Anda di halaman 1dari 90

Kode : DAR2/Profesional/207/3/2022

Pendalaman Materi : Geografi

Modul 6 :
SUMBER DAYA ALAM
DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kegiatan Belajar 3 :
DINAMIKA MUKA BUMI DAN BENCANA ALAM

Penulis : Drs. Agus Sutedjo, M.Si

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


Republik Indonesia
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga Modul “Dinamika Muka Bumi dan Bencana Alam” dapat
terselesaikan. Modul ini berisi 4 Kegiatan Belajar (KB) yaitu KB 1 tentang Litosfer, KB 2
tentang Tenaga Endogen dan Eksogen, KB 3 tentang Barang Tambang, dan KB 4 tentang
Bencana Alam. Setiap Kegiatan Belajar tidak hanya membahas materi pokok seperti
batuan, endogen dan eksogen, beberapa barang tambang, dan macam-macam bencana
alam namun selalu dikaitkan dengan kehidupan manusia. Penulisam modul ini
dimaksudkan untuk membantu peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam memahami
berbagai dinamika muka bumi khususnya litosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan
manusia dengan cara belajar secara mandiri. Agar supaya dapat memahami dengan baik,
setiap peserta diharapkan membaca modul secara tuntas dan mengerjakan soal-soal test
yang ada pada modul.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia yang telah mendanai hingga selesainya penulisan modul
ini. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada para penyelia yang telah memberi saran
maupun koreksi selama dalam masa penulisan modul ini. Tidak lupa kepada teman-teman
sejawat, terimakasih atas berbagai bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah S.W.T.
memberi balasan sebanyak-banyaknya kepada semuanya yang telah membantu dalam
penyelesaian modul ini.
Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari pencermatan penulis, semata-
mata karena kekurangmampuan penulis dalam hal bahasa maupun penguasaan materi
secara komperhensif. Kritik, masukan, ataupun saran yang konstruktif sangat diharapkan
oleh penulis dalam perbaikan modul Dinamika Muka Bumi dan Bencana Alam di masa
mendatang agar lebih sempurna. Harapan penulis semoga modul ini bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin.
Jakarta, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

PETUNJUK BELAJAR .......................................................................................... 1

CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................................. 2

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ...................................................................... 2

URAIAN MATERI ................................................................................................. 2

A. Pengertian Bencana ....................................................................................... 3

B. Manajemen Penanggulangan Bencana ........................................................ 16

C. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Alam ............................................... 19

D. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Industri ............................................ 63

E. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Sosial .............................................. 71

RANGKUMAN .................................................................................................... 73

TES FORMATIF .................................................................................................. 76

TES SUMATIF ..................................................................................................... 79

SOAL .................................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 4 ..................... 86

KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3 ............................................... 86

iii
PENDAHULUAN

Indonesia termasuk negara yang dianugerahi kekayaan alam yang


berlimpah dan keindahan yang luar biasa. Berbagai macam barang tambang dan
kondisi alam yang menakjubkan banyak terdapat di indonesia. Keindahan dan
kekayaan tersebut terbentuk karena berbagai macam gaya geologi yang bekerja di
litosfer. Namun di sisi lain, proses geologi yang terjadi juga menyimpan berbagai
macam kerawanan yang berpotensi menjadi bencana alam. Oleh karena itu semua
orang Indonesia harus bersiap diri untuk menghadapinya karena tidak akan dapat
terhindar dari berbagai macam bencana yang dapat muncul setiap saat.
Berdasarkan Data Informasi Bencna Indonesia (DIBI), peristiwa bencana
alam secara nasional yang paling sering terjadi adalah bencana angin topan,angin
puting beliung, banjir, kekeringan, kebakaran, dan tanah longsor. Bencana alam
yang paling banyak menimbulkan korban jiwa adalah gempa bumi, tsunami, letusan
gunung dan gempa bumi. Berdasarkan hal inilah dalam Kegiatan Belajar 4 akan
membahas tentang bencana banjir, gempa bumi, tanah longsor, tsunami, gunung
meletus, angin topan dan kekeringan. Semua bencana tersebut merupakan
bencana geologi maupun non geologi yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Dalam pembahasan tentang bencana ini akan dibahas pula tentang
tindakan-tindakan manusia yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak
berbagai macam bencana, sehingga meminimalkan korban. Tindakan manusia
meliputi berbagai tin dakan sebelum bencana terjadi, saat terjadi, dan setelah terjadi
bencana. Berbgai tindakan tersebut dapat dikelompokkan kedalam tiga fase yaitu
fase penyadatan, fase tindakan dan fase pencegahan dan fase pemulihan.
Fase penyadaran meliputi tindakan pencegahan, mitigasi bencana dan
kesiapsiagaan bencana, sedangkan fase tindakan yang merupakan tindakan tanggap
darurat meliputi memberi pertolongan, melakukan evakuasi, dan mendapatkan
informasi. Fase pemulihan meliputi pemberian bantuan darurat, melakukan
rehabilitasi, melakukan rekonstruksi, dan melakukan pemulihan. Setiap fase
mempunyai tujuan yang berbeda namun semuanya mengarah kepada
meminimalkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
PETUNJUK BELAJAR

1
1. Bacalah kegiatan belajar tentang bencana alam ini sebaik-baiknya dengan
cermat.
2. Sebaiknya Anda juga mengkaji materi yang relevan dari sumber-sumber yang
lain.
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini dan
cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia. Belajar Anda diangap tuntas
jika minimal skor yang saudara peroleh 70.
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas sehingga perlu mempelajari lagi lebih cermat bagian-bagian
yang belum dikuasai.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul
berikutnya.

CAPAIAN PEMBELAJARAN

Peserta mampu menganalisis dinamika atmosfer, litosfer, hidrosfer dan


pengaruhnya terhadap kehidupan manusia

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN

Peserta mampu menganilis dinamika litosfer yang meliputi mitigasi dan


kesiapsiagaan dalam menhadapi bencana gempa bumi, tanah longsor, tsunami,
gunung meletus, banjir, angin topan, dan kekeringan

URAIAN MATERI

2
A. Pengertian Bencana
Disaster adalah istilah bahasa Inggris untuk disaster, berasal dari kata latin
dis dan astro/aster. Dis berarti buruk atau tidak menyenangkan, dan aster berarti
bintang. Oleh karena itu, catastrophe secara harfiah berarti menjauhi orbit bintang,
atau dapat diartikan sebagai "suatu peristiwa yang disebabkan oleh komposisi
astrologi (astrologi) yang tidak diinginkan". Referensi lain mendefinisikan
"bencana yang disebabkan oleh posisi bintang dan planet yang tidak diinginkan"
(Coppola, 2015) dan (Etkin, 2016).
Menurut Gunn (2013) bencana adalah kerusakan ekologi yang meluas,
berupa kejadian-kejadian yang serius atau tidak terlihat (seperti kekeringan), dalam
skala yang tidak dapat ditanggulangi oleh sumber daya yang ada, dan masyarakat
yang terkena dampak. kerusakan yang ditimbulkan, dan membutuhkan dukungan
masyarakat internasional.
Menurut Etkin (2016), bencana adalah situasi atau peristiwa yang
membutuhkan kemampuan luar biasa dari pemerintah daerah, dukungan nasional
dan internasional, atau setidaknya dua organisasi atau kelompok bantuan
internasional, dan media nasional, regional, dan internasional. Untuk memasukkan
insiden/bencana dalam database CRED, kriteria berikut harus dipenuhi
a. Jumlah korban jiwa sebanyak 10 atau lebih
b. Populasi yang terkena dampak 100 atau lebih
c. Ada keadaan darurat / pengumuman dari negara bagian atau pemerintah daerah
pendeknya
d. Membutuhkan bantuan internasional
Frederick C. Cuny mendefinisikan bencana (disaster) sebagai suatu
situasi/kondisi tertentu yang diakibatkan oleh kejadian atau konflik dalam suatu
lingkungan (wilayah), sehingga mengakibatkan kondisi tertekan (stress), luka atau
sakit, kerusakan fisik (harta benda) dan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Sementara itu Carter (1992) mendefinisikan bencana (disaster) sebagai suatu
peristiwa yang terjadi secara alamiah atau akibat perbuatan manusia, bersifat
mendadak atau sangat cepat dan mengakibatkan penderitaan berat, sehingga harus

3
segera ditanggulangi dengan berbagai usaha secara luar biasa. Ciri-ciri kejadian
yang behubungan dengan bencana adalah:
1. Mengacau pola-pola kehidupan normal, biasanya keras/sadis, tidak pilih-
pilih, secara tiba-tiba, tidak diharapkan dan dalam wilayah yang luas.
2. Berdampak buruk terhadap jiwa manusia seperti kematian, terluka parah ,
tertekan (depresi), penyakit dan berbagai jenis gangguan kesehatan yang lain.
3. Berakibat buruk bagi struktur sosial seperti kehancuran/kerusakan harta
benda, sistem/tata pemerintahan, banguanan, komuniksi dan pelayanan
umum.
4. Diperlukan tempat tinggal darurat/sementara, barak pengungsian, bahan
makanan, pakaian, obat-obatan dan perawatan sosial bagi yang tertimpa
bencana.
Berdasarkan Undang–undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, didefinisikan bahwa bencana sebagai peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Bencana secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu bencana alam (natural
disasters) dan bencana akibat perbuatan manusia (man-made disasters). Bencana
alam dibagi menjadi dua yaitu bencana alam geologi dan bencana alam non geologi.
Bencana alam geologi merupakan bencana yang berhubungan dengan aktivitas
tektonik, misalnya gempa bumi, letusan gunungapi, tanah longsor dan tsunami.
Terdapat juga bencana alam geologi yang kejadiannya diawali oleh aktivitas
manusia, misalnya intrusi air laut akibat pemompaan air tanah yang berlebihan,
banjir akibat penyumbatan sampah di sungai, tanah longsor akibat penebangan
hutan atau pemotongan tebing tanpa terasering. Sedangkan bencana alam non
geologi merupakan bencana yang disebabkan oleh proses-proses alam yang
berhubungan dengan fenomena ekstra-teresterial, misalnya bencana meteorologi
seperti banjir, kekeringan, badai atau angin topan; bencana biologis seperti
serangan hama pertanian, wabah penyakit; dan bencana meteorik seperti jatuhnya

4
meteor ke permukaan bumi yang menimbulkan bencana di bumi. Bencana akibat
perbuatan manusia dipicu oleh aktivitas manusia seperti pencemaran lingkungan,
kebakaran hutan, kerusuhan politik, dan perang. Pembahasan selanjutnya tentang
bencana hanya bencana alam saja baik bencana geologi maupun bencana non
geologi.
Menurut United Nations International Strategy for Disaster Reduction
(UN – ISDR), bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia,
yang dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi,
bahaya biologi, bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan. Menurut
UN - ISDR bencana memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Terdapat gangguan (disruptif) terhadap berlangsungnya peradaban secara


serius
2. Gangguan tersebut meliputi kerugian dan dampak buruk terhadap
kemanusiaan, material, ekonomi dan lingkungan.
3. Gangguan ini melebihi kemampuan masyarakat yang terdampak bencana,
dalam menanganinya dengan sumberdaya yang dimiliki

Dalam UU No 24 Tahun 2007 dinyatakan ada tiga jenis bencana, yaitu


meliputi bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Masing-
masing jenis bencana didefinisikan sebagai berikut. (1) Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. (2) Bencana
nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. (3) Bencana sosial adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. (4) Kegagalan Teknologi adalah
semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain,
pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan

5
teknologi dan atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan
bangunan, korban jiwa, dan kerusakan lainnya.

Klasifikasi bencana berdasarkan sifat bencana


Setiap bencana memiliki besaran atau besarnya dampak yang ditimbulkan
oleh proses bencana tersebut. Berdasarkan karakteristik tersebut tidak semua
"kejadian yang tidak diinginkan" termasuk dalam kategori bencana. Klasifikasi
bencana berdasarkan sifat dibedakan antara kejadian (event), bencana (disaster),
dan katarastropik (catastrophe). Misalnya kebakaran rumah yang dapat ditangani
oleh petugas pemadam kebakaran termasuk dalam kategori kejadian, bukan
bencana (Coppola, 2015). Katarastropik memiliki dampak yang lebih besar
daripada bencana. Menurut Quarantelli, peristiwa diklasifikasikan sebagai
katastropik ketika: (Etkin, 2016).
a. Dampak yang hebat pada sebagian besar atau semua infrastruktur masyarakat
b. Pemerintah daerah tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik dan akan
bertahan hingga masa pemulihan (pasca bencana).
c. Aktivitas sehari-hari masyarakat terganggu hampir setiap hari
d. Masyarakat sekitar atau yang berdekatan tidak bisa membantu

Klasifikasi bencana perdasarkan kemampuan pengelolaannya


Dilihat dari kemampuan pengelolaan oleh pejabat berwenang, bencana
dapat dibagi menjadi tiga kategori (Coppola, 2015). :
1. Bencana lokal, yaitu bencana yang dapat dikelola oleh pemerintah daerah seperti
provinsi dan kota. Jika tidak dapat dikelola, maka akan menjadi bencana
nasional.
2. Bencana nasional, yaitu bencana yang dapat dikelola oleh pemerintah
nasional/Negara setempat. Seperti bencana lokal, jika negara tidak bisa
menghadapinya, itu akan menjadi bencana internasional.
3. Bencana internasional, bencana penanganannya harus dilakukan oleh
organisasi internasional atau koalisi beberapa negara yang mendukung
penanggulangan bencana.

