Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STERILISASI RADIASI
(TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. AULIA PUSPITA SARI
2. DWI ANGGITA ABIMANYU
3. GINA SESA SALSABILA
4. MARINA ASLINDA
5. NANDITA ALMIRA SALSABILA
6. SONDANG NAULI
7. UMI HALIMATUSA’DIYAH
8. ZULFA KHAIRUNNISA

AKADEMI FARMASI PROVINSI JAMBI


TAHUN PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Sterilisasi
Radiasi” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Steril.
Selain itu makalah ini juga disusun agar dapat lebih memahami tentang sterilisasi
dengan radiasi.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan ke arah kesempurnaan makalah kami untuk kedepannya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah Teknologi Sediaan Steril. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Jambi, September 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu lingkungan kesehatan merupakan suatu lingkup yang sangat beresiko


untuk terjadinya infeksi ataupun penularan baik itu dari pasien sendiri maupun dari
tenaga kesahatannya. Pengetahuan bagi manusia untuk mengetahui tentang bagaimana
terjadinya infeksi dan pencegahan apa saja yang dapat dilakukan akan sangat
membantu mereka maupun manusia lain dalam upaya untuk mengatasi infeksi itu
sendiri.

Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan mafaat besar bagi dunia


medis, apalagi dengan ditemukannya berbagai alat-alat kesehatan dari
berbagaiilmuwan. Dan terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi maupun
penularan pada pasien dapat dilakukan dengan jalan sterilisasi.

Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.


Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen
kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,2006). Sterilisasi banyak dilakukan di
rumah sakit melalui proses fisik, kimia dan mekanik. Setiap proses (baik fisika, kimia
maupun mekanik) yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikrooranisme
disebut dengan sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika
sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling
resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Cappuccino, 1983).

Di dalam standard internasional tentang sterilisasi alat-alat kesehatan


disebutkan bahwa produk kesehatan merupakan suatu produk yang mencakup
peralatan medis (medical devices), sediaan farmasi (pharmaceutical) dan sediaan
biologi (biologics). Beberapa peralatan medis kedokteran maupun sediaan farmasi
seperti syringes, jarum suntik, kantung darah, internal kateter, graf tulang, obat suntik,
obat mata, bahan baku obat dan juga produk-produk kesehatan yang berkontak
langsung dengan darah mempunyai salah satu syarat yang utama yaitu steril.

Kata sterilisasi berasal dari kata dasar steril yang berarti kondisi sediaan yang
terbebas dari partikel asing non self, tidak tercampur/ tercemar mikroorganisme lain
serta memenuhi persyaratan yang membenarkan bahwa sediaan tersebut benar-benar
steril. Sedangkan sterilisasi merupakan proses atau tahapan yang bertujuan untuk
menghilangkan dan mengaktivasi mikroorganisme hidup (bakteri, virus, jamur, dan
organisme bersel satu lainnya) yang terdapat pada suatu produk agar sediaan tersebut
menjadi steril. Secara garis besar ada tiga macam jenis sterilisasi yaitu sterilisasi panas
(panas kering, dan panas basah), sterilisasi kimia (gas etilen pksida), dan sterilisasi
dingin (radiasi dan filtrasi). Sterilisasi cara dingin menggunakan radiasi telah banyak
digunakan untuk mensterilkan suatu produk yang tidak tahan terhadap panas,
contohnya pada graf tulang yang akan rusak apabila diperlakukan denga sterilisasi
panas. Oleh Karen aitu sterilsasi dingin menggunakan radiasi dijadikan salah satu cara
alternative untuk mensterilkannya.
B RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan sterililasasi radiasi?

2. Apa saja macam-macam metode sterilisasi radiasi?

3. Bagaimana mekanisme yang terjadi pada sterilisasi radiasi?

4. Bagaiman aplikasi dalam bidang farmasi?

C TUJUAN

1. Mengetahui penegrtian sterilisasi radiasi.

2. Mengetahui macam-macam metode sterilisasi radiasi.

3. Menegtahui mekanisme sterilisasi radiasi.

4. Mengetahui aplikasi sterilisasi radiasi dalam farmasi.


BAB II

ISI

2.1 Sterilisasi

Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang patogen
(menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit), baik
dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan
statis tidak dapat berkembangbiak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
(Syamsuni, 2007).

Sterilisasi adalah proses membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme


yaitu bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan berbagai cara tergantung macam dan sifat bahan. Secara
mekanik misalnya dengan penyaringan, secara kimia misalnya dengan desinfektan dan secara fisik
misalnya dengan pemanasan, penyinaran ultraviolet, sinar x dan lain-lain (Lalu Srigede, 2014).
Sedangkan, menurut Ansel (1989) sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap sediaan
farmasetik yang berarti penghancuran sempurna seluruh mikroorganisme dan sporanya atau
penghilangan mikroorganisme dari sediaan

2.2 Macam-macam Sterilisasi

2.2.1 Secara Fisika

Yaitu dimana proses sterilisasi mengunakan hukum fisika yaitu dengan:

a. Pemanasan kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk mencapai
efektivitas diperlukanp pemanasan mencapai 160oC s/d 180oC. Pada temperatur ini akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto
oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar. Pada sistem pemanasan kering terdapat udara,
hal mana telah diketahui bahwa udara memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan
45 menit.
1) Udara panas oven
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin,
petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan adalah 170oC
selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3 jam.
2) Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk alat
yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC dalam waktu
beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar.

3) Minyak dan penangas lain


Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga
ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam penangas
dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau
amonium klorida jenuh dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.

b. Pemanasan basah.
1) Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam
tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi larutan suhu 121oC
adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk
vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri
yang tahan pemanasan.
2) Pemanasan dengan bakterisida
Untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak
digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal,
atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada
suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan
0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
3) Air mendidih
Untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat
membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.

Cara bukan panas

Sterilisasi dengan radiasi


Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi
sinar ultra violet, radiasi sinar gamma atau sinar dan sinar matahari. Sinar matahari banyak
mengandung ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi, hal ini
telah lama diketahui banyak orang.

2.2.2 Secara Kimia

a. Menggunakan bahan kimia


Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%, selain itu juga Aceton
tab formalin, sulfur dioxida dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida,
formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin.
Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik,
antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2
dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba
mati

2.2.3 Secara Mekanik

a. Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini menggunakan filter bakteri.
Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan
terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode
ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari
virus.

2.3 Sterilisasi Radiasi

Sterilisasi radiasi adalah teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis
sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar-sinar katoda, tetapi penggunaan teknik-teknik ini
terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh radiasi pada produk-
produk dan wadah-wadah (Ansel, 2008)
Sterilisasi radiasi banyak digunakan untuk produk kesehatan maupun makanan. Apalagi
penggunaan penyinaran menjdai pengobatan umum untuk disterilkan dalam pengolahan aseptik
makanan dan obat-obatan (Saeid, 2007).

2.3.1 Jenis-jenis Sterilisasi Radiasi

Ada dua tipe radiasi yang digunakan untuk sterilisasi , yaitu ionik dan non ionik.

1) Radiasi ionik
Radiasi ionik diklasifikasikan menurut sifat fisiknya menjadi 2 katagori utama:

(1) yang memiliki massa dan dapat bermuatan maupun tidak bermuatan.

(2) yang hanya memiliki energi saja

Beberapa dari radiasi ionik merupakan produk dari radio-active decay (sinar α-, β-, γ-) dan
yang lain merupakan produk dari mesin sinar X, oleh perticle bombardment, atau oleh reaktor
nuklir. Diantara radiasi ionik yang paling banyak digunakan untuk sterilisasi adalah sinar-X
elektromagnetik, sinar gamma dan sinar katode particulate (artificial accelerated electron). Radiasi
secara ionik mempunyai tenaga mematikan yang tinggi, oleh karenanya dalam pemakaianya
memerlukan suatu sistem keselamatan kerja yang cukup tinggi. Tenaga yang ditimbulkan
dikarenakan adanya pengeluaran energi elektron yang tinggi maupun adanya sinar gamma yang
bersifat elektromagnetik. Tenang elektro yang tinggi biasanya dihasilkan oleh sinar katode dengan
voltase yang tinggi yang ditempatkan dalam tabung. Sedangkan sinar gamma dan juga sinar –X
dihasilkan oleh elemen-elemen radioaktif.

Sumber yang umum digunakan adalah Cobalt 60 yang mempunyai waktu paruh = 5,3 tahun
yang merupakan produk samping dari reaktor atom. Ceasium-137 tak pernah digunakan untuk
sterilisasi karena tenaga yang dikeluarkan per satuan waktu sangat kecil, yaitu hanya 0,3 MeV,
sedangkan jika menggunakan Cobalt-60 akan dihasilkan 1,3 MeV.
a) Cara kerja radiasi ionik
Kontras dengan panas, kematian karena radiasi tidak menyebabkan denaturasi protein,
tetapi mengurangi atau menghentikan ionisasi dari komponeen sel yang vital, terutama DNA
(deoxyrebonucleicacid) dalam inti sel.

Dua teori yang dapat menerangkan kerja dari radiasi ionik.

