Anda di halaman 1dari 9

MAPPING

DAERAH RAWAN BENCANA DI


KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI

DISUSUN OLEH :
MIFTAQUL CHUSNA FADILA
P27220016077 / 3B DIII

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019
Mapping Daerah Rawan Bencana Di Kecamatan Ngemplak Boyolali

Seiring meingkatnya intensitas hujan di wilayahBoyolali dalam beberapa hari terakhir, masyarakat
diimbau agar berhati-hati. Sementara itu, 10 dari 19 kecamatan yang ada di Boyolali termasuk
dalam peta rawan banjir. “Kalau hujan deras masyarakat khususnya yang berada di daerah rawan
bencana banjir kami imbau agar selalu berhati-hati. Karena hujan ini selain bisa menyebabkan
bencana banjir juga bisa mengakibatkan bencana lain seperti tanah longsor dan puting beliung,”
ujar kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Bambang Sinungharjo
kepada Solopos.com, Senin (14/1/2019).

Menurutnya, daerah rawan bencana di Boyolali wilayah utara antara lain Wonosegoro, Juwangi,
dan Kemusu. Sedangkan di Boyolali wilayah selatan antara lain di Kecamatan Banyudono,
Ngemplak, dan Nogosari. ”Namun di beberapa wilayah yang rawan itu, saluran air sudah
diperbaiki sehingga mengurangi dampak hujan deras dan meminimalisasi banjir,” imbuhnya.

Terkait kerawanan bencana ini, pihaknya sudah meningkatkan sistem komunikasi dengan
pimpinan daerah setempat. Harapannya, kata Sinung, jika terjadi bencana, peristiwanya segera
dilaporkan sehingga penanganannya secara terpadu bisa dilakukan lebih cepat.

Sementara itu, secara terperinci, berdasarkan data daerah rawan bencana Boyolali 2018, 10
kecamatan dari 19 kecamatan yang ada masuk dalam peta rawan bencana banjir. Daerah rawan ini
ditinggali 3.164 keluarga. Berdasarkan data tersebut kecamatan yang rawan adalah Ampel, Musuk,
Mojosongo, Sawit, Banyudono, Ngemplak, Nogosari, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi.

Dari kesepuluh wilayah itu, kecamatan paling banyak memiliki keluarga yang rawan terdampak
banjir adalah Banyudono yakni sejumlah 878 keluarga, disusul Sawit dan Kemusu masing-masing
532 keluarga dan 520 keluarga. Berikutnya adalah Ampel dangan 331 keluarga, Wonosegoro
dengan 294 keluarga dan Mojosongo 220 keluarga. Sedangkan Musuk ada 16 keluarga, Ngemplak
dan Nogosari masing-masing 161 keluarga dan Juwangi 51 keluarga.

Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 6.943 keluarga di Boyolali berada di wilayah rawan
longsor. Mereka tersebar di 14 kecamatan dari 19 kecamatan yang ada. Sebanyak 14 kecamatan
rawan longsor tersebut adalah Selo, Ampel, Cepogo, Boyolali Kota, Mojosongo, Sawit,
Banyudono, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu, dan Juwangi. Sedangkan
lima wilayah yang tidak masuk dalam peta rawan longsor adalan Musuk, Teras, Ngemplak, Sambi,
dan Wonosegoro. Sedangkan peta rawan angin ribut meliputi hampir seluruh wilayah, kecuali
Ngemplak dan Nogosari. Wilayah rawan angin ribut ini ditinggali sebanyak 80.139 keluarga.
Ngemplak adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Boyolali yang berada di barat Kota Surakarta.
Bandara Adisumarmo terletak di kecamatan ini.
Letak kecamatan ini secara geografis berada di ujung Timur Kabupaten Boyolali. Sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Sambi sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Nogosari,
sebelah timur berbatasan dengan Kota Surakarta, dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.Kecamatan Ngemplak berada pada ketinggian
kurang lebih 150 mdpal. Di kecamatan ini terdapat Bandara internasional yaitu Bandara Adi
Sumarmo. Di kecamatan ini pula terdapat Waduk Cengklik. Kebanyakan penduduk di Kecamatan
ini masih mengandalkan perekonomian dari Sektor pertanian.

Kecamatan ngemplak sendiri mempunyai potensi bencana banjir sekitar 161 keluarga. Diantaranya
di kelurahan donohudan, gagaksipat dan ngesrep. Ketiga daerah itu mempunyai aliran sungai,
namun mempunyai resapan air yang sedikit. Kendalanya juga terdapat pada gorong-gorong pada
ketiga daerah tersebut. Gorong-gorong sebagian besar tertimbun oleh tanah dan banyak yang
dimanfaatkan untuk jalan. Sehingga gorong-gorong tertimbun dan mengalami penyumbatan aliran
air, yang menyebabkan air menjadi naik ke jalan dan menggenang.
PENCEGAHAN

Ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan manusia untuk mencegah terjadinya banjir
atau meminimalisasi terjadinya banjir. Beberapa upaya yang dapat dilakukan manusia untuk
mencegah terjadinya banjir antara lain sebagai berikut:

1. Membuang sampah pada tempatnya

Cara yang paling mudah dan sederhana yang bisa kita lakukan sebagai upaya pencegahan banjir
adalah membuang sampah pada tempatnya. Meskipun cara ini tergolong berperan sedikit namun
apabila dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan secara konsisten maka akan mendatangkan
perubahan yang begitu besar. Bayangkan saja jika orang di satu kota membuang
sampah (baca: pemanfaatan sampah dan limbah) dengan tertib selama satu bulan maka kota
tersebut akan menjadi sangat bersih dan terbebas dari tumpukan sampah. Perlu kita ketahui
bahwasannya sampah yang dibuang sembarangan merupakan salah satu pemicu terjadinya banjir.
Hal ini karena sampah yang berserakan di jalan suatu saat akan terbawa air hujan dan akhirnya
bermuara di saluran air atau di sungai. Ketika sudah berada di saluran air atau sungai maka sampah
itu pun akan menutupi lubang air dan pada akhirnya menimbulkan banjir. Selain membuang
sampah dengan tepat, pengolahan sampah yang tepat juga diperlukan. Perlu adanya pemilahan
antara sampah organik dan non organik. Sampah organik bisa dimanfaatkan dengan merubahnya
menjadi pupuk kompos, sementara sampah non organik bisa didaur ulang.

2. Membuat saluran air yang baik

Adanya saluran air yang baik juga sangat menunjang upaya pencegahan banjir. Untuk mencegah
terjadinya banjir diperlukan adanya sistem irigasi hingga pembuangan akhir yang jelas. Saluran
air yang kita miliki jangan sampai berakhir pada sebuah sungai mati atau sungai (baca: manfaat
sungai) yang tidak mengalir, karena pada akhirnya dapat meluber. Saluran air yang baik akan
bermuara ke sungai besar yang pada akhirnya akan bermuaran di laut. Saluran air yang baik lainnya
bisa berupa terowongan saluran air bawah tanah yang akan menjamin semua air hujan yang turun
akan dibawa ke laut. Sayangnya, belum cukup banyak negara yang menerapkan sistem ini karena
selain membutuhkan biaya yang mahal juga membutuhkan rancangan infrastuktur yang matang.
Negara yang telah lama menerapkan sistem ini salah satunya adalah Jepang.
3. Rajin membersihkan saluran air

Untuk mencegah banjir, apaya yang bisa kita lakukan adalah rajin membersihkan saluran air.
Saluran air merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah terjadinya banjir. Saluran air yang
baik akan mampu mengalirkan air hingga bermuara ke laut (baca: macam-macam laut) sehingga
ketika hujan lebat turun air yang ada dipermukaan tidak akan meluap kemana- mana melainkan
akan mengalirkan air ke laut. Namun hal ini tidak akan terjadi apabila saluran air kotor. Saluran
air yang kotor tidak akan mengalirkan air ke laut secara lancar, namun hal ini justru akan
membendung air dan menjadikannya meluap ke daratan. Misalnya ada sampah yang menutup
saluran air, maka air tidak akan mapu melewati saluran air yang tertutup sampah tersebut. Dan
permasalahan saluran air yang kotor ini merupakan salah satu hal yang kebanyakan menjadi
sumber penyebab banjir yang terjadi di kota- kota besar di Indonesia.

4. Menanam pohon di sekitar rumah

Banjir dapat dicegah salah satunya denga cara menanam pepohonan di lingkungan sekitar. Kita
bisa mulai dengan di sekitar rumah kita. Meski hanya satu dua pohon yang dapat kita tanam, namun
jika banyak orang yang melakukan ini maka pohon- pohon baru akan banyak sekali tumbuh.
Pepohonan mempunyai peranan yang sangat besar untuk mencegah timbulnya banjir. Akar- akar
pohon dapat menyerap dan menyimpan air serta mengunci di dalamnya. Dengan demikian ketika
hujan lebat turun, air- air di permukaan akan terserap ke dalam tanah dan menyimpannya sehingga
tidak akan terjadi banjir. Selain tidak akan menimbulkan banjir, akar- akar pohon ini akan
memberikan cadangan airnya ketika musim kemarau (baca: pembagian musim di Indonesia) tiba
sehingga masyarakat masih bisa mendapatkan air. Untuk jenis pohon yang paling baik menyerap
air adalah pohon yang mempunyai batang besar. Jenis pohon seperti ini tidak hanya menyerap air
dalam jumlah banyak namun juga mampu menyimpannya secara kuat.

5. Mendirikan bangunan atau konstruksi pencegah banjir

Upaya pencegahan banjir selanjutnya adalah membangun bangunan atau konstruksi pencegah
banjir. Selain dapat mencegah terjadinya banjir, bangunan seperti ini juga dapat difungsikan untuk
hal- hal lainnya. Terutama hal untuk hal- hal yang membantu pekerjaan manusia. Salah satu
bangunan ini dalam bentuk bendungan (baca: bendungan terbesar di dunia). Bendungan
mempunyai bentuk seperti kolam raksasa. Bendungan mampu menampung air dalam jumlah yang
sangat besar. Keberadaan bendungan tidak hanya mampu mencegah terjadinya banjir, namun juga
dapat digunakan untuk pengairan/ irigasi, tempat memancing, budidaya binatang ataupun
tumbuhan air, serta pembangkit listrik. Bendungan dengan tembok besar memang dirancang untuk
mencegah air meluap ke daerah- daerah yang ada di sekitarnya.

6. Pendalaman sungai

Pendalaman sungai merupakan salah satu upaya untuk mencegah banjir. Sungai (baca: ekosistem
sungai) merupakan saluran air terbesar yang ada di daratan dan menghubungkan air menuju ke
laut. Sungai mempunyai kedudukan yang sangat vital. Tidak hanya permasalahan sampah, namun
kebanyakan kasus banjir yang ada di Indonesia terjadi karena ceteknya sungai. Sebelumnya
sungai- sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu massa, namun karena
ceteknya sungai maka debit air yang mampu dialirkan berkurang sangat banyak. Ceteknya sungai
dapat terjadi karena pengendapan dan juga pembuangan bahan- bahan buangan. Dengan ceteknya
sungai ini, maka langkah yang paling tepat adalah melakukan pendalaman sungai. Pendalaman
sungai dilakukan dengan mengeruk lumpur dan juga kotoran yang terdapat di dasar sungai.
Apabila proses pendalaman ini dilakukan maka sungai tidak hanya mampu mengalirkan banyak
debit air, namun juga menampung dan mengalirkan air hujan dalam jumlah banyak.

