Anda di halaman 1dari 10

2.2.

Karakteristik Fluida Reservoir


Fluida Reservoir yang terdapat dalam ruang pori-pori batuan Reservoir pada tekanan
dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat kompleks dalam
susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida hidrokarbon perlu dipelajari untuk
memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari
Reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam Reservoir dan lain-lain.
Fluida Reservoir minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air formasi). Hidrokarbon
terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan air formasi
merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir
Fluida Reservoir terdiri dari hidrokarbon dan air formasi. Dalam pembahasannya akan
dibicarakan mengenai sifat-sifat kimia dan fisika kedua jenis fluida Reservoir tersebut.
2.2.1.1 Komposisi Kimia Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Senyawa
karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari hidrokarbon rantai terbuka,
yang meliputi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh serta hidrokarbon rantai tertutup (susunan
cincin) meliputi hidrokarbon cyclic aliphatic dan hidrokarbon aromatic. Keluarga hidrokarbon
dikenal sebagai seri homolog, anggota dari seri homolog ini mempunyai struktur kimia dan
sifat-sifat fisiknya dapat diketahui dari hubungan dengan anggota deret lain yang sifat fisiknya
sudah diketahui. Sedangkan pembagian tingkat dari seri homolog tersebut didasarkan pada
jumlah atom karbon pada struktur kimianya.
2.2.1.1.1. Golongan Hidrokarbon Jenuh
Seri homolog dari hidrokarbon ini mempunyai rumus umum CnH2n+1 dan mempunyai
ciri dimana atom-atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan masing-masing atom
dihubungkan oleh ikatan tunggal, dimana tiap-tiap valensi dari satu atom C berhubungan
dengan atom C disebelahnya. Seri homolog hidrokarbon ini biasanya dikenal dengan nama
alkana (Inggris : alkene) dimana penamaan anggota seri homolog ini disesuaikan dengan
jumlah atom karbon dalam sebutan Yunani dan diakhiri dengan akhiran “ana” (Inggris :
“ane”). Senyawa dari golongan ini (alkana) disebut juga sebagai hidrokarbon golongan
paraffin. (Tabel II-9) menunjukkan contoh-contoh nama-nama anggota alkana sesuai dengan
jumlah atom karbonnya.
Tabel II-9.
Alkana (CnH2n+2)
( Mc Cain, William D.Jr., 1973 )

No. Karbon, n Nama


1 Methane
2 Ethane
3 Propane
4 Butane
5 Pentane
6 Hexane
7 Heptane
8 Octane
9 Nonane
10 Decane
20 Eicosane
30 Triacontane

Pada tekanan dan temperatur normal empat alkana yang pertama merupakan gas.
Sebagai hasil meningkatnya titik didih (boiling point) karena penambahan jumlah atom karbon
maka mulai pentana (C5H12) sampai hepta dekana (C17H36) merupakan cairan. Sedangkan
alkana yang mengandung 18 atom karbon atau lebih merupakan padatan (solid). Alkana dengan
rantai bercabang memperlihatkan gradasi sifat-sifat fisik yang berlainan dengan n-alkana,
dimana untuk rantai bercabang memperlihatkan sifat-sifat fisik yang kurang beraturan.
Perubahan dalam struktur menyebabkan perubahan didalam gaya antar molekul (inter
molekuler force) yang menghasilkan perbedaan pada titik lebur dan titik didih diantara isomer-
isomer alkana.
Tabel II-10.
Sifat – sifat Fisik n-Alkana
( Mc Cain, William D.Jr., 1973 )
Boiling Point Melting Point Specific Gravity
N Name
oF oF 60o/60 oF
1 Methane -258.7 -296.6 -
2 Ethane -127.5 -297.9 -
3 Propane -43.7 -305.8 0.508
4 Butane 31.1 -217.0 0.584
5 Pentane 96.9 -201.5 0.631
6 Hexane 155.7 -139.6 0.664
7 Heptane 209.2 -131.1 0.688
8 Octane 258.2 -70.2 0.707
9 Nonane 303.4 -64.3 0.722
10 Decane 345.5 -21.4 0.734
11 Undecane 384.6 -15 0.740
12 Dodecane 421.3 14 0.749
15 Pentadecane 519.1 50 0.769
20 Eicosane 648.9 99 -
30 Triacontane 835.5 151 -
2.2.1.1.2. Golongan Hidrokarbon Tak Jenuh
Hidrokarbon ada yang mempunyai ikatan rangkap dua ataupun rangkap tiga (triple),
yang digunakan untuk mengikat dua atom C yang berdekatan. Oleh karena itu, valensi yang
semula tersedia untuk mengikat atom hidrokarbon telah digunakan untuk mengikat atom C
yang berdekatan, dengan cara ikatan rangkap dua atau rangkap tiga yang mengikat dua atom
C, maka hidrokarbon seperti ini disebut hidrokarbon tak jenuh atau disebut juga sebagai
keluarga alkena (Inggris : alkene) dengan rumus umum CnH2n.
Dalam keadaan yang menguntungkan, hidrokarbon tak jenuh dapat menjadi jenuh
dengan penambahan atom-atom pada rantai ikatan tersebut.
Secara garis besar, sifat-sifat fisik alkena sama seperti sifat-sifat fisik alkana, sebagai
bahan perbandingan sifat-sifat fisik alkena, dapat dilihat pada (Tabel II-11). Sebagaimana pada
alkana, maka untuk alkena terjadi juga peningkatan titik didih dengan bertambahnya
kandungan atom karbon, dimana peningkatannya mendekati 20 - 30 oC untuk setiap
penambahan atom karbon.
Secara kimiawi, karena alkena merupakan ikatan rangkap, maka alkena lebih reaktif
bila dibandingkan dengan alkana. Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang telah dijelaskan diatas
hanya mempunyai satu ikatan rangkap yang lebih dikenal dengan deretan olefin, tetapi ada juga
diantara senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung dua atau lebih ikatan ganda (double
bond), seperti alkadiena, alkatriena, serta alkatetraena.
Tabel II-11.
Sifat-sifat Fisik Alkena
( Mc Cain, William D.Jr., 1973 )

