Anda di halaman 1dari 46

TKS 4057 TUGAS PERANCANGAN PABRIK

Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019

Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil

LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN SELEKSI PROSES

Pembimbing
Zulfansyah, ST. MT.

Koordinator
Prof. Edy Saputra, ST. MT. Ph.D.

Kelompok II
Anton Algrinov 1507114913
Della Handayani 1407120933
Zahara Rezkia 1407110418

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
April 2019
ii

LEMBAR PENGESAHAN
TKS 4057 TUGAS PERANCANGAN PABRIK
Semester Genap Tahun Akademik 2018/2019

LAPORAN I
PENDAHULUAN DAN SELEKSI PROSES

Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil

Kelompok I
Anton Algrinov 1507114913
Della Handayani 1407120933
Zahara Rezkia 1407110418

Catatan:

Pekanbaru, 4 April 2016


Disetujui Pembimbing,

Zulfansyah, ST. MT
NIP. 196922021997031001
iii
iii
iv
iv
v
vi

ABSTRAK

Biodiesel (metil ester) merupakan monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang
yang memiliki potensi tinggi untuk menjadi bahan bakar alternatif mesin diesel yang
memiliki banyak kesamaan dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi. Metil ester
merupakan senyawa yang dapat diolah lebih lanjut sebagai produk turunan berupa metil
ester sulfonat yang digunakan sebagai surfaktan berbasis crude palm oil. Dalam
perancangan pabrik ini akan dibuat pabrik biodiesel dengan bahan baku crude palm oil
dengan sumber bahan baku yang digunakan berasal dari PT. Intibenua Perkasatama yang
terletak di Dumai. Perancangan pabrik ini berkapasitas 560.000 MT/tahun dengan
menggunakan proses transesterifikasi. Biodiesel dapat dihasilkan mlalui beberapa proses,
diantaranya adalah proses transesterifikasi dimana trigliserida dalam bahan baku CPO
bereaksi dengan metanol dengan bantuan katalis basa membentuk metil ester dan gliserol.
Kebutuhan biodiesel dapat dilihat dari perencanaan pemerintah dalam menerapkan
subtitusi penggunaan solar menjadi campuran biodiesel 30% (B30) pada tahun 2025 dan
sebagai bahan pengganti surfaktan yang masih diimpor, dengan gross profit margin
sebesar Rp. 7.562 /kg. Ini menunjukkan bahwa perlu adanya industri yang memproduksi
biodiesel (metil ester) sebagai bahan baku campuran solar dan bahan baku pembuatan
surfaktan. Pabrik biodiesel direncanakan akan didirikan di Kawasan Industri Dumai,
tepatnya di Lubuk Gaung Kecamatan Sungai Sembilan Dumai yang berdekatan dengan
lokasi produsen CPO yaitu PT. Intibenua Perkasatama. Dimana pemilihan lokasi ini untuk
mendapatkan keuntungan baik secara teknik maupun ekonomis.

Kata kunci: biodiesel, crude palm oil, gliserol, gross profit margin, metil ester,
transesterifikasi
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas akhir perancangan pabrik yang
berjudul Pabrik Biodiesel dari Crude Palm Oil dengan kapasitas 560.000 ton/tahun. Tugas
akhir ini merupakan rangkaian akhir dari seluruh tugas kami dalam menyelesaikan studi di
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau.
Selama menyelesaikan tugas akhir ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
terutama kepada dosen pembimbing Bapak Zulfansyah, ST., MT. Tidak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu.
Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan sara dari pembaca demi
kesempurnaan tugas akhir ini lebih lanjut. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu dan teknologi, khusunya dalam bidang teknik kimia.
Pekanbaru, 4 April 2019

Tim Penulis
viii

DAFTAR ISI
Halaman
Cover i
Lembar Pengesahan ii
Lembar Asistensi iii
Abstrak vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi viii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Peluang Pasar Biodiesel 1
1.3 Pentingnya Pendirian Pabrik 3
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Biodiesel 4
2.2 Penggunaan Biodiesel 5
2.3 Teknologi Proses 6
BAB III Dasar Perancangan
3.1 Spesifikasi Bahan Baku 12
3.2 Spesifikasi Produk 12
3.3 Sifat-sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk 13
3.4 Sifat-sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk 13
3.5 Rencana Kapasitas Pabrik 14
3.6 Pemilihan Lokasi Pabrik 14
3.7 Aspek Perlindungan Lingkungan 16
BAB IV Seleksi Proses
4.1 Gross Profit Margin (GPM) 18
4.2 Ketersediaan Bahan Baku 19
4.3 Tipikal Proses 19
4.4 Konversi 20
4.5 Sistem Utilitas 21
4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan 21
4.7 Pemisahan dan Pemurnian 22
4.8 Proses Terpilih 24
4.9 Neraca Massa Overall 25
BAB V Kesimpulan 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN
ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Molekul Metil Ester 4
2.2 Pembentukan Biodiesel dengan Proses Lurgi 7
2.3 Pembentukan Biodiesel Menggunakan Proses Henkel 8
2.4 Proses Pembentukan Biodiesel Oelmuhle Leer Connemann’s Multistage CD 9
2.5 Proses Pembentukan Biodiesel dengan Interesterifikasi Enzimatis 11
3.1 Lokasi Pendirian Pabrik 15
4.1 Pembuatan Biodiesel menggunakan Proses Henkel 25
4.2 Neraca Massa Overall 25
x

DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Penggunaan Biodiesel Indonesia sebagaimana dalam UU No. 12/2015 2
1.2 Proyeksi Kebutuhan Solar dan Biodiesel tahun 2025 2
2.1 Sumber Bahan Baku Alternatif Biodiesel 5
3.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk 13
3.2 Sifat-sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk 13
3.3 Daftar Perusahaan Produksi Biodiesel di Provinsi Riau 14
4.1 Nilai Gross Profit Margin (GPM) Proses Pembuatan Biodiesel 18
4.2 Ketersediaan Bahan Baku 19
4.3 Tipikal Kondisi Proses 20
4.4 Konversi 20
4.5 Sistem Utilitas 21
4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan 22
4.7 Pemisahan dan Pemurnian 23
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komponen utama penyusun biodiesel adalah minyak nabati atau sering disebut
sebagai trigliserida. Secara kimiawi trigliserida adalah ester, asam lemak dan gliserol.
Trigliserida dari minyak nabati biasanya berisi beberapa asam lemak yang berbeda, asam
lemak yang terdapat di dalam trigliserida memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda,
asam lemak adalah parameter yang paling penting yang mempengaruhi pembuatan
biodiesel. Untuk mendapatkan biodiesel, minyak nabati mengalami reaksi kimia yang
disebut transesterifikasi. Dalam reaksi pembentukan biodiesel biasanya menggunakan
katalis asam dan katalis basa. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai bahan baku, bahan
baku minyak nabati yang biasa digunakan seperti minyak kelapa sawit (CPO), minyak
kelapa murni dan biji kapas. Bahan baku yang berkualitas sebagian besar bergantung pada
letak geografis.
Secara umum ada dua metode reaksi transesterifikasi yaitu dengan katalis atau tanpa
katalis, produk samping yang dihasilkan gliserol dan garam. Transesterifikasi tidak
mengubah komposisi asam lemak dari bahan baku, sehingga biodiesel mendapatkan
komposisi minyak nabati yang akurat.

