Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus

Pada bab ini akan ditulis asuhan keperawatan pada 2 pasien kelolaan

dengan kasus Gagal Ginjal Kronik di ruang HCU Melati 1 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

1. Kasus Ny.P

a. Pengkajian

Pengkajian pasien pada kasus pertama dilakukan pada hari Senin,

03 Maret 2018 pukul 10.00 WIB di High Care Unit Melati 1 RSUD

Dr. Moewardi Surakarta. Dalam Pengkajian didapat data pasien

bernama Ny.P berumur 60 tahun, beragama islam, pendidikan SD,

tidak bekerja, alamat Jumantono Karanganyar, nomor register

01378xxx, diagnosa CKD grade V. identitas penanggung jawab Tn.S

umur 42 tahun, pekerjaan dagang, alamat Jumantono Karanganyar,

hubungan dengan pasien adalah anak.

Pasien masuk ke RS dengan keluhan utama sesak napas. Riwayat

penyakit sekarang pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang

dirasakan terus-menerus selama 5 hari. Kemudian pada tanggal 20

Februari 2018 oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Di IGD pasien mendapatkan terapi O2 nasal

45
46

kanul 3 liter/menit, infuse Nacl 500 ml 20 tpm, injeksi furosemid 20

mg, ondansentron 40 mg. Tekanan darah Ny.P 165/87 mmHg, nadi

97x/menit, suhu 36,50C, pernafasan 30x/menit. Kemudian pasien

dipindah kebangsal Melati 1, pada tanggal 01 Maret 2018 pasien di

pindah ke HCU Melati 1 karena pasien mengalami penurunan

kesadaran dan sesak nafas terus menerus, dan dari hasil pemeriksaan

rontgen thorak terdapat oedema pulmo. Di HCU Melati 1 didapatkan

tekanan darah 170/109 mmHg, nadi 108x/menit, pernafasan

30x/menit, suhu 36,10C, SpO2 96 %. Riwayat penyakit dahulu,

keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

Keluarga mengatakan pasien pernah mondok di RS karena gagal

ginjal yang dialami. Riwayat penyakit keluarga, keluarga mengatakan

didalam keluarga ada anggota yang menderita penyakit hipertensi

tetapi tidak ada yang menderita penyakit gagal ginjal.

1) Pada pengkajian Primary survey didapatkan data

a) Airway

Pasien bernafas spontan, pernafasan cepat, tidak didapatkan

sumbatan jalan napas.

b) Breathing

RR: 30x/menit, SpO2: 96%, pengembangan dada terlihat

simetris kanan kiri, pasien bernapas dengan nasal kanul 4 lpm,

pola nafas tachipnea, tampak terlihat pernapasan cuping

hidung, dan suara napas pasien ronchi.


47

c) Circulation

TD: 170/109 mmHg, N: 108x/menit, CRT 2 detik, konjungtiva

anemis, akral hangat, turgor kulit tidak elastis, ictus cordis

tampak, terdapat edema pada kedua ekstremitas bawah, nadi

perifer teraba lemah dan irreguler.

d) Disability

Pasien tampak lemah, kesadaran Apatis, pada pemeriksaan

GCS didapatkan E4V4M4, gerakan ekstremitas terbatas, pada

pemeriksaan pupil didapatkan ukuran pupil 3mm/3mm, respon

pupil isokor

e) Exposure

Pada pasien tidak terlihat adanya luka atau lesi ditubuh pasien,

kulit tampak kering, terdapat edema pada kedua kaki, pitting

edeme kedalaman 2mm waktu kembali 3 detik.

2) Sedangkan pada pengkajian secondary survey didapatkan hasil:

a) S (Sign and symptom) didapatkan data pasien konjungtiva

anemis, keadaan umum lemah, sesak napas, edema pada

ekstremitas bawah, kulit kering, turgor kulit tidak elastis.

b) Alergy didapatkan hasil bahwa pasien tidak memiliki alergi

terhadap obat-obatan maupun makanan.

c) Medication didapatkan data saat diruang HCU RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pasien mendapat terapi IV line dengan


48

infus NaCl 20 cc/jam di tangan kiri, injeksi furosemid 20 mg/8

jam, injeksi metil prednisolon 20 mg/8jam, metrodinazole 50

mg/8jam. Obat Oral, CaCO3 500 mg/8 jam, asam folat 400

mcg/24 jam, candesartan 16 mg/24jam, NAC 20mg/8 jam, O2

dengan nasal kanul 4 lpm, pasien terpasang bedside monitor.

d) Past illness didapatkan data pasien terakhir sakit 6 bulan yang

lalu dengan diagnosa yang sama yaitu chronic kidney disease.

e) Last meal didapatkan data keluarga mengatakan nafsu makan

paisen baik sebelum masuk, namun saat ini nafsu makan

menurun dan terasa mual.

f) Event didapatkan data pasien mengalami sesak nafas setelah

melakukan aktivitas dan di ikuti nyeri dada sejak 2 hari yang

lalu.

3) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dikaji oleh

penulis hanya yang berkaitan dengan cairan sebagai berikut:

a) Pemeriksaan system gastrointestinal, inspeksi tidak terdapat

luka pada abdomen dan tidak terjadi acites, auskultasi bising

usus 10x/ menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi

terdengar suara tympani pada semua kuadran.

b) Pengkajian system perkemihan pasien terpasang DC dengan

urin 0cc. Pengkajian cairan dan elektrolit berat badan pasien


49

sekarang 42kg, jumlah makan dan minum: 700cc/24 jam,

jumlah cairan infus D5 315cc/24 jam, terapi injeksi furosemid

20 mg/8 jam, terapi injeksi metil prednisolon 20 mg/8 jam,

total intake: 1055cc/24 jam, jumlah urin: 0 cc/ 24jam, feses

+50 cc, IWL= 500 cc, jumlah output: 550 cc/24 jam, balance

cairan= intake-output = +505 cc/24 jam, edema ekstremitas

bawah, BB 40 kg menjadi 42 kg.

c) Pada terapi dan pemeriksaan penunjang didapatkan terapi obat

adalah infuse D5 500cc 15cc/jam. Injeksi furosemid 20 mg/8

jam melalui IV, injeksi furosemid 20 mg/8 jam, injeksi metil

prednisolon 20 mg/8jam, metrodinazole 50 mg/8jam. Obat

Oral, CaCO3 500 mg/8 jam, asam folat 400 mcg/24 jam,

candesartan 16 mg/24jam, NAC 20mg/8 jam, O2 dengan nasal

kanul 4 lpm.

d) Data penunjang dari pemeriksaan darah rutin, kimia darah,

elektrolit ,analisa gas, dan hasil foto thorak antara lain sebagai

berikut:

(1) Hasil laboratorium darah rutin pada tanggal 03 Maret 2018.

Diperoleh hasil hemoglobin 8,6 g/dl ( nilai normal 13.5-

17.5), eritrosit 2,89 juta/ul (nilai normal 4.0-5.9), leukosit

27,4 ribu/ul (nilai normal 4.5-11), trombosit 111 ribu/ul

(nilai normal 150-450), hematokrit 27% (nilai normal 33-

45).
50

(2) Hasil laboratorium kimia darah tanggal 03 Maret 2018.

Diperoleh hasil ureum 100 mg/dl (nilai normal ˂50),

kreatinin 3,4 mg/dl (nilai normal 0.8-1.3).

(3) Hasil laboratorium elektrolit tanggal 01 Maret 2018.

Diperoleh hasil Natrium 123 mmol/L (nilai normal 136-

145), kalium 2,7 mmol/L (nilai normal 3.6-5.4), calcium

1.03 mmol/L (nilai normal 1.17-1.29).

(4) Hasil laboratorium analisa gas darah pada tanggal 02 Maret

2018. Diperoleh hasil AGD pH 7.528 (nilai normal 7.310-

7.420), PCO2 17,7 mmHg (nilai normal 27-41), PO2 77

mmHg (nilai normal 80-100), BE -8,1 mmol/L (nilai normal

-2-+3), t CO2 14.2 mmol/L (nilai normal 19-24), HCO3 14,8

mmol/L (21-28), SO2 97%.

(5) Hasil foto thorax yang didapat pada tanggal 18 Februari

2018 adalah hasil foto thorax AP view, hasil: terlihat

oedema pulmo superposisi dengan pneumonia.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 03 Maret

2018 dapat ditegakkan diagnosa pada pasien kasus pertama yaitu

hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

ditandai dengan terdapat edema pada ekstremitas bawah, BB

meningkat dari 40 kg menjadi 42 kg, pitting edema 2 mm dalam


51

waktu kembali 3 detik, keadaan umum lemah, CRT 2 detik, akral

hangat, turgor kulit kering, TTV: TD: 170/109 mmHg, Nadi

108x/menit, ureum 163 mg/dl ( nilai normal ˂50), kreatinin 9.3 mg/dL

( nilai normal 0.8- 1.3), hemoglobin 8,6 g/dl, hematokrit 27%, eritrosit

2.89 juta/ul, natrium darah 123 mmol/L, balance cairan +505 cc/24

jam.

c. Intervensi keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan dapat

direncanakan intervensi keperawatan pada dengan diagnosa

hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

Tujuan yang diharapkan adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kelebihan volume cairan

dapat diatasi dengan kriteria hasil intake dan output seimbang, turgor

kulit normal tanpa edema, kreatinin 0.8-1.3 mg/dl, ureum ˂50 mg/dl,

tercipta kepatuhan pembatasan diet dan caieran. Intervensi yang akan

dilakukan adalah monitor vital sign, monitor indikasi kelebihan

cairan, monitor intake dan output, batasi masukan cairan, lakukan

mobilisasi pengaturan posisi, berikan penkes tentang intake dan

output serta alasan pembatasan cairan, kolaborasi pemberian diuretic

dan pemberian diet tanpa garam dan rendah protein tinggi kalori.

d. Implementasi keperawatan

Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun pada hari

Senin, 03 Maret 2018 dapat dilakukan tindakan keperawatan pada


52

Ny.P dengan Gagal Ginjal Kronik yaitu: Hipervolemia berhubungan

dengan gangguan mekanisme reguasi:

1) Pada hari Senin, 03 Maret 2018 pukul 10.00 WIB memonitor vital

sign didapatkan hasil TD:170/109 mmHg, N:108x/menit,

RR:30x/menit, S:36,10C, SPO2: 96%. Pukul 10.15 WIB memonitor

indikasi kelebihan cairan didapatkan hasil: terdapat oedema di

kedua ekstermitas , dan dari hasil pemeriksaan rontgen thorak

terdapat oedema pulmo. Pukul 11.00 WIB memonitor cairan yang

masuk didapatkan hasil: selama 24 jam jumlah cariran yang masuk

1055cc. Pukul 11.15 WIB memberikan penkes tentang intake dan

output serta alasan pembatasan cairan: didapatkan hasil pasien

sudah melalukukan dieet pembatasan cairan . Pukul 11.30 WIB

memonitori output : didapatkan hasil selama 24 jam output 550cc.

Pukul 12.10 WIB membantu melakukan mobilisasi pengaturan

posisi didapatkan hasil memberikan posisi semifowler untuk

memaksimalkan ventilasi.

2) Pada hari Selasa, 04 Maret 2018 pukul 15.00 WIB menghitung

balance cairan didapatkan hasil intake 1130cc dan output 650cc dan

didapatkan balance cairan +680. Pukul 15.15 WIB memonitor vital

sign didapatkan hasil TD:159/98mmHg N:98x/menit,

RR:24x/menit, S:37,20C, SPO2: 98%.

3) Pada hari Rabu, 05 Maret 2018 pukul 14.30 memonitor intake dan

output didapatkan hasil intake 1180cc dan output: 650cc.


53

Pukul15.00 WIB menghitung balance cairan didapatkan hasil

intake 1180cc dan output 650cc dan didapatkan balance cairan

+530 .Pukul 15.10 WIB memonitor vital sign didapatkan hasil TD

130/98mmHg, N:89x/menit, RR: 26x/menit SPO2: 98%.

e. Evaluasi keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan pada pasien kasus pertama yaitu

diagnosa hipervolemia berhubungan dengan mekanisme regulasi,

masalah teratasi sebagian. Pasien mengatakan sudah mengerti tentang

kebutuhan cairan dan bisa mengontrol minumnya. Data obyektif (O):

pasien tampak oedema berkurang kedalaman 2 mm waktu kembali 2

detik, kulit dan mukosa bibir tampak kering, BAB 1x sehari dengan

konsistensi cair, warna kuning, CRT 2 detik, balance cairan: berat

badan pasien sekarang 40 kg, jumlah makan dan minum:650cc/24

jam, jumlah cairan infus 315/24 jam, total intake: 1180 cc/jam, jumlah

urin: 0 cc/ 24jam, IWL= 15xkg bb/hari=600cc, jumlah output:

650cc/24 jam, balance cairan= intake-output = +530 cc/24 jam.

Planning (P): lanjutkan intervensi (pertahankan intake dan output,

monitor balance cairan, batasi masukan cairan, kolaborasi pemberian

diuretik).

2. Kasus Ny.N

a. Pengkajian
54

Pengkajian pasien pada kasus kedua dilakukan pada hari Senin, 09

April 2018 pukul 10.00 WIB di High Care Unit Melati 1 RSUD Dr.

Moewardi Surakarta. Dalam Pengkajian didapat data pasien bernama

Ny.N berumur 55 tahun, beragama islam, pendidikan SMP, pekerjaan

swata, alamat Kadipiro Banjarsari Surakarta, nomor register

01406xxx, diagnosa CKD grade V. Identitas penanggung jawab Ny.T

umur 28 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, alamat

Surakarta, hubungan dengan pasien anak.

Keluhan utama pasien mengatakan mengalami penurunan

kesadaran. Riwayat penyakit sekarang pada tanggal 6 April pasien

datang dengan keluhan sesak yang sudah dialami sejak 2 hari yang lali

, dan juga disertai nyeri pada dada saat menghirup oksigen, kemudian

pada pukul 04.00WIB pasien dibawa ke IGD. Di IGD pasien

mendapatkan terapi O2 NRM 8 liter/menit, infuse Nacl 500 ml 20 tpm,

injeksi furosemid 20 mg. Tekanan darah Ny.N 142/87 mmHg, nadi

102x/menit, suhu 36,20C, pernafasan 32x/menit. Kemudian pasien di

pindah ke HCU Melati 1 karena pasien mengalami penurunan

kesadaran dan sesak nafas terus menerus. Di HCU didapatkan tekanan

darah 132/78 mmHg, nadi 98x/menit, pernafasan 29x/menit, suhu

36,20C, SpO2 100%. Riwayat penyakit dahulu, keluarga mengatakan

mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal semenjak 6 tahun yang lalu

dan mempunyai riwayat Diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.

Keluarga mengatakan pasien rutin menjalani HD 1x Seminggu.


55

Keluarga mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi

terhadap obat atau makanan tertentu. Riwayat penyakit keluarga,

keluarga mengatakan didalam keluarga tidak ada anggota yang

menderita penyakit hipertensi, diabettes mellitus atau penyakit yang

sama diderita oleh pasien.

1) Pada pengkajian Primary survey didapatkan

a) Airway

Tidak terdapat sumbatan jalan nafas, terpasang ETT TV:400ml

f:12 Tr:2 FiO2:70% I:E=1:2

b) Breathing

RR: 29x/menit, SpO2: 100%, terpasang ETT dengan ventilator

mode CPAP, terdapat retraksi dada simetris

c) Circulation

TD: 132/78 mmHg, N: 98x/menit, CRT 2 detik, konjungtiva

anemis, akral hangat, turgor kulit tidak elatis, terdapat edema

pada kedua ekstremitas bawah, nadi perifer teraba lemah dan

irreguler dan auskultasi jantung terdengar bunyi mur-mur, batas

jantung melebar, ictus cordis tampak.

d) Disability
56

Pasien tampak lemah, kesadaran coma, pada pemeriksaan GCS

didapatkan E1VxM1, pupil isokor

e) Exposure

Tidak terlihat adanya luka atau lesi ditubuh pasien, kulit

tampak kering, terdapat edema pada kedua kaki.

2) Sedangkan pada pengkajian secondary survey didapatkan hasil

a) S (Sign and symptom) didapatkan data pasien konjungtiva

anemis, keadaan umum lemah, penurunan kesadaran, sesak

napas, edema pada ekstremitas bawah, kulit kering, turgor kulit

tidak elastis.

b) Alergy didapatkan hasil bahwa pasien tidak mempunyai alergi

terhadap obat atau makanan tertentu.

c) Medication didapatkan data saat diruang HCU RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pasien mendapat terapi IV line dengan

infus NaCl 20 cc/jam di tangan kiri, injeksi furosemid 20 mg/8

jam, injeksi ampicillin 1,5 g/8jam, fluimucyl 6 cc dalam 100 cc

NaCl/24 jam. Obat Oral, CaCO3 500 mg/8 jam, candesartan 16

mg/24jam, clonidia 0,15 mg/12 jam, calcii carbonas 1 tablet,

terpasang ETT dengan ventilator mode CPAP, pasien terpasang

bedside monitor.
57

d) Past illness Pada pengkajian past illness didapatkan data

pasien terakhir sakit 2 bulan yang lalu dengan diagnosa yang

sama yaitu chronic kidney disease.

e) Last meal didapatkan data keluarga mengatakan nafsu makan

baik sebelum masuk RS dan saat di RS pasien mendapatkan

diit DM susu 200cc

f) Event didapatkan data pasien mengalami sesak nafas setelah

cuci darah rutin. Pasien terakhir mondok 2 bulan yang lalu.

3) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dikaji oleh

penulis hanya yang berkaitan dengan cairan sebagai berikut:

a) Pemeriksaan system gastrointestinal, inspeksi tidak terdapat

luka pada abdomen dan tidak terjadi acites, auskultasi bising

usus 8x/ menit, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi terdengar

suara tympani pada semua kuadran.

b) Pengkajian system perkemihan pasien tidak terpasang DC dan

tidak keluar urin. Pengkajian cairan dan elektrolit berat badan

pasien sekarang 54 kg, jumlah makan dan minum: 650 cc/24

jam, jumlah cairan infus 575 cc/24 jam, terapi injeksi

furosemid 20 mg/8 jam, terapi injeksi ampicillin 1,5 g/8 jam,

total intake: 1225 cc/24 jam, jumlah urin: 0 cc/ 24jam, feses

+200 cc, IWL= 540 cc, jumlah output: 740 cc/24 jam, balance
58

cairan= intake-output = +515 cc/24 jam, edema ekstremitas

bawah, BB 52 kg menjadi 54 kg.

c) Terapi obat adalah, infuse dengan infus NaCl 20 cc/jam di

tangan kiri, injeksi furosemid 20 mg/8 jam, injeksi ampicillin

1,5 g/8jam, fluimucyl 6 cc dalam 100 cc NaCl/24 jam. Obat

Oral CaCO3 500 mg/8 jam, candesartan 16 mg/24jam, clonidia

0,15 mg/12 jam, calcii carbonas 1 tablet terpasang ETT dengan

ventilator mode CPAP.

d) Data penunjang dari pemeriksaan hasil sebagai berikut:

(1) Hasil laboratorium darah rutin pada tanggal 06 April 2018.

Diperoleh hasil hemoglobin 7.6 g/dl ( nilai normal 13.5-

17.5), eritrosit 2.66 juta/ul (nilai normal 4.0-5.9), leukosit

16.3 ribu/ul (nilai normal 4.5-11), trombosit 257 ribu/ul

(nilai normal 150-450), hematokrit 23% (nilai normal 33-

45).

(2) Hasil laboratorium kimia darah tanggal 06 April 2018.

Diperoleh hasil ureum 186 mg/dl (nilai normal ˂50),

kreatinin 9.0 mg/dl (nilai normal 0.8-1.3).

(3) Hasil laboratorium elektrolit tanggal 06 April 2018.

Diperoleh hasil Natrium 132 mmol/L (nilai normal 136-


59

145), kalium 5.5 mmol/L (nilai normal 3.6-5.4), calcium

1.22 mmol/L (nilai normal 1.17-1.29).

(4) Hasil laboratorium analisa gas darah pada tanggal 08 April

2018. Diperoleh hasil AGD pH 7.14 (nilai normal 7.310-

7.420), PCO2 64.3 mmHg (nilai normal 27-41), PO2 67

mmHg (nilai normal 80-100), BE 11.5 mmol/L (nilai

normal -2-+3), t CO2 21.1 mmol/L (nilai normal 19-24),

HCO3 19.4 mmol/L (nilai normal 21-28), SO2 92.3%.

(5) Hasil foto thorax yang didapat pada tanggal 03 April 2018

adalah hasil foto thorax AP view, hasil: cardiomegaly

dengan oedem pulmo dan terpasang CVC dengan tip

terproyeksi setinggi VTh 7.

b. Diagnosa Keperawatan

Pengkajian yang dilakukan pada hari Senin, 09 April 2018 dapat

ditegakkan diagnosa pada pasien kasus kedua yaitu hipervolemia

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan

terdapat edema pada ekstremitas bawah, BB meningkat dari 52 kg

menjadi 54 kg, pitting edema 3 mm dalam waktu kembali 5 detik,

keadaan umum lemah, CRT 2 detik, akral hangat, turgor kulit kering,

TTV: TD: 132/78 mmHg, Nadi 98x/menit, ureum 186 mg/dl ( nilai

normal ˂50), kreatinin 9.0 mg/dL ( nilai normal 0.8- 1.3), hemoglobin
60

7.6 g/dl, hematokrit 23%, eritrosit 2.66 jula/ul, natrium darah 132

mmol/L, kalium darah 5.5 mmol/L, balance cairan +515 cc/24 jam.

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada pasien kasus kedua dengan diagnosa

hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

Tujuan yang diharapkan adalah setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kelebihan volume cairan

dapat diatasi dengan kriteria hasil intake dan output seimbang, turgor

kulit normal tanpa edema, kreatinin 0.8-1.3 mg/dl, ureum ˂50 mg/dl,

tercipta kepatuhan pembatasan diet dan caieran. Intervensi yang akan

dilakukan adalah monitor vital sign, monitor indikasi kelebihan cairan,

monitor intake dan output, batasi masukan cairan, lakukan mobilisasi

pengaturan posisi, berikan penkes tentang intake dan output serta

alasan pembatasan cairan, kolaborasi pemberian diuretic dan

pemberian diet tanpa garam dan rendah protein tinggi kalori.

d. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan intervensi keperawatan yang telah disusun pada hari

Senin, 09 April 2018 dapat dilakukan tindakan keperawatan pada

Ny.N dengan Gagal Ginjal Kronik yaitu: Hipervolemia berhubungan

dengan gangguan mekanisme reguasi:


61

1) Pada hari Senin, 09 April 2018 pukul 10.00 WIB memonitor vital

sign didapatkan hasil tekanan darah 132/78 mmHg, nadi

98x/menit, pernafasan 29x/menit, suhu 36,20C, SpO2 100%. Pukul

10.15 WIB memonitor indikasi kelebihan cairan didapatkan hasil:

terdapat oedema di kedua ekstermitas , dan dari hasil pemeriksaan

rontgen thorak terdapat oedema pulmo. Pukul 11.00 WIB

memonitor cairan yang masuk didapatkan hasil: selama 24 jam

jumlah cariran yang masuk 1255cc. Pukul 11.15 WIB

memberikan penkes tentang intake dan output serta alasan

pembatasan cairan: didapatkan hasil pasien sudah melalukukan

dieet pembatasan cairan . Pukul 11.30 WIB memonitori output :

didapatkan hasil selama 24 jam output +515cc. Pukul 12.10 WIB

membantu melakukan mobilisasi pengaturan posisi didapatkan

hasil memberikan posisi semifowler untuk memaksimalkan

ventilasi.

2) Pada hari Selasa, 10 April 2018 pukul 15.00 WIB menghitung

balance cairan didapatkan hasil intake 1255cc dan output 750cc

dan didapatkan balance cairan +505. Pukul 15.15 WIB memonitor

vital sign didapatkan hasil TD:149/98mmHg N:108x/menit,

RR:26x/menit, S:37,20C, SPO2: 98%.

3) Pada hari Rabu, 11 April 18 pukul 14.30 memonitor intake dan

output didapatkan hasil intake 1200cc dan output: 740cc.

Pukul15.00 WIB menghitung balance cairan didapatkan hasil


62

intake 1200cc dan output 740cc dan didapatkan balance cairan

+460 .Pukul 15.10 WIB memonitor vital sign didapatkan hasil TD

130/98mmHg, N:89x/menit, RR: 26x/menit SPO2: 98%.

e. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi keperawatan pada pasien kasus kedua dengan

diagnosa hipervolemia berhubungan dengan mekanisme regulasi,

masalah teratasi sebagian. Pasien mengatakan sudah mengerti tentang

kebutuhan cairan dan bisa mengontrol minumnya. Data obyektif (O):

pasien tampak udem berkurang kedalaman 2 mm waktu kembali 4

detik, kulit dan mukosa bibir tampak kering, BAB 2x sehari dengan

konsistensi cair, warna kuning, CRT 2 detik, balance cairan: berat

badan pasien sekarang 53 kg, jumlah makan dan minum: 650 cc/24

jam, jumlah cairan infus 575/24 jam, total intake: 1225 cc/jam, jumlah

urin: 100 cc/ 24jam, IWL= 10xkg bb/hari= 530 cc, jumlah output: 630

cc/24 jam, balance cairan= intake-output = +595cc/24 jam. Planning

(P): lanjutkan intervensi (pertahankan intake dan output, monitor

balance cairan, batasi masukan cairan, kolaborasi pemberian diuretik).

B. Pembahasan

Pengkajian adalah pengumpulan data yang cermat tentang klien, keluarga,

dan kelompok, yang diperoleh dengan wawancara, observasi, dan

pemeriksaan.Pada pengkajian didapatkan data antara pasien kasus pertama


63

dan kedua memiliki persamaan serta perbedaan. Adapun persamaan yang

didapatkan dari pasien kasus pertama dan kedua yaitu:

1. Pengkajian

a. Persamaan

1) Pasien mengeluh sesak nafas dan pada ekstermitas bawah

terdapat oedema

Keluhan tersebut sesuai dengan teori Muttaqin dan Sari (2014)

bahwa pada pasien gagal ginjal kronik akan ditemukan sindrom

klinis yang ditandai dengan sesak nafas, edema pada

ekstremitas. Edema pada ekstremitas bawah di kedua pasien

terjadi akibat retensi natrium yang menyebabkan total cairan

ekstraseluler meningkat sehingga mempengaruhi tekanan kapiler

naik dan akhirnya volume interstisial mengalami peningkatan

2) Pemeriksaan thorak terdapat oedema pada paru yang terjadi

pada kedua pasien terjadi karena kegagalan ginjal

mensekresikan cairan keluar tubuh sehingga cairan tersebut

masuk kedalam paru, menjadikan kemampuan alveolus

berkurang sehingga pertukaran gas terganggu.