Name Formula Boiling Melting Specific


Point, Point, Gravity,
oF oF 60o/60 oF
Ethylene CH2 =CH2 -154.6 -272.5
Propylene CH2=CHCH3 -53.9 -301.4
1-butene CH2=CH CH2CH3 20.7 -301.6 0.601
1-pentene CH2=CH(CH2)2CH3 86 -265.4 0.646
1-hexene CH2=CH(CH2)3CH3 146 -216 0.675
1-heptene CH2=CH(CH2)4CH3 199 -182 0.698
1-octene CH2=CH(CH2)5CH3 252 -155 0.716
1-nonene CH2=CH(CH2)6CH3 295 0.731
1-decene CH2=CH(CH2)7CH3 340 0.743
Selain ikatan ganda, senyawa hidrokarbon tak jenuh ada juga yang mempunyai ikatan
rangkap tiga (triple bond) yang dikenal sebagai deretan asetilen. Rumus umum deretan asetilen
adalah CnH2n-2, dimana dalam tiap molekul terdapat ikatan rangkap tiga yang mengikat dua
atom karbon yang berdekatan. Pemberian nama untuk deret ini sama dengan untuk deret alkena
dengan memberi akhiran “una” (Inggris : “yne”).
Sifat-sifat fisik deret asetilen ini hampir sama dengan alkana dan alkena, sedang sifat-
sifat kimianya hampir sama dengan alkena, dimana keduanya lebih reaktif dari alkana.
2.2.1.1.3. Golongan Naftena Aromat yang Polisiklis
Senyawa golongan ini merupakan senyawa hidrokarbon, dimana susunan atom
karbonnya berbentuk cincin. Golongan ini termasuk hidrokarbon jenuh tetapi rantai karbonnya
merupakan rantai tertutup. Yang umum dari golongan ini adalah sikloalkana atau dikenal juga
sebagai naftena, sikloparafin atau hidrokarbon alisiklik. Disebut sikloparafin karena sifat-
sifatnya mirip dengan parafin sebagaimana terlihat pada (Tabel II-12). Apabila dalam keadaan
tidak mengikat gugus lain, maka rumus golongan naftena atau sikloparafin ini adalah CnH2n.
Rumus ini sama dengan rumus untuk seri alkena, tetapi sifat fisik keduanya jauh berbeda
karena strukturnya yang sangat berbeda.
Tabel II-12.
Sifat-sifat Fisik Hidrokarbon Naftena Aromat yang Polisiklis
( Mc Cain, William D.Jr., 1973 )
Boiling Melting Specific
Name Point, Point, Gravity,
oF oF 60o/60 oF
Cyclopropane -27 -197
Cyclobutane 55 -112
Cyclopentane 121 -137 0.750
Cyclohexane 177 44 0.783
Cycloheptane 244 10 0.810
Cyclooctane 300 57 0.830
Metylcyclopentane 161 -224 0.754
Cis-1, 2-dimethylcyclopentane 210 -80 0.772
Trans-1, 2-dimethylcyclopentane 198 -184 0.750
Methylcyclohexane 214 -196 0.774
Cyclopentene 115 -135 0.774
1, 3-cyclopentadiene 108 -121 0.798
Cyclohexene 181 -155 0.810
1,3-cyclohexadiene 177 -144 0.840
1,4-cyclohexadiene 189 -56 0.847
2.2.1.2 Komposisi Kimia Air Formasi
Air formasi mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda antara Reservoir yang satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu analisa kimia pada air formasi perlu sekali dilakukan
untuk menentukan jenis dan sifat-sifatnya. Dibandingkan dengan air laut, maka air formasi ini
rata-rata memiliki kadar garam yang lebih tinggi. Sehingga studi mengenai ion-ion air formasi
dan sifat-sifat fisiknya ini menjadi penting artinya karena kedua hal tersebut sangat
berhubungan dengan terjadinya plugging (penyumbat) pada formasi dan korosi pada peralatan
di bawah dan di atas permukaan.
Air formasi tersebut terdiri dari bahan-bahan mineral, misalnya kombinasi metal-metal
alkali dan alkali tanah, belerang, oksida besi, dan aluminium serta bahan-bahan organis seperti
asam nafta dan asam gemuk. Sedangkan komposisi ion-ion penyusun air formasi seperti terlihat
pada (Tabel II-13) terdiri dari kation-kation Ca, Mg, Fe, Ba, dan anion-anion chlorida, CO3,
HCO3, dan SO4.
Air formasi mempunyai kation-kation dan anion-anion dengan jumlah tertentu yang
biasanya dinyatakan dalam satuan part per million (ppm) seperti yang ditunjukkan pada (Tabel
II-13). Kation-kation air formasi antara lain adalah : Calcium (Ca++), Magnesium (Mg++),
Natrium (Na+), Ferrum (Fe+), dan Barium (Ba++). Sedangkan yang termasuk anion-anion air
formasi adalah Chloride (Cl-), Carbonate (CO3) dan Bicarbonate (HCO3), serta Sulfat (SO4).