1.2 Peluang Pasar Biodiesel


Mengingat konsumsi minyak solar, khususnya pada sektor transportasi yang terus
meningkat, maka diperkirakan volume impor minyak solar ini akan terus meningkat bila
tidak diambil kebijakan penganekaragaman atau diversifikasi bahan bakar pengganti
minyak solar, seperti biodiesel maupun pencairan batubara.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional,
mentargetkan substitusi bahan bakar pada tahun 2024 adalah minimal 5% terhadap
konsumsi energi nasional, serta Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai Bahan Bakar Lain, menunjukkan
keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati,
diantaranya bioetanol dan biodiesel.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
2

Pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan mandatori hingga mencapai B-30 pada


tahun 2025, yang dilakukan secara bertahap dimana jumlah minimum bahan bakar nabati
yang digunakan untuk blending setiap kategori penggunaan akhir akan mencapai 30%.
Target ini akan memerlukan setidaknya 4,86 miliar liter biodiesel untuk sektor industri,
yang tampaknya tidak mudah dicapai oleh industri biodiesel saat ini. Penggunaan dan
proyeksi kebutuhan biodiesel di Indonesia sebagaimana telah diatur dalam UU No.
12/2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.
Tabel 1.1. Penggunaan Biodiesel Indonesia sebagaimana dalam UU No. 12/2015
Tahun 2015 2016 2020 2025
Transportasi, Public Servis Obligation 15% 20% 30% 30%
(PSO)
Transportasi, Non-PSO 15% 20% 30% 30%
Industri 15% 20% 30% 30%
Listrik/Electricity 25% 30% 30% 30%
Sumber: Peraturan UU No. 12/2015
Tabel 1.2. Proyeksi Kebutuhan Solar dan Biodiesel tahun 2025.
Tahun 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Kebutuhan 46,26 49,96 53,95 58,27 62,93 67,97 73,40 79,28
Solar
PSO 23,13 24,98 26,98 29,14 31,47 33,99 36,70 39,64
Non-PSO 23,13 24,98 26,98 29,14 31,47 33,99 36,70 39,64
Kebijakan B-20 B-20 B-30 B-30 B-30 B-30 B-30 B-30
Mandatori
Kebutuhan 9,25 9,99 16,19 17,48 18,88 20,39 22,02 23,78
Biodiesel
Sumber: Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.
Dengan mengacu pada kebijakan Mandatori Biodiesel Indonesia, terlepas dari
kondisi pencapaian saat ini, maka perkembangan biodiesel Indonesia ke depan
diproyeksikan akan semakin besar, seiring meningkatnya kebutuhan solar. Dan sejalan
dengan target B-30 pada tahun 2020 sampai dengan 2025, maka proyeksi kebutuhan solar
Indonesia akan meningkat pesat pada tahun 2025, dari 39,66 juta kilo liter menjadi 74,88
juta kilo liter. Dari sisi kebutuhan, laju (growth) pertumbuhan kebutuhan solar akan naik

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
3

rata-rata 8% per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kebutuhan biodiesel


domestik juga akan tumbuh pesat, yakni rata-rata ditargetkan 14% per tahun.
Selain digunakan sebagai bahan bakar, biodiesel juga berpeluang untuk
dikembangkan menjadi produk Surface Agent (surfaktan). Dimana aplikasi penggunaannya
sangat luas bagi industri pertambangan, industri sabun, dan sebagainya. Hal ini
dikarenakan surfaktan dengan bahan baku metil ester mempunyai kelebihan dari surfaktan
pada umumnya yaitu bahan baku dapat diperbarui, ketersediaan yang cenderung meningkat
dari tahun ke tahun, tidak menimbulkan iritasi, memiliki detergency yang baik pada air
sadah dan bersifat ramah lingkungan karena mudah terurai.
Lebih lanjut, metil ester juga berpeluang untuk dikembangkan menjadi surfaktan
berbasis fatty alcohol. Dimana aplikasi penggunaannya digunakan dalam dunia kosmetik,
makanan dan pelarut dalam industri. Fatty alcohol digunakan sebagai emulsifier,
emollients, dan thickeners dalam industri kosmetik dan makanan.

1.3 Pentingnya Pendirian Pabrik


Pendirian industri pembuatan biodiesel akan memberikan banyak manfaat yaitu,
diantaranya memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia, mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang semakin lama akan langka bahkan habis,
mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku pembuatan surfaktan
dari luar negeri, pendirian pabrik ini diharapkan dapat mengurangi impor BBM, dari segi
sosial ekonomi, pendirian pabrik ini dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatnya
perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut, maka pendirian pabrik Biodiesel di Indonesia merupakan
gagasan penting untuk dikaji lebih lanjut sebagai investasi yang menguntungkan pada
masa yang akan datang.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biodiesel
Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam lemak rantai panjang yang terdapat
dalam minyak nabati atau lemak. biodiesel memiliki potensi tinggi untuk bahan bakar
alternatif mesin diesel yang secara teknis memiliki banyak kesamaan dengan bahan bakar
diesel dari minyak bumi. Rumus struktur molekul metil ester dapat dilihat pada Gambar
2.1, sedangkan rumus molekul metil ester adalah Cn-1H2(n-r)-1CO-OCH3 dengan nilai n yang
umum adalah angka genap antara 8 sampai 24 dan nilai r yang umum 0,1, 2 atau 3.
Beberapa nilai metil ester yang dikenal adalah:
1. Metil stearat, C17H35COOCH3 (n=18, r=0)
2. Metil palmitat, C15H31COOCH3 (n=16, r=0)
3. Metil laurat, C11H23COOCH3 (n=12, r=0)
4. Metil oleat, C17H33COOCH3 (n=18, r=1)
5. Metil linoleat, C17H31COOCH3 (n=18, r=2)
6. Metil linolenat, C17H29COOCH3 (n=18, r=3)

Gambar 2.1 Struktur Molekul Metil Ester (www.goshen.edu).

Biodiesel dihasilkan dari bahan baku terbaharukan yang diperoleh dari minyak nabati
lemak dan minyak hewani, limbah minyak ataupun produk samping dari industri minyak
dan susu serta asam lemak jenuh dan tak jenuh yang memiliki rantai karbon bervariasi.
Pemilihan bahan baku didasarkan pada ketersediaan, harga, kualitas minyak yang
bergantung pada komposisi. Biodiesel yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan
baku trigliserida memiliki titik tuang (Pour point) yang relatif tinggi (15°C) yang
disebabkan oleh tingginya kadar lemak jenuh dalam produk, sehingga biodiesel berbasis
minyak sawit hanya dapat digunakan pada negara tropis dan tidak sesuai digunakan untuk
negara dengan iklim dingin. Hal ini dapat diatasi dengan mencampurkan biodiesel dengan

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
5

bahan bakar minyak bumi seperti minyak solar, kerosene dan nafta untuk menurunkan
pour point namun hasil pencampuran ini masih belum memenuhi standar untuk digunakan
pada negara yang memiliki iklim dingin sehingga masih diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Minyak nabati seperti minyak canola dan
minyak kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dibeberapa
negara bagian Amerika (Bart dkk, 2010). Selain itu, sumber minyak nabati lain yang dapat
digunakan adalah minyak sawit yang relatif lebih murah dan lebih mudah diperoleh,
sumber minyak/lemak lain yang dapat digunakan sebagai bahan baku dapat dilihat pada
Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Sumber Bahan Baku Alternatif Biodiesel
Minyak Nabati Minyak
Sumber Minyak Minyak Nabati Bahan Baku Baru Hewani dan
yang Sering lainnya Minyak Bekas
Digunakan
Kedelai Camelina HO biji bunga matahari Lemak
Biji kapas Rami HO Rapeseed Lemak babi
Kacang tanah Minyak zaitun LL Rapeseed Lemak unggas
Biji bunga matahari Buah jarak HEA Rapeseed Rendered fat
Rapeseed Jagung Minyak bekas
Wijen
Sawit
Kelapa
Biji rami
Castor
Sumber : Bart dkk, 2010

2.2. Penggunaan Biodiesel


Penggunaan biodiesel sebagai bahan alternatif bahan bakar dapat dilihat dari
penggunaan campuran biodiesel dalam minyak solar. Umumnya campuran ini dikenal
dengan istilah B5, B20 atau B100. Biodiesel termasuk bahan bakar yang dapat
diperbaharui sehingga penggunaannya diharapkan dapat mengatasi menipisnya
ketersediaan energi dimasa depan. Komponen karbon dalam minyak atau lemak berasa dari

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
6

karon dioksida diudara, sehingga biodiesel dianggap tidak menyumbang pemanasan global
sebanyak bahan bakar fosil. Penggunaan metil ester diantaranya adalah sebagai bahan
bakar mesin diesel dan bahan surfaktan (metil ester sulfonat).
Mesin diesel yang beroperasi dengan menggunakan biodiesel menghasilkan emisi
karbon monoksida, hidrokarbon yang tidak terbakar, partikulat, dan udara beracun yang
lebih rendah dibandingkan dengan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar
petroleum. Penggunaan biodiesel mempunyai beberapa keuntungan, menurut studi yang
dilakukan National Biodiesel Board beberapa keuntungan penggunaan biodiesel antara
lain:
1. Biodiesel mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan minyak diesel, sehingga
dapat langsung dipakai pada motor diesel tanpa melakukan modifikasi yang
signifikan dengan resiko kerusakan yang sangat kecil.
2. Biodiesel memberikan efek pelumasan yang lebih baik daripada minyak diesel
konvensional. Bahkan satu persen penambahan biodiesel dapat meningkatkan
pelumasan hampir 30 persen.
3. Biodiesel dapat diperbarui dan siklus karbonnya yang tertutup tidak menyebabkan
pemanasan global. Analisa siklus kehidupan memperlihatkan bahwa emisi CO2 secara
keseluruhan berkurang sebesar 78% dibandingkan dengan mesin diesel yang
menggunakan bahan bakar petroleum.
Pemanfaatan biodiesel (metil ester) selain sebagai bahan bakar nabati, juga sebagai
bahan alternatif pengganti surfaktan berupa metil ester sulfonat. Surfaktan merupakan
senyawa kimia yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
cairan. Penggunaan surfaktan dengan menggunakan bahan baku metil ester merupakan
potensi baru bagi pemanfaatan metil ester berbasis minyak sawit di Indonesia. Keunggulan
produksi surfaktan dari bahan baku metil ester antara lain adalah memiliki prosedur
produksi yang mudah, sifat detergensi tinggi, tingkat pembusaan rendah, stabilitas tinggi
terhadap pH.

2.3. Teknologi Proses


2.3.1 Proses Lurgi
Proses lurgi melibatkan dua cairan tidak tercampur yang secara perlahan bereaksi
untuk membentuk metil ester dengan bantuan katalis alkali. Proses lurgi membutuhkan

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
7

bahan baku yang telah melalui proses degumming dan proses netralisasi. Bahan baku yang
dapat digunakan dalam proses ini adalah rapeseed, kedelai atau minyak sawit (CPO atau
CPKO). Proses Lurgi merupakan proses pengolahan minyak hasil refining (Oil refined)
menjadi biodiesel skala besar dengan proses batch.
Pada proses ini terjadi reaksi transesterifikasi dengan tekanan atmosfir dan suhu
65°C. Hasil samping dari proses ini adalah gliserin dengan kemurnian mencapai 80%.
Keuntungan dari proses ini terletak pada yield yang tinggi dan penggunaan pencucian
biodiesel secara wash water loop yang menyebabkan limbah pencucian lebih sedikit. Selain
itu. Penggunaan katalis dapat mudah dipisahkan karena katalis bercampur pada gliserin,
sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan distilasi pada gliserin. Biodiesel yang
dihasilkan dari proses ini memenuhi standar kualitas internasional. Kapasitas proses ini
mencapai 40 ton. Proses Lurgi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pembentukan Biodiesel dengan Proses Lurgi (Bart dkk, 2010).

2.3.2 Proses Henkel


Proses henkel merupakan reaksi transesterifikasi yang melibatkan bahan baku berupa
minyak yang belum di murnikan (crude oil). Proses ini terjadi pada tekanan 9 MPa dan 513
K. Minyak kasar, metanol berlebih dan katalis alkali dihitung dan dipanaskan hingga
temperatur 513 K sebelum memasuki reaktor. Metanol yang tidak bereaksi dengan minyak
terpisah dan meninggalkan reaktor kemudian diumpankan kedalam kolom distilasi bubble
tray untuk dimurnikan. Metanol yang diperoleh dari proses ini dikembalikan sebagai

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
8

umpan. Campuran dari reaktor berupa biodiesel dan gliserol serta sisa katalis memasuki
separator untuk pemisahan berdasarkan massa jenis. Gliserol yang terpisah masih
mengandung katalis sehingga perlu dipisahkan dengan penambahan bahan kimia. Biodiesel
yang terpisah sebagai produk atas dimurnikan dengan cara pencucian dengan air untuk
menghilangkan sisa gliserol dan dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan distilasi.
Kelebihan proses ini terletak pada kemurnian biodiesel yang tinggi dengan kualitas yang
cenderung lebih baik dibandingkan dengan proses lain, selain itu warna minyak yang
dihasilkan lebih terang namun kekurangan dari proses ini adalah konsumsi energi yang
besar (Bart dkk, 2010).. Proses lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pembuatan Biodiesel menggunakan Proses Henkel (Bart dkk, 2010).

2.3.3 Proses Oelmuhle Leer Connemann’s Multistage CD


Oelmhle Leer Connemann’s merupakan proses deglyserolisasi kontinu dengan biaya
rendah yang didesain untuk reaksi transesterifikasi minyak refining atau minyak rapeseed
yang telah di degumming. Proses CD (Continous deglycerolisation) pada awalnya
merupakan proses kontinu yang beroperasi pada tekanan rendah terdiri dari kolom reaksi
dan separator sentrifugal, reaksi metanolisis tertutup dan proses tertutup untuk ekstraksi
gliserol serta pencucian ester. Pada proses ini, campuran minyak, metanol dan katalis basa
diatur hingga sesuai dengan kondisi operasi pada reaktor 1 pada kecepatan aliran yang
lebih rendah daripada kecepatan pengendapan gliserol. Campuran bahan baku dimasukkan
kedalam reaktor berpengaduk kemudian dipisahkan dari gliserol dengan pemisahan satu

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
9

tahap yaitu pencucian singkat dengan penambahan air panas untuk mencapai konsentrasi
yang lebih tinggi. Proses ini dapat dilakukan dengan 2 tahap untuk mencapai konversi
reaksi yang lebih tinggi. Penerapan proses ini sudah dilakukan oleh ADM Oelmuhle Leer
dimana produksi pada 2003 mencapai 110 ton dengan bahan baku berupa minyak rapeseed
yang memiliki kandungan FFA < 1% (Bart dkk, 2010). Proses ini dapat dilihat pada
Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses Pembentukan Biodiesel Oelmuhle Leer Connemann’s Multistage CD


