Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METODE PEMBELAJARAN KEJURUAN

Disusun oleh :

Rosihan Wahyu J (5201416014)


Hendri Aldi Puswadi (5201416015)
Muttaqin Haqiqi (5201416016)
Tedi Nurrokhman (5201416027)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 2 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................... 5
D. Manfaat ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 6
A. Pemilihan Metode Pembelajaran .......................................................... 6
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran . 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
A. Simpulan ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses
untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Sanjaya
2008: 215). Paradigma pembelajaran yang berkembang dan diterapkan selalu
menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan
umum, bahwa pembangunan sumber daya manusia dimulai dari ruang-ruang kelas
dalam lingkup pendidikan formal di sekolah. Proses pendidikan merupakan langkah
nyata untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi kemajuan bangsa dan negara
(human investment).
Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran di kelas
mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kualitas yang
dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karekter humanis yang berkebangsaan.
Penentu proses pembelajaran yang berkualitas terletak di tangan guru. Secara
sederhana proses pembelajaran di kelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama.
Ketiga tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan, (3) evaluasi.
Terminologi guru berperan sebagai ‘fasilitator’ pembelajaran, memiliki makna
yang fungsional. Menjadi seorang fasilitator pembelajaran, tidak cukup dimaknai
dengan memberikan bimbingan dan mendampingi pembelajar, tetapi berkaitan dengan
sejauh mana guru mampu mengoptimalkan kewenangan yang dimilikinya sebagai
seorang fasilitator pembelajaran. Sebenarnya sangat disadari bahwa guru, sebagai
seorang pendidik memiliki kewenangan yang luas dalam mengelola pembelajaran di
kelas yang diampunya.
Pertama, dilihat dari dimensi persiapan pembelajaran, guru berperan sebagai
seorang desainer, yang memiliki kebebasan dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi pembuatan RPP
sekaligus berbagai persiapan yang dibutuhkan sebelum proses pembelajaran di kelas
dilaksanakan, seperti penguasaan materi, penentuan sumber maupun media belajar,
2

menentukan setting belajar (lingkungan yang meliputi situasi dan suasana belajar), dan
lain sebagainya.
Kedua, dilihat dari dimensi pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki
peran sebagai konduktor. Dalam analogi yang sederhana, guru seolah-olah adalah
seorang pemimpin orkestra musik yang banyak melibatkan banyak instrumen dan
pemain musik yang beragam. ‘Guru sebagai konduktor’ dalam hal ini adalah guru
bertugas memimpin proses pembelajaran. Memimpin proses pembelajaran tidak
diartikan guru mendominasi di dalamnya, tetapi guru memastikan rencana
pembelajaran (learning design) benar-benar terlaksana dengan baik, dengan berbagai
penyesuaian terhadap lingkungan kelas. Sebagai seorang konduktor dalam proses
pembelajaran, guru harus mampu mengelola berbagai aspek yang dibutuhkan dalam
situasi belajar. Termasuk kemampuan dalam mengelola situasi yang muncul pada saat
pembelajaran berlangsung, yang terkadang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Sebagaimana tugas seorang konduktor dalam sebuah orkestra
musik yang mampu menggabungkan berbagai macam instrumen musik menjadi sebuah
simponi. Demikian halnya dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
Ketiga, dimensi evaluasi. Penilaian yang ideal adalah penilaian yang mampu
mencakup tiga ranah penting dalam pembentukan pengalaman belajar. Antara lain
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Ini menjadikan
penilaian tidak hanya pada penilaian pekerjaan siswa, tetapi juga penilaian terhadap
kinerja siswa. Pekerjaan menunjuk pada hasil secara fisik, seperti jawaban soal, lembar
kerja, laporan dan sebagainya yang bersifat fisik, sehingga penilaian terhadap
pekerjaan dapat dilakukan setelah pembelajaran di kelas selesai. Berbeda dengan
kinerja, penilaian kinerja peserta didik dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Dalam menilai kinerja peserta didik, yang menjadi indikator penilaian
adalah partisipasi, performa, dan sikap peserta didik yang dapat diamati secara
langsung oleh guru dan dicatat dalam lembar penilaian kinerja. Peran guru sebagai
seorang evaluator harus dijalankan secara profesional, sistematis, adil, dan terekam.
sebagaimana telah dirumuskan dalam desain pembelajaran. Penilaian akhir merupakan
akumulasi dari pekerjaan dan kinerja.
3

Proses evaluasi tidak berhenti pada penilaian terhadap proses pembelajaran


yang terpusat pada pekerjaan dan kinerja peserta didik saja. Evaluasi intern oleh guru
terhadap keseluruhan tahapan utama pembelajaran yang diselenggarakannya pun harus
dilakukan. Guru harus melakukan penilaian terhadap keseluruhan proses pembelajaran
yang ia rancang dan ia laksanakan. Tujuannya agar guru menemukan kelebihan,
kekurangan, maupun kendala-kendala yang dihadapi saat pelaksanaan proses
pembelajaran. Guru juga perlu melakukan evaluasi diri dan memberikan tindak lanjut
dari keseluruhan evaluasi yang dilakukannya, demi kemajuan kapasitasnya sebagai
seorang pendidik.
Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi tiga tahapan utama proses
pembelajaran di kelas, mutlak memerlukan pertimbangan-pertimbangan dalam
pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Terdapat berbagai macam metode pembelajaran, antara lain: ceramah, tanya jawab,
diskusi, demonstrasi, simulasi, sosiodrama, resitasi, karyawisata, dril, problem solving,
dan lainnya. Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan memudahkan guru dan
peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di sisi lain, pemilihan
metode pembelajaran yang sesuai akan mampu memberikan pengalaman belajar pada
peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Konsepsi student center, saat ini menjadi sebuah euforia pendidikan di
Indonesia yang selama ini didominasi oleh porsi keaktifan guru daripada keaktifan
siswa. Para pakar pendidikan menjadi lebih gencar dalam mensosialisasikan berbagai
metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Pemerhati
pendidikan termasuk guru terdorong untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam
merancang metode-metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif. Namun
tidak dipungkiri pula, bahwa tuntutan ini menjadi sulit dipenuhi oleh guru manakala
guru dihadapkan pada kendala-kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kendala internal berkaitan dengan kompetensi dan kemauan guru untuk mampu
mengimplementasikan metode pembelajaran yang sesuai dalam mata pelajaran yang
4

diampunya. Kendala eksternal berkaitan dengan kondisi sekitar lingkungan belajar,


apakah mendukung atau tidak untuk dapat menerapkan suatu metode pembelajaran.
Adanya tuntutan pendidikan di Indonesia, bahwa penyelenggaraan
pembelajaran harus mampu membentuk karakter dan nilai-nilai budaya bangsa yang
luhur, juga menuntut guru untuk dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, pemilihan metode
pembelajaran sebenarnya akan membantu guru mengimplementasikan pembelajaran
yang dapat memunculkan nilai-nilai luhur tersebut. Melihat banyaknya tuntutan
pelaksanaan pembelajaran yang ideal, untuk menentukan penggunaan suatu metode
pembelajaran harus mempertimbangkan banyak hal. Tujuannya, agar metode
pembelajaran yang dipilih dapat mencapai hasil yang hendak dicapai, memudahkan
interaksi dan kegiatan belajar, memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik
secara fungsional, serta ‘membekas’.
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diraih manakala semua aspek yang berkaitan
dengan pembelajaran membentuk hubungan yang sinergis, saling melengkapi, dan
didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dukungan dari semua warga
belajar tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus dibangun melalui pola interaksi positif
antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki kepercayaan diri
yang dilandasi dengan kapasitas, kualitas, dan komitmen yang kuat, sehingga mampu
menumbuhkan kepercayaan peserta didik akan kemampuan pendidik sebagai seorang
fasilitator pembelajaran. Guru sebagai seorang learning designer, konduktor, sekaligus
evaluator harus mampu mengoptimalkan peranan-peranan fungsional tersebut agar
keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran,
bukan keberhasilan guru seorang, tetapi keberhasilan yang sama-sama diraih beserta
peserta didik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut ini:
5

1. Mengapa pemilihan metode pembelajaran merupakan hal penting dalam


pelaksanaan pembelajaran di kelas?
2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran.

