Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR TENDON

Disusun oleh :
Theresia Yuli Puspaningtyas
P27220016 091

DIII KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018
RUPTUR TENDON

A. Pengertian
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Tendon adalah jaringan
fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh manusia. Tendon adalah struktur dalam
tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab
untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan,melompat, angkat, dan
bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan
gerakan ini. Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon. Jadi ruptur tendon adalah robek,
pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan yang melebihi kekuatan
tendon.

Gambar 1. Tendon Gambar 2. Ruptur tendon

B. Fungsi Tendon
1. Membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang
2. Membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol
3. Menekuk dan meregangkan (flex) semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa
tendon, otot-otot hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan
bisa bergerak.
4. Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang.
Hal ini juga memungkinkan tendon untuk menyimpan dan memulihkan energi pada
efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, selama langkah manusia, Achilles tendon
peregangan sebagai dorsiflexes sendi pergelangan kaki. Pada bagian terakhir
langkahnya, sebagai kaki plantar-flexes (jari-jari kaki menunjuk ke bawah), yang
disimpan energy elastis dilepaskan. Lebih jauh, karena meregangkan tendon, otot dapat
berfungsi dengan

C. Lokasi Ruptur Tendon


Empat daerah yang paling umum tempat terjadinya ruptur tendon, antara lain :
1. Qudriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateralis, medialis vastus, intermedius
vastus, dan rektus femoris, datang bersama-sama tepat di atas tempurung lutut
(patella) untuk membentuk tendon patella . Sering disebut quad, kelompok otot ini
digunakan untuk memperpanjang kaki di lutut dan bantuan dalam berjalan, berlari ,
dan melompat. Terdapat hubungan yang kuat dengan penyakit sistemik dan
perubahan degeneratif sebelumnya dalam mekanisme ekstensor lutut. Ruptur paling
sering terjadi secara unilateral. Ruptur tendon bilateral sangat berkorelasi dengan
penyakit sistemik, tetapitelah dilaporkan terjadi juga pada pasien sehat yang tidak
memiliki faktor predisposesi

Ruptur tendon patela lebih jarang daripada ruptur quardiceps dancenderung


terjadi pada pasien yang berumur kurang dari 40 tahun. Dalamkasus yang jarang
terjadi, ruptur tendon quardiceps parsial terjadi pada atletmuda bersamaan
dengan jumper’s knee. Jumper’s knee ini biasanyamelibatkan tendon patella.
Meskipun dalam 25% kasus, tendon quardicepsterlibat . Untuk mendapatkan hasil
terbaik, diagnosis dini dan complete repair quadriceps sangat penting. Jika intervensi
tertunda, perbaikan lebih sulit danhasilnya akan kurang memuaskan. Sebuah gambar
yang menggambarkan ruptur tendon.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan ruptur tendon
quadriceps lengkap dantidak lengkap.
Etiologi
Ruptur tendon quardiceps biasanya terjadi selama kontraksi, cepateksentrik dari otot
quardiceps, dengan kaki tertanam dan lutut fleksi sebagian.Cedera ini biasanya terjadi
selama jatuh. Mekanisme lain cedera termasuk pukulan langsung, luka, dan penyebab
iatrogenik. Banyak kondisi telah dilaporkan untuk berkontribusi terhadap
terjadinyadegenerasi tendon quardiceps, antara lain :hiperparatiroidisme, gagal ginjal
kronis, gout, obesitas, leukemia, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, lupus
eritematosus sistemik (sle), infeksi, penyakit metabolik , penyalahgunaan steroid,
tumor, imobilisasi, dan gerakan berulang
2. Achilles
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15
sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian
mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini
sangat penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal. Cidera karena
olahraga dan karena trauma pada tendon Achilles adalah biasa dan bisa menyebabkan
kecacatan.
3. Rotator cuff
Rotator cuff terletak di bahu dan terdiri dari 4 otot: supraspinatus (yang umum tendon
paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m. subskapularis. Kelompok otot ini
berfungsi untuk mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan
menjaga bahu keluar dari soket tersebut.

Tendo rotator cuff terdiri dari:


1. Tendo Supraspinatus
2. Tendo Infraspinatus
3. Tendo Teres minor
4. Tendo SubskapularisKeempat otot biasanya bertindak untuk mengangkat tangan ke
atas danmenjauh dari tubuh yang disebut abduksi
Patofisiologi
Patogenesis dari ruptur tendo rotator cuff berdasarkan studi histologis bedah dan
spesimen otopsi ditemukan adanya perubahan degeneratif padatendo. Simmonds
menyatakan bahwa kematian sel adalah penyebab dasar dari perubahan degeneratif.
Adanya respon inflamasi dan adanya bagian daritendon yang mati mungkin
mengalami degenerasi lemak, diikuti dengan pengapuran atau kerusakan. Pada awal
perubahan terjadinya degeneratf terdapat pemisahan dan pelurusan dari bundel
kolagen, dengan perpindahandari sel ke dalam ruang intrafascicular. Hal ini
mengurangi kekuatan tarikantendon. Dengan meningkatnya degenerasi kolagen
fasikula yang terpisahmenjadi disorientasi, acellular dan terfragmentasi.Robek
sebagian biasanya terjadi sebagai akibat erosi dangkal dibawah permukaan tendon
supraspinatus di dekat insersi. Ini dapat menyebabkantendon melengkung selama
abduksi lengan. Robekan parsial kemudianmenjadi komplit karena stres. Robekan
lengkap dapat kecil atau besar,dengan penampilan yang bervariasi: ruptur baru
memiliki tepi yang tidak teratur, namun ruptur yang lama terkesan lebih lembut,
dengan tepi teratur.
Etiologi
Codman dan Akerson berpendapat bahwa perubahan degeneratif danrobek
mungkin terjadi karena trauma, meskipun mereka tidak yakin apakah penuaan pada
tendon sebelum ruptur berkontribusi terhadap terjadinyadegenerasi tersebut. Pendapat
lain menyimpulkan bahwa ruptur cuff biasanyaterjadi karena trauma pada tendon
yang sudah mengalami degenerasi. Meyer mengatakan bahwa ruptur cuff terjadi
akibat gesekan. Keyes,DePalma, Galeri dan Bennett'dan Moseley mengatakan bahwa
adanya jaringan granulasi vaskular yang merupakan reaksi terhadap trauma
dapatmelemahkan tendon, sehingga kerusakan terjadi karena adanya stres.
Lindblom, pada tahun 1939, mengatakan bahwa terdapat hubungan
antaradegenerasi rotator cuff dan iskemia. Pada mayat yang diautopsi,supraspinatus
dan tendo bisep dekat pusat insersi relatif avaskular. Kemudianinvestigasi melaporkan
temuan serupa, terdapat daerah avaskular di di daerahsupraspinatus sesuai dengan
Codman ini disebut "zona kritis". Iskemia dizona ini dapat mengakibatkan perubahan
selular dan memunculkan sel-selinflamasi, yang mengakiatkan pelepasan lisosim dan
kerusakan dari jaringan ikat.
Rathburn dan Macnab mencatat bahwa iskemia meningkat ketika caputhumeri
menekan pembuluh darah supraspinatus selama adduksi lengan. Saatdegenerasi
berlangsung, sedikit trauma saja dapat menyebabkan ruptur tendon

Gejala Klinis
Dalam kasus, biasanya pria lebih dari 40 melakukan aktifitas dan terluka bahunya
ketika mengangkat ataumenarik benda berat atau pada jatuh denganlengan terulur.
Pasien merasakan sensasi seperti robek disertai oleh rasa nyeriyang berat. Gerakan
bahu menjadi terbatas. Rasa sakit secara bertahap berkurang namun berulang antara 8
dan 12 jam kemudian secara progresif biasanya di atas deltoid, yang diperburuk oleh
pergerakan lengan. Pasien sulituntuk tidur menghadap sisi yang terkena. Beberapa
pasien mengatakanadanya sensasi seperti bunyi “klik” pada bahunya. Pada kasus lain,
dilaporkan terjadi kelemahan bukan nyeri. Dalam beberapa kasus tidak ada
riwayatcedera. Trauma kecil pada pasien yang lebih tua dapat mengganggu
tendonyang sudah parah kerusakannya, sehingga menyebabkan sedikitnya gejalayang
terlihat.
Gejala-gejala dapat berlangsung dalam hitungan hari atau tahun, daptterjadi
resmisi dan kambuh. Ketika pasien diminta untuk mengabduksikanlengan, pasien
hanya mampu mengangkat bahu, dan bahu terasa nyeri.Dengan bantuan pasin
mungkin dapat mengangkat lengan horisontal danmenahannya, tapi dengan sedikit
tekanan oleh pemeriksa lengan akan turunke samping. Jika rasa sakit mengganggu tes
ini dapat dihilangkan dengan infiltrasi bius lokal.
Gejala-gejala dapat berlangsung dalam hitungan hari atau tahun, daptterjadi
resmisi dan kambuh. Ketika pasien diminta untuk mengabduksikanlengan, pasien
hanya mampu mengangkat bahu, dan bahu terasa nyeri.Dengan bantuan pasin
mungkin dapat mengangkat lengan horisontal danmenahannya, tapi dengan sedikit
tekanan oleh pemeriksa lengan akan turunke samping. Jika rasa sakit mengganggu tes
ini dapat dihilangkan denganinfiltrasi bius lokal.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus ini berguna untuk menemukan diagnosis yangakurat.
a. Pain Ablasion Test
Kelemahan yang persisten saat abduksi lengan setelah anestesi lokal
yangdisuntikkan ke dalam ruang subacromial untuk menghilangkan rasa sakit
danmencegah spasme otot, menunjukkan adanya ruptur supraspinatus. Namun,ini
bukan tes definitif karena kadang-kadang seorang pasien dengan ruptur rotator cuff
dapat mempertahankan kekuatan abduksi

b. Roentgenografi
Codman20 tahun 1934 menulis bahwa Roentgenograms polos
biasanyamenunjukan gambaran normal dengan ruptur tidak melibatkan insersi
tendon pada tulang. Hal ini memang benar untuk ruptur akut, dan roentgenografi
saatini digunakan dalam kasus-kasus terutama untuk menyingkirkan lesi lain
danakibat trauma. Sebagian besar roentgenographi yang abnormal didapatkan pada
kasus ruptur yang lama dengan gambaran :
1. Kista dengan diameter hingga 1 cm di dua pertiga bagian atasleher humerus,
dibawah insersi tendo rotator cuff atau di sendi,tanpa bukti adanya
osteoarthritis.
2. Depresi antara permukaan artikular di caput humeri dantuberositas mayor
humeri.
3. Sclerosis atau atrofi tuberositas mayor
4. Pembentukan tulang tidak teratur pada margin lateral ataudibawah permukaan
akromion.
5. Perubahan konveksitas yang normal di permukaan bawah akromion.
6. Sclerosis dibawah permukaan akromion.
7. Kista subcortical di akromion.
8. Penyempitan interval antara caput humeri dan bagian bawahakromion, yang
biasanya 7 sampai 14 mm dalam standar pandangan anteroposterior.
c. Arthrography
Injeksi udara atau media opaque ke sendi glenohumeral sebelumroentgenografi,
direkomendasikan oleh Codman tetap tidak diperoleh hasilyang memuaskan.
Beberapa tahun kemudian Oberholzer, berhasilmenggunakan udara sebagai media
kontras dalam mempelajari dislokasikronis pada sendi.Arthrogram dapat
menunjukan diagnosis ruptur rotator cuff lengkapdengan menunjukkan hubungan
langsung antara rongga glenohumeral dan bursa subacromial. Bahkan mungkin
menunjukan ukuran ruptur olehseberapa cepat kontras mengisi rongga atau dengan
membaca tekanan intra-artikular.
Diagnosis ruptur rotator cuff sebagian sulit dengan arthrography. Hasilnegatif
palsu dapat terjadi jika prosedur ini dilakukan oleh seseorang yang belum terbiasa
dengan teknik ini
d. Artroskopi
Penggunaan Artroskopi relatif baru. Media dimasukkan baik ke posteriosendi
glenohumeral atau ke dalam ruang subacromial. Adanya ruptur rotator cuff dan
ukurannya baik parsial maupun lengkap dapat terlihat. Arthroscopydapat
membantu dalam perencanaan operasi dan memilih pendekatan bedah.
Penatalaksanaan
Ruptur tendo rotator cuff unik karena pengobatan tanpa operasi
adalah pengobatan pilihan utama dalam cedera tendon kebanyakan. Lebih dari
90%dari cedera tendon yang terjadi secara kronis dan alami, dan 33% -90% darigejala
cedera kronis hilang tanpa operasi.
Sebaliknya, pada ruptur akut, seperti yang terjadi pada trauma, tidak ataumungkin
diperbaiki dengan operasi tergantung pada beratnya robekan.Jika robekan adalah
kurang dari 50% dari ketebalan cuff atau kurang dari1 cm, jaringan mati dapat
dibuang dengan athroskopi. Sebuah sayatan kecildibuat dan alat yang disebut
arthroscope di masukkan ke dalam sendi.Melalui itu, ahli bedah dapat melihat dan
membuang jaringan mati tanpa melakukan bedah terbuka
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke arah
bahu dengan menekuk siku.

Ruptur tendo biseps adalah trauma yang terjadi pada tendon bisepsmenyebabkan
terpisahnya tendo dari tulang. Tendo biseps normalnyaterhubung kuat ke tulang.
Ketika terjadi ruptur tendo biseps, tendo initerlepas, otot tidak dapat menarik tulang,
dan gerakan tertentu dapat melemahatau terasa nyeri.Terdapat dua jenis ruptur tendo
biseps:
1. Ruptur tendo biseps proksimal
Ruptur tendo biseps proksimal adalah trauma yang terjadi pada tendon biseps di
sendi bahu. Jenis cedera adalah jenis yang paling umum daricedera tendo biseps.
Umumnya sering terjadi pada pasien usia lebih dari60 tahun, dan biasaya
meunjukkan gejala minimal.
Ruptur tendo biseps melibatkan salah satu dari dua ujung tendon biseps. Kondisi
ini biasanya terjadi pada orang tua dan disebabkan oleh perubahan degeneratif
dalam tendo biseps yang menyebabkan kegagalanstruktur. Kebanyakan pasien
terlebih dahulu merasakan nyeri bahumenetap dengan impingement syndrome
atau rotator cuff tear. Ruptur tendon biseps proksimal juga dapat terjadi selama
kegiatan ringan, dan beberapa pasien mungkin mengalami beberapa nyeri
setelah terjadi ruptur tendon.Tendo biseps proksimal dapat ruptur pada pasien
muda dengankegiatan seperti angkat berat atau olahraga melempar, tapi
kejadian ini cukup jarang terjadi

2. Ruptur tendo bisep distal


Tendon biseps distal terdapat di sekitar sendi siku. Trauma yangterjadi biasanya
disebabkan oleh angkat berat atau olahraga yangdilakukan oleh pria paruh baya.
Kebanyakan pasien dengan ruptur tendo bisep distal perlu menjalani operasi
untuk memperbaiki tendo yang robek.Ruptur tendo biseps distal pada sendi siku
lebih jarang terjadi.Presentasenya kurang dari 5% dari ruptur tendo biseps.
Trauma ini juga biasanya ditemukan di pasien usia paruh baya, meskipun tidak
selalu.Biasanya terdapat tendinosus, atau perubahan degeneratif dalam
tendo,yang merupakan prodisposis terjadinya ruptur tendo.Pada ruptur tendo
biseps distal penting diketahui bahwa tanpa perbaikan dengan bedah, pasien
yang mengalami ruptur tendo bisepsdistal lengkap akan mengalami kehilangan
kekuatan pada siku. Kekuatanakan mempengaruhi kemampuan untuk menekuk
siku, melawan tahanan,dan kemampuan untuk memutar lengan (misalnya,
memutar gagang pintuatau obeng).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan saat ini menekankan pada keputusan pasienmengenai pilihan
pengobatan, dengan mempertimbangkan usia, tingkataktivitas, kebutuhan pribadi, dan
kondisi komorbid. Ruptur parsial dapatdiobati secara konservatif atau dengan
pembedahan.
Konservatif, pengobatan nonsurgical pada ruptur tendo biseps terdiridari
istirahat, penguatan dan latihan gerak, dan penggunaan obat anti-inflammatory drugs
(NSAIDs). Es diberikan untuk beberapa hari pertama pengobatan, kemudian diikuti
oleh terapi panas.
Pembedahan melibatkan reattaching bagian tendon yang robek ketulang
(tenodesis) atau memotong tendon untuk menghasilkan robekanyang lengkap dan
dilakukan terapi seperti pada ruptur lengkap. Robekan pada tendo m.biseps caput
longum biasanya dirawat secara konservatif karena cedera menyebabkan perubahan
fungsional yang minimal. Namun,atlet atau individu yang sangat aktif lainnya tidak
dapat mentolerir setiaphilangnya fungsi dan akan meminta untuk dilakukan
tenodesis. Ruptur tendon biseps distal ditatalaksana dengan tenodesis menggunakan
logamstitch (jahitan) jangkar. Ruptur pada musculotendinous junction atau ruptur
dalam corpustendon dilakukan pembedahan (tendinoplasty) dengan perangkat
augmentation ligament atau dengan metode lipat sederhana/menyelipkan. Setelah
operasi, lengan dipertahankan dalam posisi membungkuk selama 4-5 hari

D. Etiologi
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan
risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis,
basket dan sepak bola.
4. Trauma benda tajam atau tumpul
E. Faktor Resiko
1. Umur : 30-40 tahun
2. Jenis kelamin : Laki-lki : Perempuan = 5:1
3. Olahraga
4. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
5. Riwayat penyakit tertentu

F. Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles
(otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
G. Pathway

H. Manifestasi Klinis
1. Nyeri yang hebat
2. Memar
3. Terdapat kelemahan
4. Ketidakmampuan untuk menggunakan lengan atau kaki yang terkena
5. Ketidakmampuan untuk memindahkan bidang yang terlibat
6. Ketidakmampuan untuk menanggung beban
7. Terdapat deformitas
I. Komplikasi
Komplikasi rupture tendon yaitu infeksi. infeksi adalah adanya suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan berkembang biaknya
bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh manusia. Penyakit yang
disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur dan lain-lainnya.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera
tendon.
2. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat
tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang
antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar tercermin
dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar diambil secara real
time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi gerakan tendon dan
memvisualisasikan kemungkinan cedera atau air mata. Perangkat ini membuatnya
sangat mudah untuk melihat kerusakan struktural pada jaringan lunak, dan metode yang
konsisten untuk mendeteksi jenis cedera. Pencitraan ini modalitas murah, tidak
melibatkan radiasi pengion dan, di tangan ultrasonographers terampil, mungkin sangat
handal.
3. Pemeriksaan dengan sinar-X.

K. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan
memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.Tindakan
pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali
dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam
penatalaksanaan tendon yang terputus. Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau
theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya
lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan tahap yang paling enentukan
bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data (Rahmah,
Nikmatur dan Saiful walid. 2009; 24).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien dengan
menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan observasi.
menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan observasi.
1. Biodata Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena biasanya laki-laki
lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat kecelakaan bermotor, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
medis, nomor medrek dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat dilakukan
pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas, dua atau tiga kata yang merupakan
keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan kesehatan.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit dan pengembangan dari keluhan utama
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat trauma, riwayat
penyakit tulang seperti osteoporosis, osteomalacia, osteomielitis, gout ataupun
penyakit metabolisme yang berhubungan dengan tulang seperti diabetes mellitus
(lapar terus-menerus, haus dan kencing terus–menerus), gangguan tiroid dan
paratiroid.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga klien terdapat penyakit keturunan
ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit yang karena lingkungan yang kurang
sehat yang berdampak negatif pada kesehatan anggota keluarga termasuk klien.
5. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari dan kebiasaan makan-makanan yang mengandung
kalsium yang sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan tulang dan kebiasaan
minum klien sehari-hari, meliputi frekwensi, jenis, jumlah dan masalah yang
dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh fraktur.
c. Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari, apakah terjadi perubahan setelah mengalani fraktur.
d. Personal Hygiene
Kebiasaan mandi, cuci rambut, gosok gigi dan memotong kuku perlu dkaji sebelum
klien sakit dan setelah klien dirawat dirumah sakit.
e. Pola Aktivitas
Sejauh mana klien mampu beraktivitas dengan kondisinya saat ini dan kebiasaan klien
berolah raga sewaktu masih sehat.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
fraktur biasanya akut.
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah ataun kuat. Tanda-
tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
c. Kepala dan Rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, ada kelainan atau tidak, pembekakan/edema
d. Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing
yang menyebabkan gangguan penglihatan.
e. Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, secret, Tidak ada deformitas, tak ada
pernafasan cuping hidung
f. Mulut
Mukosa bibir, sianosis, kondisi gigi, lidah, adanya stomatitis atau kelainan lainnya
g. Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
h. Leher
Catat adanya kelaianan, bentuk simetris atau tidak, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
i. Jantung
a. I : ic tidak nampak
b. Pa : apeks jantung pada mid klavikula kiri ic 5
c. Pe : pekak
d. A : BJ I,II, tidak ada mur mur
j. Thorax
a. I : inspeksi bentuk thorax, irama pernapasan
b. Pa : simetris tidak ada nyeri tekan, fremitus taktil
c. Pe : sonor
d. A : vesikular, wheezing, ronchi
k. Abdomen
a. I : adanya asietes, lesi, perdarahan
b. A : bising usus
c. Pa : nyeri tekan, distensi abdomen
d. Pe : tympani
l. Ekstermitas
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status
neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse,
Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah:
1) Look (inspeksi)
Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
b. Cape au lait spot (birth mark).
c. Fistulae.
d. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.
e. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang tidak biasa
(abnormal).
f. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari
posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
a. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit. Capillary
refill time à Normal > 3 detik
b. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama
disekitar persendian.
c. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3 proksimal, tengah,
atau distal).
Otot : tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat di
permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga diperiksa status
neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu dideskripsikan
permukaannya, konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau permukaannya,
nyeri atau tidak, dan ukurannya.
3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan menggerakan
ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan
lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.
Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari
titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan
apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah
gerakan aktif dan pasif.
m. Genetalia
Kebersihan, tampak ada kelainan atau tidak, terpasang alat bantu

7. Data Penunjang
Pemeriksaaan diagnostik yang biasa dilakukan pada pasien :
a. Pergerakan otot, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera
tendon.
b. Musculoskeletal ultrasonografi dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang
sangat tinggi dari suara melalui tubuh. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari
ruang antara cairan interstitial dan jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar
tercermin dapat dianalisis dan dihitung ke dalam gambar.
c. Pemeriksaan X ray
8. Terapi Obat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan konfresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan tendon, agen cidera fisik
3. Resiko infeksi berhubungan dengan agen cidera fisik, kimia, biologi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
5. Gangguan citra diri b.d biofisika (penyakit kronis), kognitif/persepsi (nyeri kronis),
kultural/spiritual, penyakit, krisis situasional, trauma/injury, pengobatan (pembedahan,
kemoterapi, radiasi
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
psikologis), kerusakan jaringan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
DS: keperawatan selama ….  Observasi reaksi nonverbal dari
- Laporan secara verbal Pasien tidak mengalami nyeri, ketidaknyamanan
DO: dengan kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Posisi untuk menahan nyeri  Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukan dukungan
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri,  Kontrol lingkungan yang dapat
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
tampak capek, sulit atau nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan
gerakan kacau, menyeringai) mengurangi nyeri, mencari kebisingan
- Terfokus pada diri sendiri bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Fokus menyempit  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
(penurunan persepsi waktu, berkurang dengan menentukan intervensi
kerusakan proses berpikir, menggunakan manajemen  Ajarkan tentang teknik non
penurunan interaksi dengan nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
orang dan lingkungan)  Mampu mengenali nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
- Tingkah laku distraksi, (skala, intensitas, frekuensi  Berikan analgetik untuk mengurangi
contoh : jalan-jalan, dan tanda nyeri) nyeri: ……...
menemui orang lain dan/atau  Menyatakan rasa nyaman  Tingkatkan istirahat
aktivitas, aktivitas berulang- setelah nyeri berkurang  Berikan informasi tentang nyeri
ulang)  Tanda vital dalam rentang seperti penyebab nyeri, berapa lama
- Respon autonom (seperti normal nyeri akan berkurang dan antisipasi
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami gangguan ketidaknyamanan dari prosedur
tekanan darah, perubahan tidur  Monitor vital sign sebelum dan
nafas, nadi dan dilatasi pupil) sesudah pemberian analgesik
- Perubahan autonomic dalam pertama kali
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :  Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
- Gangguan metabolisme sel  Mobility Level  Monitoring vital sign
- Keterlembatan  Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
perkembangan  Transfer performance respon pasien saat latihan
- Pengobatan Setelah dilakukan tindakan  Konsultasikan dengan terapi fisik
- Kurang support lingkungan keperawatan tentang rencana ambulasi sesuai
- Keterbatasan ketahan selama….gangguan mobilitas dengan kebutuhan
kardiovaskuler fisik teratasi dengan kriteria  Bantu klien untuk menggunakan
- Kehilangan integritas struktur hasil: tongkat saat berjalan dan cegah
tulang  Klien meningkat dalam terhadap cedera
- Terapi pembatasan gerak aktivitas fisik  Ajarkan pasien atau tenaga
- Kurang pengetahuan tentang  Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
kegunaan pergerakan fisik peningkatan mobilitas ambulasi
- Indeks massa tubuh diatas  Memverbalisasikan  Kaji kemampuan pasien dalam
75 tahun percentil sesuai perasaan dalam mobilisasi
dengan usia meningkatkan kekuatan  Latih pasien dalam pemenuhan
- Kerusakan persepsi sensori dan kemampuan kebutuhan ADLs secara mandiri
- Tidak nyaman, nyeri berpindah sesuai kemampuan
- Kerusakan muskuloskeletal  Memperagakan  Dampingi dan Bantu pasien saat
dan neuromuskuler penggunaan alat Bantu mobilisasi dan bantu penuhi
- Intoleransi untuk mobilisasi (walker) kebutuhan ADLs ps.
aktivitas/penurunan  Berikan alat Bantu jika klien
kekuatan dan stamina memerlukan.
- Depresi mood atau cemas  Ajarkan pasien bagaimana
- Kerusakan kognitif merubah posisi dan berikan
- Penurunan kekuatan otot, bantuan jika diperlukan
kontrol dan atau masa
- Keengganan untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang menetap,
tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan
(penurunan untuk berjalan,
kecepatan, kesulitan
memulai langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar
dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko :  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan control  Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan  Risk control sesudah tindakan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan tindakan  Gunakan baju, sarung tangan
- Malnutrisi keperawatan selama…… sebagai alat pelindung
- Peningkatan paparan pasien tidak mengalami  Ganti letak IV perifer dan dressing
lingkungan patogen infeksi dengan kriteria hasil: sesuai dengan petunjuk umum
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda  Gunakan kateter intermiten untuk
- Tidak adekuat pertahanan dan gejala infeksi menurunkan infeksi kandung
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan kencing
Leukopenia, penekanan kemampuan untuk  Tingkatkan intake nutrisi
respon inflamasi) mencegah timbulnya  Berikan terapi
- Penyakit kronik infeksi antibiotik:.................................
- Imunosupresi  Jumlah leukosit dalam  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Malnutrisi batas normal sistemik dan lokal
- Pertahan primer tidak  Menunjukkan perilaku  Pertahankan teknik isolasi k/p
adekuat (kerusakan kulit, hidup sehat  Inspeksi kulit dan membran mukosa
trauma jaringan, gangguan  Status imun, terhadap kemerahan, panas,
peristaltik) gastrointestinal, drainase
genitourinaria dalam  Monitor adanya luka
batas normal  Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakefektifan Perfusi NOC : Perawatan Sirkulasi
jaringan : Perifer - Keseimbangan cairan Kaji status sirkulasi perifer: nadi,
berhubungan dengan : - Fungsi otot adekuat edema, pengisian kapiler, warna,
- Perubahan kemampuan Integritas jaringan: Kulit suhu ekstremitas
hemoglobine mengikat dan membran mukosa Kaji tingkat nyeri atau rasa tidak
oksigen adekuat nyaman
- Penurunan konsentrasi Perfusi Jaringan Perifer Monitor status cairan : asupan dan
hemoglobine dalam darah efektif haluaran
- Hipoventilasi Pada gangguan aliran arteri di
- Hipovolemia /Hypervolemia Setelah dilakukan asuhan ekstremitas rendahkan posisi
- Gangguan aliran arteri keperawatan ekstremitas untuk meningkatkan
- Gangguan aliran vena selama ..............x 24 jam. sirkulasi dengan tepat
- Reduksi mekanis dari aliran - TD dalam rentang yang Pada gangguan aliran vena di
darah vena dan atau arteri diharapkan ekstremitas tinggikan 20 derajat
- Kerusakan transportasi O2 Nadi perifer kuat dan untuk meningkatkan aliran darah
melewati membran kapiler & simetris balik vena
alveolar Edema perifer tidak ada Anjurkan latihan rentang gerak aktif
- Tidak sebanding antara Kulit utuh atau pasif selama tirah baring
ventilasi & aliran darah Membran mukosa bebas Kolaborasi pemberian terapi anti
- ………. lesi trombosit dan antikoagulan sesuai
Tidak terjadi perubahan indikasi
Data Subyektif sensasi ........................
Klien mengatakan : Tidak terjadi perubahan
- Mengalami perubahan warna
sensasi Suhu ekstremitas hangat Penatalaksanaan Sensasi perifer
- …………………………….. Tidak ada nyeri Monitor adanya parestesi: rasa
ekstremitas yang kebas. Kesemutan
Data Obyektif terlokalisasi Monitor tanda-tanda trombofebitis
- Kulit pucat saat dinaikkan, Fungsi otot penuh atau trombosis vena profunda
tidak kembali dengan ........................................... Periksa adanya perubahan integritas
merendahkan bagian ........................................... kulit
tersebut ........................................... ...............................................................
- Nadi lemah atau tidak teraba ...... ...............................................................
- Edema ......................................................
- Perlambatan penyembuhan
luka
- Perubahan warna kulit
Perubahan suhu kulit
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil

Gangguan body image NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis),  Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal
kognitif/persepsi (nyeri kronis), Setelah dilakukan tindakan respon klien terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, penyakit, krisis keperawatan selama …. - Monitor frekuensi mengkritik
situasional, trauma/injury, gangguan body image dirinya
pengobatan (pembedahan, pasien teratasi dengan - Jelaskan tentang pengobatan,
kemoterapi, radiasi) kriteria hasil: perawatan, kemajuan dan
DS:  Body image positif prognosis penyakit
- Depersonalisasi bagian  Mampu mengidentifikasi - Dorong klien mengungkapkan
tubuh kekuatan personal perasaannya
- Perasaan negatif tentang  Mendiskripsikan secara - Identifikasi arti pengurangan
tubuh faktual perubahan melalui pemakaian alat bantu
- Secara verbal menyatakan fungsi tubuh - Fasilitasi kontak dengan individu
perubahan gaya hidup  Mempertahankan lain dalam kelompok kecil
DO : interaksi sosial
- Perubahan aktual struktur
dan fungsi tubuh
- Kehilangan bagian tubuh
- Bagian tubuh tidak berfungsi
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin & Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta : Mediaction

https://www.jospt.org/doi/fpi/10.2519/jospt.1994.20.6.319 (diakses pada tanggal 25 Juni,


2018)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47914/Chapter%20II.pdf?sequence=3
&isAllowed=y (diakses pada tanggal 25 Juni, 2018)

http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Macam-macam%20Tendinitis.pdf (diakses pada


tanggal 25 Juni, 2018)

https://vdocuments.site/lp-ruptur-tendondocx.html (diakses pada tanggal 25 Juni, 2018)

https://edoc.tips/download/lp-ruptur-tendon_pdf (diakses pada tanggal 25 Juni, 2018)

http://eprints.ums.ac.id/20477/12/2._NASKAH_PUBLUKASI.pdf (diakses pada tanggal 25


Juni, 2018)

Anda mungkin juga menyukai