesel yang beroperasi dengan menggunakan biodiesel menghasilkan emisi
karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak terbakar, partikulat, dan udara beracun yang
lebih rendah dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar
petroleum. Penggunaan biodiesel mempunyai beberapa keuntungan, menurut studi yang
dilakukan National Biodiesel Board beberapa keuntungan penggunaan biodiesel antara
lain:
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel, sehingga
dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi yang
signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak menyebabkan
pemanasan global. Analisa siklus kehidupan memperlihatkan bahwa emisi CO2 secara
keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan dengan mesin diesel yang
menggunakan bahan bakar petroleum.
Pemanfaatan biodiesel (metil ester) selain sebagai bahan bakar nabati, juga sebagai
bahan alternatif pengganti surfaktan berupa metil ester sulfonat. Surfaktan merupakan
senyawa kimia yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
cairan. Penggunaan surfaktan dengan menggunakan bahan baku metil ester merupakan
potensi baru bagi pemanfaatan metil ester berbasis minyak sawit di Indonesia. Keunggulan
produksi surfaktan dari bahan baku metil ester antara lain adalah memiliki prosedur
produksi yang mudah, sifat detergensi tinggi, tingkat pembusaan rendah, stabilitas tinggi
terhadap pH.
bahan baku yang telah melalui proses degumming dan proses netralisasi. Bahan baku yang
dapat digunakan dalam proses ini adalah rapeseed, kedelai atau minyak sawit (CPO atau
CPKO). Proses Lurgi merupakan proses pengolahan minyak hasil refining (Oil refined)
menjadi biodiesel skala besar dengan proses batch.
Pada proses ini terjadi reaksi transesterifikasi dengan tekanan atmosfir dan suhu
65°C. Hasil samping dari proses ini adalah gliserin dengan kemurnian mencapai 80%.
Keuntungan dari proses ini terletak pada yield yang tinggi dan penggunaan pencucian
biodiesel secara wash water loop yang menyebabkan limbah pencucian lebih sedikit. Selain
itu. Penggunaan katalis dapat mudah dipisahkan karena katalis bercampur pada gliserin,
sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan distilasi pada gliserin. Biodiesel yang
dihasilkan dari proses ini memenuhi standar kualitas internasional. Kapasitas proses ini
mencapai 40 ton. Proses Lurgi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Pembentukan Biodiesel dengan Proses Lurgi (Bart dkk, 2010).
umpan. Campuran dari reaktor berupa biodiesel dan gliserol serta sisa katalis memasuki
separator untuk pemisahan berdasarkan massa jenis. Gliserol yang terpisah masih
mengandung katalis sehingga perlu dipisahkan dengan penambahan bahan kimia. Biodiesel
yang terpisah sebagai produk atas dimurnikan dengan cara pencucian dengan air untuk
menghilangkan sisa gliserol dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan distilasi.
Kelebihan proses ini terletak pada kemurnian biodiesel yang tinggi dengan kualitas yang
cenderung lebih baik dibandingkan dengan proses lain, selain itu warna minyak yang
dihasilkan lebih terang namun kekurangan dari proses ini adalah konsumsi energi yang
besar (Bart dkk, 2010).. Proses lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Pembuatan Biodiesel menggunakan Proses Henkel (Bart dkk, 2010).