(Bart dkk, 2010).
2.3.4 Interesterifikasi Enzimatis
Interesterifikasi merupakan reaksi penukaran ester atau transesterifikasi menyangkut
pertukaran gugus asil antar trigliserida. Reaksi interesterifikasi menggunakan metil asetat
dan trigliserida akan menghasilkan metil ester dan triacetin. Interesterifikasi melibatkan
tiga reaksi bolak-balik yang berurutan. Trigliserida terkonversi membentuk monoacetin-
digliserida, diacetin-monogliserida dan triacetin menghasilkan metil ester pada tiap-tiap
reaksi. Berbanding terbalik dengan reaksi transesterifikasi, selama proses interesterifikasi
gugus ester bereaksi dengan alkohol yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya. Tidak adanya
penambahan alkohol menyebabkan katalis terlarut secara parsial didalam campuran reaksi.
Hal ini menyebabkan reaktan dan produk tercampur sempurna, sehingga reaksi menjadi
sangat reversibel.
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
10

Secara keseluruhan reaksi interesterifikasi yang melibatkan trigliserida dan metil


asetat adalah sebagai berikut:

(2.9)

Reaksi interesterifikasi dengan metil asetat dengan trigliserida terjadi dalam tahap-
tahap reaksi berikut:

(2.10)

(2.11)

(2.12)

Produksi biodiesel menggunakan reaksi interesterifikasi dengan bantuan terbagi menjadi


beberapa jenis, yaitu interesterifikasi enzimatik, interesterifikasi superkritikal dan
interesterifikasi kimia. Interesterifikasi enzimatik pada umumnya terjadi pada temperatur
yang lebih rendah dibandingkan proses interesterifikasi lainnya untuk menghindari
deaktivasi dari enzim. Suhu optimum dari proses ini bergantung pada enzim lipase yang
digunakan, yaitu 30°C hingga 55°C. Tipe enzim yang digunakan dalam proses
interesterifikasi adalah Candida antartica yang telah banyak dimodifikasi untuk
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
11

menghasilkan konversi reaksi yang lebih tinggi. Perbandingan rasio mol metil asetat dan
minyak nabati yang digunakan untuk meningkatkan konversi metil ester yang tinggi yaitu
dengan menambahkan metil esetat berlebih(Casas dkk, 2013). Proses pembentukan metil
ester menggunakan interesterifikasi enzimatis dapat dilihat pada Gambar 2.6
Enzymes
CPO
Enzymatic
Metanol Reaction Membran Separation
Biodisel

Unreacted oil (enzymes), Metanol

Metanol
Glyserol,
Metanol
Distilation

Glyserol

Gambar 2.5 Proses Pembentukan Biodiesel dengan Interesterifikasi Enzimatis


(Casas dkk, 2013)

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 1/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
12

BAB III
DASAR PERANCANGAN

3.1 Spesifikasi Bahan Baku


3.1.1 Crude Palm Oil (CPO)
Berat molekul : 884 g/mol
Densitas : 0,89 g/cm3
Viskositas : 26,4 Cp
Wujud : cair
Warna : jingga kemerahan
Komposisi : 3% ALB, 0,5% kadar air, 0,5% kadar pengotor,
96% trigliserida (triolein 42,56%, tripalmitin 38,79%,
trilinolein 11,91%, trimiristin 0,89%, triarakidin 0,39%,
trilinoleni 0,30%, trilaurin 0,18%, tripalmitolein 0,15%,
trieikosenoin 0,15%)

3.2 Spesifikasi Produk


3.2.1 Produk Utama
Rumus molekul : Cn-1H2(n-r)-1CO-OCH3
Densitas : 0,879 g/cm3
Wujud : cair
Warna : jernih kekuningan
Kemurnian : 98%
Impuritis : kadar air <300 mg/kg, metanol <0,3 %berat, gliserida <1,6
%berat, gliserol <1,6 %berat.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
13

3.3 Sifat-sifat Fiska dan Kimia Bahan Baku dan Produk


Sifat fisik dan kimia bahan baku berupa CPO dapat dilihat dari sifat fisik dan
kimia komponen terbesar dalam CPO seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk
Parameter Bahan Baku Produk
Triolein Tripalmitin Trilinolein Metil ester
Rumus molekul C57H104O6 C51H98O6 C57H98O6 Cn-1H2(n-r)-
1CO-OCH3

Berat molekul (g/mol) 885,432 807,32 879,384 270,45


Titik didih (°C) 554,2 315 816,55 163,55
Densitas (g/cm3) 0,9078 (25 °C) 0,8752 (70°C) 0,925 (20°C) 0,879
Fasa Cair Cair Cair Cair

3.4 Sifat – Sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk


Sifat-sifat termodinamika bahan baku dan produk dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sifat Termodinamika Bahan Baku dan Produk
Parameter Bahan Baku Produk
Triolein Tripalmitin Trilinolein Metil ester
ΔcH° liquid (kJ/mol) -35099,6 -31605,90 -34555,7 -10107
ΔfH° gas (kJ/mol) -1607,83 -1835,65 -1256,17 -639,01
ΔfH° (kJ/mol) 1,97 x 105 - - -1441,8
ΔfusH° (kJ/mol) 148,83 132,68 149,44 -42,57
ΔvapH° (kJ/mol) 169,43 217,10 169,3 96,80
Cp liquid (kJ/mol) - 1753,1 (65,65 °C) - -
Cp gas (kJ/mol) - - 3483,9 732,28 (391°C)
ΔfG° (kJ/mol) -34,48 -325,66 206,18 -141,66
Pc (kPa) 245,06 280,76 257,48 1271,87
S°liquid (J/molK) - 1387,40 - -

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
14

3.5 Rencana Kapasitas Pabrik


Seiring perkembangan industri kimia di Indonesia, mengakibatkan kebutuhan
biodiesel mengalami peningkatan. Penentuan kapasitas pabrik dapat dilihat dari Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Daftar Perusahaan Produksi Biodiesel di Provinsi Riau
Kapasitas Produksi
No Nama Perusahaan Lokasi
MT/tahun KL/tahun
1 PT. Wilmar Bioenergi 1.395.000 1.603.448 Dumai, Riau
2 PT. Bayas Biofuel 750.000 862.069 Indragiri Hilir, Riau
3 PT Cemerlang Energi Perkasa 600.000 459.770 Dumai, Riau
4 PT Intibena Perkasa Tama 385.000 442.529 Dumai, Riau
5 PT Dabi Biofuel 360.000 413.793 Dumai, Riau
6 PT Ciliandra Perkasa 250.000 287.356 Pekanbaru, Riau
7 PT Pelita Agung Agriindustri 200.000 229.885 Bengkalis, Riau
Sumber : Kementrian ESDM 2015

Untuk memenuhi kebutuhan nasional biodiesel, maka diperlukan pendirian pabrik


dengan kapasitas yang disesuaikan dengan kapasitas pabrik yang telah berdiri. Berdasarkan
data Tabel 3.6 diatas, kemuadian kapasitas dari ketujuh pabrik tersebut di rata-ratakan dan
didapatkan kapasitas pabrik yang akan didirikan pada tahun 2025 adalah 560.000
MT/tahun.

3.6 Pemilihan Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik merupakan faktor penting dalam mendirikan pabrik.
Beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar penentuan letak pabrik dengan sumber bahan
baku maupun bahan penunjang, tranportasi, tenaga kerja, letak pabrik dengan pasar,
kondisi sosial politik dan kemungkinan pengembangan ke depannya. Pabrik Biodiesel
direncanakan akan didirikan di kawasan Industri Dumai, tepatnya di Lubuk Gaung
Kecamatan Sungai Sembilan Dumai yang berjarak 13 km dari PT. Intibenua Perkasatama,
jarak dari Pekanbaru sejauh 190,4 km. Dimana pemilihan lokasi ini untuk mendapatkan
keuntungan baik secara teknis dan ekonomis. Gambar 3.1 berikut memperlihatkan peta
lokasi kawasan pabrik Biodiesel yang akan didirikan:

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
15

Kawasan Industri
Lokasi Pendirian Pabrik Lubuk Gaung

Gambar 3.1 Lokasi Pendirian Pabrik

Faktor utama ini meliputi kegiatan produksi dan distribusi produk diatur menurut
macam dan kualitas, waktu dan tempat yang dibutuhkan konsumen pada tingkat harga
yang terjangkau, namun masih memberikan keuntungan bagi pabrik itu sendiri. Faktor
utama ini meliputi:
a. Letak sumber bahan baku
Bahan baku adalah kebutuhan utama bagi kelangsungan produksi suatu pabrik
sehingga penyediaan bahan baku sangat diprioritaskan. Bahan baku cpo direncanakan
diperoleh dari PT. Intibenua Perkasatama yang terletak di Lubuk Gaung, Dumai. Dengan
letak pabrik dengan bahan baku yang dekat, maka diharapkan peyediaan bahan baku
dapat tercukupi dengan lancar. Penentuan letak sumber bahan baku dapat
mempengaruhi efisiensi dalam pengiriman maupun penerimaan suatu bahan. Suatu pabrik
yang dekat dengan lokasi sumber bahan dapat meminimalisir nilai ekonomi dalam
pengambilan maupun impor bahan.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
16

b. Pemasaran Produk
Pabrik Biodiesel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lokasi
pemasaran dapat mempengaruhi harga produk. Pendirian lokasi pabrik yang berdekatan
dengan pasar utama bertujuan untuk mempermudah pemasaran produk.

c. Sarana Transportasi
Sarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan baku maupun
pemasaran produk. Adanya fasilitas transportasi yang memadai seperti jalan raya
(transportasi darat), pelabuhan (transportasi laut) dapat mempermudahkan dalam
transportasi bahan baku dan pemasaran produk.

d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang mempunyai royalitas tinggi
terhadap pabrik, terampil dan diperioritaskan diambil didaerah sekitar pabrik. Kebutuhan
tenaga kerja, terutama untuk tenaga harian dapat dipenuhi dengan mudah karena Dumai
dekat dengan Kota Pekanbaru dan provinsi lain yang ada di Sumatera. Kehadiran
universitas negeri dan swasta, akademi-akademi serta sekolah-sekolah kejuruan di Riau
dan sekitarnya akan menunjang ketersediaan tenaga kerja ahli dan terdidik untuk
ditempatkan secara proporsional.

e. Utilitas
Utilitas yang utama dengan adanya suatu pabrik meliputi air, steam, bahan bakar dan
listrik. Dimana selain dekat dengan bahan baku di Dumai juga terdapat sungai dan Laut
yang dapat digunakan sebagai sumber air, telah tersedianya dengan baik beberapa fasilitas
energi listrik, komunikasi maupun jaringan transportasi.

3.7 Aspek Perlindungan Lingkungan


Dalam pembangunan pabrik harus mempertimbangkan banyak hal, salah satunya
adalah aspek perlindungan lingkungan seperti regulasi lingkungan, pengendalian
pencemaran air dan kontrol polusi udara, peraturan tentang limbah serta baku mutu standar
limbah dan pengendalian pengolahan limbah. Untuk mencegah polusi udara perlu
dilakukan pembersihan udara dari partikulat menggunakan cyclone dan pembersihan gas-
gas berbahaya bisa dilakukan dengan proses absorbsi atau adsorbsi. Untuk pencemaran air
pada suatu pabrik dapat diatasi dengan tiga pengolahan yaitu pengolahan secara fisika

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
17

(sedimentasi, filtrasi, adsorbsi, ultrafiltrasi, reverse osmosis dan elektrodialisis), kimia


(koagulasi, emulsion breaking, presipitasi dan netralisasi) dan biologi dengan cara
melibatkan mikroorganisme. Untuk pengolahan limbah padat agar tidak berbahaya bagi
lingkungan yaitu dengan cara chemical conversion, insenerasi, pirolisis dan landfill.
Penanganan dan penyimpanan bahan bakar dan bahan berbahaya lainnya yang
digunakan pabrik termasuk dalam kategori bahan berbahaya (mudah terbakar, mudah
meledak, beracun tersimpan dalam bejana bertekanan, dll). Adanya suatu analisa resiko
dari setiap pabrik dan tindakan yang terukur dan tepat untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan. Temperatur operasi juga mempengaruhi sifat-sifat dari bahan yang disimpan
seperti densitas, viskositas, tekanan uap, tegangan permukaan dan difusi gas sehingga
diperlukan alat untuk mengatur temperatur seperti cooling tower yang berfungsi sebagai
alat pendingin. Untuk mengatasi kebisingan yang ditimbulkan selama proses dari alat-alat
diperlukan pengetahuan tentang sumber, sifat-sifat, karakteristik dari kebisingan itu
sendiri.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
18

BAB IV
SELEKSI PROSES

Seleksi proses pada pra-perancangan pabrik biodiesel dari crude palm oil (CPO) ini
berdasarkan Gross Profit Margin (GPM), ketersediaan bahan baku, tipikal proses, konversi
dan selektivitas (reaksi kimia), sistem utilitas, produk samping dan limbah yang dihasilkan
serta proses pendukung lainnya, seperti pemisahan dan pemurnian produk.

4.1 Gross Profit Margin (GPM)


Gross profit margin (GPM) mencerminkan mark-up terhadap harga pokok
penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan
dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Profitabilitas dalam
ukuran gross profit margin yang dimaksud adalah rasio penjualan setelah dikurangi harga
pokok penjualan dengan nilai penjualan bersih perusahaan. Rasio ini memberitahukan laba
dari perusahaan dan merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan
indikasi dari cara produk ditetapkan harganya. Dengan kata lain rasio ini menunjukkan
laba bruto per rupiah dari penjualan yang dilakukan, sehingga semakin besar gross profit
margin suatu proses maka akan semakin menguntungkan (Abdullah, 2005:54). Nilai Gross
Profit Margin dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Nilai Gross Profit Margin (GPM) Proses Pembuatan Biodiesel
No. Proses Pembuatan GPM (Rp/Kg)
1. Transesterifikasi Rp. 7.562
2. Esterifikasi-Transesterifikasi Rp. 5.586
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Rp. 6.502
4. Interesterifikasi-Enzimatik Rp. 7.560

Berdasarkan GPM, proses yang dipilih yaitu proses Transesterifikasi karena Gross
Profit Margin (GPM) proses ini memiliki nilai yang besar diantara proses lainnya.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
19

4.2 Ketersediaan Bahan Baku


Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor penting untuk
keberlangsungan produksi suatu pabrik. Ketersediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel
4.2.

Tabel 4.2 Ketersediaan Bahan Baku


No. Proses Pembuatan Bahan Baku Sumber
Crude Palm Oil (CPO) Dalam Daerah
1. Transesterifikasi Luar Daerah Dalam
Metanol
Negeri
Crude Palm Oil (CPO) Dalam Daerah
2. Esterifikasi/Transesterifikasi Luar Daerah Dalam
Metanol
Negeri
Trigliserida Dalam Daerah
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Luar Daerah Dalam
Metil Asetat
Negeri
Trigliserida Dalam Daerah
4. Interesterifikasi-Enzimatik Luar Daerah Dalam
Metanol
Negeri

Berdasarkan ketersediaan bahan baku, bahan baku dapat di beli dari dalam negeri
yang terletak berdekatan dengan pabrik biodiesel ini, sehingga proses di atas memenuhi
untuk perlu pertimbangan dari sisi yang lain seperti tipikal kondisi proses dan lain-lain.