1. Radiasi bekerja langsung (direct action) mengionisasikan DNA, teori ini diperkuat dengan
adanya hubungan eksponesial antara dosis dan efek. Efek langsung terjadi akibat adanya
tumbukan (interaksi) langsung energi radiasi atau elektron dengan organisme. Beberapa
perubahan sifat tisika-kimia yang terjadi akibat iradiasi yaitu: • Pemutusan rantai gula pospat
dari masing-masing stran polinukleotid dari DNA, disebut dengan single break• Pemutusan
rantai yang berdekatan pada kedua stran polinukleotid dari DNA disebut dengan double break
Terbentuknya intramolecular crosslink/intermolecular crosslink yang disebut dengan base
damage. Kebanyakan mikroorganisme mampu untuk memperbaiki kerusakan single strand
break. Beberaspa literatur menyebutkan bahwa mikroorganisme yang sensitif tidak dapat
memperbaiki double strand breaks, sedangkan mikroorganisme yang menunjukkan resistensi
yang lebih tinggi mempunyai kapasitas untuk memperbaiki double strand breaks.
2. Teori kedua menyebutkan bahwa radiasi mempunyai efek tidak langsung (indirect action)
terhadap DNA, teori ini dikenal dengan nama teori difusi, radiasi mengionisasikan air dalam
molekul sel dan akan menghasilkan hidrogen dan hidroxyl bebas, yang kemudian akan bereaksi
dengan dengan DNA. Selama sistem biologis terdiri atas sejumlah air, radiasi ionik akan
melewati air dan menyebabkan molekul air terionisasi. Radikal-radikal yang terbentuk ini
bereaksi dcngan molckul biologi seperti asam amino. karb'ohidral. protein, mitokondria, DNA
dan Icmak. Oleh karena itu efek tidak langsung dianggap sebagai efek dari faktor-faktor
lingkungan seperti oksigen, kandungan air, medium, tcmperatur, kecepatan dosis dan bahan
kimia lainnya. Pada efek tidak langsung ini melibatkan radikal bebas air sebagai intermediasi
dalam mentransfer energi radiasi ke molekul biologi . Sebaliknya pada efek langsung radiasi
melibatkan interaksi sederhana an tara radiasi ionisasi dan molekul-molekul biologi yang
penting.
2) Radiasi Berkas Elektromagnetik
Merupakan elektron berenergi tinggi yang dihasilkan dari akselerator atau mesin berkas
elektron. (Darwis, 2006). Mesin Berkas Elektron (MBE) dikatakan sebagai sumber radiasi yang
dioperasikan pada tegangan tinggi. Prinsip kerja MBE secara singkat yaitu elektron dihasilkan oleh
sumber elektron yang umumnya berupa filamen yang dipanaskan dengan arus listrik sehingga
menghasilkan elektron-elektron bebas, yang pada akhirnya berkas elektron dipayarkan dengan
sistem pemayar berkas untuk mengiradiasi bahan atau target (Sukarman, 2007).

Berkas elektron yang dihasilkan oleh MBE melalui jendelanya itu dapat menumbuk
perangkat transportasi yang biasanya terbuat dari logam sehingga terbentuk sinar-X, dan untuk
menghindarkan bahaya sinar-X itulah diperlukan sistem perisai berupa tembok beton atau sekat
pengaman yang terbuat dari logam berat seperti lembaran logam timbal (Pb). Dengan demikian
operator MBE akan terhindar dari radiasi sinar-X (Razzak, 1990).

Perbedaan metode sterilisasi autoklaf dengan metode radiasi yaitu autoklaf menggunakan
biaya yang rendah, sesuai untuk perawatan atau pengolahan skala kecil sedangkan sterilisasi
radiasi menggunakan biaya yang tinggi tetapi sterilisasinya menyeluruh atau lengkap serta cocok
untuk skala besar. Keuntungan dari radiasi Gamma dan MBE antara lain yaitu sinar Gamma
memiliki penetrasi (daya tembus) tinggi dan membentuk sistem yang baik, dan MBE walaupun
memiliki penetrasi yang rendah (perlakuan permukaan), MBE memiliki pengamanan yang tinggi
dan biaya yang rendah (Kume, 2005). Tidak seperti radiasi alfa, berkas elektron yang dihasilkan
dari akselerator bersifat mono energik. Jadi, karaktcristik penctrasi dari sinar y dan elektron
berbeda. Elektron memberikan distribusi dosis terahsorhsi lebih uniform. Pada berkas elektron,
dosis terabsorhsi yang terbesar berada pada bagian sebelah dalam dari permukaan materi yang
diiradiasi dan kemudian secara cepat menurun hingga dosis terahsorpsi mencapai nol persen
menunjukkan kharakteristik dari distrihusi dosis (depth-dose) elektron yang dipcrcepat dari MBE 5
MeV dalam air sebagai fungsi dari kedalaman. Ketidakseragaman dosis yang dihasilkan oleh
electron menimbulkan suatu konsep lise/III range (ru) dari elektron. Ru adalah kedalaman dimana
dosis yang tcrima oleh kedua permukaan material sarna dengan dosis yang menembus material
(dosis permukaan dan dosis kcluar). Konsep ini digunakan scbagai dasar dalam mcnentukan energi
dan arus yang akan digunakan untuk meradiasi suatu material dengan memperhatikan ketebalan
dan densitas material yang akan diiradiasi (Darwis, 2006). Efek Radiasi pad a Mikroorganisme tclah
diketahui sccara umum bahwa efek total dari radiasi tcrhadap sel hidup discbabkan terutama olch
adanya penimbunan energi pada komponcn kritis seperti DNA dan scl membran dimana DNA
lersebut mcnempel. DNA berfungsi membawa informasi genetik sel. Dalam mikroorganisme, DNA
tcrdiri dari dua rantai polinukleotida yang berhadapan satu sarna lain dalam suatu rantai double
helik.