tahap yaitu pencucian singkat dengan penambahan air panas untuk mencapai konsentrasi
yang lebih tinggi. Proses ini dapat dilakukan dengan 2 tahap untuk mencapai konversi
reaksi yang lebih tinggi. Penerapan proses ini sudah dilakukan oleh ADM Oelmuhle Leer
dimana produksi pada 2003 mencapai 110 ton dengan bahan baku berupa minyak rapeseed
yang memiliki kandungan FFA < 1% (Bart dkk, 2010). Proses ini dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
(2.9)
Reaksi interesterifikasi dengan metil asetat dengan trigliserida terjadi dalam tahap-
tahap reaksi berikut:
(2.10)
(2.11)
(2.12)
menghasilkan konversi reaksi yang lebih tinggi. Perbandingan rasio mol metil asetat dan
minyak nabati yang digunakan untuk meningkatkan konversi metil ester yang tinggi yaitu
dengan menambahkan metil esetat berlebih(Casas dkk, 2013). Proses pembentukan metil
ester menggunakan interesterifikasi enzimatis dapat dilihat pada Gambar 2.6
Enzymes
CPO
Enzymatic
Metanol Reaction Membran Separation
Biodisel
Metanol
Glyserol,
Metanol
Distilation
Glyserol
BAB III
DASAR PERANCANGAN
Kawasan Industri
Lokasi Pendirian Pabrik Lubuk Gaung
Faktor utama ini meliputi kegiatan produksi dan distribusi produk diatur menurut
macam dan kualitas, waktu dan tempat yang dibutuhkan konsumen pada tingkat harga
yang terjangkau, namun masih memberikan keuntungan bagi pabrik itu sendiri. Faktor
utama ini meliputi:
a. Letak sumber bahan baku
Bahan baku adalah kebutuhan utama bagi kelangsungan produksi suatu pabrik
sehingga penyediaan bahan baku sangat diprioritaskan. Bahan baku cpo direncanakan
diperoleh dari PT. Intibenua Perkasatama yang terletak di Lubuk Gaung, Dumai. Dengan
letak pabrik dengan bahan baku yang dekat, maka diharapkan peyediaan bahan baku
dapat tercukupi dengan lancar. Penentuan letak sumber bahan baku dapat
mempengaruhi efisiensi dalam pengiriman maupun penerimaan suatu bahan. Suatu pabrik
yang dekat dengan lokasi sumber bahan dapat meminimalisir nilai ekonomi dalam
pengambilan maupun impor bahan.
b. Pemasaran Produk
Pabrik Biodiesel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lokasi
pemasaran dapat mempengaruhi harga produk. Pendirian lokasi pabrik yang berdekatan
dengan pasar utama bertujuan untuk mempermudah pemasaran produk.
c. Sarana Transportasi
Sarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan baku maupun
pemasaran produk. Adanya fasilitas transportasi yang memadai seperti jalan raya
(transportasi darat), pelabuhan (transportasi laut) dapat mempermudahkan dalam
transportasi bahan baku dan pemasaran produk.
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang mempunyai royalitas tinggi
terhadap pabrik, terampil dan diperioritaskan diambil didaerah sekitar pabrik. Kebutuhan
tenaga kerja, terutama untuk tenaga harian dapat dipenuhi dengan mudah karena Dumai
dekat dengan Kota Pekanbaru dan provinsi lain yang ada di Sumatera. Kehadiran
universitas negeri dan swasta, akademi-akademi serta sekolah-sekolah kejuruan di Riau
dan sekitarnya akan menunjang ketersediaan tenaga kerja ahli dan terdidik untuk
ditempatkan secara proporsional.
e. Utilitas
Utilitas yang utama dengan adanya suatu pabrik meliputi air, steam, bahan bakar dan
listrik. Dimana selain dekat dengan bahan baku di Dumai juga terdapat sungai dan Laut
yang dapat digunakan sebagai sumber air, telah tersedianya dengan baik beberapa fasilitas
energi listrik, komunikasi maupun jaringan transportasi.
BAB IV
SELEKSI PROSES
Seleksi proses pada pra-perancangan pabrik biodiesel dari crude palm oil (CPO) ini
berdasarkan Gross Profit Margin (GPM), ketersediaan bahan baku, tipikal proses, konversi
dan selektivitas (reaksi kimia), sistem utilitas, produk samping dan limbah yang dihasilkan
serta proses pendukung lainnya, seperti pemisahan dan pemurnian produk.