Tabel II-13.
Komposisi Kimia Air Formasi
( Burcik, J.E., 1979 )
Connate Water
From well # 23 Sea Water
Composition Ion Stover Faria, Parts per million
McKean Country, Pa.
Parts per million

Ca++ 13,260 420


Mg++ 1,940 1,300
Na+ 31,950 10,710
K+ 650 ………….
SO4- 730 2,700
Cl 77,340 19,410
Br- 320 ………….
I- 10 ………….
Total 126,200 34,540

2.2.2 Sifat Fisik Fluida Reservoir


Beberapa sifat fisik fluida yang perlu diketahui adalah: berat jenis, viskositas, faktor
volume formasi, dan kompresibilitas.
2.2.2.1 Sifat Fisik Gas
Gas merupakan suatu fluida yang homogen dengan densitas dan viskositas rendah serta
tidak tergantung pada bentuk tempat yang ditempatinya, sehingga dapat mengisi semua
ruangan yang ada. Berdasarkan jenisnya, gas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1. Gas ideal, adalah fluida dimana :
a. Mempunyai molekul yang dapat diabaikan bila dibandingkan dengan volume fluida
keseluruhan.
b. Tidak mempunyai tenaga tarik-menarik maupun tolak-menolak antar molekul-
molekulnya atau antara molekul-molekul dengan dinding wadahnya.
c. Tumbukan antar molekul-molekulnya bersifat lenting sempurna, sehingga tidak
terjadi kehilangan tenaga akibat tumbukan tersebut.
Persamaan untuk gas ideal adalah sebagai berikut :
m
PV  nRT  RT ………………………………………….…… (2-20)
M
Dimana :
P = tekanan, psi
V = volume, Cuft
T = temperatur, oR
n = jumlah mol gas, lb-mol
m = berat gas, lb
M = berat molekul gas, lb/lb-mol
R = konstanta gas, psi-Cuft/(lb-mol oR).
Konstanta gas (R) memiliki harga berlainan, tergantung satuan yang digunakan.
Tabel II-19. menunjukkan harga R untuk beberapa unit satuan.
2. Gas nyata, adalah gas yang tidak mengikuti hukum-hukum gas ideal.
Persamaan untuk gas nyata adalah sebagai berikut :
m
PV  nZRT  ZRT …………………………………………… (2-21)
M
keterangan :
Z = faktor kompressibilitas gas.
Harga Z untuk gas ideal adalah satu. Sedangkan untuk gas nyata, harga Z bervariasi
tergantung dari tekanan dan temperatur yang bekerja.
Untuk suatu gas tertentu yang belum diketahui harga Z-nya, dapat dicari berdasarkan
hukum corresponding state yang berbunyi, pada suatu tekanan dan temperatur tereduksi yang
sama, maka semua hidrokarbon mempunyai harga Z yang sama. Tekanan dan temperatur
tereduksi untuk gas murni dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
P T
Pr  , dan Tr  ……………………………………………… (2-22)
Pc Tc
Dimana :
Pr = tekanan tereduksi gas murni
Tr = temperatur tereduksi gas murni
P = tekanan Reservoir, psi
T = temperatur Reservoir, oR
Pc = tekanan kritik gas murni, psi
Tc = temperatur kritik gas murni, oR.
Tabel II-14.
Berbagai Harga R Untuk Beberapa Unit Satuan
( Burcik, J.E., 1979 )
Unit R
atm, cc/g-mole, oK. …………... 0082.060000
atm, liter/g-mole, oK. ………… 0000.082060
BTU/lb-mole, oR. …………….. 0001.987000
psia, cu ft/lb-mole, oR. ……….. 0010.730000
lb/sq ft abs, cu ft/lb-mole, oR. … 1544.000000
atm, cu ft/lb-mole, oR. ……….. 0000.730000
kwh/lb-mole, oK. …………….. 0000.001049
hp-hr/lb-mole, oR. ……………. 0000.000780
atm, cu ft/lb-mole, oK. ………... 0001.314500
mm Hg, liters/g-mole, oK. ……. 0062.370000
in. Hg, cu ft/lb-mole, oR. …….. 0021.850000
cal/g-mole, oK. ………………. 0001.987000
atm, cu ft/lb-mole, oK. ………... 0001.314000
Harga Pc dan Tc untuk masing-masing gas murni ditentukan dari Tabel II-20. Kemudian
dengan menggunakan grafik yang sesuai dengan jenis gasnya, maka akan diperoleh harga Z.
Untuk suatu gas campuran yang terdapat senyawa impurities (N2, CO2, H2S), maka
dalam penentuan harga Z terlebih dahulu harus diketahui komposisi campurannya. Kemudian
harga P dan T kritik gas campuran ditentukan dengan persamaan berikut :
   
Ppc   Yi Pci , dan T pc   Yi Tci ………………………………….. (2- 23)

Dimana :
Ppc = tekanan kritik gas campuran, psi
Pci = tekanan komponen ke-i, psi
Tpc = temperatur kritik gas campuran, oR
Tci = temperatur komponen ke-i, oR
Yi = fraksi mol komponen ke-i.
Sedangkan P dan T tereduksi untuk gas campuran dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
P T
Ppr  , dan Tpr  ……………………………………………(2-24)
Ppc Tpc
Dimana :
Ppr = tekanan tereduksi untuk gas campuran
Tpr = temperatur tereduksi untuk gas campuran
Tabel II-15.
Konstanta Fisik Beberapa Jenis Hidrokarbon Pembentuk Gas Alam
( Burcik, J.E., 1979 )
Critical
Compound Chemical Symbol Molecular Critical
Temperature,
Composition (for Calculation) Weight Pressure, psi
R
Methane CH4 C1 016.04 0673 0344
Ethane C2H6 C2 030.07 0709 0550
Propane C3H8 C3 044.09 0618 0666
Iso-Butane C4H10 i-C4 058.12 0530 0733
n-Butane C4H10 n-C4 058.12 0551 0766
Iso-Pentane C5H12 i-C5 072.15 0482 0830
n-Pentane C5H12 n-C5 072.15 0485 0847
n-Hexane C6H14 n-C6 086.17 0434 0915
n-Heptane C7H16 n-C7 100.20 0397 0973
n-Octane C8H18 n-C8 114.20 0361 1024
Nitrogen N2 N2 028.02 0492 0227
Carbon dioxide CO2 CO2 044.01 1072 0548
Hydrogen Sulfide H2S H2S 034.08 1306 0673

Sifat fisik gas yang akan dibahas disini meliputi : viskositas, densitas, faktor volume
formasi, kompresibilitas gas, dan faktor deviasi gas.

Anda mungkin juga menyukai