Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik lagi.
Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses
untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Sanjaya
2008: 215). Paradigma pembelajaran yang berkembang dan diterapkan selalu
menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan
umum, bahwa pembangunan sumber daya manusia dimulai dari ruang-ruang kelas
dalam lingkup pendidikan formal di sekolah. Proses pendidikan merupakan langkah
nyata untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi kemajuan bangsa dan negara
(human investment).
Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran di kelas
mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kualitas yang
dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karekter humanis yang berkebangsaan.
Penentu proses pembelajaran yang berkualitas terletak di tangan guru. Secara
sederhana proses pembelajaran di kelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama.
Ketiga tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan, (3) evaluasi.
Terminologi guru berperan sebagai ‘fasilitator’ pembelajaran, memiliki makna
yang fungsional. Menjadi seorang fasilitator pembelajaran, tidak cukup dimaknai
dengan memberikan bimbingan dan mendampingi pembelajar, tetapi berkaitan dengan
sejauh mana guru mampu mengoptimalkan kewenangan yang dimilikinya sebagai
seorang fasilitator pembelajaran. Sebenarnya sangat disadari bahwa guru, sebagai
seorang pendidik memiliki kewenangan yang luas dalam mengelola pembelajaran di
kelas yang diampunya.
Pertama, dilihat dari dimensi persiapan pembelajaran, guru berperan sebagai
seorang desainer, yang memiliki kebebasan dalam membuat perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi pembuatan RPP
sekaligus berbagai persiapan yang dibutuhkan sebelum proses pembelajaran di kelas
dilaksanakan, seperti penguasaan materi, penentuan sumber maupun media belajar,
2
menentukan setting belajar (lingkungan yang meliputi situasi dan suasana belajar), dan
lain sebagainya.
Kedua, dilihat dari dimensi pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki
peran sebagai konduktor. Dalam analogi yang sederhana, guru seolah-olah adalah
seorang pemimpin orkestra musik yang banyak melibatkan banyak instrumen dan
pemain musik yang beragam. ‘Guru sebagai konduktor’ dalam hal ini adalah guru
bertugas memimpin proses pembelajaran. Memimpin proses pembelajaran tidak
diartikan guru mendominasi di dalamnya, tetapi guru memastikan rencana
pembelajaran (learning design) benar-benar terlaksana dengan baik, dengan berbagai
penyesuaian terhadap lingkungan kelas. Sebagai seorang konduktor dalam proses
pembelajaran, guru harus mampu mengelola berbagai aspek yang dibutuhkan dalam
situasi belajar. Termasuk kemampuan dalam mengelola situasi yang muncul pada saat
pembelajaran berlangsung, yang terkadang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Sebagaimana tugas seorang konduktor dalam sebuah orkestra
musik yang mampu menggabungkan berbagai macam instrumen musik menjadi sebuah
simponi. Demikian halnya dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.
Ketiga, dimensi evaluasi. Penilaian yang ideal adalah penilaian yang mampu
mencakup tiga ranah penting dalam pembentukan pengalaman belajar. Antara lain
mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Ini menjadikan
penilaian tidak hanya pada penilaian pekerjaan siswa, tetapi juga penilaian terhadap
kinerja siswa. Pekerjaan menunjuk pada hasil secara fisik, seperti jawaban soal, lembar
kerja, laporan dan sebagainya yang bersifat fisik, sehingga penilaian terhadap
pekerjaan dapat dilakukan setelah pembelajaran di kelas selesai. Berbeda dengan
kinerja, penilaian kinerja peserta didik dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Dalam menilai kinerja peserta didik, yang menjadi indikator penilaian
adalah partisipasi, performa, dan sikap peserta didik yang dapat diamati secara
langsung oleh guru dan dicatat dalam lembar penilaian kinerja. Peran guru sebagai
seorang evaluator harus dijalankan secara profesional, sistematis, adil, dan terekam.
sebagaimana telah dirumuskan dalam desain pembelajaran. Penilaian akhir merupakan
akumulasi dari pekerjaan dan kinerja.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan berikut ini:
5
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis. Secara teoritis, diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mengenai konsepsi pemilihan metode pembelajaran dengan melihat berbagai faktor
yang mempengaruhi, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penulisan dengan
topik terkait. Manfaat praktisnya, antara lain:
1. Diharapkan penulisan makalah ini dapat menjadi masukan bagi pemerhati
pendidikan khususnya guru, agar mempertimbangkan faktor-faktor pemilihan
metode pembelajaran dalam penyusunan learning design.
2. Bagi sekolah, dapat mendorong antusiasme guru dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan metode-metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif,
dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana sekolah.
6
BAB II
PEMBAHASAN
alasan yang menyebabkan siswa merasa bosan dan enggan secara intens
melibatkan diri dalam pembelajaran siswa aktif.
Akan tetapi, hal ini tidak menjadi dalih pembenaran bagi guru untuk
menunjukkan performa yang terlalu apa adanya, dan yang biasa-biasa saja.
Tuntutan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas dan kualitas harus
selalu diupayakan oleh setiap pendidik. Faktor kesanggupan guru bukanlah
suatu pembatas bagi guru untuk memunculkan ide, kreativitas, dan inovasi-
inovasi segar yang dapat memunculkan ‘ruh’ dalam pembelajaran yang
diselenggarakannya. Dalam paparan sederhana misalnya, guru yang memiliki
‘sense of humor’ banyak disukai muridnya, tetapi guru tidak perlu memaksakan
diri untuk menjadi ‘orang lucu’ di depan muridnya agar ia disukai. Cukup
dengan penggunaan metode pembelajaran yang mampu memunculkan
antusiasme belajar siswa, maka guru akan menjadi orang yang ‘diterima’ dan
disukai peserta didiknya.
Alasan agar disukai murid, juga tidak boleh menjadikan guru terlena,
karena hakikatnya tujuan pembelajaran jauh lebih mulia jika dibandingkan
alasan tersebut. Guru memiliki tugas mulia menhantarkan peserta didiknya
meraih cita-cita di masa depan. Menjadi disukai adalah ‘bonus’ atau
kompensasi dari kineja guru yang dilaksanakan secara profesional dan mantap.
BAB III
PENUTUP
13
A. Simpulan
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
menjalankan rencana yang telah dibuat dan tersusun dalam bentuk kegiatan
nyata/praktik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mencapai tujuan
pembelajaran perlu memperhatikan penggunaan metode pembelajaran. Oleh
karenanya perlu pemahaman terkait metode pembelajaran dan pemilihan metode
pembelajaran. Alasan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bagi
pelaksanaan pembelajaran di kelas meliputi metode sebagai strategi pembelajaran,
metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran meliputi: peserta didik, situasi, fasilitas, tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, materi pembelajaran, alokasi waktu pembelajaran, kesanggupan
guru. Sudah semestinya seorang pendidik mampu menganalisa dan menerapkan
metode pembelajaran yang digunakan dengan cermat, demi tercapainya tujuan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
14