3) Radiasi Sinar Gamma


Radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi disebut juga radiasi pengion karena
energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan inti atom benda tersebut dan
menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia. Perubahan ini menimbulkan efek biologi yang
mengubah proses kehidupan normal dari sel hidup. Pada mikroba perubahan tersebut terutama
terjadi pada DNA. Mikroba dapat kehilangan kesanggupan untuk membelah diri akibat perubahan
yang ditimbulkan oleh radikal bebas hasil ionisasi lingkungan (Ridwan, 1986).

Pemakaian radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi untuk mengontrol
kehidupan mikroba merupakan suatu cara pengontrolan yang sama pentingnya dengan cara-cara
konvensional seperti pemanasan, pendinginan dan penggunaan zat kimia (Hilmy, 1986). Sterilisasi
bahan pembawa sangat penting untuk menjaga tingginya jumlah bakteri inokulan pada bahan
pembawa untuk periode penyimpanan yang lama. Iradiasi Sinar Gamma adalah cara yang paling
sesuai untuk sterilisasi bahan pembawa, karena proses ini membuat hampir tidak menyebabkan
terjadinya perubahan dalam sifat fisik dan kimia dari bahan. Proses radiasi sinar gamma terjadi
ketika atom Co-60 yang tidak stabil melepaskan foton. Pada saat radiasi dipancarkan, terjadilah
ionisasi yang dapat menyebabkan kerusakan komponen kimiawi pada makhluk hidup. Proses
ionisasi ini mengubah H2O yang banyak terdapat di dalam sel mikroorganisme sehingga
menghasilkan senyawa hidroksida (OH-). OH- merupakan radikal bebas yang dapat memecah ikatan
kovalen pada senyawa hidrogen (H2) yang menghubungkan antar untaian DNA. Radikal bebas ini
juga mampu memecah ikatan kovalen pada senyawa fosfat (PO4) yang menghubungkan basa-basa
pada DNA dan RNA serta ikatan oksigen (O2) yang dibutuhkan organisme. Dengan rusaknya ikatan
kovalen pada DNA, RNA, dan O2, replikasi organisme akan terganggu sehingga menyebabkan
kematian. Selain itu, radiasi juga dapat secara langsung merusak membran sel, sitoplasma, enzim,
dan metabolisme energi.

Penting untuk memperhatikan dosis radiasi yang dipakai dalam pemanfaatan sinar gamma
sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi sterilisasi dapat diartikan sebagai jumlah energi yang
diabsorbsi per unit massa (kGy). Dosis harus ditentukan berdasarkan jumlah awal mikroorganisme
sebelum dilakukan sterilisasi, jenis–jenis mikroorganisme yang ada, radiosensitivitas dari
mikroorganisme, dan sterility assurance level (SAL) yang harus dicapai untuk membuat steril alat
kedokteran gigi. Dosis radiasi yang akan diberikan juga bergantung pada densitas alat yang akan
disterilisasi. Hal ini berhubungan dengan lamanya waktu yang dibutuhkan selama sterilisasi
berlangsung. Oleh karena itu, semakin tinggi densitas alat yang akan disterilisasi, maka dibutuhkan
dosis radiasi yang lebih tinggi pula apabila sterilisasi diharapkan berjalan dalam waktu yang
singkat. Dosis radiasi ini dapat diukur menggunakan dosimeter. Dosis minimum yang
direkomendasikan untuk alat–alat medis adalah 25 kGy.

a) Keuntungan dan Kerugian Sterilisasi Menggunakan Sinar Gamma


Banyak keuntungan yang bisa didapat melalui metode sterilisasi dengan
menggunakan sinar gamma. Keuntungan tersebut antara lain radiasi ionisasi sinar gamma
dapat terjadi tanpa membutuhkan katalis, mampu mencapai nilai Sterility Assurance Level
(SAL) yang dibutuhkan oleh alat kedokteran, tidak meninggalkan residu seperti metode
sterilisasi kimiawi, tidak dibutuhkannya suhu yang tinggi selama proses berlangsung, serta
yang paling membedakan metode sterilisasi sinar gamma dengan metode sterilisasi moist
heat (autoklaf) adalah kemampuannya membunuh bakteri yang ukurannya lebih kecil dari
mikroorganisme yang disebut nanobakteri. Namun, pemakaian sinar gamma dalam
sterilisasi dapat pula menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya dapat mengubah
ikatan kimia objek yang terkena radiasi, dapat menyebabkan diskolorasi pada alat–alat
yang terbuat dari plastik, dapat mempengaruhi ikatan polimer alat kedokteran gigi yang
terbuat dari PVC, dapat menyebabkan korosi pada alat–alat yang terbuat dari logam, dan
lebih mahal dibanding metode sterilisasi lainnya.

b) Efek Sinar Gamma terhadap Mikroorganisme


Sinar gamma memiliki sifat letal terhadap mikroorganisme mulut karena paparan
radiasi sinar ini dapat langsung membunuh mikroorganisme dengan menyerang DNA atau
RNAnya. Sinar gamma efektif membunuh mikroorganisme seperti Staphylococcus aureus,
Candida albicans, Escerichia coli, Bacillus stearothermophilus, Pseudomonas aruginosa dan
lain – lain. Selain itu, sinar gamma juga mampu membunuh virus Coxsackie dan HIV
sehingga dapat membantu kontrol infeksi. Paparan sinar gamma dapat mengubah profil
protein mikroorganisme sehingga virulensinya berkurang dan tidak lagi bersifat invasif.
Oleh sebab itu, sinar gamma dapat dipakai untuk sterilisasi pengemasan kaleng karena
dinilai efektif untuk membunuh mikroba yang dapat mengkontaminasi makanan.
c) Dosis sterilisasi
Efek radiasi ionik terhadap sistem biologis tergantung pada jumlah energi yang diabsorbsi
dan dinyatakan sebagai dosis terpapar. Untuk sinar-X dan sinar gamma dosis terpapar di ukur
dalam roentgens dan equivalen dengan energi yang diabsorbsi sebesar 83 erg/g udara. Besarnya
dosis terpapar yang sesungguhnya diterima atau diabsorbsi oleh sistem biologis disebut dosis
absorbsi yang merupakan dosis eektif biologis dan unitnya dinyatakan dalam rad. Rad dihitung
berdasarkan energi yang diabsorbsi sebesar 100 erg/ g udara. Dalam praktik dinyatakan dan
digunkan dalam Mrad yang equivalen dengan 106 rad karena jumlah tersebut merupakan dosis
yang diperlukan dalam sterilisasi.

Radiasi ionik yang melewati suatu bahan tertentu, energi dari photon ditransfer secara
collision dengan elektron yang mengorbit pada sebuah atom dari medium yang mengabsorbsi.
Proses berikutnya setelah terjadi collision tersebut, elektron akan dipindahkan/dilepas dari atom
dengan energi dan kecepatan yang sangat tinggi. Elektron tersebut bergerak melewati medium,
selanjutnya akan terionisasi dan berinteraksi dengan atom-atom. Energi yang terjadi akan
disebarkan selama bergerak melalui medium. Dosis sterilisasi dari penyinaran yang berasal dari
Cobalt-60 di ukur dengan Megarads (M rad) dan yang berasal dari generator elektron diukur dalam
Mrad atau Kilowatt detik.

4) Radiasi Non Ionik

1) Sinar Ultraviolet
Sinar Uv ditemmukan oleh ahli fisika Jerman Johann Ritter pada tahun 1801 melalui
observasinya terhadap garam perak yang menjadi lebih gelap setelah terpapar sinar matahari.
Sinar invisible yang dibawah spektrum sinar violet dan sinar visible efektif menjadikan warna lebih
gelap pada kertas yang dicelupkan pada larutan perak klorida dan sinar tersebut dinamakan “de-
oxidizingray” guna menandai reaktivitas kimianya dan membedakannya dengan sinar pembentuk
panas (“heat rays”) dari spektrum sinar visible Sinar mempunyai aktivitas pembunuh bakteri
karena adanya sinar non ionik, yaitu sinar ultraviolet . Dalam spektrumnya ultra violet adalah sinar
elektromagnetik dengan tenaga yang rendah, kurang lebih 5 eV, dengan kekuatan penetrasi yang
sangat lemah. Panjang gelombang sinar UV berkisar antara 2000-2960 A atau 240-280 nm dengan
panjang gelombang optimum 2500-2650 A, sedangkan tekana optimum yang dibutuhkan 0,5-1,5
mW detik/cm3. Panjang gelombang optimum untuk membunuh kuman adalah 260 nm, dimana
pada panjang gelombang tersebut terjadi absorpsi maksimum sinar uv oleh DNA bakteri yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan DNA bakteri (Ma'at, 2009)
2) Cara kerja Radiasi Non Ionik
Sinar uv menyebabkan rangsangan daripada ionisasi dari atom. Jika mikroorganisme
terkena sinar uv maka akan terjadi suatu reaksi kimia dari komponen sel yang vital, terutama asam
nukleat. Radiasi sinar uv menyebabkan terjadinya pembentukan ikatan kovalen antara residu
perimidin mengakibatkan saling berdekatan satu sama yang lain pada utas (strand) yang sama
menghasilkan pembentukan cyclobutanetype pyrimidine dimer. Dimer tersebut selanjutnya
mendistorsi bentuk dari DNA sehingga tidak sesuai lagi dengan utas pasangannya yang masih
dalam keadaan bentuk normal. Akibatnya terjadi hambatan pada proses sintesis DNA dengan efek
sekunder terjadinya gangguan pertumbuhan dari respiratori sel. Walaupun efek yang lain dari sinar
uv sudah dapat diketahui, seperti fitohidrasi dari cytosine dan crosslinkage dari utas komplementer
DNA, tetapi efek tersebut memerlukan sinar uv dosis tinggi.
3) Dosis sterilisasi
Dosis sterilisasi sinar uv umunya dinyatakan dengan beberapa jumlah yang diperlukan
untuk mencapai presentase mematikan yang diukur dengan intensitas cahaya per satuan waktu,
yaitu mikro watt detik per cm kuadrat atau ergs (10ergs=1 mikro watt per detik). Ini ditentukan
dengan menghitung sejumlah mkroba yang disinari dan derajat sterilisasi yang dicapai.
Contoh :
1. air minum dipersyaratkan mempunyai dosis inaktivasi pada faktor 102 yang berarti 99%
mikroba yang ada mati
2. air steril untuk pembedahan dipersyaratkan dengan faktor 106 yang berarti 99,9999%
mikroba yang ada mati.
Radiasi uv sama efektifnya baik untuk bakteri gram positif maupun gram negatif. Dosis letal
untk bakteri umunya (bukan bakteri pembentuk spora) bervaiasi antara 1800 mikrowatt/cm
kuadrat sampai 6500 mikrowatt/cm kuadrat. Untuk bakteri pembentuk spora dosis yang
diperlukan spora dosis yang diperlukan sebesar 10 kalinya.

Untuk menentukan dosis yang tepat bagi sinar uv banyak menemui kesulitan karena
berbagai variabel yang dapat mempengaruhi, diantaranya aliran udara, kelembapan, jarak antara
sumber cahaya dengan bahan yang disterilkan dan lamanya waktu pemaparan. Karena kemampuan
sinar uv dalam merusak DNA dari mikroorganisme, pemakaian sinar UV untuk membersihkan
sirkulasi udara masih banyak digunakan dengan cara memasang lampu uv didalam cerobong
(ducting) udara, dengan demikian sinar uv akan secara kotinyu memastikan mikroorganisme yang
masuk bersama sirkulasi udara.

4) Peralatan
Sinar uv diperoleh dari sinar lampu yang berisi uap mercury yang bertekanan rendah
dengan menggunakan katode panas atau dingin. Lampu dengan menggunakan katode panas
umumnya menghasilkan kurang lebih 96% sinar uv dengan panjang gelombang 2537 A. Kekuatan
sterilisasi dari lampu sangat tergntung pada output dan intensitas cahaya. Output : jumlah sinar uv
yang dikeluarkan oleh lampu uv yang mengenai suatu bahan secara langsung, dan diukur dalam
watt. Umumnya lampu uv dibuat untuk bekerja pada suhu 27-40ºC atau 80-104 ºF dan dibawah
suhu ini outputnya akan menurun. Misalnya pada suhu 4ºC (39ºF) maka output akan menurun
sepertiganya. Juga aliran udara disekitar katode lampu akan menurunkan outputnya. Waktu pakai
dari lampu uv umumnya berkisar antar 4000-7500 jam tergantung pada:

a. Sering tidaknya dihidupkan matikan


b. Baik tidaknya kondisi gelas
c. Banyak tidaknya debu disekeliling gelas.
5) Intensitas
Intensitas dinyatakan dalam mikrowatt per centimeter persegi atau watt per-kaki persegi
pada suatu jarak tertentu dengan lampu ( unit energi radiasi diukur dalam microwatt per unit area
per unit waktu).

6) Reflektor
Sinar-sinar uv dari lampu uv dapat diintersifkan pemakaiannya dengan cara mengenakan
langsung pada bahan-bahan yang akan disinari dengan menggunakan alumunium atau bahan lain
yang dilapisi dengan chromium sebagai reflektor.
7) Pemakaian
Sinar uv umumnya digunakan untuk disenfeksi udara dan permukaan air yang
terkontamiasi. Transmisi (penembusan) sinar diudara sangat besar, begitu juga pada air yang
jernih,transmisinya akan menurun pada larutan-larutan faram dan larutan yang keruh. Sinar uv tak
dapat menembus larutan susu, begitu juga gelas biasa yang tipisnsekalipun. Plastik-plastik seperti
polyethilen dapat ditembus sinar uv, tergantung pada struktur kimia dan ketebalanya. Oleh karena
itu , sinar uv dapat digunakan untuk mensterilkan wadah-wadah obat tetes mata dari bahan
polyethylene.

a) Disinfeksi udara
Penggunaan sinar uv sangat ekstensif terutama untuk mengurangi jumlah bakteri diudara
terutama percabangan dari salurn udara masuk dirumah sakit maupun di laboratorium. Jika lamou
uv ditempatkan dalam saluran udara, maka harus ditempatka pada bagian udara yang bersih
dengan posisi sedemikian rupa sehingga udara yang masuk terkena sinar uv seluruhnya.
Efektivitasnya akan menurun jika pada permukaan gelas dari lampu tertutup oleh debu.

Jumlah lampu yang diperlukan untuk mendapatkan efek 90% pengurangan mikrobia yang
mencemari udara dapat dihitung dengan memakai rumus dibawah ini:

𝐶𝐹𝑀
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 =
VDWx output lampu

Keterangan :

CFM = cubic feet uadara per menit

VDW = cubic feet udara yang dapat didisinfeksikan oleh 1 Watt lampu ( informasi ini
diberikan oleh pabrik)

Output lampu = dinyatakan dalam watt

b) Sterilisasi air
Disini terutama dimaksudkan untuk mensterilkan air yang mengalir (tentunya tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan air yang 100% steril, tetapi hanya sekedar untuk mengurangi
sebanyak mikroba yang terdapat dalam air tersebut).
Dari semua penggunaan sinar uv tersebut diatas, yang paling banyak digunakan adalah
untuk mensterilkan permukaan ruangan;misalnya kabinet bakteriologi (enten kaast) juga pada cool
room untuk penyimpanan bahan makanan seperti daging.

c) Suseptibilitas Mikroba Terhadap Radiasi Uv


Seperti halnya agen inaktivasi yang lain, hubungan antara respons dosis radiasi dengan
kematian mikroba diekspresikan berdasar kinetik “first order”. Suseptibilitas mikroba terhadap
penyinaran UV sering kali dinyatakan sebagai dosis UV yang diperlukan untuk mereduksi atau
mematikan mikroba yang dinyatakan dalam reduksi 1-log10 ( 10% viabilitas), dan sering kali juga
dinyatakan dinyatakan sebagai reduksi 3-log10 (0,1 % viabilitas), tetapi data yang disampaiakan
merupakan data kematian mikroba dalam bentuk suspensi mikroba murni. Rerata dosis yang
diperlukan sinar uv untuk mereduksi kebanyakan mikroba 3-log 10 sebesar 4 mW*s / cm2,
sedangkan dosis untuk mereduksi 3-log10 enterovirus sebesar 32mW*s/cm2, untuk reovirus dan
rotavirus diperlukan 35mW*s/cm2.

Bakteri gram positif ternyata lebih suseptibel dibandingkan dengan yang lain, urutan
penurunan suseptibilitas selanjutnya diikuti oleh bakteri gram negatif,virus,bakteri pembentuk
spora dan protozoa. Terjadi perbedaan suseptibilitas diantara anggota kelompok mikroba tersebut,
sebagai contoh dalam bakteri bakteri gram positif: pseudomonas aeruginosa dan E. Coli lebih
suseptibel dibandingkan dengan Salmonella enteitidis dan Serratia marcescens. Perbedaan
suseptibilitas terjadi juga diantara spesies dalam genus yang sama, contoh: hampir semua spesies
Legionella muda diinaktivasi dengan sinar UV dosis rendah,spesies L. Pneumophila (galur
Philadelphia 1) lebih suseptibel dibandingkan dengan L.micdadei. Ookista dari protozoa seperti
Giardia dan Cryptosporidium resisten terhadap sinar UV. Suspensi dalam air dari Cryptosporidium
parvum baru dapat diinaktivasi oleh sinar UV setelah mengalami penyinaran sebesar 15.000 mW
perdetik pada jarak 22 cm selama 150 menit.

8) Pengaruh lingkungan terhadap sinar UV


Radiasi sinar UV memiliki penetrasi terbatas sehingga mikroba dapat terhindar dari
efekinaktivitasi karena kekeruhan, warna, parikel yang menggumpal (termasuk juga
mikroorganisme) dan komposisi serta bahan dari media pensuspensi mikroba. Suspensi virus HIV
di dalam medium kultur jaringan ( cell free) dapat diinaktivasi sinar UV pada penyinaran 150-220
µW/cm2 di dalam laminar flow da memerlukan waktu selama 10 menit,akan tetapi bila suspensi
virus berada di dalam sel darah manusia baru dapat terinaktivasi pada penyinaran selama 60 menit
dengan dosis yang sama.
Kelembapan relatif merupakan variabel penting dalam proses inaktivasi mikroba
menggunakan sianar UV terhadap mikroba di udara.

2.3.2 Keuntungan dan Kelebihan Sterilisasi Radiasi

a) Keuntungan sterilisasi dengan menggunakan radiasi:

1. Metode ini sangat efisien


2. Kenaikan suhu dapat diabaikan
3. Bahan-bahan yang akan disterilkan dapat dikemas dalam wadah-wadah yang di pakai untuk
menyerahkan sebelum sterilisasi.
4. Tidak menimbulkan kenaikan temperatur yang berarti
5. Dapat mencmbus kcdalam scluruh bagian produk dan dalam kcmasan akhir
6. Waktu iradiasi merupakan satu-satunya variable yang dikontrol sehingga proses dapat
dikontrol dengan tepat.
7. Tidak mcninggalkan residu.
8. Tidak memerlukan karantina produk setelah diiradiasi
9. Proses stcrilisasi cepat (hanya dalam beberapa menit) untuk tcknik berkas elektron
b) Kerugian sterilisasi dengan menggunakan radiasi:
1. Waktu sterilisasi, jika menggunakan Cobalt-60 sangat lama yakni 48-72 jam.
2. Alat-alat gelas yang berwarna dan serat-serat tekstil akan terpengaruh oleh sterilisasi ini.
3. Untuk mensterilkan bahan makanan kadang-kadang menimbulkan rasa maupun bau yang
tidak dikehendaki.
4. Bahan-bahan berwarna dan bahan kimia tertentu (misal: penicillin) dapat mengakibatkan
perubahan warna.
2.3.3 Aplikasi Sterilisasi Radiasi dalam Farmasi
1. Sterilisasi radiasi digunakan untuk sterilisasi bahan kemasan terutama untuk sterilisasi produk
medis dan makanan. Penggunaan penyinaran digunakan untuk mensterilkan pengolahan aseptik
makanan dan obat-obatan. (Darwis, 2006)
2. Penggunaan berkas elektron untuk mensterilkan produk kesehatan secara komersial meningkat
secara tajam dalam beberapa dekade terakhir. Elektron digunakan untuk mensterilkan produk
kesehatan seperti kateter, syringes, dialiser, contact lens, solution, container, dressings, bahan
baku obat, obat mata, dan lain sebagainya.
3. Contoh peralatan medis yang disterilkan dengan radiasi

NO Produk Contoh
1. Sarung tangan (gloves) Sarung tangan bedah, sarung tangan eksperimen,
pembungkus alat bedah.
2. Kateter Balon kateter, lateks kateter
3. Baju bedah (surgical wear) Surgical gown, masker operasi, surgical caps
4. Pengemas Botol plastik, botol tetes mata, tutp botol
container plastic
5. Consumer hygiene product Kondom, cotton buds
6. Tissue graft Tulang, amnion, jaringan lunak
7. Hidrogel Pembalut luka hydrogel, lensa kontak
8. Tissue gaft Graft tulang, amnion membrane, tendon.

4. Contoh sediaan farmasi yang di strerilkan dengan radiasi

NO Produk Contoh
1. Salep kulit berbasis Salep neomisin sulfat, tetracycline tropical ointment
polietilenglikol
2. Bahan baku obat Bentonite powder, ergot powder, natrium fluoresin,
ekstrak kering belladone
3. Salep mata dalam basis Atrofin sulfat, shloramphenicol, tetrasiklin,
paraffin hidrokortison, dan neomisin
4. Pengemas Botol plastik, botol tetes mata, tutup botol container
plastic
5. Preparat optalmik dalam basis Pitostignin salisilat papain, tetrasiklin
minyak
6. Bahan baku obat Baby powder, herbal mix powder, cosmetic brush, eye
cleaner solution, skin shooting powder.

5. Produk kesehatan yang telah disterilkan dengan elektron beam adalah tissue graft, pembalut
luka hidrogel, alat kesehatan, dan hemodial cair.

;
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Sterilisasi radiasi adalah teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis
sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar-sinar katoda, tetapi penggunaan teknik-teknik ini
terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh radiasi pada produk-
produk dan wadah-wadah.
Jenis-jenis sterilisasi yaitu : Radiasi ionik (sinar α-, β-, γ-) sinar X)) dan Radiasi non ionik (
sinar ultraviolet). Mekanisme kerja sterilisasi radiasi adalah menembus dinding sel dengan
langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Sterilisasi radiasi
digunakan untuk sterilisasi bahan kemasan terutama untuk sterilisasi produk medis dan makanan.
Penggunaan penyinaran digunakan untuk mensterilkan pengolahan aseptik makanan dan obat-
obatan.

1.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pembhasan secara mendetail tentang peralatan sterilisasi radiasi.
Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/document/361509060/makalah-sterilisasi-radiasi

https://www.scribd.com/document/329952833/Makalah-sterilisasi-radiasi-docx

Anda mungkin juga menyukai