7. Membuat lubang biopori

Membuat lubang biopori juga merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya banjir.
Lubang serapan biopori merupakan teknologi yang tepat guna dan juga ramah lingkungan untuk
dapat mengatasi banjir. Lubang biopori dapat mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya
resapan air, mengibah sampah organik menjadi kompos, dan juga mengurangi emisi gas rumah
kaca. Selain itu lubang biopori juga bekerja dengan cara memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah
dan juga akar tanaman, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit
demam berdarah dan juga malaria. Untuk membuat lubang biopori kita bisa melakukannya secara
mudah. Kita cukup membuat lubang di tanah dengan menggunakan bor tanah. Lubang yang kita
buat mempunyai diameter 10 cm dan panjangnya kira- kira 100 cm. apabila kita membuat banyak
lubang biopori, maka resiko kita terkena banjir akan semakin kecil.
8. Melestarikan hutan

Hutan merupakan paru- paru dunia. Dikatakan sebagai paru- paru dunia karena hutan terdiri atas
banyak pohon. Kita tehu bahwa pepohonan dapat menghasilkan oksigen ketika melakukan
fotosintesis di siang hari. Dengan demikian, kita akan selalu segar pada siang hari ketika berada di
bawah pohon. Hal ini bisa terbayangkan apabila hutan mempunyai banyak pohon yang tumbuh
subur, maka berapa oksigen yang bisa dihasilkan setiap harinya? Selain berfungsi untuk
menghasilkan oksigen, pepohonan pada hutan juga sangat berfungsi untuk menyerap air dan juga
menguncinya di dalam akar. Hutan yang lebat dan mempunyai pohon banyak serta subur akan
sangat membantu untuk mencegah terjadinya banjir. Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang
atau sponge dengan menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan- lahan ke anak sungai.
Hutan juga bertindak sebagai filter dalam menentukan kebersihan da kejernihan air. Hutan mampu
menyerap air hingga 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dan kondensasi.
Cara ini cukup ampuh untuk mengurangi jumlah air hujan yang turun ke bumi.

9. Membuat sumur resapan

Sumur resapan merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya banjir. Yang dinamakan
sumur resapan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.
Sumur resapan akan sangat membantu menyerap air hujan ke dalam tanah dan kembali lagi ke
siklus air yang semestinya sehingga tidak mengalami penggenangan di permukaan yang nantinya
akan menyebabkan terjadinya banjir. Pembuatan sumur resapan ini bisa dengan menggali tanah
hingga tanag berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Sumur resapan
merupakan halah satu metode yang ampuh untuk mencegah terjadinya banjir.

10. Menggunakan paving stone untuk jalan

Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir adalah pemasangan
paving sebagai bahan pembuat jalan. Maksudnya kita tidak menggunakan aspal, namun paving.
Mengapa paving? Karena paving terdiri atas kotak- kotak dan antara satu paving dan paving
lainnya terdapat celah yang dapat dilewati air untuk dapat meresap ke dalam tanah. Ketika air
meresap ke dalam tanah melalui celah- celah paving maka terjadinya banjir dapat dicegah. Di
negara Amerika Serikat, telah diuncurkan jalan yang menggunakan photocatalytic cement yakni
cara oaving terbaru. Jalan ini mengandung partikel nano yang terbuat dari titanium dioksida.
Dengan partikel ini maka jalan tersebut mampu memakan asap dan juga menghapus gas nitrogen
oksida dari udara. Selain itu lebih dari 60 persen sisa konstruksi dapat didaur ulang.

11. Pengadaan green open space

Pengadaan green open space atau kawasan terbuka hijau juga kita lakukan sebagai upaya
pencegahan terhadap banjir. Hal ini mirip dengan pelestarian hutan dalam fungsinya
(baca: manfaat hutan), dimana pepohonan yang akan berperan utama. Namun peran dari green
open space dengan hutan sendiri sangat berbeda. Green open space lebih berada di sekitar
masyarakat dalam menjalani aktivitasnya sehari- hari. Dengan adanya kawasan terbuka hijau maka
banyak masyarakat akan lebih senang menghabiskan waktu mreka di bawah pohon tanpa harus
menjelajah hutan.

Itulah beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya banjir. Upaya- upaya
tersebut dapat dilaukan oleh kita mulai dari diri sendiri. Ketika kita sudah mulai melakukan dari
diri sendiri, selanjutnya adalah orang- orang yang ada di sekitar kita. Demikian akan terjadi secara
terus menerus hingga banyak orang yang akan melakukannya. Apabila banyak masyarakat
melakukannya maka kita akan mengetahui perubahan apa yang akan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai