Pengertian
Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.
Keberadaan desa siaga, ternyata telah memberikan dampak positif, antara lain
berhasil menurunkan angka kematian ibu dan anak, sehingga pada tahun 2004
program ini diadopsi oleh Departemen Kesehatan dan menjadi kebijakan nasional.
Pada tahun 2006, Depkes menargetkan terbentuknya 12.000 Desa Siaga, dan tahun
2008, seluruh desa diharapkan telah menjadi Desa Siaga. Pengembangan Desa Siaga
ternyata dipandang penting sebagai basis menuju Indonesia Sehat
Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) (Depkes, 2007).
Desa siaga aktif adalah bentuk pengembangan dari desa siaga yang telah
dimulai sejak tahun 2006. Desa atau kelurahan siaga aktif adalah desa atau kelurahan
yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang
memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau
sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti Pusat Kesehatan Masyarakat
Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan
lainnya, penduduk mengembangkan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (Kemenkes RI, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat,
peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah,
kegawadaruratan dan sebagainya)
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa.
d. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong
diri sendiri di bidang kesehatan.
D. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai
berikut.
1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader
siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan
tokoh masyarakat.Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukan secara
musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan criteria yang berlaku
dengan di fasilitasi oleh masyarakat.
2. Orientasi / pelatihan kader siaga.
Sebelum melaksanakan tugasnya, pengolahan dan kader desa yang
telah ditetapkan perlu di beri orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di
laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Materi orientasi / pelatihan
mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam rangka
pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan
UKBM lain, dan hal-hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan
persalinan sehat.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain.
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di kembangkan dari
polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana
poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari
pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru
dengan swadaa masyarakat atau memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes
sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan dengan UKBM lain,
seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku.
4. Penyelenggaraan desa siaga.
Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di tetapkan
sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system
surveilans berbasis nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan
penanggulangan kegawat daruratan dan bencana, pemberantasan
penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB),
penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi
dan PHBS, serta penyehatan lingkungan.
5. Pembinaan dan peningkatan.
Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja
sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan
desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi
pihak perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan
melalui temu jejaring IKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau
temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun). Upaya ini
selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana
tukar menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi
bersama. Pembinaan jejaring lintas sector juga sangat penting , khususnya
dengan program pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu kunci
keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader.
2. Indikator Proses
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di
suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa.
b. Berfungsi / tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana.
c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat.
d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes.
b. Cakupan pelayanan UKBM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi
dan PHBS.
4. Indikator Dampak
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa
dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi :
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit
b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa
c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.
DAFTAR PUSTAKA