4.3 Tipikal Proses


Kondisi proses yang digunakan adalah kondisi optimum yaitu ketika tingkat
konversi suatu proses tinggi dengan biaya produksi rendah. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kondisi proses adalah suhu proses, semakin tinggi suhu suatu proses
maka akan semakin banyak kalor yang dibutuhkan pada proses tersebut sehingga biaya
produksi akan semakin besar (Herjanto, 2015). Tipikal proses dapat dilihat dari Tabel 4.3

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
20

Tabel 4.3 Tipikal Kondisi Proses


Tipikal Kondisi Proses
No. Kondisi Tekanan
Proses Pembuatan Suhu
operasi (MPa)
1. Transesterifikasi Semi batch 513oK 9
2. Esterifikasi/Transesterifikasi Semi batch 353oK 0.19
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Continuous 366oK 4.7
4. Interesterifikasi-Enzimatik Batch 313oK 0.08
Sumber: Barth, 2010
Berdasarkan kondisi proses, yaitu memungkinkan untuk digunakan yaitu proses
Interesterifikasi-Enzymatic karena suhu proses yang digunakan relative rendah, sehingga
kalor yang dibutuhkan saat produksi juga rendah dan dapat menghemat biaya produksi.

4.4 Konversi
Konversi adalah perbandingan mol reaksi dan mol mula-mula. Suatu proses
dikatakan menguntungkan apabila memiliki tingkat konversi yang tinggi dimana suatu
reaktan tepat seluruhnya atau hampir seluruhnya bereaksi membentuk produksi (Shanhui,
2013).

Tabel 4.4 Konversi


No. Konversi
Proses Pembuatan Konversi Selektivitas
1. Transesterifikasi 98% 3%
2. Esterifikasi/Transesterifikasi 97% -
3. Interesterifikasi-Metil Asetat 93% -
4. Interesterifikasi-Enzimatik 92% -
Sumber: Barth, 2010

Berdasarkan konversi proses yang memungkinkan untuk digunkaan yaitu proses


Transesterifikasi karena memiliki tingkat konversi yang tinggi. Trigliserida dan Metanol
direaksikan dengan menggunakan katalis KOH dan diperoleh konversi sebesar 98%
dimana produk samping berupa gliserol.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
21

4.5 Sistem Utilitas


Sistem utilitas sangat penting untuk menunjang berjalannya proses-proses dalam
pabrik yang sedang berdiri. Pendirian lokasi pabrik yang berada pada daerah industri
oleokimia sudah tersedia dengan baik sehingga dapat menjamin ketersediaan sistem utilitas
yang dibutuhkan baik itu listrik dan sumber air. Listrik berguna untuk menjalankan
peralatam dan fasilitas-fasilitas pabrik, sedangkan air berguna untuk umpan proses dan
sanitasi di dalam pabrik. Sistem utilitas pada proses pembuatan biodiesel dapat dilihat dari
Tabel 4.5

Tabel 4.5 Sistem Utilitas


No. Proses Pembuatan Sistem Utilitas
1. Transesterifikasi Cooler untuk mendinginkan suhu dari 60oC
menjadi 28oC
Reaktor pencucian katalis dengan suhu 60oC
Pompa untuk mengalirkan setiap aliran
2. Esterifikasi/Transesterifikasi Pompa untuk mengalirkan setiap aliran
Cooler untuk mendinginkan suhu dari 80oC
menjadi 53oC
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Pompa untuk mengalirkan setiap aliran
4. Interseterifikasi-Enzimatik Pompa untuk mengalirkan setiap aliran
Sumber: Barth, 2010
Berdasarkan sistem utilitas, pada dasarnya proses yang baik adalah proses yang
memiliki sistem utilitas yang baik.

4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan


Proses industri selalu menghasilkan produk utama, produk samping dan limbah.
Produk utama sebagai produk yang dimiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan
produk samping, sementara limbah merupakan material sisa atas hasil penggunaan pada
proses yang dianggap tidak memiliki nilai jual. Berikut adalah hasil samping serta limbah
yang dihasilkan melalui proses pembuatan biodisesel. Produk samping dan limbah yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
22

Tabel 4.6 Produk Samping dan Limbah yang Dihasilkan


No. Proses Pembuatan Produk Samping Limbah
Fosfat, fatty phase, oil
1. Transesterifikasi Gliserol waste dan air yang
mengandung methanol.
CaSO4, minyak yang tidak
2. Esterifikasi/Transesterifikasi Gliserol bereaksi dan methanol &
water.
3. Interesterifikasi-Metil Asetat Triasetin Sisa katalis basa
Katalis yang tidak bereaksi
4. Interesterifikasi-Enzimatik Gliserol dan methanol yang tidak
bereaksi
Sumber: Barth, 2010

Berdasarkan produk samping dan limbah yang dihasilkan, proses yang


memungkinkan untuk digunakan yaitu transesterifikasi karena memiliki produk samping
berupa gliserol dan air, sehingga proses pemisahannya dapat lebih mudah dilakukan dan
lebih menghemat biaya produksi. Produk samping dapat digunakan sebagai steam dan
cooling water yang berkontribusi dalam system utilitas pabrik yang akan dibangun.

4.7 Pemisahan dan Pemurnian


Dalam proses biodiesel dari CPO, pemisahan dan pemurnian merupakan tahap
penting untuk menentukan standar biodiesel yang akan dipasarkan. Pada Tabel 4.7
menunjukkan tahap pemisahan dan pemurnian yang dibutuhkan pada setiap pembuatan
biodiesel.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
23

Tabel 4.7 Pemisahan dan Pemurnian


No Proses
Pemisahan Pemurnian
Pembuatan
1. Transesterifikasi 1. Pemisahan fasa alkil-ester dan fasa Produk ester
campuran gliserol-alkohol dengan dimurnikan dari
menggunakan separator katalis dengan
2. Pemisahan fasa campuran gliserol dan menambahkan
alkohol dengan menggunakan vacuum water washing
distillation
3. Pemisahan biodiesel dan limbah
minyak dengan menggunakan vacuum
distilation
2. Esterifikasi- 1. Campuran methanol berlebih dan alkil- Produk ester
Transesterifikasi ester dipisahkan dengan menggunakan dimurnikan dari
distilasi katalis dengan
2. Campuran methanol-air dan gliserol-air menambahkan
dipisahkan dengan menggunakan water washing atau
vacuum distillation CaO
3. Campuran biodiesel, methanol-air dan
minyak yang tak bereaksi dipisahkan
dengan menggunakan vacuum
distillation
3. Interesterifikasi- Pemisahan air dan asam asetat Pemurnian triasetin
Metil Asetat menggunakan evaporasi dilakukan dengan
cara distilasi
4. Interesterifikasi- 1. Pemisahan minyak, enzim dan alkohol Pemurnian
Enzimatik yang tidak bereaksi menggunakan filter biodiesel dengan
atau membrane menggunakan
2. Pemisahan gliserol dan alkohol sentrifugal atau
menggunakan menara destilasi dekanter
Berdasarkan cara pemisahan dan pemurnian, proses yang di pilih adalah proses
transesterifikasi dikarenakan pada proses transesterifikasi destilasi digunakan untuk

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
24

memurnikan biodiesel dengan memisahkan gliserol dan alkohol, destilasi juga digunakan
untuk merecovery trigliserida sehingga dapat digunakan sebagai reaktan kembali. Recovery
trigliserida ini dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk pembelian trigliserida.

4.8 Proses yang Terpilih


Proses pembuatan biodiesel dari Crude Palm Oil (CPO) yang dipilih yaitu proses
transesterifikasi, dimana kondisi proses yang di dapat berupa:
1. Bahan baku pembuatan merupakan Crude Palm Oil (CPO) dan metanol dengan
katalis KOH.
2. Pembuatan biodiesel menggunakan proses Henkel.
3. Konversi reaksi adalah 98%
4. Selektivitas 3%
5. Kondisi operasi pada reaktor (R-101) tekanan 49.3 atm dengan suhu 240oC dengan
kondisi proses semi-batch
6. Kondisi operasi pada settling tank(FG-101) tekanan 1 atm dengan suhu 50 oC.
7. Kondisi operasi pada kolom destilasi (DC-101) tekanan 1 atam dengan suhu 70 oC.
8. Kondisi operasi pada kolom destilasi (DC-102) tekanan 1 atam suhu 160 oC.
9. Nilai GPM Rp. 7.562
10. Pemisahan dan pemurnian menggunakan kolom destilasi dan dekanter.
11. Produk samping merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yaitu gliserol.
Pada kondisi proses, proses transesterifikasi dapat digunakan karna semakin besar
nilai gross profit margin suatu proses maka akan semakin menguntungkan dengan kondisi
proses semi-batch sehingga kalor yang dibutuhkan saat berproduksi rendah dan dapat
menghemat biaya produksi dengan tingkat konversi yang tinggi. Berikut deskripsi proses :
1. CPO, metanol dan katalis KOH dipanaskan dengan heat exchanger sebelum masuk
ke reaktor transesterifikasi.
2. Hasil dari reaktor kemudian diumpankan kedalam kolom distilasi bubble tray untuk
memurnikan.
3. Metanol yang diperoleh dari proses ini dikembalikan sebagai umpan. Sedangkan
campuran dari reaktor berupa biodiesel dan gliserol serta sisa katalis memasuki
separator untuk pemisahan berdasarkan massa jenis.
4. Gliserol yang terpisah masih mengandung sehingga perlu dipisahkan dengan
penambahan kimia.
Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019
Dibuat Diperiksa Disetujui
25

5. Biodiesel yang terpisah sebagai produk atas dimurnikan dengan cara pemurnian
dengan cara pencucian dengan air untuk menghilangkan sisa gliserol dan
dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan distilasi.
Keuntungan proses ini adalah kemurnian biodiesel yang tinggi dengan lualitas yang lebih
baik dibanding proses lain. Flowsheet proses dapat dilihat dari gambar 4.1

Gambar 4.1 Pembuatan Biodisel menggunakan Proses Henkel.

4.9 Neraca Massa Overall


Neraca massa keseluruhan dari proses dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut.

X1 Tg = 96% F6 ME = 70.707,7 X6 ME = 98%


X1 ALB = 3%
F1 CPO = ? X6 Tg = 1%
X1 Air = 0,5% X6 Air = 0,25%
X1 Dirt = 0,5% X6 Gl = 1,75%
F7 Water Wash = ? X7 Air = 99%
F2 Metanol = ? X7 Sabun = 1%
X2 MeOH = 98%
X2 Air = 2% F8 Metanol = ? X8 MeOH = 98%
X8 Air = 2%
F3 KOH = ? F9 Gliserol = ? X9 Gl = 85%
X3 KOH = 100%
X9 Air = 15%

F4 Water Wash = ? F10 KCl = ? X10 KCl = 95%


X10 Air = 5%
F11 Residu = ? X11 Tg = 97,4%
X5 HCl = 32% X11 Dirt = 2,6%
F5 HCl = ? F12 Uap Air = ?
X5 Air = 68%

Gambar 4.2 Neraca Massa Overall

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
26

BAB V
KESIMPULAN

Setelah dilakukan pemilihan dan seleksi proses, perhitungan kapasitas serta


perencanaan lokasi pabrik, maka didapat kesimpulan bahwa:
1. Biodiesel diproduksi dari crude palm oil (CPO) dengan menggunakan proses
transesterifikasi trigliserida dengan metanol
2. Pabrik Biodiesel didirikan didaerah Lubuk Gaung, Kota Dumai, Provinsi Riau.
3. Kapasitas pabrik yang didirikan ialah sebesar 560.000 ton/tahun

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
27

DAFTAR PUSTAKA

Bart, J. C. J., Natale, P., Stefano, C. 2010. Biodiesel Science and Technology: From Soil to
Oil. CRC Press. Washington, DC.
Casas, A., Angel, P., Maria, J. R. 2013. Production of Biodiesel through Interesterification
of Triglycerides with Methyl Acetate. ResearchGate. Spain.
Demirbas, A. 2008. Biodiesel: A Realistic Fuel Alternative for Diesel Engines. Spinger-
Verlag. London.
Dharmawan, A., H., dkk. 2018. Pengembangan Bioenergi di Indonesia. CIFOR. Bogor.
Eddy Herjanto. 2015. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta.
Goembira, F., Shiro, S. 2015. Advanced Supercritical Methyl Acetate Method for Biodiesel
Production from Pongomia Pinnata Oil. Renewable Energy 83 (2015) 1245-1249.
Goshen. The Chemistri of Biodiesel. https://www.goshen.edu/academics/chemistry/biodi-
esel/chemistry-of/. Diakses pada 11 Maret 2019.
Knothe, G., Jurgen, K., Jon, V. G. 2010. The Biodiesel Handbook: Second Edition. AOCS
Press. Urbana.
Krischenbauer. 1960. Fat and Oil. An Outline of Their Chemistry and Technology.
Reinhold Publishing Co. New York.
Menteri ESDM RI. 2015. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya mineral Republik
Indonesia No. 12 Tahun 2015. Sekretariat Negara. Jakarta.
Perry,R.H and Green, D.W., 1997, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook ,7th ed., Mc.
Graw-Hill Book Company, New York.
Siwayanan, P., et. al. 2007. Beyond Biodiesel: methyl ester as the route for the production
of surfactant feedstock. ResearchGate. Malaysia.
United States Department of Agriculture Foreign Agricultural Services (USDA). 2017.
Indonesia Biofuels Annual Report 2017. Retrieved from
https://gain.fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Biofuels%20Annual_J
akarta_Indonesia_6-20-2017.pdf
Varqa, S. 2017. Essential Palm Oil Statistic 2017. Palm Oil Analytics. London.
Yang,H.,et al. 2012. Detailed physical properties prediction of pure methyl esters for
biodiesel combustion modeling. Applied energy 102 (2013) 647-656. Singapore.

Pabrik Biodiesel dari CPO Kelompok 2/Genap 2018-2019


Dibuat Diperiksa Disetujui
LAMPIRAN
PERHITUNGAN GROSS PROFIT MARGIN

Tabel 1. Daftar Harga Bahan Baku dan Produk


Nama bahan Berat Molekul Harga (Rp/kg)
Crude Palm Oil 884 7.467
Metanol 32 5.140
Metil Ester 297 12.576
Gliserol 92 28.556
Triasetin 218 8.384
Asam Palmitat 256 7.467
Metil Asetat 74 2.874

1. Esterifikasi
Reaksi yang terjadi :
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O
Asam Palmitat Metanol Metil Ester Air
Tabel 2. Gross Profit Margin Proses Reaksi Esterifikasi

Bahan Baku Produk


Asam Palmitat Metanol Metil Ester Air
Koefisien Reaksi 1 1 1 1

Berat Molekul (g/gmol) 256 32 297 18

Massa (gram) 256 32 297 18

Massa/Massa Metil Ester 0,862 0,107 1 0,060


Harga (Rp/Kg) 7.467 5.140 12.576 0

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku


= ((12.576 x 1) + (0 x 0,060)) – ((5.140 x 0,107) + (7.467 x 0,862))
GPM = Rp. 5.586/Kg
2. Transesterifikasi
Reaksi yang terjadi :