Tabel 4.1 Nilai Gross Profit Margin (GPM) Proses Pembuatan Biodiesel
No. Proses Pembuatan GPM (Rp/Kg)
1. Transesterifikasi Rp. 7.562
2. Esterifikasi-Transesterifikasi Rp. 5.586
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Rp. 6.502
4. Interesterifikasi-Enzimatik Rp. 7.560
Berdasarkan GPM, proses yang dipilih yaitu proses Transesterifikasi karena Gross
Profit Margin (GPM) proses ini memiliki nilai yang besar diantara proses lainnya.
Berdasarkan ketersediaan bahan baku, bahan baku dapat di beli dari dalam negeri
yang terletak berdekatan dengan pabrik biodiesel ini, sehingga proses di atas memenuhi
untuk perlu pertimbangan dari sisi yang lain seperti tipikal kondisi proses dan lain-lain.
4.4 Konversi
Konversi adalah perbandingan mol reaksi dan mol mula-mula. Suatu proses
dikatakan menguntungkan apabila memiliki tingkat konversi yang tinggi dimana suatu
reaktan tepat seluruhnya atau hampir seluruhnya bereaksi membentuk produksi (Shanhui,
2013).
memurnikan biodiesel dengan memisahkan gliserol dan alkohol, destilasi juga digunakan
untuk merecovery trigliserida sehingga dapat digunakan sebagai reaktan kembali. Recovery
trigliserida ini dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk pembelian trigliserida.
5. Biodiesel yang terpisah sebagai produk atas dimurnikan dengan cara pemurnian
dengan cara pencucian dengan air untuk menghilangkan sisa gliserol dan
dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan distilasi.
Keuntungan proses ini adalah kemurnian biodiesel yang tinggi dengan lualitas yang lebih
baik dibanding proses lain. Flowsheet proses dapat dilihat dari gambar 4.1
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bart, J. C. J., Natale, P., Stefano, C. 2010. Biodiesel Science and Technology: From Soil to
Oil. CRC Press. Washington, DC.
Casas, A., Angel, P., Maria, J. R. 2013. Production of Biodiesel through Interesterification
of Triglycerides with Methyl Acetate. ResearchGate. Spain.
Demirbas, A. 2008. Biodiesel: A Realistic Fuel Alternative for Diesel Engines. Spinger-
Verlag. London.
Dharmawan, A., H., dkk. 2018. Pengembangan Bioenergi di Indonesia. CIFOR. Bogor.
Eddy Herjanto. 2015. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta.
Goembira, F., Shiro, S. 2015. Advanced Supercritical Methyl Acetate Method for Biodiesel
Production from Pongomia Pinnata Oil. Renewable Energy 83 (2015) 1245-1249.
Goshen. The Chemistri of Biodiesel. https://www.goshen.edu/academics/chemistry/biodi-
esel/chemistry-of/. Diakses pada 11 Maret 2019.
Knothe, G., Jurgen, K., Jon, V. G. 2010. The Biodiesel Handbook: Second Edition. AOCS
Press. Urbana.
Krischenbauer. 1960. Fat and Oil. An Outline of Their Chemistry and Technology.
Reinhold Publishing Co. New York.
Menteri ESDM RI. 2015. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya mineral Republik
Indonesia No. 12 Tahun 2015. Sekretariat Negara. Jakarta.
Perry,R.H and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook ,7th ed., Mc.
Graw-Hill Book Company, New York.
Siwayanan, P., et. al. 2007. Beyond Biodiesel: methyl ester as the route for the production
of surfactant feedstock. ResearchGate. Malaysia.
United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Services (USDA). 2017.
Indonesia Biofuels Annual Report 2017. Retrieved from
https://gain.fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Biofuels%20Annual_J
akarta_Indonesia_6-20-2017.pdf
Varqa, S. 2017. Essential Palm Oil Statistic 2017. Palm Oil Analytics. London.
Yang,H.,et al. 2012. Detailed physical properties prediction of pure methyl esters for
biodiesel combustion modeling. Applied energy 102 (2013) 647-656. Singapore.
1. Esterifikasi
Reaksi yang terjadi :
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O
Asam Palmitat Metanol Metil Ester Air
Tabel 2. Gross Profit Margin Proses Reaksi Esterifikasi
Reaktan Produk
Koefisien reaksi 1 3 3 1
Berat molekul
884 32 297 92
(g/gmol)
Massa/massa metil
0,992 0,107 1 0,103
ester
Koefisien Reaksi 1 3 3 1
Berat Molekul
884 74 297 218
(g/gmol)
Massa/Massa Metil
0,992 0,249 1 0,244
Ester
Koefisien
1 3 3 1
Reaksi
Berat Molekul
884 32 297 92
(g/gmol)
Massa/Massa
0,992 0,107 1 0,103
Metil Ester
2. Menghitung F2
F2 = 6 × F1 ..................................................................................... (2)
3. Menghitung F8
X2M . F2 – 3r = X8M . F8 ................................................................................... (3)
4. Menghitung F3
F3 = 2.5% . F1 .................................................................................. (4)
5. Menghitung F9
r = X6G . F6 + X9G . F9 .................................................................. (5)
6. Menghitung F5
Nout = Nin − r3
Nout = X5HCl . F5 – r3 .......................................................................... (6)
7. Menghitung F10
F10 = Nout
Nout = Nin + r3 ..................................................................................... (7)
8. Menghitung F4
Sabun = X1ALB . F1 + 0,96 . F3
F4 = Air pencuci yang dibutuhkan
F4 = 2 × Sabun ................................................................................ (8)
9. Menghitung F7
F7 = 99% . F4 + Sabun .................................................................... (9)
Reaksi 1
𝑋 . 𝐹6
r = 𝜎
0.98 . 70.707,07
r = 3
r = 23.097,64 kg/jam
Trigliserida
X1 Tg . F1 – r = X11 Tg . F11 .................…………………………...(1)
0,96 . F1 – r = 0,02 . (0.96) . F1
0,96 . F1 – 23.097,64 = 0.0192 . F1
(0.96 – 0.0192) F1 = 23.097,64 kg/jam
F1 = 24.551,062 kg/jam
Metanol
F2 = 6 F1…………………………...………………..(2)
F2 = 6 . (24.551,062)
F2 = 147.306,372 kg/jam
KOH
F3 = 2.5% . F1 ………………………………….………………....................(4)
F3 = 2.5% (24.551,062)
F3 = 613,776 kg/jam
Gliserol
r = X6G . F6 + X9G . F9……………………………………..(5)
23.097,64 = 0.0175 (70.707,07) + 0.85 F9
23.097,64 – 1.237,373 = 0.85 F9
F9 = 25.717,96 kg/jam
Reaksi 2
𝑋 . 𝐹3
r2 = 𝜎
0.96 . 613,776
r2 = 1
r2 = 589,224 kg/jam
Reaksi 3
𝑋 . (𝐹3−𝑟2 )
r3 = 𝜎
1 . (613,776−589,224)
r3 = 1
r3 = 24,552 kg/jam
KCl
F10 = Nout
Nout = Nin + r3 ...................................................................................................(7)
F10 = 0 + 24,552
F10 = 24,552 kg/jam
HCl
Nout = Nin – r3 ...................................................................................................(6)
0 = X5 HCl . F5 – r3
24,552 = 0,32 . F5
F5 = 76,725 kg/jam
Sabun
Sabun = X1 ALB . F1 + 0.96 . F3
= 0.03 (24.551,062) + 0.96 (613,776)
= 736,531 + 589,224
= 1.325,755 kg/jam
Uap Air
F12 = 1% . F4 – 0,025% F6 .............................................................................(10)
F12 = 26,515 – 17,676
F12 = 8,839 kg/jam
Residu
F11 = 2% . (0,96 F1) + 0,05% F1 ....................................................................(11)
F11 = 471,38 + 12,275
F11 = 483,655 kg/jam