Didukung oleh penelitian Poppas dan Sharon (2011) bahwa

pasien dengan gagal ginjal kronik mempunyai keluhan utama

edema perifer yang berawal dari edema pada ekstremitas bawah

akibat gaya gravitasi dan adanya acute pulmonary edema.


64

3) Anemia pada kedua pasien terjadi karena adanya kerusakan

produksi eritropoetin, masa hidup sel darah merah pendek

karena perubahan plasma, deisiensi folat, intake nutrisi tidak

adekuat, defisiensi zat besi sehingga menyebabkan penerunan

hemoglobin.

Didukung oleh penelitian Sigh, Ajay K, et al (2016) bahwa

anemia merupakan komplikasi umum penyakit ginjal kronis

yang berkembang sebagai konsekuensi dari defisiensi

eritropoetin.

4) Hipertensi pada kedua pasien dan diabettes mellitus pada

pasien kedua terjadi karena peningkatan hormon anti diuretik

yang bekerja diginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume

urine, dengan meningkatnya ADH urine menjadi pekat dan

osmolaritasnya tinggi untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstra selular akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan

dari bagian intraselular.

Didukung oleh penelitian Webster, Angela C dan Masson

Philip (2017) bahwa hipertensi dan diabetes mellitus

merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal kronik,

hipertensi disebabkan aktivitas aksis renin angiotensin

sehingga meningkatkan sekresi aldosteron.

b. Perbedaan

1) Anuria dan Oliguria


65

Didapatkan anuria yang hanya ditemukan pada pasien kasus

pertama yaitu pada NyP. Hal ini sesuai dengan pendapat

Potter dan Anne (2010), anuria merupakan kegagalan ginjal

dalam memproduksi urin yang diakibatkan oleh adanya

kerusakan pada glomerulus sehingga proses filtrasi tidak dapat

dilakukan dan tidak ada urin yang dihasilkan.

Didukung oleh pendapat Muttaqin dan Sari (2014), anuria pada

gagal ginjal kronik akan menimbulkan gangguan

keseimbangan di dalam tubuh seperti penumpukan cairan,

elektrolit dan sisa-sisa metabolisme tubuh yang seharusnya

keluar bersama urin. Selain itu didapatkan oliguria yang hanya

ditemukan pada pasien kasus kedua yaitu pada Ny.N. Hal ini

sesuai dengan pendapat Potter dan Anne (2010), oliguria

adalah keluaran urin kurang dari 500 cc. Oliguria merupakan

tanda pertama dari kemunduran fungsi ginjal, pada sebagian

besar situasi klinik, oliguria bersifat reversible.

2) Terapi infus D5 dan Nacl

Pada pasien pertama menggunakan terapi infus D5 yaitu

tujuannya untuk meningkatkan kadar natrium dari pasien

pertama yang menunjukan kurang, sedangkan pada pasien

kedua menggunakan terapi infus Nacl yang berfungsi untuk

resusitasi dan cairan isotonis sehingga tidak mempengaruhi


66

kadar elektrolit tubuh, karena kadar natrium pada pasien kedua

dalam batas normal

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data hasil pengkajian pada pasien kasus pertama dan

kedua, diperoleh masalah dimana tidak terdapat perbedaan diagnosa

keperawatan baik pasien kasus pertama dan kedua karena pada saat

dilakukan pengkajian data yang diperoleh mendukung untuk ditarik

diagnosa keperawatan yaitu hipervolemia berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi.

3. Intervensi keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada kasus. Penyusunan rencana

keperawatan pada kasus pasien pertama dan kedua tidak terdapat

perbedaan karena persamaan masalah keperawatan pada pasien kasus

pertama dan kedua serta persamaan kebutuhan pasien dalam upaya

mencapai tujuan tindakan keperawatan.

4. Implementasi keperawatan

a. Implementasi pasien 1

1) Pada hari Senin, 03 Maret 2018 pukul 10.00 WIB memonitor

vital sign didapatkan hasil TD:170/109 mmHg, N:108x/menit,

RR:30x/menit, S:36,10C, SPO2: 96%. Pukul 10.15 WIB

memonitor indikasi kelebihan cairan didapatkan hasil: terdapat

oedema di kedua ekstermitas , dan dari hasil pemeriksaan


67

rontgen thorak terdapat oedema pulmo. Pukul 11.00 WIB

memonitor cairan yang masuk didapatkan hasil: selama 24 jam

jumlah cariran yang masuk 1055cc. Pukul 11.15 WIB

memberikan penkes tentang intake dan output serta alasan

pembatasan cairan: didapatkan hasil pasien sudah melalukukan

dieet pembatasan cairan . Pukul 11.30 WIB memonitori

output : didapatkan hasil selama 24 jam output 550cc. Pukul

12.10 WIB membantu melakukan mobilisasi pengaturan posisi

didapatkan hasil memberikan posisi semifowler untuk

memaksimalkan ventilasi.

2) Pada hari Selasa, 04 Maret 2018 pukul 15.00 WIB menghitung

balance cairan didapatkan hasil intake 1130cc dan output

650cc dan didapatkan balance cairan +680. Pukul 15.15 WIB

memonitor vital sign didapatkan hasil TD:159/98mmHg

N:98x/menit, RR:24x/menit, S:37,20C, SPO2: 98%.

3) Pada hari Rabu, 05 Maret 2018 pukul 14.30 memonitor intake

dan output didapatkan hasil intake 1180cc dan output: 650cc.

Pukul15.00 WIB menghitung balance cairan didapatkan hasil

intake 1180cc dan output 650cc dan didapatkan balance cairan

+530 .Pukul 15.10 WIB memonitor vital sign didapatkan hasil

TD 130/98mmHg, N:89x/menit, RR: 26x/menit SPO2: 98%.

b. Implementasi pasien 2
68

1) Pada hari Senin, 09 April 2018 pukul 10.00 WIB memonitor

vital sign didapatkan hasil tekanan darah 132/78 mmHg, nadi

98x/menit, pernafasan 29x/menit, suhu 36,20C, SpO2 100%.

Pukul 10.15 WIB memonitor indikasi kelebihan cairan

didapatkan hasil: terdapat oedema di kedua ekstermitas , dan

dari hasil pemeriksaan rontgen thorak terdapat oedema pulmo.

Pukul 11.00 WIB memonitor cairan yang masuk didapatkan

hasil: selama 24 jam jumlah cariran yang masuk 1255cc. Pukul

11.15 WIB memberikan penkes tentang intake dan output serta

alasan pembatasan cairan: didapatkan hasil pasien sudah

melalukukan dieet pembatasan cairan . Pukul 11.30 WIB

memonitori output : didapatkan hasil selama 24 jam output

+515cc. Pukul 12.10 WIB membantu melakukan mobilisasi

pengaturan posisi didapatkan hasil memberikan posisi

semifowler untuk memaksimalkan ventilasi.

2) Pada hari Selasa, 04 Maret 2018 pukul 15.00 WIB menghitung

balance cairan didapatkan hasil intake 1255cc dan output

750cc dan didapatkan balance cairan +505. Pukul 15.15 WIB

memonitor vital sign didapatkan hasil TD:149/98mmHg

N:108x/menit, RR:26x/menit, S:37,20C, SPO2: 98%.

3) Pada hari Rabu, 05 Maret 2018 pukul 14.30 memonitor intake

dan output didapatkan hasil intake 1200cc dan output: 740cc.

Pukul15.00 WIB menghitung balance cairan didapatkan hasil


69

intake 1200cc dan output 740cc dan didapatkan balance cairan

+460 .Pukul 15.10 WIB memonitor vital sign didapatkan hasil

TD 130/98mmHg, N:89x/menit, RR: 26x/menit SPO2: 98%.

Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak dikerjakan seluruhnya oleh

peneliti karena peneliti tidak berdinas selama 24 jam. Strategi yang

dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan keperawatan adalah dengan

mendelegasikan kedua pasien kepada perawat ruangan dan kepada

mahasiswa yang berdinas di ruangan tersebut. Peneliti melihat semua

tindakan yang dilakukan melalui buku laporan pasien yang berada

pada ruangan. Pada implementasi pasien pasien pertama dan kedua

perbedaan implementasi hanya pada waktu untuk tindakan sama dan

didapatkan hasil balance cairan pada kedua pasien mengalami

kelebihan volume cairan

5. Evaluasi keperawatan

Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai

dengan intervensi keperawatan, diperoleh hasil evaluasi yang

dilakukan pada pasien kasus pertama dan kedua adalah sama. Hasil

evaluasi berdasarkan pada NOC pada pasien kasus pertama dan kedua

yaitu teratasi sebagian pada masalah keperawatan hipervolemia

berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.

C. Keterbatasan
70

Keterbatasan pada pengambilan studi kasus ini yaitu pada saat melakukan

pengkajian pada kedua pasien, data yang didapat kurang di dukung dengan

pasien yang tidak kooperatif saat dilakukan wawancara. Peneliti kesulitan

melakukan autoanamnesa pada pasien sehingga peneliti harus menunggu

keluarga pasien saat jam jenguk. Kemudian pada kedua pasien tidak terdapat

hasil pemeriksaan urin analisis sehingga peneliti kurang mendapatkan data

penunjang untuk mendukung diagnosa yang ditegakkan.

Anda mungkin juga menyukai