Tabel 3. Gross Profit Margin Proses Reaksi Transesterifikasi

Reaktan Produk

Trigliserida Metanol Metil Ester Glyserol

Koefisien reaksi 1 3 3 1

Berat molekul
884 32 297 92
(g/gmol)

Massa (gram) 884 96 891 92

Massa/massa metil
0,992 0,107 1 0,103
ester

Harga (Rp/Kg) 7.467 5.140 12.576 28.556

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku


= ((28.556 x 0,103) + (12.576 x 1)) – ((5.140 x 0,107)+(7.467 x 0,992)

GPM = Rp. 7.562/Kg


3. Interseterifikasi Metil Asetat
Reaksi yang terjadi :

Tabel 4. Gross Profit Margin Proses Reaksi Interesterifikasi Metil Esetat

Bahan Baku Produk


Metil
Trigliserida Metil Ester Triasetin
asetat

Koefisien Reaksi 1 3 3 1

Berat Molekul
884 74 297 218
(g/gmol)

Massa (gram) 884 222 891 218

Massa/Massa Metil
0,992 0,249 1 0,244
Ester

Harga (Rp/Kg) 7.467 2.874 12.576 8.384

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku


= ((8.384 x 0,244)+(12.576 x 1))-((2.874 x 0,249)+(7.467 x 0,992))
= Rp. 6.502/Kg
4. Interesterifikasi Enzimatik
Reaksi yang terjadi :

RCOOH + 3CH3OH Lipase 3RCOOR’ + C3H8O3


Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol

Tabel 5. Gross Profit Margin Proses Reaksi Transesterifikasi Enzimatik

Bahan Baku Produk

Trigliserida Metanol Metil Ester Gliserol

Koefisien
1 3 3 1
Reaksi

Berat Molekul
884 32 297 92
(g/gmol)

Massa (gram) 884 96 891 92

Massa/Massa
0,992 0,107 1 0,103
Metil Ester

Harga (Rp/Kg) 7.467 5.140 12.576 28.556

GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku


= ((28.556 x 0,103)+(12.576 x 1)) – ((5140 x 0,107)+(7.467 x 0,992))
= Rp. 7.560/Kg
LAMPIRAN
DATA & PERSAMAAN NERACA MASSA

Produksi = F6 = 560.000 ton/tahun


F6 = 70.707,07 kg/jam
Konversi = 98%
Reaksi :

X1 Tg = 96% F6 ME = 70.707,07 X6 ME = 98%


X1 ALB = 3%
F1 CPO = ? X6 Tg = 1%
X1 Air = 0,5% X6 Air = 0,25%
X1 Dirt = 0,5% X6 Gl = 1,75%
F7 Water Wash = ? X7 Air = 99%
F2 Metanol = ? X7 Sabun = 1%
X2 MeOH = 98%
X2 Air = 2% F8 Metanol = ? X8 MeOH = 98%
X8 Air = 2%
F3 KOH = ? F9 Gliserol = ? X9 Gl = 85%
X3 KOH = 100%
X9 Air = 15%

F4 Water Wash = ? F10 KCl = ? X10 KCl = 95%


X10 Air = 5%
F11 Residu = ? X11 Tg = 97,4%
X5 HCl = 32% X11 Dirt = 2,6%
F5 HCl = ? F12 Uap Air = ?
X5 Air = 68%

Neraca Massa Overall :


F Input = F Output

Persamaan yang digunakan :


1. Menghitung F1
X1 Tg . F1 – r = X11 Tg . F11 ................................................................................ (1)

2. Menghitung F2
F2 = 6 × F1 ..................................................................................... (2)

3. Menghitung F8
X2M . F2 – 3r = X8M . F8 ................................................................................... (3)

4. Menghitung F3
F3 = 2.5% . F1 .................................................................................. (4)
5. Menghitung F9
r = X6G . F6 + X9G . F9 .................................................................. (5)

6. Menghitung F5
Nout = Nin − r3
Nout = X5HCl . F5 – r3 .......................................................................... (6)

7. Menghitung F10
F10 = Nout
Nout = Nin + r3 ..................................................................................... (7)

8. Menghitung F4
Sabun = X1ALB . F1 + 0,96 . F3
F4 = Air pencuci yang dibutuhkan
F4 = 2 × Sabun ................................................................................ (8)

9. Menghitung F7
F7 = 99% . F4 + Sabun .................................................................... (9)

10. Menghitung F12


F12 = 1% . F4 – 0,025% F6 ............................................................. (10)

11. Menghitung F11


F11 = 2% . (0,96 F1) + 0,05% F1 .................................................... (11)
LAMPIRAN
PERHITUNGAN NERACA MASSA

Reaksi 1
𝑋 . 𝐹6
r = 𝜎
0.98 . 70.707,07
r = 3

r = 23.097,64 kg/jam

Trigliserida
X1 Tg . F1 – r = X11 Tg . F11 .................…………………………...(1)
0,96 . F1 – r = 0,02 . (0.96) . F1
0,96 . F1 – 23.097,64 = 0.0192 . F1
(0.96 – 0.0192) F1 = 23.097,64 kg/jam
F1 = 24.551,062 kg/jam

Metanol
F2 = 6 F1…………………………...………………..(2)
F2 = 6 . (24.551,062)
F2 = 147.306,372 kg/jam

X2M . F2 – 3r = X8M (F2) . F8 …………………………………..(3)


0.98 . 147.306,372 – 3(23.097,62) = 0.02 (147.306,372) . F8
144.360,245 – 69.292,86 = 0.98 . F8
F8 = 76.599,372 kg/jam

KOH
F3 = 2.5% . F1 ………………………………….………………....................(4)
F3 = 2.5% (24.551,062)
F3 = 613,776 kg/jam

Gliserol
r = X6G . F6 + X9G . F9……………………………………..(5)
23.097,64 = 0.0175 (70.707,07) + 0.85 F9
23.097,64 – 1.237,373 = 0.85 F9
F9 = 25.717,96 kg/jam
Reaksi 2
𝑋 . 𝐹3
r2 = 𝜎
0.96 . 613,776
r2 = 1

r2 = 589,224 kg/jam

Reaksi 3
𝑋 . (𝐹3−𝑟2 )
r3 = 𝜎
1 . (613,776−589,224)
r3 = 1

r3 = 24,552 kg/jam

KCl
F10 = Nout
Nout = Nin + r3 ...................................................................................................(7)
F10 = 0 + 24,552
F10 = 24,552 kg/jam

HCl
Nout = Nin – r3 ...................................................................................................(6)
0 = X5 HCl . F5 – r3
24,552 = 0,32 . F5
F5 = 76,725 kg/jam

Sabun
Sabun = X1 ALB . F1 + 0.96 . F3
= 0.03 (24.551,062) + 0.96 (613,776)
= 736,531 + 589,224
= 1.325,755 kg/jam

Air Pencuci yang Dibutuhkan


F4 = 2 x Sabun .................................................................................................(8)
F4 = 2 x 1.325,755
F4 = 2.651,51 kg/jam
F7
F7 = 99% . F4 + 1% . Sabun ............................................................................ (9)
F7 = 0,99 . 2.651,51 + 0.01 . 1.325,755
F7 = 2.611,737 kg/jam

Uap Air
F12 = 1% . F4 – 0,025% F6 .............................................................................(10)
F12 = 26,515 – 17,676
F12 = 8,839 kg/jam

Residu
F11 = 2% . (0,96 F1) + 0,05% F1 ....................................................................(11)
F11 = 471,38 + 12,275
F11 = 483,655 kg/jam

Anda mungkin juga menyukai