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mengenai konsepsi pemilihan metode pembelajaran dengan melihat berbagai faktor
yang mempengaruhi, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penulisan dengan
topik terkait. Manfaat praktisnya, antara lain:
1. Diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi masukan bagi pemerhati
pendidikan khususnya guru, agar mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan
metode pembelajaran dalam penyusunan learning design.
2. Bagi sekolah, dapat mendorong antusiasme guru dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana sekolah.
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemilihan Metode Pembelajaran


Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
menjalankan rencana yang telah dibuat dan tersusun dalam bentuk kegiatan
nyata/praktik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan
pembelajaran perlu memperhatikan penggunaan metode pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran yang tidak tepat sudah pasti tidak akan
mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karenanya perlu pemahaman terkait metode
pembelajaran dan pemilihan metode pembelajaran.
Metode pembelajaran memiliki arti penting dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini adalah
alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan pembelajaran
di kelas, yakni:
1. Metode sebagai strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina
Senjaya (2008: 42) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran.
Perbedaan daya serap peserta didik terhadap pelajaran, memerlukan
staregi pembelajaran yang tepat. Dalam satu kelas kemampuan peserta didik
untuk menyerap pelajaran berbeda-beda, demikian pula gaya belajarnya.
Sebagian peserta didik mungkin condong pada kemampuan menangkap
pelajaran berdasarkan audiotori, visual, maupun audio – visual. Pemilihan
metode pembelajaran yang tepat akan mampu mengatasi perbedaan daya serap
tersebut.
2. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran
adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa
pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Oemar Hamalik (2005)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai
tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung
pembelajaran Metode pembelajaran merupakan alat yang dipakai untuk
7

mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat


akan menjadikan kegiatan belajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dapat diukur dari
perubahan perilaku peserta didik setelah proses pembelajaran usai. Dinyatakan
sebagai perubahan perilaku, karena perubahan yang terjadi tidak hanya pada
tataran pengetahuan peserta didik, tetapi meliputi sikap dan cara pandang
peserta didik terhadap realitas disekitarnya.
Pemilihan suatu metode pembelajaran secara individu, maupun
kombinasi antara beberapa metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai
tujuan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi-kondisi yang
mempengaruhi pembelajaran. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai
manakala terjadi perubahan perilaku peserta didik, dan perubahan perilaku
tersebut cenderung bertahan lama.
3. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik.
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik maksudnya, metode berfungsi
sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan minat belajar
seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan
sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
konvensional yang tidak banyak menggunakan metode yang bervariasi dan
kurang membuat siswa aktif, akan menimbulkan kebosanan. Siswa akan
menjadi pasif, tidak bersemangat, dan antusiame rendah saat mengikuti
pelajaran di kelas.
Pemilihan metode belajar yang inovatif dan memberikan ruang yang luas bagi
aktualisasi diri siswa akan memunculkan ‘kegembiraan belajar’. Kegembiraan
belajar merupakan atmosfer yang perlu diciptakan oleh guru melalui
penggunaan metode pembelajaran yang menantang, interaktif, menarik minat,
serta mampu memenangkan perhatian siswa. Pemilihan metode pembelajaran
harus mampu melibatkan setiap siswa di kelas untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan pembelajaran dengan porsi dan peranan yang beragam. Dengan
demikian, tidak ada seorang pun peserta didik yang tidak terlibat dalam proses
berpikir, memahami, dan melakukan kegiatan belajar secara keseluruhan.
Penggunaan metode belajar yang tepat, akan mampu meminimalisir adanya
alasan siswa tidak memiliki kesempatan berpartisipasi, alokasi waktu yang
kurang, terlalu banyaknya jumlah peserta didik dalam satu kelas, dan berbagai
8

alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan secara intens
melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran


Melaksanakan suatu pembelajaran harus diawali dengan kegiatan
perencanaan pembelajaran. Perencanaan memiliki fungsi penting agar
pembelajaran menjadi lebih terarah. Dalam membuat perencanaan pembelajaran,
banyak aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru. Oleh karenanya agar
pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan dapat meraih tujuan
yang diharapkan, maka dalam menyusun learning design perlu memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran,
antara lain:
1. Faktor peserta didik
Anak didik adalah manusia yang berpotensi yang menghajatkan
pendidikan. Di sekolah gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di
ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejunlah anak didik dengan latar
belakang kehidupan yang berlainan. Dari aspek psikologis di sekolah, perilaku
anak didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif,
ada yang suka bicara, ada yang tertutup (introver), ada yang terbuka
(ekstrover), ada yang pemurung, ada yang periang dan sebagainya.
2. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya
sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan
situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru
dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang
diciptakan itu.
3. Fasilitas
Fasilitas adalah hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan
metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak
9

didik sekolah. Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses


pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah
yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas
belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah
memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan.
Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru
dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan
pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan
komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang
menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
4. Faktor tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
Setiap pelaksanaan pembelajaran tentu memiliki tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, dan dilakukan siswa setalah mengikuti
proses pembelajaran. Rumusan tersebut sebagai dasar acuan dalam melakukan
pembelajaran. Oleh karena itu, pemilihan metode mengajar harus berdasarkan
pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu metode yang harus
digunakan guru akan tetapi hal ini sering dilupakan oleh guru. Guru yang
senang berceramah, hamper setiap tujuan menggunakan metode ceramah,
seakan-akan dia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan metode
demikian. Hal ini tentu saja keliru. Apabila kita menginginkan peserta didik
terampil menggunakan alat tertentu, katakanlah terampil menggunakan
thermometer sebagai alat pengukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan
metode ceramah saja. Untuk mencapai tujuan yang demikian, peserta didik
harus berpraktik secara langsung. Demikian juga, manakala kita menginginkan
agar peserta didik dapat menyebutkan hari dan tanggal proklamasi
kemerdekaan suatu negara, tidak akan efektif kalau menggunakan metode
diskusi untuk memecahkan masalah.
10

5. Faktor Materi Pembelajaran


Materi pembelajaran adalah sejumlah bahan ajar yang disampaikan
guru kepada peserta didik. Setiap mata pembelajaran memiliki materi yang
berbeda-beda, dan untuk menyiasati perbedaan tersebut maka diperlukan cara
atau metode pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan dapat
dengan mudah dipahami dan dikuasai oleh peserta didik, sehingga hasil belajar
yang diperolehnya pun dapat dipahami dengan baik.
Berikut penjelasan masing-masing:
a) What, apa materi yang hendak dipelajari
Setiap mata pelajaran memiliki karakternya sendiri-sendiri, salah
satunya bisa ditelusur dari materi yang tercakup dalam mata pelajaran tersebut.
Secara umum, materi (dalam hal ini menunjuk pada content and substancy)
antara mata pelajaran bidang ilmu alam dan bidang ilmu sosial terdapat
perbedaan-perbedaan yang jelas. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat
salah satunya harus berbasis pada content dan substancy materi pembelajaran.
Misalnya dalam bidang ilmu alam, untuk mempelajari reaksi kimia
dipilih pendekatan inquiry. Agar menemukan jawaban sendiri, inquiry
dilakukan dengan metode eksperimen dengan melakukan percobaan di
laboratorium untuk mengetahui suatu reaksi kimia tertentu. Secara sederhana
diilustrasilan dalam alur berikut ini: Mata pelajaran KIMIA  Materi: Reaksi
Kimia  Pendekatan: INQUIRY  Metode: EKSPERIMEN  Uji coba di
laboratorium.
Contoh lain, dalam bidang ilmu sosial, untuk mengetahui dampak
ekonomi yang ditimbulkan akibat bencana erupsi gunung Merapi terhadap
perekonomian masyarakat di sekitar kawasan bencana, maka dipilih
pendekatan inquiry dengan metode penelusuran dokumen melalui pemberitaan
di berbagai media massa. Ilustrasi sederhana, dengan alur sebagai berikut: Mata
pelajaran EKONOMI  Materi: Dampak Ekonomi Pasca Bencana Alam 
Pendekatan: INQUIRY  Metode: DOKUMENTASI  Penelusuran dokumen
yang bersumber dari media massa, bisa juga dengan pembuatan kliping.
11

b) How much, seberapa banyak materi yang hendak dipelajari


Jumlah materi yang akan dipelajari menjadi salah satu dasar
pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan dipakai.
Metode pembelajaran yang dipilih harus efektif, efisien, praktis dalam
aplikasinya sehingga cakupan materi yang hendak dipelajari dapat dengan
tuntas diselesaikan. Dalam satu kali pertemuan, tidak jarang cakupan materi
yang dipelajari jumlahnya kecil maupun besar. Penggunaan metode
pembelajaran yang tepat akan memudahkan guru dan peserta didik untuk
menyelesaikan jumlah materi yang harus ditempuh.
c) How hard, seberapa sulit materi yang hendak dipelajari.
Materi pelajaran memiliki tingkat kedalaman, keluasan, kerumitan yang
berbeda-beda. Materi pembelajaran dengan tingkat kesulitan yang tinggi
biasanya menuntut langkah-langkah analisis dalam tataran yang beragam.
Analisis bisa hanya pada tataran dangkal, sedang, maupun analisis secara
mendalam. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mampu memberikan
arahan praktis untuk mengatasi tingkat kesulitan suatu materi pembelajaran.
6. Faktor alokasi waktu pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran juga harus memperhatikan alokasi
waktu yang tersedia dalam jam pembelajaran, ada beberapa metode belajar
yang diangap relative banyak menggunakan waktu, seperti metode pemecahan
masalah, dan inkuiri. Pengunaan metode ini kurang tepat jika digunakan pada
jam pembelajarn yang alokasi waktunya relatif singkat sehingga penguasaan
materi tidak akan optimal demikian pula dengan pembentukan kemampuan
siswa.
7. Faktor kesanggupan guru
Guru memang dituntut untuk selalu menunjukkan performa yang selalu
prima dalam setiap pembelajaran yang diampunya. Namun demikian, guru
tetaplah manusia dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Memilih suatu metode pembelajaran pun harus menimbang kesanggupan guru.
12

Akan tetapi, hal ini tidak menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk
menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.
Tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas harus
selalu diupayakan oleh setiap pendidik. Faktor kesanggupan guru bukanlah
suatu pembatas bagi guru untuk memunculkan ide, kreativitas, dan inovasi-
inovasi segar yang dapat memunculkan ‘ruh’ dalam pembelajaran yang
diselenggarakannya. Dalam paparan sederhana misalnya, guru yang memiliki
‘sense of humor’ banyak disukai muridnya, tetapi guru tidak perlu memaksakan
diri untuk menjadi ‘orang lucu’ di depan muridnya agar ia disukai. Cukup
dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu memunculkan
antusiasme belajar siswa, maka guru akan menjadi orang yang ‘diterima’ dan
disukai peserta didiknya.
Alasan agar disukai murid, juga tidak boleh menjadikan guru terlena,
karena hakikatnya tujuan pembelajaran jauh lebih mulia jika dibandingkan
alasan tersebut. Guru memiliki tugas mulia menhantarkan peserta didiknya
meraih cita-cita di masa depan. Menjadi disukai adalah ‘bonus’ atau
kompensasi dari kineja guru yang dilaksanakan secara profesional dan mantap.

BAB III
PENUTUP
13

A. Simpulan
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
menjalankan rencana yang telah dibuat dan tersusun dalam bentuk kegiatan
nyata/praktik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan
pembelajaran perlu memperhatikan penggunaan metode pembelajaran. Oleh
karenanya perlu pemahaman terkait metode pembelajaran dan pemilihan metode
pembelajaran. Alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi
pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi metode sebagai strategi pembelajaran,
metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran meliputi: peserta didik, situasi, fasilitas, tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, materi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran, kesanggupan
guru. Sudah semestinya seorang pendidik mampu menganalisa dan menerapkan
metode pembelajaran yang digunakan dengan cermat, demi tercapainya tujuan
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
14

Wina, sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran.2010. Jakarta: Kencana prenada Media


Group.

Mukrimaa, Syifa S. 2014. 53 Metode Belajar Pembelajaran Plus Aplikasinya.


Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.
Nurdyansyah dan Eni Fariyatul fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Nizama
Learning Center: Sidoarjo

Rianto, Milan. 2006. Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran. Departemen


Pendidikan Nasional: Malang.

Anda mungkin juga menyukai