LUNG TUMOR
I I
S T I K E S
A
E
OLEH:
MOH. ANWAR NUGROHO
NIM : 18650074
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan
letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan
pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non
Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar ).
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma
bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik.
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut
Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu
pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
B. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari tumor paru belum
diketahui, namun diperkirakan inhalasi jangka panjang bahan-bahan
karsinogen merupakan factor utama, tanpa mengesampingkan
kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku
bangsa, ras serta status imunologis. Bahan inhalasi karsinogen yang
banyak disorot adalah rokok
1. Pengaruh Rokok
Menurut Guidotti (2007) yang dikutip oleh Irawan (2008), rokok yang
dihirup juga mengandung komponen gas dan partikel yang berbahaya
Nikotin dalam rokok dapat mempercepat proses penyempitan dan
penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan dan penyempitan ini bisa
terjadi pada pembuluh darah koroner, yang bertugas membawa oksigen
ke jantung. Nikotin, merupakan alkaloid yang bersifat stimulant dan
beracun pada dosis tinggi. Zat yang terdapat dalam tembakau ini
sangat adiktif, dan mempengaruhi otak dan system saraf. Efek jangka
panjang penggunaan nikotin akan menekan kemampuan otak untuk
mengalami kenikmatan, sehingga perokok akan selalu membutuhkan
kadar nikotin yang semakin tinggi untuk mendapatkan tingkat
kepuasan. Tar, mengandung zat kimia sebagai penyebab terjadinya
kanker dan menganggu mekanisme alami pembersih paru-paru,
sehingga banyak polusi udara tertinggal menempel di paru-paru dan
saluran bronchial. Tar dapat membuat system pernapasan terganggu
salah satu gejalanya adalah pembengkakan selaput mucus.
C. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor
lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan
dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai
dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan
berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Initiati agen
biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang
berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan
yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan
terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel
besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang
bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat
tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini
pertumbuhan lambat.
D. Pathway
-Asap rokok
-Polusi Udara
-Pemajanan Okupasi
Peradangan Kronik
Karsinoma paru
E. Gejala klinis
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama
dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk
lama 2 minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain
dyspnea, hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada
keadaan yang sudah berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti
nyeri tulang, stagnasi (vena cava superior syndroma).
Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis
awal 2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa,
sudah metastase ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan
pasien dengan kondisi penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.
F. Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis,
namun berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada
efusi pleura.
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N : N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.
G. Studi Diagnostik
a. Chest x – ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi
dada dan CT scanning.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi
lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
Tumor yang kurang dari 1 cm, agak sulit dideteksi karena ukuran
kecil tersebut kurang diresolusi oleh PET Scanner. Sensitivitas dan
spesifisitas cara PET ini dilaporkan 83-93% sensitif dan 60-90%
spesifik. Beberapa positif palsu untuk tanda mahgnan ditemukan
juga pada iesi inflamasi dan infeksi seperti aspergilosis dan
tuberkulosis. Sungguhpun begitu dari beberapa studi diketahui
pemeriksaan PET mempunyai nilai akurasi lebih baik daripada
pemeriksaan CT Scan.
b. Bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis
ke tulang.Insiden tumor Non Small Cell Lung Cancer (NSCLQ ke
tulang dilaporkan sebesar 15%.
c. Tes laboratorium
i. Pengumpulan sputum untuk sitologi, bronkoskopi dengan
biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsy
ii. Mediastinoskop
H. Manajemen medis
a. Manajemen umum : terapi radiasi
Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel
kecil yang tidak bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit
yang bersifat lokal dan hanya menyembuhkan sedikit diantaranya.
Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau
nyeri lokal
b. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.
Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun
hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya
( 5% dari semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat
mortalitas perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada
pneumonektomi.
Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor
secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini
biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada
paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada
kanker paru jenis SCLS. Luas reseksi atau pembedahan tergantung
pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan paliatif
mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif,
dengan demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat
menjadi lebih baik. Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin
tumor direseksi lengkap berikut jaringan KGB intrapulmoner,
dengan lobektomi maupun pneumoktomi. Segmentektomi atau
reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk
lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk
memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB
mediastinum diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa
secara patologis anatonis (PDPI, 2003).
c. Terapi obat : kemoterapi
Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena
pembedahan tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini.
Peran kemoterapi pada kanker bukan sel kecil belum jelas.
4). Faal ginjal dalam batas normal (creatini clearence lebih dari 70
ml/menit)
I. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Ø Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaansebagai berikut :
· Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang
adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk
dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian
tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan
perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
· Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan
lain-lain.
· Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya
sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di
daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi
daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma
kronik.
· Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada
nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales
halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat
inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan
hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis
akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti
suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan
peradangan pleura.
1). Aktivitas/ istirahat.
· Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan
kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas.
· Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
· Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan
pericardial (menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
3). Integritas ego.
· Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak
kondisi yang berat/ potensi keganasan.
· Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang –
ulang.
4). Eliminasi.
· Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan
hormonal, tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
· Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan
masukan makanan, Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan
masukan cairan.
· Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema
wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
· Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan
tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya
pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul.
7). Pernafasan.
· Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya
dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan
polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara, Riwayat
merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus
taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi
atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8). Keamanan.
· Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma
sel kecil)
9). Seksualitas.
· Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik,
karsinoma sel besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)
10). Penyuluhan.
· Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru),
tuberculosis, Kegagalan untuk membaik.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang
berlebih
2) Nyeri akut b.d agen cedera
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
4) Intoleran aktivitas b.d ketidaksimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Intevensi Keperawatan
- Mampu intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,
mengontrol nyeri
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
(tahu 8. Tingkatkan istirahat
- penyebab nyeri, 9. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
mampu nyeri
menggunakan Kolaborasi :
tehnik 1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri bila perlu
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
- Tanda vital dalam
rentang normal
- Tidak mengalami
gangguan tidur
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Ketidak NOC: NIC: NUTRITION MANAGEMENT
seimbang - Nutritional status: 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
an nutrisi adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori yang di butuhkan
kurang - Nutrional status: food pasien
and fluaid intake 2. Monitor adanya penurunan berat badan
dari
- Weight control 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
kebutuha
Setelah dilakukan protein, Hb dan kadar Ht
n tubuh 4. Monitor mual dan muntah
tindakan keperawatan 5. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
b.d faktor
selama.... nutrisi kuran jaringan konjungtiva
biologis
teratasi dengan kriteria 6. Monitor intake nutrisi
7. Atur posisi semi fowler atau fowler selama
hasil:
makan
- Albumin serum 8. Anjurkan banyak minum
- Albumin serum 9. Pertahankan terapi iv line
10. Beri makan sedikit tapi sering
- Hematokrit 11. Kolaborasi pemberian antiemetik: Ranitidin
- Hemoglobin
- Total iron binding
capasity
- Jumlah limfosit
- Tidak terjadi penurunan
berat badan
Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th
edition, Mosby Year Book, Toronto
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2. Jakarta:
EGC.
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC