Disusun Oleh :
Melita Puspa Nurmala
180070300111009
Kelompok 3B
1. DEFINISI
Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan
septum atau sekat antara rongga atrium kanan dan kiri atau lubang abnormal
pada sekat yang memisahkan kedua belah atrium sehingga terjadi pengaliran
darah dari atrium kiri yang bertekanan tinggi kedalam atrium kanan yang
bertekanan rendah . Septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan
membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.
Menurut lokasi defek, ASD dikelompokkan menjadi:
a. Defek septum atrium sekundum
Defek terjadi pada fosa ovalis dan sering disertai dengan aneurisma fosa
ovalis.
b. Defek septum atrium dengan defek sinus venosus superior
Defek terjadi dekat muara vena kava superior sehingga terjadi koneksi
biatrial.Sering vena pulmonalis dari paru-paru kanan juga mengalami
anomali.Dapat juga terjadi defek sinus venosus tipe vena kava inferior,dengan
lokasi di bawah foramen ovale dan bergabung dengan dasar vena kava
inferior.
c. Defek septum atrium primum
Bagian dari defek septum atrioventrikular dan pada bagian atas berbatas
dengan fosa ovalis sedangkan bagian bawah dengan katup atrioventrikular.
Menurut kompleksitasnya, ASD diklasifikasikan menjadi:
a. ASD sederhana dengan defek pada septum dan disekitar fossa ovalis
(dikenal dengan DSA sekundum), defek pada tepi bawah septum (DSA
primum) dan defek d isekitar muara VCS (defek sinus venosus) yang
seringkali disertai anomali parsialdrainase vena pulmonalis.
b. ASD kompleks yang merupakan bentuk dari defek endocardial cushion
yang sekarang dikenal sebagai defek septum atrioventrikular (DSAV) atau
AV canal. Defek septum atrium sekundum adalah kelainan yang dimana
terdapat lubang patologis di tempat fossa ovalis. Akibatnya terjadi pirau
dari atrium kiri ke atrium kanan, dengan beban volume di atrium dan di
ventrikel kanan.
2. ETIOLOGI
Jantung membentuk selama 8 minggu pertama perkembangan janin.
Ini dimulai sebagai tabung hampa, kemudian partisi dalam tabung
mengembangkan yang akhirnya menjadi septa (atau dinding) membagi sisi
kanan jantung dari kiri. Defek septum atrium terjadi ketika proses partisi tidak
terjadi sepenuhnya, meninggalkan sebuah lubang di septum atrium.
Beberapa cacat jantung bawaan mungkin memiliki link genetik, baik
yang terjadi karena cacat pada gen, kelainan kromosom, atau paparan
lingkungan, menyebabkan masalah jantung lebih sering terjadi dalam keluarga
tertentu. Defek septum atrium Kebanyakan terjadi secara sporadis (secara
kebetulan), tanpa alasan yang jelas bagi perkembangan mereka.
4. PATOFISIOLOGI
Apabila lubang ASD besar, aliran pirau dari kiri ke kanan yang terjadi
secara terus menerus dan berlangsung lama dapat menyebabkan beban volume
pada jantung kanan, mengakibatkan terjadinya dilatasi atrium dan ventrikel
kanan. Anulus katup trikuspid dan arteri pulmoner beserta annulus katupnya akan
melebar, mengakibatkan regurgitasi trikuspid dan pulmunonal, kadang disertai
penebalan ringan daun katup.Dilatasi yang terjadi pada ventrikel kanan akan
mendorong septum ventrikel kearah ventrikel kiri dan menyebabkan fungsinya
terganggu. Deformitas ventrikel kiri juga dapat mengakibatkan prolaps katup
mitral yang terkadang disertai regurgitasi.Kelebihan volume yang berlangsung
lama ke sirkulasi pulmoner akan berakibat dilatasi jaringan vaskular pulmoner.
Secara mikroskopis akan terlihat penebalan pada bagian medial muskular dari
arteri dan vena pulmoner, terjadi juga muskulerisasi dari arteriol. Pada beberapa
kasus, ASD akan berkembang menjadi hipertensi pulmoner berat dan penyakit
vaskular pulmoner yang irreversibel.(Rilantono, 2012; Kumar, Abbas, Fausto,
2010)
5. KOMPLIKASI
Stroke
Dalam keadaan normal, paru-paru biasanya akan menyaring darah yang
menggumpal dari sisi kanan jantung. Pada penderita ASD, kerap ditemukan
kejadian dimana gumpalanm darah tersebut akan memasuki atrium kiri dari
atrium kanan dan dipompa ke seluruh tubuh. Gumpalan darah ini dapat
berjalan menuju otak, dan dapat memblokir aliran darah sehingga
menyebabkan otak kekurangan pasokan darah dan beresiko untuk terjadinya
stroke.
Pulmonary Hypertension
Hipertensi pulmonel adalah peningkatan tekanan pada arteri pulmonal. Arteri
ii membawa darah dari jantungmenuju paru untuk mengambil oksigen.
Apabila terjadi dalam waktu yang lama, PH dapat menimbulkan kerusakan
pada arteri dan pembuluh darah di paru. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat
mengecil dan mengeras, membuatnya sulit untuk dialiri darah.
4.
MRI
MRI memiliki peran yang penting dalam menegakkan diagnose
kardiovaskuler. Kemampuan lain dari MRI meliputi:
Dapat menyajikan beberapa gambar per siklus jantung sehingga fungsi
ventrikel dapat dievaluasi.
Memungkinkan pengukuran aliran dan kecepatan darah dalam aorta,
arteri pulmonalis dan saat melewati katup-katup.
MR angiografi memungkinkan pemeriksaan 3D berresolusi tinggi dari
pembuluh darah dan secara noninvasive dapat menetapkan adanya
anomaly vena paru yang menyebabkan terjadinya pirau.
5. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung dilakukan bila defek intraarterial pada ekokardiogram
tidak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi
jantung terdapat peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan dengan
peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Bila telah
terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri pulmonalis sangat meningkat
sehingga perlu dilakukan tes dengan pemberian oksigen 100% untuk menilai
reversibilitas vaskuler paru. Pada atrial septal defek primum, terlihat
gambaran leher angsa (goose-neck appearance) pada kasus dengan defek
pada septum primum, hal ini akibat posisi katup mitral yang abnormal.
Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram
pada vena pulmonalis kanan atas, dapat memperlihatkan besarnya atrial
septal defek.
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis PJB ASD ini yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan. Untuk tujuan praktis, penderita dengan defek sekat atrium dirujuk
ke ahli bedah untuk penutupan bila diagnosis pasti. Dalam tahun pertama atau
kedua, ada beberapa manfaat menunda sampai pasti bahwa defek tidak akan
menutup secara spontan. Sesudah umur 3 tahun, penundaan lebih lanjut jarang
dibenarkan.
4. Risiko infeksi berhubungan Klien tidak menunjukkan tanda-tanda 1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
dengan status fisik yang infeksi Kriteria hasil :Anak bebas dari 2. Beri istirahat yang adekuat
lemah. infeksi. 3. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh
alami.
5. Risiko cedera (komplikasi) Klien/keluarga mengenali tanda-tanda 1. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda
berhubungan dengan kondisi komplikasi secara dini.Kriteria hasil : komplikasi,Gagal jantung kongestif :
jantung dan terapi Keluarga mengenali tanda-tanda o Takikardi, khususnya selama istirahat dan
komplikasi dan melakukan aktivitas ringan.
tindakan yang tepat. o Takipnea
Klien/keluarga menunjukkan o Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada
pemahaman tentang tes diagnostik bayi.
dan pembedahan. o Keletihan
o Penambahan berat badan yang tiba-tiba
o Distress pernapasan
o Toksisitas digoksin
o Muntah (tanda paling dini)
o Mual
o Anoreksia
o Bradikardi.
o Disritmia
o Peningkatan upaya pernapasan – retraksi,
mengorok, batuk, sianosis.
o Hipoksemia – sianosis, gelisah.
o Kolaps kardiovaskular – pucat, sianosis,
hipotonia.
2. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama
serangan hipersianotik
o Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan
kepala dan dada ditinggikan.
o Tetap tenang.
o Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
o Hubungi praktisi
3. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh
praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
4. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
5. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan
pembedahan.
6. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
6. Perubahan proses keluarga Klien/keluarga mengalami penurunan rasa 1. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang
berhubungan dengan takut dan ansietas ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala
mempunyai anak dengan Klien menunjukkan perilaku koping yang fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan
penyakit jantung (ASD) positifKriteria hasil : ansietas/rasa takut.
Keluarga mendiskusikan rasa takut 2. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan
dan ansietasnya anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping
Keluarga menghadapi gejala anak yang lebih baik di rumah.
dengan cara yang positif 3. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam
perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri
mereka sendiri.
4. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan
metode disiplin yang tepat untuk anak.
11. DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Baraas. 2009. Pengantar Penyakit Jantung pada Anak. Jurnal Kardiologi
Indonesia Vol. XVII No. 2. April – Juni 2009.
Markum.. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba.
Rokhaeni, H dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Ed 1. Jakarta :
Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
“Harapan Kita”.
Sadono. 2013. eprints.undip.ac.id/44121/3/RATYA_G2A009109_Bab2KTI.pdf.
diakses pada tanggal 18 Juli 2016
Windarini. 2011. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter
%20II.pdf. diakses pada tanggal 18 Juli 2016