6
Klasifikasi bencana berdasarkan kecepatan terjadinya
Bencana juga dapat dikategorikan berdasarkan kecepatan kejadian (Etkin,
2016) :
1. Rapid disaster. Rapid disaster adalah bencana mendadak yang terjadi dengan
sedikit atau tanpa peringatan dini dan biasanya memiliki konsekuensi bencana
yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari. Contohnya termasuk
gempa bumi, tsunami, gunung berapi, tanah longsor, tornado, dan banjir.
Kemampuan manusia dalam merespon dan memberi bantuan kepada korban
bencana ini dapat memakan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau
bahkan setahun, seperti bencana kekeringan, epidemic AIDS, dan erosi
2. Slow Disaster. Slow disaster merupakan jenis bencana yang berlangsung
lambat tanpa gejala. Gejala bencana hanya dapat dilihat setelah tingkat
kerusakan dan penderitaan dalam jumlah yang proporsional dan memerlukan
tindakan segera dalam skala besar. Contohnya antara lain kelaparan, kekeringan,
penggurunan tanah (desertification), dan pandemi Covid-19.

Klasifikasi bencana berdasarkan jumlah kejadiannya


Dilihat dari jumlah kejadiannya, hanya ada satu jenis bencana (single
disaster) dan ada multi bencana (compound disaster). Dalam bencana majemuk atau
kompleks, peristiwa bencana yang dapat menyebar, memperburuk, atau
menyebarkan kerusakan terjadi pada waktu yang bersamaan (Gunn, 2013).

Klasifikasi bencana berdasarkan penyebab bencana


Berdasarkan penyebabnya Antoni J. Taylor telah mengkategorikan bencana
menjadi tiga kategori: bencana alam (natural disaster), bencana industri (bencana
yang disebabkan oleh industrialisasi), dan bencana akibat perbuatan manusia
(humanistic disaster). Menurut Etkin, 2016 bencana yang disebabkan, bencana
alam, bencana akibat teknologi, dan bencana akibat manusia.
a. Bencana alam (natural disaster)

7
Frekuensi bencana alam diperkirakan akan terus meningkat karena faktor-
faktor berikut: (1) Fluktuasi siklus alam seperti matahari maksimum, gempa
bumi, dan aktivitas gunung berapi. (2) Minimal pemanasan global yang dapat
meningkatkan aktivitas badai dan kekeringan fatal di beberapa daerah. (3)
Meningkatnya jenis penyakit dan vektor penyakit menular akibat pemanasan
global. (4) Perubahan musim, pola cuaca, dan perubahan suhu dan
kelembaban lingkungan yang mempengaruhi persediaan makanan, produksi
zat alergen, dan kesehatan manusia (Hogan & Burstein, 2007). Menurut
(Keim, 2015), bencana alam dapat dibagi menjadi tiga kategori.
1. Bencana yang disebabkan oleh peristiwa biologis (biological catastrophes).
Bencana ini disebabkan oleh bakteri atau virus patogen yang dapat berupa
pandemi, epidemi, atau epidemi penyakit menular. Dictionary of Disaster
Medicine and Humanitarian Relief menyatakan bahwa bencana biologis
adalah bencana yang disebabkan oleh paparan masif biomassa atau
organisme terhadap zat beracun, bakteri, atau radiasi (S.W.A. Gunn, 2013).
Contohnya adalah pandemi Covid-19.
2. Bencana akibat bencana hidrometeorologi. Bencana ini dapat disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi atau rendah. Yang sering terjadi adalah
bencana hujan lebat: banjir dan badai. Bencana badai termasuk siklon
tropis, tornado, badai, dan badai salju. Bencana yang disebabkan oleh curah
hujan yang rendah, di sisi lain, termasuk kekeringan (yang mungkin terkait
dengan badai pasir), kebakaran yang tidak terkendali seperti hutan, dan
gelombang panas.
3. Bencana yang disebabkan oleh peristiwa geofisika (geophysical disaster).
Bencana ini disebabkan oleh energi yang dihasilkan oleh berbagai peristiwa
geofisika. Bencana geofisika terbagi menjadi tiga kategori: (1) Bencana
energi seismik seperti gempa bumi dan tsunami. (2) Bencana akibat energi
vulkanik seperti letusan gunung berapi dan aliran jentik gunung. (3)
Bencana energi gravitasi seperti longsor (longsoran batuan, longsor, aliran
lahar vulkanik, longsoran).
b. Bencana industri

8
Bencana industri adalah bencana yang terjadi sebagai akibat dari proses atau
kegiatan industri, termasuk penciptaan, pengujian, penerapan, atau kegagalan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi
menciptakan bahaya industri seperti limbah industri, radiasi dan bencana kimia.
Setiap ton berpotensi mematikan (Hogan & Burstein, 2007), dengan sejumlah
besar barang berbahaya dibawa ke pemukiman padat penduduk setiap hari.
Contoh bencana teknis adalah Bikini Atoll di Kepulauan Marshall pada tahun
1946, Three Mile Island di Pennsylvania pada tahun 1976, dan uji coba nuklir
di Chernobyl, Ukraina pada tahun 1986 (A. M.Gun, 2008).
c. Bencana akibat manusia
Bencana akibat manusia disebut juga bencana buatan manusia (manmade
disaster atau natural induced disaster (Beach, 2010) Bencana ini merupakan
akibat dari kesalahan manusia, kedengkian, dan peristiwa yang ditinggalkan
oleh pelaku jika terjadi bencana beranggapan masyarakat dapat mencegahnya.
Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi
antara ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut
Undang-undang Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana”. Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi
atau karateristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu
masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
masyarakat untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak
bahaya tertentu”
Klasifikasi bencana menurut penyebab Taylor ditunjukkan pada Tabel 1 di
bawah ini (Taylor, 1987). Tabel 2 menunjukkan jenis bencana buatan manusia yang
disebabkan oleh Gunn & Beach (2010).

Tabel 1. Klasifikasi Bencana menurut Antony J. Taylor


Subyek Natural Industrial Humanistic
Bumi/Tanah Longsor Bendungan runtuh Perusakan ekologi

9
Subyek Natural Industrial Humanistic
Gempa Bumi Pengabaian ekologi Kecelakaan di jalan
Erosi Tanah longsor raya atau kereta
Erupsi Jatuhnya benda dari
Deposit Radon luar angkasa
Polusi radioaktif
Tanah ambles
Pembuangan limbah
beracun

Udara Badai Salju Hujan asam Kecelakaan pesawat


Badai siklon Polusi kimia udara
Badai debu Ledakan di atas dan di Pembajakan pesawat
(gurun) bawah tanah Kecelakaan pesawat
Badai Hurricanes Awan dan jelaga angkasa
Aktivitas meteorit radioaktif
dan planet Asap pabrik
Perubahan suhu
ekstrim
Badai tornado

Api Petir/guntur Kecelakaan uap atau Pembakaran secara


cairan mendidih sengaja
Kebakaran listrik
Bahan kimia
berbahaya
Pembakaran spontan

Air Banjir Kontaminasi air oleh Kecelakaan di laut


Badai limbah
Tsunami Tumpahan minyak
Pembuangan limbah

Manusia Penyakit endemik Kecelakaan konstruksi Perselisihan


Epidemik Cacat desain penduduk sipil
Kelaparan Kecelakaan oleh Pemerasan criminal
Kepadatan peralatan oleh virus dan racun
penduduk yang Pembuatan dan Perang gerilya
ekstrim penggunaan obat- Penyanderaan
Penyakit Pes obatan terlarang Kekerasan dalam
Kecelakaan pabrik acara olahraga
Teroris
Perang
Sumber : Taylor (1987)

10
Adapun bencana akibat ulah manusia menurut Angus M. Gun dalam bukunya
Encyclopedia of Disasters yang memberikan contoh-contoh bencana di dunia,
seperti pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Bencana Akibat Ulah Manusia (Manmade Disaster)

No. Jenis Bencana Contoh


1. Kecelakaan - Tumpahan minyak di teluk Persia (1991), di
Perancis (1978), Alaska (1989)
akibat industry
- Ledakan industri di Monongah Pennsylvania
(1907), di Halifax Canada(1917), di Texas
(1947)
- Keracunan limbah merkuri di Irak (1971)
- Ledakan gas di Celeveland, Ohio (1944)
- Tumpahan Dioksin di Seveso Italia (1976)
- Tenggelamnya anjungan minyak di Canada
(1982)
- Keracunan gas di Bhopal India (1984)
- Ledakan pesawat ulang alik Challenger di
Florida (1986)
- Kecelakaan nuklir di Chernobyl, Ukraina (1986)
2. Serangan Teroris - Serangan teroris di Munich Jerman (1972),
New York (1993), Oklahoma (1995), Nine
Eleven New York City (2001)
- Teror anthrax di AS (2001)
3. KonfliK Sosial - Revolusi Rusia di St Petersburg (1905);
- Ukraine catastrophe (1932)
- Pembataian massal di Nanking (1937)
- Tes nuklir di Bikini Atoll, Marshall Islands
(1946)
- Pembantaian massal di lapangan Tiananmen
China (1989)
- Pembantaian etnis di Rwanda (1994), Bosnia-
Herzegovnia (1995);
- Bom nuklirdi Horishima-Nagasaki (1945)
4. Human Error - Kebakaran di Roma Italia (64), London Inggris
(1666), Illinois Chicago (1871); Teater di
Chicago (1903)
- Kelaparan di Bengal India (1770)
- Longsor di Turtle Mountain Canada (1903), di
Aberfan Inggris
- Tenggelamnya kapal Titanic (1912)
- Bendungan runtuh di St Francis Dam (1928),

11
Vaiont Dam di Italia (1963),Teton Dam
Idaho, AS (1976)
- Pasar saham kolaps (1929)
- Kabut asap di London (1952)
- Tragedi Talidomid (1957)
- Kontaminasi air di Love Canal New York (1978)
- Tumpahan minyak di Perancis (1978), Alaska
(1989)

Sumber: (A. M. Gunn, 2008)


Berdasarkan beberapan definisi tersebut ada beberapa hal yang penting
untuk diperhatikan, yaitu sebagai berikut. (1) Bencana merupakan peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda , dan dampak psikolologis. (2) Bencana dapat ditimbulkan oleh faktor
alam, faktor nonalam, dan faktor manusia. Korban jiwa dan dampak yang lain
sebagai akibat bencana bukan saja oleh kekuatan bencana itu sendiri, namun juga
oleh faktor manusia yang tinggal di daerah yang terdampak oleh bencana tersebut.
Berbagai bencana yang telah terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia masih belum memiliki pengetahuan yang memadahi terhadap potensi
bencana yang secara karakteristik ada diwilayahnya. Korban yang diakibatkan
gempabumi yang disertai tsunami yang sedemikian banyak, demikian juga dengan
tanah longsor yang setiap musim hujan selalu menelan korban, baik jiwa maupun
harta menunjukkan bukti mengenai hal itu.
Beberapa tahun terakhir serangkaian gempa dan tsunami telah melanda
wilayah Indonesia. Gempa yang disertai tsunami, secara berturut-turut terjadi di
Flores tahun 1992, Banyuwangi tahun 1994, Biak tahun 1996, Halmahera tahun
1998, Aceh tahun 2004, Nias 2005, dan Pangandaran 2006. Seluruh kejadian
tsunami selalu menelan korban jiwa. Bahkan tsunami yang terjadi di Aceh pada
tahun 2004 diperkirakan menelan korban jiwa mencapai 200.000 orang.
Banyaknya korban jiwa akibat bencana tsunami menunjukkan bahwa
pemahaman masyarakat tentang tsunami masih kurang, sehingga kewaspadaan
terhadap bencana tersebut masih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Poniman
dan Suprajaka (2005) yang menyatakan bahwa orang Indonesia yang memiliki
pengetahuan atau informasi mengenai tsunami masih jarang.

12
Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Prasetyo dan Warsono (2000) di
daerah yang pernah dilanda tsunami, yaitu di Pantai Pancer, kabupaten
Banyuwangi, menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah tersebut tidak
mengenal tsunami. Mereka baru mengenal tsunami setelah wilayah mereka dilanda
bencana tsunami, yaitu pada tahun 1994. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
bencana yang terjadi pada saat itu menelan korban yang cukup banyak, yaitu
sebanyak 377 orang. Tsunami di Aceh tidak akan mencapai 200.000 jika penduduk
Banda Aceh telah memahami tsunami, atau menyadari bahwa mereka tinggal di
wilayah yang potensial mengalami bencana tsunami.
Sejalan dengan penelitian Prasetyo dan Warsono, pendapat Poniman dan
Suprajoko, penelitian Daryono, dkk (2009), menunjukkan hasil yang serupa.
Sebagian besar penduduk (91,4 %) di Kecamatan Watulimo, Kabupaten
Trenggalek yang tinggal di teluk yang rawan terhadap bencana tsunami
menyatakan bahwa daerah mereka aman terhadap ancaman tersebut. Alasan yang
dikemukakan oleh sebagian besar responden adalah bahwa sepengetahuan mereka
selama ini dan sebelumnya daerah mereka tidak pernah mengalami tsunami. Hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan penduduk mengenai potensi ancaman
bencana tsunami di wilayahnya masih sangat kurang.

Gambar : 1. Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami di Desa

13
Watulimo (Daryono, 2009).

Pengetahuan penduduk terhadap potensi ancaman/bahaya bencana akan


mempengaruhi persepsi mereka terhadap bencana tersebut. Perasaan aman tinggal
di daerah yang sebenarnya rawan terhadap ancaman bencana mengandung resiko
yang sangat besar. Karena dengan perasaan aman masyarakat akan kehilangan
kewaspadaan terhadap kemungkinan timbulnya bencana yang sewaktu-waktu bisa
terjadi di wilayah tersebut.
Di Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek telah terpasang system
peringatan dini untuk bencana tsunami. Ironisnya tidak satupun warga yang
mengenali alat sesuai fungsinya. Warga hanya mengenal alat tersebut sebagai
stasiun pasang surut sebagai mana yang tertulis, tetapi tidak tahu untuk apa
fungsinya. Mereka tidak paham arti tulisan tsunami early warning system pada
bangunan tersebut.
Dampak suatu bencana diukur berdasarkan jumlah korban jiwa,
kerusakan, atau kerugian yang ditimbulkannya. Resiko suatu bencana ditentukan
oleh variabel-variabel sebagai berikut (1) ancaman/ bahaya (hazard), (2)
kerentanan (vulnaribility), dan (3) kapasitas (capacity).
1. Ancaman/bahaya (Hazard)
Ancaman atau bahaya merupakan kondisi atau situasi yang memiliki
potensi yang menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta
benda, fasilitas, maupun lingkungan.
2. Kerentanan (Vulnaribility)
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menyebabkan menurunnya
kemampuan seseorang atau masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan
hidup, atau merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat anatara lain
dipengaruhi oleh keadaan infrastruktur dan kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang antara lain meliputi tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,
kepercayaan. Jeleknya infra struktur, rendahnya tingkat pendidikan dan
tingginya tingkat kemiskinan akan menyebabkan tingkat kerentanan suatu
wilayah akan semakin tinggi.

14
3. Kapasitas (Capacity)
Kapasitas merupakan kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap
individu dan lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap
menghadapi dan pulih dari akibat bencana dengan cepat.
Berdasarkan tiga variabel seperti di atas, maka resiko bencana (Risk) dapat
diperkirakan. Resiko bencana merupakan interaksi antara tingkat kerentanan
dengan bahaya yang ada. Ancaman bahaya yang berasal dari alam sifatnya tetap
karena merupakan proses yang terjadi secara alamiah. Oleh karena itu untuk
memperkecil resiko bencana yang ditimbulkan adalah dengan cara meningkatkan
kemampuan untuk menghadapi ancaman bencana dengan cara mengurangi tingkat
kerentanan. Penilaian resiko bencana di suatu wilayah dapat diformulasikan
sebagai berikut.
𝑯𝒙𝑽
𝑹=
𝑪
Keterangan:
R = Risk (Resiko)
H = hazard (Ancaman)
V = Vulnaribility (kerentanan)
C = Capacity (Kapasitas)
Kapasitas memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurangi
resiko. Hal ini dibuktikan ketika pada tahun 1976 gempa dengan kekuatan 7,2 skala
Richter melanda kota San Fransisco yang padat penduduk. Pada saat itu korban
yang jatuh sebanyak 62 orang jiwa. Pada tahun 1990, Iran diguncang gempa
dengan kekuatan 7,3 skala Richter, namun korban yang jatuh jauh lebih besar
daripada gempa di San Fransisco, yaitu sebayak 50.000 jiwa. Hal ini bisa terjadi
karena masyarakat di San Fransisco telah menyadari bahwa wilayah mereka rawan
terhadap ancaman bencana gempa bumi, sehingga bangunan tempat tingal mereka
telah dirancang untuk mengantisipasi bencana yang mungkin akan terjadi.
Ada dua kondisi yang menyebabkan bencana dapat terjadi, yaitu adanya
peristiwa yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability)
masyarakat. Bencana tidak akan muncul ketika peristiwa/ ancaman tersebut terjadi

15
tetapi masyarakat dalam kondisi tidak rentan,sehingga dapat mengatasi sendiri
peristiwa yang mengganggu tersebut. Bencana juga tidak akan terjadi meskipun
kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam.
Pembahasan selanjutnya tentang bencana hanya bencana alam saja baik
bencana geologi maupun bencana non geologi, meliputi bencana akibat gempa
bumi, letusan gunungapi, tsunami, tanah longsor, banjir, angin topan dan
kekeringan.

B. Manajemen Penanggulangan Bencana


Bakornas PBP (2005) menyatakan bahwa peran pemerintah dalam usaha
dan upaya penanggulangan bencana alam secara nasional meliputi kegiatan yang
bersifat prevensi, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi. Kegiatan-kegiatan tersebut lazimnya disebut Siklus Penanggulangan
Bencana (Gambar 2.) yang dibagi ke dalam 3 kelompok kegiatan utama yaitu
kegiatan Prabencana, Saat bencana, dan Pascabencana.

Gambar 2.: Siklus Penanggulangan Bencana


Pertama, masa prabencana atau disebut fase penyadaran (awareness) akan
bencana. Berbagai program secara terencana dan terintegrasi apat dilakukan,

16
misalnya: (1) pemberdayaan sumberdaya manusia baik pekerja beserta keluarganya
maupun masyarakat sekitar, (2) peningkatan pengetahuan para stake holder tentang
bencana, (3) perencanaan pengembangan daerah dan pertumbuhan tataruang, (4)
pelestarian lingkungan. Kedua, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada saat
terjadi bencana adalah tindakan yang ditujukan dalam rangka antisipasi atau respon
secara langsung. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa langkah emergensi dan
penyelamatan, atau kegiatannya bersifat tematis dan sesaat, misalnya penyediaan
sarana berlindung, sarana kesehatan dan kebersihan, sandang dan pangam,
peralatan sekolah, dan sebagainya. Ketiga, agenda pada fase pasca bencana. Situasi
pasca bencana disebut juga sebagai periode recovery yang didominasi program-
program yang bersifat rekonstruksi dan rehabilitasi. Program kegiatan difokuskan
pada kegiatan dalam bentuk pembangunan kembali infrastruktur terutama fasilitas
produksi, infrastruktur sosial, dan sarana umum.
Untuk mencegah terulangnya bencana serupa, setelah penanggulangan
pada saat bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi diperlukan adanya usaha
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagana. Pengertian mitigasi bencana alam secara
luas mencakup pencegahan hingga kesiapsiagaan, yaitu usaha untuk mengurangi
atau meringankan penderitaan yang mungkin dialami sebagai akibat proses geologi.
Usaha mitigasi bencana yang dapat dilakukan ditentukan oleh jenis dan lokasi
bencana, kepadatan penduduk yang terlanda bencana dan sarana prasarana yang
tersedia. Masing-masing bencana geologi memiliki sifat tertentu, serta kondisi
geologi tertentu pula sehingga penanganannya tertentu pula, namun manajemen
tanggap daruratnya secara umum sama.
Adapun tujuan manajemen bencana secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta benda dan
lingkungan hidup.
2. Menghilangkan kesengsaraan dan kesulitan dalam kehidupan dan penghidupan korban.
3. Mengembalikan korban bencana dari daerah penampungan/ pengungsian ke daerah asal
bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak huni dan aman.
4. Mengembalikan fungsi fasilitas umum utama, seperti komunikasi/ transportasi, air
minum, listrik, dan telepon, termasuk mengembalikan kehidupan ekonomi dan sosial
daerah yang terkena bencana

17
5. Mengurangi kerusakan dan kerugian lebih lanjut
6. Meletakkan dasar-dasar yang diperlukan guna pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam konteks pembangunan
Menurut Copola (2015) terdapatempat aktivitas manajemen bencana,
yaitu Mitigasi, Kesiapsiagaan, Respon (tanggap darurat) dan Pemulihan. Mitigasi
didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana terjadidengan tujuan
mengurangi atau menghilangkan dampak bencana terhadap masyarakat dan
lingkungan. Mitigasi sering disebut pencegahan atau pengurangan resiko,
dianggap sebagai landasan manajemen bencana. Terdapat dua jenis mitigasi, yaitu
mitigasi structural dan non structural. Mitigasi structural didefinisikan sebagai
usahapengurangan resiko yang dilakukanmelalui pembangunan atau perubahan
lingkungan fisik melalui penerapan solusi yang dirancang. Mitigasi Non-
struktural meliputi pengurangan kemungkinan atau konsekuensi resiko melalui
modifikasi proses-proses perilaku manusia atau alam tanpa membutuhkan
penggunaan struktur yang dirancang. Teknik ini dianggap sebagai cara manusia
menyesuaikan dengan alam. Di dalam teknik ini terdapat langkah-langkah
regulasi, program pendidikan dan kesadaran masyarakat, modifikasi fisik non
structural, modifikasi perilaku serta pengendalian lingkungan.
Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespon jika terjadi
bencana atau persiapan tindakan pra-darurat untuk mengembangkan keterampilan
operasional dan memungkinkan respon yang efektif dalam keadaan darurat akan
terjadi. Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan seperti: Mengembangkan, menguji,
dan melakukan pelatihan perencanaan bencana, memberikan pelatihan kepada
responden bencana dan masyarakat umum, dan berkomunikasi dengan masyarakat
umum dan lainnya tentang kerentanan mereka terhadap bencana dan tindakan
yang harus diambil untuk menguranginya.
Respon adalah tindakan yang dilakukan segera sebelum, selama dan
setelah bencana terjadi. Tujuankegiatan ini adalah untuk menyelamatkan nyawa,
mengurangi kerusakan harta benda dan meningkatkan pemulihan dari insiden
tersebut.

Pemulihan adalah kegiatan mengembalikan sistem infra struktur kepada

18
standar operasi minimal dan panduan upaya jangka panjang yang dirancang untuk
mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi normal keadaan yang lebih baik
setelah bencana. Menurut Coppola (2015) pemulihan membutuhkan proses
perencanaan, koordinasi dan pendanaan yang kompleks. Pemulihan meliputi
banyak kegiatan , seperti komunikasi, penyediaan penampungan sementara
atau jangka panjang, penilaian terhadap kerusakan dan kebutuhan pembongkaran
strukturbangunan yang rusak serta pembersihan, pemindahan pembuangan puing-
puing sampah/reruntuhan. Disamping itu ada pula kegiatan rehabilitasi infra
struktur, inspeksi dan perbaikan, konstruksi baru, rehabilitasi sosial, penciptaan
lapangan kerja, penggantian kerugian harta benda,rehabilitasi korban yang terluka
dan pendampingan ulang resiko bencana.

C. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Alam


Bencana alam di Indonesia merupakan suatu fenomena yang akan terus
terjadi, dan akan terus menjadi persoalan bagi segenap lapisan masyarakat.
Mengapa demikian ? Sebab secara geotektonik Indonesia merupakan merupakan
suatu kawasan yang sangat aktif karena dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng
Indo Australia, dan lempeng Pasifik yang saling bertabrakan. Dampaknya adalah
aktivitas seismik dan volkanik yang sangat tinggi (Baca kembali dampak
tektonisme pada Kegiatan Belajar 2). Posisi Indonesia di antara 2 samodera dan 2
benua berdampak pada curah hujan yang tinggi namun beberapa tempat kondisinya
kering sehingga banjir dan kekeringan seringkali terjadi. Akhir-akhir ini seiring
dengan perubahan iklim sering terjadi angin topan yang melanda beberapa tempat
di Indonesia.
Gerak dan dinamika litosfer di Indonesia berpotensi besar memunculkan
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunungapi, longsor serta banjir,
kekeringan, angin topan karena kondisi meteorologinya. Sebagai contoh tsunami di
Aceh (2004), gempa bumi di Yogyakarta (2006), banjir yang melanda kota Jakarta
hampir setiap tahun, letusan Gunung Merapi yang masih sering terjadi, tanah
longsor di Ponorogo (2017), kekeringan di Banjarnegara (2017), dan bencana angin

19
topan Timbul banyak korban atas bencana yang terjadi di tempat-tempat terebut
baik secara fisik maupun non fisik. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
tertentu untuk mengurangi dampak yang terjadi terhadap manusia, setiap jenis
bencana memerlukan metode yang berbeda. Langkah-langkah apa yang dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak bencana alam ? Berikut ini penjelasannya.
1. Gempa Bumi.
Gempa bumi sebagai salah satu ancaman bencana, keberadaannya tidak
dapat diprediksi begitu pula dengan waktu terjadinya (unpredictable). Oleh karena
itu dampak yang ditimbulkan pada umumnya lebih serius dibandingkan dengan
bencana alam lain yang kejadiannya bisa diprediksi sebelumnya. Beberapa
bencana gempa bumi yang banyak menelan korban antara lain gempa di Tangshan
Cina yang terjadi pada tahun 1976 menelan korban sebanyak 240.000 jiwa, gempa
di Iran pada tahun 1968 sebanyak 12.000 jiwa dan pada tahun 1990 sebanyak
50.000 jiwa, Peru pada tahun 1970 sebanyak 70.000 jiwa.
Dampak yang ditimbulkan oleh gempa dapat dibedakan menjadi dampak
primer, skunder, dan dan tertier. Dampak primer adalah dampak yang terjadi akibat
proses bencana secara langsung, yaitu berupa getaran kuat yang menghancurkan
bangunan atau merusak infrastruktur. Dampak sekunder merupakan dampak lebih
lanjut akibat dampak primer misalnya gempa menyebabkan terjadinya tsunami,
tanah longsor, kebakaran hebat, hancurnya pusat tenaga listrik, kebocoran reaktor
nuklir, dll. Dampak tersier merupakan dampak jangka panjang misalnya hancurnya
habitat pantai atau rusaknya air tanah akibat tsunami. Gambar 3. merupakan
dampak primer gempa bumi.
San Fransisco, sebuah kota di Amerika Serikat dikenal sebagai wilayah
yang rawan terhadap ancaman bencana gempa bumi. Para ahli di sana berusaha
untuk meneliti patahan San Andreas yang menjadi penyebab ancaman gempa di
wilayah tersebut. Berdasarkan hasil penelitiannya, para ahli kemudian merancang
instrumen yang diharapkan dapat meberikan peringatan dini ketika gempa akan
terjadi. Namun ternyata alat peringatan dini yang telah dirancang tidak berfungsi
ketika gempa tiba-tiba terjadi. Sampai saat ini para ahli belum mampu merancang
alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini terhadap ancaman

20
bencana tsunami. Oleh karena itu, kapan dan dimana gempa akan terjadi masih
merupakan misteri yang belum dapat diprediksi.

Gambar 3: Akibat gempa di Yogyakata pada tahun 2006


(https://blog.act.id/kata-sultan-hb-x-tentang-sesar-opak-
pemicu-gempa-jogja-mei-2006)

a. Mitigasi Bencana Gempa Bumi


Mitigasi bencana gempa bumi berarti melakukan tindakan untuk
mengurangi dampak buruk dari bencana sebelum gempa bumi itu terjadi. Tindakan
mitigasi mencakup semua tindakan perlindungan mulai dari penyiapan sarana fisik
yang memadai, pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat hingga pemberian
informasi dan peringatan dini. Tujuan utama mitigasi bencana gempa bumi adalah
untuk mengembangkan berbagai tindakan yang dapat mengurangi resiko korban
meninggal dunia, luka dan sakit, rusaknya lingkungan hidup, serta kerugian harta
benda dan terganggunya perekonomian masyarakat. Beberapa langkah awal yang
dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa bumi antara lain seperti berikut.
1. Pemetaan Wilayah Rawan Gempa Bumi.
Pemetaan wilayah rawan gempa bumi dapat dijadikan landasan untuk
menentukan kebijakan pemerintah. Selain itu, juga berguna untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman gempabumi.

21
2. Relokasi Permukiman Penduduk.
Berdasarkan Peta Kerawanan Gempa Bumi, penataan lokasi
permukiman penduduk dapat dilakukan. permukiman padat penduduk yang
rawan terhadap bencana gempa bumi perlu dilakukan relokasi ke tempat lain
yang aman dari gempa bumi.
3. Pembuatan Prediksi Gempa Bumi.
Berdasarkan beberapa kejadian gempa di suatu daerah dapat ditentukan
pola atau kecenderungan berulangna kembali bencana gempa bumi. Dengan
data tersebut dapat dibuat semacam prediksi gempa bumi yang akan terjadi.
Prediksi sangat penting untuk memberikan kesadaran dan kesiapsiagaan sejak
dini bagi masyarakat, meskipun gempa bumi tidak dapat diketahui dengan
pasti kapan akan terjadi, namun paling tidak dapat digunakan sebagai
informasi awal.
4. Peraturan konstruksi tahan gempa.
Perlu ditetapkan peraturan pemerintah mengenai kelayakan konstruksi
bangunan tahan gempa, baik perkantoran, bangunan rumah, dan fasilitas
umum yang berada di daerah rawan gempa. Hal ini sering dinamakan mitigasi
struktural yaitu melakukan rekayasa bangunan yang tahan terhadap getaran
gempa dan memberi batasan berapa ketinggian maksimal bangunan yang
diperbolehkan.
5. Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
Jalur dan rambu-rambu evakuasi sangat penting diadakan untuk
mengurangi kemacetan dan kebingungan pada saat dilakukan tindakan
evakuasi.
6. Penyiapan Alat Mitigasi.
Peralatan mitigasi bencana gempa bumi yang diperlukan harus
dipersiapkan dengan baik, seperti pemadam kebakaran, peralatan penggalian
tanah atau bangunan, lampu senter, obat-obatan dan alat perlindungan
lainnya.
7. Pembentukan Satuan Tugas.

22
Pembentukan satuan tugas dengan pembagian kerja yang jelas dan
melibatkan warga masyarakat perlu dilakukan agar dapat melakukan mitigasi
bencana gempa bumi dengan baik.
8. Pendidikan dan Latihan Mitigasi Gempa Bumi
Pendidikan, latihan dan simulasi secara berkala perlu dilakukan dalam
rangka meningkatkan kesadaran , pengetahuan, dan ketrampilan semua
lapisan masyarakat tentang mitigasi gempa bumi.
9. Asuransi
Asuransi bencana jarang diterapkan, namun sangat berguna karena
sangat dimungkinkan korban bencana akan banyak kehilangan harta benda.
Hal ini akan banyak terbantu jika mengikuti progaram asuransi bencana.

b. Kesiapsiagaan Gempa Bumi


Kesiapsiagaan gempa bumi merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana gempa bumi melalui sikap dan tindakan-
tindakan yang tepat. Kesiapsiagaan gempa bumi antara lain dimulai dengan langkah
seperti berikut.
1. Mengenali dan memahami potensi ancaman gempa bumi yang ada di daerah
masing-masing.
2. Mengenali dan memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya gempa
bumi.
3. Memahami dan menguasahi tindakan yang harus dipersiapkan dan dlakukan
baik sebelum, pada saat , dan setelah bencana gempa bumi.
4. Melakukan pendidikan dan latihan kesiapsiagaan bagi siswa dan masyarakat
terhadap ancaman gempa bumi di lingkungannya.
Berikut ini adalah beberapa tindakan kesiapsiagaan gempabumi yang
dapat dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah terjadi gempa bumi, agar
penanggulangan gempa bumi berlangsung efektif (Supriyono, 2014).
1. Sebelum Tejadi gempa Bumi.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah :

23
a. Menghafalkan letak pintu keluar, lift, tangga darurat, dan tempat berlindung
agar supaya bila tiba-tiba terjadi gempa bumi langsung dapat mengetahui
jalan ke luar dan tempat berlindung yang aman.
b. Sedapat mungkin meletakkan benda-benda dan perabot yang berat pada
bagian paling bawah.
c. Perabot rumah tangga atau sekolah seperti lemari, rak, meja, dan
sebagainya, diatur menempel ada dinding kalau perlu dipaku atau diikat agar
tidak roboh, atau bergeser pada waktu terjadi gempa bumi.
d. Benda-benda pada posisi yang tergantung selalu dicek kekuatannya
sehingga tidak terjatuh pada waktu gempa bumi.
e. Menyiapkan tas siaga bencana gempa bumi yang berisi pakaian, lampu
senter dan baterainya, makanan kering, air minum, obat-obatan, korekapi,
surat-surat berharga dan tanda pengenal, catatan nomor telephon berbagai
tempat yang siap dihubungi.
f. Matikan semua aliran listrik, gas, air apabila tidak digunakan sehingga aman
jika terjadi gempa bumi.
g. Bahan-bahan yang mudah terbakar atau mudah pecah agar disimpan di
tempat yang aman.
h. Menentukan jalur evakuasi yang aman dan ditetapkan tempat untuk bertemu
denga anggota keluarga yang lain, teman, saudara jika berpencar
i. Melakukan pendidikan dan pelatihan migasi bencana gempa bumi, dengan
melakukan simulasi bagaimana cara berlidung, berlari ke tempat yang aman
dan langkah-langkah pengungsian.
2. Pada saat terjadi gempa bumi.
Sikap dan tindakan pada saat terjadi gempa bumi adalah jangan panik
dan tetap tenang dimanapun berada. Menurut Direktorat Vulkanologi dan
mitigasi bencana geologi (2012), langkah-langkah dan petunjuk yang dapat
dilakukan pada saat terjadi gempa bumi adalah seperti berikut.
a. Jika berada di luar rumah.
Menjauhlah dari bangunan tinggi, tiang listrik, pohon tinggi, menara,
antena, kaca atau papan reklamae yang dapat roboh. Hindari tempat-tempat

24
yang awan longsor seperti lereng gunung, tebing, bntaran sungai, segera
menuju ke tempat terbuka. Jika ada tanda-tanda tsunami segeralah menuju
ke tempat yang lebih tinggi dengan mengikuti jalur evakuasi.
b. Jika berada di dalam rumah.
Getaran akan terasa beberapa saat, selama jangka waktu itu upayakan
keselamatan diri dan anggota keluarga. Jika memungkinkan segera ke luar
rumah dan mematikan aliran listrik, air ataupaun gas. Namun jika tidak
sempat ke luar rumah segeralah berlindung di bawah di bawah meja atau
tempat tidur, jika tidak memungkinkan berdirilah menempel pada dinding
bagian dalam di bawah kusen pintu. Lindungilah kepala dari jatuhan benda-
benda dengan bantal atau papan kayu dan menjauhlah dari benda-benda
yang mudah jatuh
c. Jika berada di Mall, gedung bioskop, atau gedung perkantoran.
Jangan menggunakan lift atau tangga berjalan, tetaplah tenang jangan
panik atau menebabkan orang lain panik. Ikutilah petunjuk evakuasi atau
petugas yang dan segeralah keluar dari gedung.
d. Jika sedang berkendara mobil.
Saat terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar, maka akan
kehilangan kontrol terhadap laju mobil dan sulit untuk dikendalikan. Segea
jauhi persimpangan, jembatan, bangunan inggi, jembatan layang ,
terowongan, dan tebing-tebing yang mudah longsor. Segera pinggirka mobil
dn berhenti di tempat aman, matikan mesinnya dan keluar mobil untuk
mencari informasi dari pihak yang berwenang.
e. Jika berada di daerah pesisir atu pantai.
Keadaan yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadi tsunami.
Jika getrannya dirasakan sangat kuat maka segeralah menuju ke tempat yang
lebih tinggi melalui jalur evakuasi yang ada.
3. Sesaat Setelah Gempa Bumi Perama Berhenti
Tindakan kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain.
a. Jika berada di luar rumah jangan segera masuk ke dalam rumah atau
bangunan karena dimungkinkan terjadi gempa bumi susulan. Meskipun

25
gempa susulan kekuatannya lebih kecil namun dapat merobohkan bangunan
yang kondisinya telah rusak akibat gempa bumi pertama.
b. Jika berada di luar ruangan tetaplah menjauh dari tebing, pohon atau
bangunan tinggi
c. Periksalah lingkungan di sekitar kita dan pastikan lingkungan bebas dari
kebocoran gas, air dan hubungan pendek listrik.
d. Tetap waspada dan ikuti perkembangan berita melalui media komunikasi
yang syah.
e. Periksalah jumlah anggota keluarga,jika tidak lengkapsegera mencari di
tempat-tempat ppengungsian atau tanyakan ke petugas. Periksa juga
keluarga yang sakit atau luka-luka.
f. Setelah menolong diri sendiri, bantulah orang lain yang memerlukannya
seperti orang cacat, orang tua, anak kecil terlebih dahulu.
g. Jika kondisi sudah aman, ajaklah anggota keluarga kita dan atau anggota
keluarga yang lain untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan.
h. Jika kondisi sudah aman dan masih berada di dalam gedung, segera keluar
dengan tertib, gunakan tangga darurat, jangan menggunakan lift atau
escalator.
4. Sesudah Terjadi Gempa Bumi.
Beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah tejadi bencana
gempa bumi antara lain sebagai berikut.
a. Bantuan Darurat.
Setelah program tanggap darurat dilalui,diperlukan bantuan darurat
untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal
sementara, obat-obatan, sanitasi, air bersih bagi korban bencana. (Note:
tanggap darurat meliputi pemberian pertolongan pertama, evakuasi dan
pemberian informasi yang benar oleh pihak yang berwenang).
b. Rehabilitasi.
Program jangka pendek yang harus segera dilakukan setelah gempa
bumi meliputi kegiatan membersihkan dan memperbai rumah dan fasilitas
umum, menghidupkan kembali aktivitas perekonomian masyarakat. Dalam

26
rehabilitasi ini juga mencakup pemulihan kesehatan fisik dan psikologis,
serta keamanan masyarakat.
c. Rekonstruksi
Merupakan program jangka menengah atau panjang, meliputi
program perbaikan sarana fisik, kondisi sosial, perekonomian masyarakat.
Sasaran utama rekonstruksi adalah berjalan dan berkembangnya kegiataan
perekonomian, sosial, budaya.
d. Pemulihan .
Merupakan proses pengembalian kondisi dan fungsi-fungsi dalam
masyarakat yang terkena bencana. Program pemulihan dilakukan dengan
cara memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula,
misalnya perbaikan dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik,
telekomunikasi, air bersih, pasar, puskesmas, dll.

2. Tsunami
Meskipun ada beberapa faktor penyebab terjadinya tsunami, namun yang
paling sering terjadi, termasuk di Indonesia, diakibatkan oleh gempabumi.
Beberapa tsunami yang terjadi di Banyuwangi (1994), Biak (1996), Flores (2002),
Aceh (2004), Nias (2005), dan Pangandaran (2006), secara keseluruhan disebabkan
karena adanya aktivitas seismik. Tsunami di Aceh menimbulkan korban jiwa yang
sangat banyak, diperkirakan mencapai 200.000 orang dan sebagian besar bangunan
yang dekat pantai rata dengan tanah (Gambar No 3)
Bagi Indonesia, terjadinya tsunami sangat erat kaitannya dengan
gempabumi. Hal ini disebabkan karena secara geologis Indonesia berada dalam
zone aktivitas tumbukan 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo Australia,
lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Batas antar lempeng ini menyebabkan
deformasi yang mengakibatkan terjadinya aktivitas tenaga endogen, salah satu di
antaranya gempa bumi. Oleh karena itu wilayah pantai Indonesia yang berhadapan
langsung dengan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik secara keseluruhan rawan
terhadap ancaman bencana tsunami.

27
Gambar 3: Tsunami di Aceh tahun 2004, hanya bangunan masjid
Yang tersisa(https://www.thenational.ae/world/asia/
how-indonesian-mosques-survived-the-tsunami-1.636974)

Lempeng Indo-Australia terus bergerak kearah lempeng Eurasia dengan


kecepatan 7 cm/tahun (Simanjuntak, 2004:28). Karena gerakan tersebut terjadi
secara terus menerus, maka suatu saat tidak lagi dapat ditoleransi oleh kelenturan
kerak bumi. Jika ini yang terjadi, maka akan timbullah deformasi atau patahan pada
kerak bumi. Deformasi pada kerak bumi ini dapat menimbulkan terjadinya gempa
bumi yang diantaranya ada yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Secara keseluruhan kejadian tsunami di Indonesia telah menimbulkan
korban manusia baik meninggal, hilang maupun luka-luka. Tsunami juga
menyebabkan kerugian materiil berupa rusaknyanya berbagai bangunan dan
infrastruktur seperti hancurnya pelabuhan, sekolah, rumah, prasarana jalan,
jembatan, jaringan telpon, listrik, saluran air bersih dan berbagai harta benda.
a. Mitigasi Bencana Tsunami.
Gelombang tsunami tidak datang begitu tiba-tiba seperti halnya gempa
bumi, masih ada sedikit waktu untuk menghindar dan mengurangi dampak tsunami
asalkan masyarakat dengan tertib mematuhi peraturan yang ada. Untuk mengurangi
dampak negatif yang muncul akibat terjadinya bencana tsunami atau gelombang air
laut yang cukup besar, perlu dilakukan miktigasi bencana tsunami seperti berikut
ini.

28
1. Pendidikan dan Latihan Mitigasi Bencana Tsunami
Pendidikan, latihan dan simulasi secara berkala perlu dilakukan dalam
rangka meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan ketrampilan semua
lapisan masyarakat tentang mitigasi bencana tsunamii
2. Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
Jalur dan rambu-rambu evakuasi sangat penting diadakan untuk
mengurangi kemacetan dan kebingungan karena dijadikan penunjuk jalan
pada saat dilakukan tindakan evakuasi oleh satgas maupun perorangan.
3. Pembangunan Tsunami Early Warning System
Merupakan sistem peringatan dini apabila gelombang yang terjadi
berpotensi menjadi tsunami, menggunakan tanda-tanda tertentu. Masyarakat
harus mempersiapkan diri untuk melakukan penyelamatan apabila tanda
peringatan berbunyi
4. Penanaman Mangrove di sepanjang garis pantai
Mangrove yang tumbuh dengan baik di pantai mempunyai fungsi untuk
menahan atau mengurangi kekuatan gelombang sehingga jangkauan
gelombang tidak terlalu jauh menuju ke daratan.
5. Mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami.
Karakter gelombang tsunami di tempat yang satu berbeda dengan
tempat yang lain sehubungan dengan kondisi pantainya. Gelombang tsunami
ada yang cepat atau lambat sampai ke pantai setelah gempa bumi terasa,
namun selalu dimulai dengan air laut surut terlebih dahulu.
6. Membangun rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami
Gelombang tsunami mampu mencabut dan melemparkan gedung-
gedung yang diterjangnya, namun tergantung dari besar kecilnya gelombang.
Pembangunan rumah yang kuat dan kokoh agar dapat bertahan dari terjangan
gelombang sangat diperlukan..
7. Pembentukan Satgas Bencana Tsunami
Pembentukan satuan tugas dengan pembagian kerja yang jelas dan
melibatkan warga masyarakat perlu dilakukan agar dapat melakukan mitigasi
bencana tsunami dengan baik.

29
8. Pemetaan Wilayah Rawan Tsunami
Pemetaan wilayah rawan bahaya tsunami dapat dijadikan landasan
untuk menentukan kebijakan pemerintah. Selain itu, juga berguna untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancaman gelombang tsunami
b. Kesiapsiagaan Tsunami
Kesiapsiagaan tsunami merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana tsunami melalui sikap dan tindakan-tindakan yang
tepat. Kesiapsiagaan tsunami antara lain dimulai dengan langkah seperti berikut.
1. Mengenali dan memahami potensi ancaman bencana tsunami yang ada di
daerah masing-masing.
2. Mengenali dan memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya tsunami.
3. Memahami dan menguasahi tindakan yang harus dipersiapkan dan dlakukan
baik sebelum, pada saat , dan setelah bencana gempa bumi.
4. Melakukan pendidikan dan latihan kesiapsiagaan bagi siswa dan masyarakat
terhadap ancaman ancaman di lingkungannya.
Berikut ini adalah beberapa tindakan kesiapsiagaan tsunami yang dapat
dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah terjadi tsunami, agar penanggulangan
bencana tsunami berlangsung efektif.
1. Sebelum terjadi Tsunami.
Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah
a. Menghafal jalur-jalur evakuasi, agar supaya cepat sampai tempat aman.
b. Menyiapkan tas siaga bencana yang berisi berbagai keperluan di tempat
penampungan sementara.
c. Mempersiapkan diri dengan tenang pada waktu mendengar tanda
peringatan dini tsunami atau terasa getaran gempa cukup kuat dan segera
ke luar rumah, apabila sedang berada di luar rumah sempatkan ke rumah
bila memungkinkan tetapi apabila tidak segera menuju ke jalur evakuasi.
d. Melakukan pendidikan, pelatihan, dan simulasi menghadapi bencana
tsunami agar supaya dapat melakukan penyelamatan dengan baik.
2. Pada saat terjadi tsunami
Tindakan yang dapat dilakukan

30
a. Apabila tidak sempat lari ke luar rumah carilah benda-benda yang besar
dan bert sebagai pegangan sambil menunggu gelombang surut dan
pertolongan
b. Sikap tetap tenang dan tidak menimbulkan kepanikan orang lain apabila di
lokasi evakuasi sambil melihat berbagai kemungkinan hinga air laut surut
kembali.
3. Setelah terjadi tsunami.
Beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah tejadi bencana
tsunami antara lain sebagai berikut.
a. Bantuan Darurat.
Setelah program tanggap darurat dilalui, diperlukan bantuan darurat
untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal
sementara, obat-obatan, sanitasi, air bersih bagi korban bencana. (Note:
tanggap darurat meliputi pemberian pertolongan pertama, evakuasi dan
pemberian informasi yang benar oleh pihak yang berwenang).
b. Rehabilitasi.
Program jangka pendek yang harus segera dilakukan setelah tsunami
meliputi kegiatan membersihkan dan memperbai rumah dan fasilitas umum,
menghidupkan kembali aktivitas perekonomian masyarakat. Dalam
rehabilitasi ini juga mencakup pemulihan kesehatan fisik dan psikologis,
serta keamanan masyarakat.
c. Rekonstruksi
Merupakan program jangka menengah atau panjang, meliputi
program perbaikan sarana fisik, kondisi sosial, perekonomian masyarakat.
Sasaran utama rekonstruksi adalah berjalan dan berkembangnya kegiataan
perekonomian, sosial, budaya.
d. Pemulihan .
Merupakan proses pengembalian kondisi dan fungsi-fungsi dalam
masyarakat yang terkena bencana. Program pemulihan dilakukan dengan
cara memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula,

31
misalnya perbaikan dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik,
telekomunikasi, air bersih, pasar, puskesmas, dll.

3. Tanah Longsor
Tanah longsor (landslide) adalah suatu gerakan massa tanah/batuan
dengan cara meluncur menuruni lereng (Mulyaningsih, 2010). Tanah longsor
merupakan salah satu bentuk dari gerakan massa batuan yang dapat menimbulkan
bencana bagi masyarakat yang tinggal di suatu wilayah. Pemicu terjadinya tanah
longsor antara lain disebabkan oleh aspek geologis, morfologis, atmosferik, dan
campur tangan manusia. Ancaman bahaya longsor terjadi di daerah yang secara
morfologis berupa pegunungan/ gunung dengan lereng yang curam. Pada tempat
ini, bagian lahan yang relatif datar sulit ditemukan, sehingga permukiman
penduduk terpaksa memilih tempat-tempat sempit yang relatif datar ditepi-tepi
lereng yang curam. Tempat semacam ini merupakan bagian dari permukaan bumi
yang memiliki potensi tinggi terhadap ancaman bencana longsor.
Gempa bumi yang kuat dapat menyebabkan gerakan massa batuan antara
lain berupa jatuhan (rock fall) atau longsor (landslide). Longsor di Indonesia
sebagian besar terjadi pada musim hujan. Dari sini terlihat bahwa peran kondisi
atmosfer sangat penting sebagai pemicu terjadinya longsor pada wilayah-wilayah
yang secara geologis, morfologis, dan ekologis memiliki potensi terjadinya
peristiwa tersebut. Salah satu akibat tanah longsor dapat dilihat pada Gambar No 7.
Batuan yang terletak pada lereng yang curam lama kelamaan akan
mengalami pelapukan dan membentuk tanah. Tanah hasil pelapukan batuan ini
ketika hujan akan menyimpan air. Jika tanah tersebut telah jenuh air dan batuan di
bagian bawah belum lapuk, maka dapat berperan sebagai bidang lincir. Akibat
adanya gravitasi, tanah yang jenuh air tersebut akan bergerak menuruni lereng.
Salah satu gerakan massa tanah tersebut dapat meluncur dengan kecepatan tinggi
sehingga menimbulkan bencana longsor.

32
Gambar 7: Longsor di Ponorogo tahun 2017, 28 orang dinyatakan hilang.
(https://www.jawapos.com/read/2017/04/04/120881/daftar-25-
nama-korban-longsor-ponorogo-yang-belum-ditemukan)

Tanah longsor termasuk jenis bencana alam yang sifat kejadiannya rutin
terjadi setiap musim penghujan. Peristiwa tanah longsor yang sering terjadi di
Indonesia menegaskan bahwa kita harus siap siaga untuk menghadapi bencana
tersebut. Kesiapsiagaan ini untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak negatip
yang ditimbulkannya. Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
sangat menentukan banyak sedikitnya jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda
karena tanah longsor. Dengan mengetahui karakter tanah longsor dan tindakan
penyelamatan yang harus dilakukan, maka resiko bencana tanah longsor dapat
ditekan seminimal mungkin.
a. Pencegahan Bencana Tanah Longsor
Untuk mencegah terjadi tanah longsor di lereng-lereng bukit atau
pegunungan dapat melakukan sesuatu atau ataupun tidak melakukan sesuatu di
lereng tersebut. Tindakan yang dapat mencegah terjadinya tanah longsor misalnya:
(1) menanam pohon yang berakar kuat di lereng-lereng, (2) membangun sistem
drainage yang tepat dengan tujuan mengurangi infiltrasi, (3) menutup retakan-
retakan pada lereng untuk mengurangi air yang masuk kedalam tanah, (4) membuat
terasering (sengkedan), (6) mengurangi atau memindahkan konstruksi beton dan
baja di daerah lereng, (7) membuat bangunan penahan (anchor atau pilling) yang

33
berfungsi menahan pergerakan tanah dan batuan pada lereng. Sedangkan sesuatu
yang tidak boleh dikerjakan adalah: (1) menebang pohon yang tumbuh pada lereng-
lereng, (2) memotong tebing di sekitar jalan secara tegak lurus, (3) menggali tanah
di lereng bagian bawah, (4) memasang instalasi di bawah tanah yang rawan longsor,
(5) membuka lahan persawahan persawahan atau membuat kolam ikan di lereng
perbukitan atau pegunungan, (6) membangun rumah dan fasilitas fisik lainnya di
bawah tebing atau di tepi sungai yang rawan longsor.
b. Mitigasi Bencana Tanah Longsor
Mitigasi bencana tanah longsor adalah upaya pengurangan resiko bencana
dengan cara mengurangi dampak tanah longsor sampai sekecil mungkin. Terdapat
dua jenis mitigasi tanah longsor yaitu: (1) mitigasi struktural yaitu suatu tindakan
untuk merekayasa lokasi dan konstruksi bangunan agar terhindar dari bahaya
longsor, misalnya dengan memperbaiki saluran drainase, reboisasi, pembangunan
penahan longsoran, pemasangan alat peringatan dini dan rambu-rambu evakuasi,
relokasi permukiman penduduk, (2) mitigasi non struktural merupakan tindakan
pemberdayaan masyarakat agar mampu mengurangi resiko bencana tanah longsor
sampai serendah mngkin, misalnya pendidikan dan latihan tentang tanah lngsor,
simulasi penyelamatan diri, dan penanganan korban.
Mitigasi bencana tanah longsor mempunyai tujuan utama
mengembangkan berbagai tindakan untuk mengurangi resiko korban meningal
dunia, luka-luka dan sakit, rusaknya lingkungan hidup serta kerugian harta benda
dan terganggunya perekonomian masyarakat. Beberapa langkah yang dapat
dilakukan dalam mitigasi bencana tanah longsor antara lain.
1. Pembuatan Peta kerawanan tanah longsor
Peta yang dibuat dijadikan landasan untuk menentukan kebijakan
pemerintah. Pemahaman tentang daerah yang rawan longsor akan
memberikan kesadaran terhadap ancaman bencana yang akan dihadapi.
2. Pembuatan Prediksi
Berdasarkan serangkaian kejadian dan pola kecenderungan
berulangnya kembali tanah longsor, dapat dibuat semacam prediksi tanah
longsor yang akan terjadi. Prediksi ini akan memberikan kesadaran dan

34
kesiapsiagaan sejak dini bagi masyarakat dan dapat digunakan sebagai
informasi awal dalam pembuatan rencana mitigasi.
3. Pendidikan dan Latihan.
Untuk meningkatkan kesadaran,pengetahuan, dan keterampilan
masyarakat tentang mitigasi bencana tanah longsor, maka perlu dilakukan
pendidikan, latihan, dan simulasi Hal itu perlu dilakukan di semua kelompok
masyarakat yang rentan terhadap bencana.
4. Relokasi Permukiman Penduduk
Pemetaan daerah rawan longsor sangat penting untuk melakukan
penataan lokasi permukiman penduduk. Permukiman padat penduduk di
daerah rawan longsor perlu dilakukan relokasi ke daerah lain yang lebih
aman.
5. Pembuatan Aturan Konstruksi
Pada daerah rawan bencana tanah longsor, perlu ditetapkan peraturan
pemerintah mengenai kelayakan konstruksi bangunan. Mitigasi struktural ini
termasuk memberi batasan tentang kekuatan pondasi, rangka bangunan, serta
berapa ketinggian maksimal dan kemiringan atap bangunan yang
diperbolehkan.
6. Pembuatan Jalur dan Rambu Evaluasi
Perlu dipersiapkan jalur, rambu-rambu, dan tempat pengungsian jika
sewaktu-waktu dilakukan evakuasi terhadap korban tanah longsor.
Pembuatan jalur dan rambu-rambu ini penting untuk mengurangi kemacetan
dan kebingungan pada saat dilakukan tindakan evakuasi.
7. Pembentukan Satuan Tugas
Agar mitigasi bencana tanah longsor dapat terlaksana dengan baik,
maka perlu dibentuk satuan tugas dengan pembagian kerja yang jelas serta
melibatkan warga masyarakat.
8. Persiapan Peralatan
Perlu dipersiapkan peralatan mitigasi bencana tanah longsor yang
diperlukan seperti pemadam kebakaran, peralatan penggalian tanah,
pelampung, lampu senter, oba-obatan, dan peralatan perlindungan lainnya.

35
c. Kesiapsiagaan Tanah Longsor
Pengertian kesiapsiagaan tanah longsor adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi bencana tanah longsor melalui sikap dan tindakan
yang tepat. Contoh tindakan kesiapsiagaan tanah longsor antara lain melakukan
simulasi penyelamatan diri, membangun sistem peringatan dini, dan menyiapkan
jalur evakuasi bila terjadi tanah longsor. Kesiapsiagaan diri, keluarga, sekolah,
masyarakat akan sangat berguna untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor
baik kerugian harta benda maupun korban jiwa.
Agar tindakan penanggulangan bencana tanah longsor dapat berlangsung
dengan efektif, maka perlu diatur tahap-tahap pelaksanaannya. Berikut ini adalah
beberapa tindakan kesiapsiagaan tanah longsor yang dapat dilakukan, yaitu
1. Sebelum Terjadi
Tindakan kesiapsiagaan yang sebaiknya kita lakukan sebelum terjadi
tanah longsor antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan pendidikan dan latihan mitigasi bencana tanah longsor.
Melakukan simulasi bagaimana cara berlindung, berlari ke tempat yang
aman, dan langkah-langkah pengungsian.
b. Mencari informasi yang lengkap dan akurat tentang sistem pengamanan
dan penyelamatan diri terhadap ancaman bahaya tanah longsor.
c. Mengenali daerah terdekat sebagai tempat yang aman untuk mengungsi,
membuat perencanan penanganan bencana dan pengungsian, serta
menyiapkan kebutuhan dasar dan rencana evakuasi.
d. Menghafalkan letak pintu keluar, tangga darurat, dan tempat berlindung.
Tindakan ini dimaksudkan, agar ketika terjadi tanah longsor dapat
langsung mengetahui jalan keluar atau tempat yang aman untuk
berlindung.
e. Mematikan semua aliran air, gas, dan listrik apabila tidak digunakan
sehingga aman jika terjadi tanah longsor.
f. Menyiapkan tas siap siaga bencana tanah longsor yang berisi pakaian,
lampu senter dan baterainya, korek api, makanan kering, air minum, obat-

36
obatan, surat-surat berharga, dan fotokopi tanda pengenal. Catat nomor-
nomor telepon penting.
g. Menentukan jalur evakuasi yang aman, dan tetapkan tempat untuk bertemu
dengan anggota keluarga, saudara, dan teman jika berpencar.
h. Membuat deteksi dini bahaya tanah longsor dengan cara mengamati
tingkat curah hujan dan memeriksa stabilitas lereng secara berkala.
i. Mewaspadai bahaya yang menyertai tanah longsor, yaitu banjir, aliran
material, dan kebakaran.
2. Saat Terjadi
Tindakan utama yang harus dilakukan pada saa terjadi tanah longsor adalah
menyelamatkan diri dan memberikan pertolongan kepada korban secepat mungkin
agar jumlah korban tidak bertambah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada
saat terjadi longsor antara lain:
a. Segera menghubungi aparata pemerintah atau petugas yang berwenang untuk
melakukan penanggulangan bencana tanah longsor
b. Jika keadaan memungknkan, segera buka pintu dan mencari jalan ke luar dari
rumah atau gedung, dan segera berlindung ke tempat yang aman,
c. Jika tidak memungkinkan atau tidak sempat ke luar dari rumah, lingkarkan
tangan dan tubuh seperti bola untuk melindungi kepala agar tidak tertimpa
atap.
d. Setelah berhasil menyelamatkan diri, segeralah menyelamatkan warga lain
yang tertimpa musibah. Bantu penduduk yang tertimpa longsoran, periksa
lukanya dan pindahkan ke tempat yang aman.
e. Melakuka evakuasi penduduk yang tingal di daerah bahaya tanah longsor ke
tempat pengungsian yang aman.
f. Bersama warga yang lain mendirikan dapur umum, pos kesehatan sert
menyediakan logistik dan obat-obatan. Menyimpan dan menyiapkan sumber-
sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk para pengungsi.
g. Melakukan berbagai upaya untuk mencegah berjangkitnya wabah penyakt
dengan cara menjaga kebersihan, kesehatan dan sanitasi lingkungan

37
Tindakan tanggap darurat yang harus kta lakukan pada saat terjadi bencana
tanah longsor antara lain.
a. Beri pertolongan
Pada saat terjadi tanah longsor yang hebat, maka dapat diperkirakan akan
banyak jatuh korban jiwa, sakit atau luka-luka. Petugas kesehatan dari rumah
sakit dan tim SAR biasanya datang terlambat atau sulit menjangkau daerah
tersebut. Oleh karena itu, kita harus bersiap untuk memberikan pertolongan
pertama kepa orang-orang yang berada di sekitar kita.
b. Evakuasi.
Biasanya tempat-tempat pengungsian telah ditetapkan dan dipersiapkan
oleh pemerintah. Pengungsian perlu dilakukan jika dampak sekunder tanah
longsor seperti banjir, aliran material runtuhan, dan kebakaran semakin
mengancam.
c. Dengar Informasi.
Untuk menegah kepanikan, maka setiap orang harus bersikap tenang dan
bertindak sesuai dengan informasi yang benar. Kita dapat memperoleh
informasi yang benar dari pihak yang berwenang seperti polisi, pemerintah atau
tim SAR.jangan bertindak berdasarkan informasi dari pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab.
3. Sesudah Terjadi.
Tindakan yang harus kita lakukan sesudah terjadi bencana tanah longsor
antara lain sebagai berikut.
a. Memeriksa anggota keluarga, serta kondisi rumah dan bangunan. Melakukan
pendataan dan melaporkan korban yang hilang dan kerusakan fisik yang terjadi
kepada aparat yang berwenang.
b. Segera menjauh dari wilayah yang terkena tanah longsor untuk menghindari
terjadinya tanah longsor susulan.
c. Mewaspadai dampak sekunder dari tanah longsor seperti banjir, aliran material
longsoran, dan kebakaran.
d. Membersihkan jalan raya, rumah, dan fasilitas lainnya dari timbunan tanah
longsor. Bersihkan lingkungan dari sampah dan kotoran lainnya.

38
e. Melakukan normalisasi area penyebab bencana, antara lain dengan cara
reboisasi, perbaikan saluran air, dan drainase, serta relokasi perumahan dan
berbagai aktivitasdari daerah rawan tanah longsor.
Setelah bencana tanah longsor terjadi, tindakan yang seharusnya dilakukan
adalah melakukan perbaikan dan pemulihan kehidupan dalam masyarakat. Tidakan
yang seharusnya dilakukan ssudah bencana tanah longsor antara lain.
a. Pemberian Bantuan Darurat
Memberikan bantuan darurat kepada korban merupakan tindakan utama
yang harus segera dilakukan setelah terjadi bencana tanah lngsor. Setelah
program tanggap darurat untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan,
sandang, tempat tinggal sementara, obat-obatan, dan air bersih bagi korban
bencana tanah longsor.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan program jangka pendek yang harus dilakukan
setelah tanah longsor. Rehabilitasi ini meliputi kegiatan membersihkan dan
memperbaiki rumah, fasilitas umum dan menghidupkan kembali roda
perekonomian masyarakat. Dalam rehabilitasi ini juga mencakup pemulihan
kesehatan fisik, kondisi psikologi, dan keamanan masyarakat.
c. Rekonstruksi.
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka
panjang. Rekonstruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik kondisi
sosial, dan perekonomian masyarakat agar berjalan seperti semula atau lebih
baik lagi.
d. Pemulihan.
Pemulihan merupakan proses pengembalian kondisi dan fungsi-fungsi
dalam masyarakat yang terkena bencana. Program pemulihan ini dilakukan
dengan cara memfungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan
semula. Misalnya perbaikan prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan,
listrik, telekomunikasi, air bersih, pasar, puskesmas, dll.

4. Gunung Api

39
Bagi manusia, keberadaan gunung api dapat memberikan berkah dan
sekaligus merupakan ancaman bencana bagi kehidupan manusia. Mendatangkan
berkah karena erupsinya akan menghasilkan tanah yang subur, berbagai macam
bahan tambang, sebagai kawasan tangkapan hujan, mepciptakan panorama alam
yang indah sehingga menarik sebagai daerah wisata, dan lain-lain. Di balik itu,
keberadaan gunung api yang masih aktif memiliki potensi sebagai sumber ancaman
bencana, karena sewaktu-waktu bisa bererupsi.
Bencana akibat letusan gunung api telah memiliki sejarah yang panjang
dan banyak diantaranya yang menimbulkan korban jiwa dan hartabenda yang
sangat besar. Letusan gunung Visuvius di Itali pada tahun 79 menimbulkan korban
yang sangat besar. Seluruh penduduk yang tinggal di kota Pompeii tewas terkubur
oleh material yang dikeluarkan saat bererupsi. Di Indonesia, bencana letusan
gunung api yang menelan korban banyak antara lain Tambora (tahun 1815),
menelan korban lebih dari 71.000 jiwa, Krakatau (1883) sekitar 30.600 jiwa, Kelud
(1919) dengan letusan yang menghasilkan lahar panas menewaskan lebih 5000
jiwa.
Material yang dihasilkan gunung saat bererupsi tidak hanya menimbulkan
korban jiwa manusia, tetapi juga merusak infastruktur, merusak lahan pertanian dan
sebagainya. Letusan gunung api yang muncul dari dasar laut, ketika meletus dapat
memicu munculnya bencana tsunami. Korban dari letusan gunung tersebut bukan
karena akibat langsung dari letusannya, tetapi karena tsunami yang ditimbulkan.
a. Mitigasi Bencana Gunung Meletus
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bencana gunung
meletus adalah dengan cara mengurangi dampak bencana tersebut sampai sekecil
mungkin. Upaya Pengurangan Risiko Bencana ( PRB ) ini dikenal dengan istilah
mitigasi. Tujuan utama mitigasi bencana gunung meletus adalah untuk
mengemmbangkan berbagai tindakan yang dapat mengurangi risiko korban
meninggal dunia, luka-luka dan sakit, rusaknya lingkungan hidup, serta kerugian
harta benda dan terganggunya perekonomian masyarakat.
Dalam mitigasi dikenal adanya mitigasi struktural dan mitigasi non
struktural. Mitigasi struktural merupakan suatu tindakan untuk merekayasa

40
bangunan agar mampu menahan getaran gempa , awan panas, dan aliran lahar
akibat gunung meletus. Mitigasi struktural ini juga menyangkut pembangunan dam
di sungai-sungai untuk mengantisipasi ancaman banjir lahar dingin, serta
memasang alat peringatan dini dan alat pemantauan aktivitas gunung berapi.
Berbeda dengan mitigasi struktural, mitigasi non struktural merupakan
tindakan-tindakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu
mengurangi risiko bencana gunung meletus. Berbagai bentuk tindakan mitigasi non
struktural antaran lain pendidikan dan latihan tentang bencana gunung meletus,
simulasi penyelamatan diri dan penanganan korban, dan sebagainya.
Dengan demikian, mitigasi bencana gunung meletus berarti melakukan
tindakan-tindakan untuk mengurangi dampak buruk dari bencana sebelum bahaya
itu terjadi. Tindakan mitigasi mencakup semua tindakan perlindungan mulai dari
penyiapan sarana fisik yang memadai, pendidikan dan latihan bagi masyarakat,
hingga pemberian informasi dan peringatan dini. Beberapa tindakan awal yang dapat
dilakukan dalam mitigasi bencana gunung meletus antara lain seperti berikut ini.
a. Pemetaan Daerah Rawan Bencana
Pemetaan daerah rawan bencana gunung meletuss dapat dijadikan landasan
untuk menentukan kebijakan pemerintah. Selain itu, pemetaan daerah rawan juga
berguna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ancama bencana.
Kejadian-kejadian gunung meletus pada masa lampau tentu sangat berguna untuk
menyusun rencana dan tindakan mitigasi bencana gunung meletus di suatu daerah.
b. Pembuatan Prediksi
Berdasarkan serangkaian kejadian dan pola kecenderungan
berulangnya kembali bencana gunung meletus, dapat dibuat semacam
prediksi gunung meletus yang akan terjadi. Prediksi ini sangat penting untuk
memberikan kesadaran dan kesiapansiagaan sejak dini bagi masyarakat.
Meskipun bencana gunung meletus tidak dapat diketahui dengan pasti kapan
akan terjadi, namun paling tidak prediksi tersebut dapat digunakan sebagai
informasi awal untuk pembuatan rencana mitigasi.
c. Pendidikan dan Latihan

41
Untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan
mitigasi bencana gunung meletus, maka perlu dilakukan pendidikan, latihan,
dan simulasi. Pendidikan, latihan, dan simulasi ini perlu dilakukan di semua
kelompok masyarakat yang rentan bencana.
d. Relokasi Permukiman
Pemetaan daerah rawan gunung meletus juga sangat penting untuk
melakukan penataan lokasi permukiman penduduk. Permukiman padat
penduduk di daerah seismik dan rawan bencana gunung meletus perlu
dilakukan relokasi ke daerah lain yang lebih aman.
e. Pembuatan Aturan Konstruksi
Pada daerah rawan bencana letusan gunung, perlu ditetapkan peraturan
pemerintahan mengenai kelayakan konstruksi benagunan yang tahan gempa.
Mitigasi struktural ini termasuk memberi batasan berapa ketinggian
maksimal dan kemiringan atap bangunan yang diperbolehkan. Model rumah
yang cocok untuk penduduk yang bertempat tinggal di sekitar gunung berapi
agar terhindar dari beban meterial jatuhan antara lain memiliki kemiringan
atap 45o atau lebih. Model rumah tersebut sebaiknya mempunyai tiang
penopang atap yang dibantu dengan tiang diagonal sebagai penguat. Selain
itu, dianjurkan atap bangunan terbuat dari seng agar tahan panas dari lontaran
batu pijar.
f. Pembuatan Jalur dan Rambu Evakuasi
Perlu dibuat dan dipersiapkan jalur, rambu-rambu, dan tempat
pengungsian jika sewaktu-waktu dilakukan evakuasi terhadap korban gunung
meletus. Pembuatan jalur dan rambu-rambu ini penting untuk mengurangi
kemacetan dan kebingungan pada saat dilakukan tindakan evakuasi.
g. Pembentukan Satuan Tugas
Agar mitigasi bencana gunung meletus dapat terlaksana dengan baik,
maka perlu dibentuk satuan tugas dengan pembagian kerja yang jelas serta
melibatkan warga masyarakat.
h. Persiapan Peralatan

42
Perlu dipersiapkan peralatan mitigasi bencana gunung meletus yang
diperlukan seperti pemadam kebakaran, peralatan penggalian tanah,
pelampung, lampu senter, obat-obatan, dan peralatan perlindungan lainnya.
b. Kesiapsiagaan Gunung Meletus
Pengertian kesiapsiagaan gunung meletus adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana gunung meletus melalui sikap dan
tindakan-tindakan yang tepat. Contoh tindakan kesiapsiagaan gunung meletus
antara lain melakukan simulasi penyelamatan diri, membangun sistem peringatan
dini, dan menyiapkan jalur evakuasi bila terjadi bencana gunung meletus.
Kesiapsiagaan diri, keluarga, sekolah, dan masyarakat akan sangat berguna untuk
mengurangi dampak bencana baik kerugian harta benda maupun korban jiwa.
Agar tindakan penganggulangan bencana gunung meletus dapat
berlangsung dengan efektif maka perlu diatur tahap-tahap pelaksaannya. Berikut
ini adalah beberapa tindakan kesiapsiagaan gunung meletus yang dapat dilakukan,
yaitu tindakan sebelum terjadi, pada saat terjadi ( tanggap darurat ), dan sesudah
terjadi gunung meletus (Listiyanti, 2009).
1. Sebelum Terjadi Gunung Meletus
Tindakan kesiapsiagaan yang sebaiknya kita lakukan sebelum terjadi
gunung meletus adalah sebagai berikut.
a. Melakukan pendidikan dan pelatihan mitigasi bencana gunung meletus.
Melakukan simulasi begaimana cara berlindung, berlari ke tempat yang
aman, dan langkah-langkah pengungsian.
b. Mengenali daerah terdekat sebagai tempat yang aman untuk mengungsi,
membuat perencanaan penanganan bencana dan pengungsian, serta
menyiapkan kebutuhan dasar dan rencana evakuasi.
c. Menghafalkan letak pintu keluar, lift, tangga darurat, dan tempat
berlindung. Dengan demikian, ketika terjadi gunung meletus kita dapat
langsung mengetahui jalan keluar atau tempat yang aman untuk berlindung.
d. Mematikan semua aliran air, gas, dan listrik apabila tidak digunakan
sehingga aman jika terjadi gunung meletus.
e. Bahan-bahan yang mudah terbakar dan mudah pecah disimpan di tempat

43
yang aman untuk menghindari kebakaran atau kerusakan.
f. Menyiapkan tas siap siaga bencana gunung meletus yang berisi pakaian,
pampu senter dan baterainya, korek api, makanan kering, air minum, obat-
obatan, masker debu, kacamata, surat-surat berharga, dan fotokopi tanda
pengenal. Catat nomor-nomor telepon penting seperti nomor telepon semua
anggota keluarga, rumah sakit, kantor polisi, pemadam kebakaran, dan lain-
lain,
g. Menentukan jalur evakuasi yang aman, dan tetapkan tempat untuk bertemu
dengan anggota keluarga, saudara, dan teman jika berpencar.
2. Saat Terjadi Gunung Meletus
Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan pada saat terjadi gunung meletus
adalah sebagai berikut.
a. Mengenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh dengan baik seperti baju
lengan panjang, celana panajng, topi, dan lainnya. Jangan memakai lensa
kontak. Segera kenakan masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
b. Mewaspadai bahaya yang meyertai letusan gunung berapi, yaitu lahar dingin
dan banjir bandang, tanah longsor, hujan batu dan pasir, gempa bumi, hujan
abu dan asam, kebakaran, dan tsunami.
c. Menghindari daerah rawan bencana seperti daerah seismik, lereng gunung,
pantai, lembah, dan daerah aliran lahar.
d. Jika kita berada di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan
panas. Saat awan panas turun usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
telapak tangan.
e. Mengikuti perintah pengungsian yang diperintahkan oleh yang berwenang.
Hindari melewati daerah yang searah dengan arah angin dan sungai-sungai
yang berhulu di puncak gunung yang sedang meletus.
Jika berada di dalam rumah atau di dalam gedung, tindakan yang
sebaiknya kita lakukan apda saat terjadi gunung meletus antara lain sebagai
berikut.
a. Segera menutup seluruh pintu, jendela, lubang angin, dan saluran ait atau
pipa.

44
b. Jika dirasakan ada getaran yang cukup keras, segera berlindung di bawah
meja atau di bawah tempat tidur. Lindungilah kepala dan tubuh dari jatuhan
benda-benda. Jika tidak terdapat meja di sekitar kita, lindungilah kepala
dengan bantal, tas, atau papan. Menjauhlah dari benda-benda yang mudah
jatuh seperti almari, rak buku, lampu gantung, jendela, genting, barang-
barang yang terbuat dari kaca, dan lain-lain. Jika keadaan terpaksa, berdirilah
menempel pada dinding bagian dalam di bawah kusen pintu. Hati-hati
terhadap langit-langit rumah yang mungkin runtuh, dan benda-benda yang
tergantung di dinding yang mungkin akan jatuh.
c. Menyimpan kendaraan, surat-surat, dan barang berharga lainnya ke dalam
garasi atau tempat lain yang tertutup.
Jika berada di luar rumah, tindakan yang sebaiknya kita lakukan pada
saat terjadi gunung meletus antara lain sebagai berikut.
a. Segera mencari tempat untuk berlindung. Apabila terjadi hujan batu, lindungi
kepala anda dengan kedua tangan dengan posisi melingkar seperti bola.
b. Melindungi diri agar terhindar dari hujan. Hal ini karena dikhawatirkan
terjadi hujan asam akibat letudan gunung berapi. Kenakan kacamata untuk
melindungi mata, dan kenakan masker debu untuk melindungi hidung dan
mulut dari debu vulkanik.
c. Jika sedang berkendara, segera menepi di tempat yang aman dan matikan
mesin kendaraan, hindari daerah seismik dan daerah bahaya lainnya seperti
lereng gunung, pantai, lembah, dan aliran lahar. Hindari daerah yang rawan
longsor seperti tebing, lereng gunung, dan bantaran sungai. Jika tampak ada
tanda-tanda tsunami, segeralah bergegas menuju daerah yang lebih tinggi
dengan mengikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan.
d. Apabila terjebak di dekat suatu aliran sungai atau lembah, hati-hati terhadap
aliran lahar. Segera mencari tempat yang lebih tinggi.
Jika kita berada di daerah pegunungan, tindakan yang sebaiknya kita
lakukan pada saat terjadi gunung meletus adalah segera menjauh dari daerah
pegunungan atau tebing-tebing. Menjauhlah dari daerah rawan longsor menuju
ke daerah yang aman. Jika kita berada di daerah pesisir atau di pantai, tindakan

45
yang sebaiknya kita lakukan pada saat terjadi gunung meletus adalah
mewaspadai kemungkinan terjadinya tsunami. Jika kita merasakan getaran
akibat gempa yang sukup kuat dan gejala tsunami akan segera datang, maka
segeralah mengungsi ke daerah yang lebih tinggi.
Tindakan tanggap darurat yang harus kita lakukan pada saat terjadi
bencana gunung meletus antra lain beri pertolongan, evakuasi, dan dengarkan
informasi.
a. Beri Pertolongan
Pada saat terjadi gunung meletus dengan letusan yang besar, maka dapat
diperkirakan akan banyak jatuh korban jiwa, sakit, atau luka-luka. Petugas
kesehatan dari rumah sakit dan tim SAR biasanya datang terlambat atau sulit
menjangkau daerah tersebut. Oleh karena itu, kita harus segera bersiap untuk
memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang yang ada di sekitar
kita.
b. Evakuasi
Biasanya tempat-tempat pengungsian telah ditetapkan dan dipersiapkan oleh
pemerintah. Pengungsian perlu dilakukan jika dampak sekunder gunung
meletus seperti lahar dingin dan banjir bandang, tanah longsor, hujan batu
dan pasir, gempa bumi, hujan abu dan asam, kebakaran, dan tsunami semakin
mengancam.
c. Dengarkan Informasi
Untuk mencegah kepanikan, maka setiap orang harus bersikap tenag
dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Kita dapat memperoleh
informasi yang benar dari pihak-pihak yang berwenang seperti polisi,
pemerintah, atau tim SAR. Jangan bertindak berdasarkan informasi dari
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
3. Sesaat Setelah Gunung Meletus Pertama Berhenti
Tindakan kesiapsiagaan yang sebaiknya kita lakukan sesaat setelah gunung
meletus pertama berhenti antara lain sebagai berikut.
a. Memeriksa kelengkapan jumlah anggota keluarga kita. Jika ada anggota
keluarga yang terpisah atau hilang, segera mencari informasi di tempat-

46
tempat pengungsian, tanyakan kepada tim SAR, atau petugas yang lain.
Periksa juga korban yang sakit atau luka-luka dalam keluarga dan orang-
orang di sekitar kita.
b. Pastikan lingkungan bebas dari kebocoran gas, air, dan korsleting listrik.
c. Tetaplah waspada terhadap kemungkinan terjadinya letusan gunung berapi
susulan. Terus mengikuti perkembangan tentang gunung meletus yang terjadi
melalui radio atau media komunikasi lainnya.
d. Setelah menolong diri sendiri, kemudian membantu orang lain yang
membutuhkannya, atau meminta bantuan kepada orang lain. Membantu
orang cacat, anak kecil. Dan orang tua terlebih dahulu karena mereka
merupakan kelompok masyarakat yang memerlukan perhatian khusus.
e. Jika kaeadaan sudah aman, mengajak anggota keluarga kita atau anggota
masyarakat untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar.
Menyingkirkan barang-baranag dan cairan yang mungkin berbahaya seperti
kaca, minyak, deterjen, dan obat-obatan tumpah.
4. Sesudah Terjadi Gunung Meletus
Tindakan yang harus kita lakukan setelah terjadi bencana gunung meletus
antara lain sebagai berikut.
a. Tetap berada di dalam rumah sampai keadaan di luar rumah betul-betul
dinyatakan aman.
b. Menjauh atau menghindari wilayah yang terkena hujan abu.
c. Jika keluar rumah, menutup mulut dan hidung karena debu vulkanik dapat
mengiritasi sistem pernapasan. Tetap mengenakan kacamata dan masker
debu. Lindungi kulit dari iritasi akibat debu vulkanik.
d. Tidak mengendarai kendaraan bermotor di daerah yang terkena hujan abu.
Hal ini karena abu vulkanik dapat merusak mesin.
e. Membersihkan atap rumah dari timbunan abu. Hal tersebut karena beratnya
timbunan abu bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan.
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan sesudah terjadi bencana
gunung meletus antara lain sebagai berikut.
a. Bantuan Darurat

47
Tindakan utama yang harus segera dilakukan setelah terjadi bencana
gunung meletus adalah memberikan bantuan darurat. Setelah program
tanggap darurat dilalui, kita perlu memberikan bantuan darurat untuk
pemenuhan kebutuahan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal
sementara, obat-obatan, sanitasi, dan air bersih bagi korban bencana gunung
meletus.
b. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan program jangka pendek yang harus segera
dilakukan pasca gunung meletus. Rehabilitasi ini meliputi kegiatan
membersihkan dan memperbaiki rumah, fasilitas umum, dan menghidupkan
kembali roda perekonomian masyarakat. Dalam rehabilitasi ini juga
mencakup pemulihan kesehatan fisik, kondisi priskologi, dan keamanan
masyarakat. Setelah tindakan rehabilitasi ini dilakukan diharapkan roda
pemerintahan dan pelayanan masyarakat seperti rumah sakit, sekolah, dan
peribadatan dapat berjalan kembali.
c. Rekonstruksi
Rekonstruksi merupakan program jangka menengah atau jangka
panjang. Rekonstruksi ini meliputi program perbaikan sarana fisik, kondisi
sosial, dan perekonomian masyarakat agar berjalan seperti semula atau lebih
baik lagi. Sasaran utama program rekonstruksi ini adalah berjalan dan
berkembanganya kegiatan perekonomian, sosial, dan budaya dalam
masyarakat.
d. Pemulihan
Pemulihan merupakan proses pengembalian kondisi dan fungsi-fungsi
dalam masyarakat yang terkena bencana. Program pemulihan ini misalnya
perbaikan prasarana dan pelayanan dasar seperti jalan, listrik, telekomunikasi,
air bersih, pasar, puskesmas, dan lain-lain.
Selain pemberian bantuan darurat dan perbaikan sarana dan prasarana
fisik, program yang tidak kalah pentingnya dalah pemulihan kondisi psikologis
masyarkat terutama anak-anak yang terkena musibah, langkah utama yang harus
dilakukan adalah mengusahakan agar keluarga dapat berkumpul, tenangkan anak-

48
anak, biarkan anak-anak bercerita tentang pengalaman dan perasaan mereka selama
peristiwa gunung meletus, serta libatkan nmereka dalam kegiatan pascabencana.
5. Banjir
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan oleh aliran air yang
berlebihan. Banjir dapat terjadi ketika sungai atau saluran tidak lagi mampu
menampung air yang ada di suatu wilayah sehingga terjadi genangan. Banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya banjir, antara lain karena adanya curah hujan
yang tinggi, penebangan hutan di daerah tangkapan hujan, jeleknya sistem drainase,
permukiman di bantaran sungai, tata ruang wilayah yang tidak baik, bendungan yang
jebol, dan lain-lain. Dari faktor-faktor penyebab tersebut dapat diketahui bahwa banjir
tidak hanya disebabkan oleh faktor alam tetapi juga oleh faktor manusia.
Banjir dapat merupakan bencana karena dapat menyebabkan terjadinya
korban secara langsung seperti yang terjadi pada banjir bandang. Banjir yang berupa
genangan dapat menyebabkan rusaknya lahan pertanian, rusaknya infra struktur,
menyebarnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
Keberadaan air di bumi merupakan salah satu kunci adanya kehidupan.
Tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia semuanya memerlukan air. Bagi manusia,
kebutuhan air lebih penting daripada makluk hidup yang lain. Air bagi manusia
dibutuhkan dalam hampir setiap aspek kehidupan, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan minum, mandi, mencuci, usaha pertanian, industri, dan juga menjadi
sarana transportasi. Daerah-daerah pedalaman di Kalimantan masih banyak
menggunakan jalur lalu lintas air/sungai sebagai sarana transportasi. Di
Banjarmasin Kalimantan Selatan, sungai digunakan sebagai tempat untuk berjual
beli yang dikenal dengan Pasar Apung.
Air juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit energi, yaitu
pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Keuntungan dari pembangkit listrik tenaga
air ini adalah murah, bersih dan tidak menimbulkan polusi. Di sisi lain, air bisa
menjadi ancaman bagi kehidupan manusia jika keberadaannya berlebih. Banjir
bandang di beberapa tempat antara lain di Bukit Lawang, Langkat Sumatera utara
tahun 2003 menelan korban jiwa sebanyak sekitar 129 orang, di Jember, Jawa

49
Timur 2016 sebanyak 51 orang, Wasior Papua 2010 sebanyak 158 orang, dan di
Tangse, Aceh menelan korban sebanyak 24 jiwa.
Banjir tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang berada jauh dari pusat
kota. Jakarta sebagai ibukota Indonesia, setiap tahun selalu mengalami musibah
banjir. Banjir yang sangat serius dialami Jakarta terjadi pada tahun 2007, wilayah
genangannya sangat luas dan di beberapa tempat terendam air lebih dari 3 meter.
Di samping menimbulkan korban jiwa, bencana banjir juga mengakibatkan
kerusakan lingkungan antara lain sebagai berikut.
 Rusaknya pemukiman penduduk
 Rusaknya infra struktur.
 Rusaknya lahan pertanian
 Terganggunya transportasi
 Sulitnya memperoleh air bersih
 Timbulnya berbagai macam penyakit
Selain kerugian berupa materi, setiap kali terjadi bencana banjir selalu
menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius seta berdampak sosial dan
psikologi yang luas bagi masyarakat. Kerugian yang ditimbulkan oleh bencan
abanjir tidak dapat dinilai secara ameteri saja. Banjir tidak hanya menyebabkan
kerugian harta benda, tetapi juga menyebabkan lumpuhnya roda perekonomian,
berjangkitnya banyak penyakit, trauma, dan banyak merenggut korban jiwa. Oleh
karena itu, penanganan bencana banjir haruslah mencangkup bidang yang luas,
yaitu mencakup pemulihan bidan ekonomim fasilitas umum, sumber daya alam,
dan lingkungan hidup, serta kondisi psikologi masyarakat.

50
Gambar 4: Banjir di Garut pada tahun 2016, akibat rusaknya
DAS Cimanuk.
(https://www.winnetnews.com/post/ini-penyebab-utama-
banjir-bandang-dahsyat-di-garut)

Upaya nyata yang bisa dilakukan untuk menanggulangi bencana banjir


antara lain dengan cara mengurangi dampak bencana banjir sampai sekecil
mungkin. Upaya Pengurangan Risiko Bencana ( PRB ) tersebut dikenal dengan
istilah mitigasi. Usaha-usaha yang dilakukan di dalam mitigasi banjir meliputi
usaha struktural dan usaha non struktural (Rahayu, 2008). Usaha struktural terkait
dengan pembagunan maupun pemeliharaan sarana dan prasarana fisik pengendali
banjir seperti saluran, pompa, dan pintu air. Sedangkan yang termasuk usaha non-
struktural dalam mitigasi banjir biasanya menyangkut kebijakan seperti pengaturan
tata ruang, peningkatan kesadaran masyarakat, dan sistem peringatan dini bencana
banjir.
a. Mitigasi Bencana Banjir
Tujuan utama mitigasi bencana banjir adalahh untuk mengembangkan berbagai
tindakan yang dapat mengurangi risiko korban meninggal dunia, luka-luka, dan sakit,
rusaknya lingkungan hidup, serta kerugian harta benda dan terganggunya perekonomian
masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, pada pasal 33-38 dinyatakan, bahwa pelaksanaan
penanggulangan bencana banjir terdiri atas tiga tahap, yaitu meliputi tindakan sebelum
terjadi bencana, saat terjadi bencana ( tanggap darurat ), dan setelah terjadi bencana.

51
Pengelompokan tindakan pada tahapan sebelum terjadi bencana banjir, adalah
semua tindakan yang dilakukan pada saat tidak terjadi bencana dan pada saat terdapat
potensi terjadi bencana.Tindakan penanggulangan bencana pada tahapan sebelum terjadi
bencana banjir antara lain sebagai berikut.
1. Merencanakan program penanggulangan bencana banjir, meliputi langkah-
langkah:
a. Mengenali dan memahami tingkat ancaman bencana,
b. Mengenali dan memahami tingkat kerentanan masyarakat terhadap bencana
banjir,
c. Mengenali dan memahami berbagai kemungkinan munculnya dampak
bencana banjir,
d. Menentukan berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi risiko bencana
banjir yang tepat,
e. Menentukan tata cara tindakan kesiapsiagaan untuk menanggulangi dampak
bencana banjir,
f. Mengatur dan membagi tugas, fungsi, dan sumber daya yang tersedia untuk
melaksanakan program penanggulangan bencana banjir bagi seluruh warga
masyarakat.
2. Tindakan mengurangi risiko bencana terutama pada saat tidak terjadi bencana
banjir, meliputi:
a. Mengamati dan mengenali tingkat risiko bencana banjir dari teringan
sampai dengan yang terberat,
b. Menentukan bentuk-bentuk peran serta masyarakat yang memungkinkan
untuk menanggulangi bencana banjir,
c. Melakukan sosialisasi dan diskusi untuk menumbuhkan budaya sadar
bencana banjir kepada masyarakat, dan
d. Melakukan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan keterampilan
mitigasi kepada pada pelaku penanggulangan bencana banjir di lapangan
dan masyarakat luas.
3. Tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko bencana banjir antara lain:
a. Mengamati dan mengenali sumber-sumber dan ancaman bencana banjir

52
yang mungkin akan terjadi,
b. Melakukan penataan ruang dan mengelola lingkungan hidup dengan sebaik-
baiknya, dan
c. Melakukan penyuluhan, diskusi, dan pendampingan masyarakat tentang
tindakan-tindakan yang penting dalam mitigasi bencana banjir.
4. Mengintegrasikan program mitigasi bencana banjir ke dalam perencanaan
pembangunan masyarakat yang berkelanjutan.
5. Melakukan sosialisasi, pendidikan, dan latihan kepada masyarakat tentang
berbagai tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
banjir.
Bencana banjir terbukti telah menyebabkan banyak kerugian baik harta
benda, ekonomi, maupun korban jiwa. Oleh karena itu, sangatlah perlu kita
melakukan berbagai upaya nyata untuk mengurangi dampak atau risiko bencana
banjir. Menurut Indrati (2009), beberapa upaya antisipasi untuk mengurangi risiko
bencana banjir yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1. Mencari informasi mengenai perkiraan tingkat kenaikan permukaan air sungai.
2. Mencari informasi dan mempelajari hal-hal:
a) Data seberapa sering wilayah tersebut dilanda banjir.
b) Data pemetaan tinggi rendahnya permukaan tanah,
c) Bentuk dan ukuran sungai dilengkapi dengan perkiraan kemampuan
sungai itu untuk menampung lebihan air,
d) Lelehan salju atau es dan longsoran tebing di daerah hulu sungai,
e) Kemampuan tanah untuk menyerap air,
f) Data pasang surut gelombang laut dan seberapa sering badai terjadi (untuk
kawasan pesisir atau pantai)
g) Jenis banjir dan ciri-cirinya yang sering terjadi di wilayah tersebut, dan
h) Mengetahui jalur banjir sehingga memudahkan tindakan evakuasi jika
terjadi ancaman banjir.
3. Melakukan kerja bakti membersihkan saluran air secara rutin.
4. Membuang sampah pada tempatnya, tidak membuang sampah di sungai.
5. Mengadakan reboisasi atau penghijauan kembali dengan cara menanam

53
tanaman hutan di bagian hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air.
Menanam tanaman keras di sepanjang bantaran sungai agar tanah tidak
longsor.
6. Membuat lokasi untuk menampung kelebihan air atau situ sebagai sumur
resapan.
7. Melaksanakan program normalisasi sungai dengan cara mengeruk sedimen dari
dasar sungai, serta membuat turap tebing sungai. Normalisasi sungai ini
bertujuan untuk memperkaya daya tampung air. Sedangkan pembuatan turap
bertujuan untuk mencegah terjadinya longsor di bantaran sungai.
8. Membangun kembali bentuk rumah panggung di kawasan yang rawan bencana
banjir.
9. Memberikan peringatan dini tentang kemungkinan banjir yang dapat dilakukan
beberapa hari sampai satu hari sebelum terjadinya banjir. Untuk kepentingan
pemberian peringatan dini ini dapat digunakan alat yang dapat memprediksi
curah hujan.
10. Melindungi, memelihara, dan memperbaiki peralatan yang diperlukan untuk
tindakan pengurangan risiko bencana banjir.
11. Memindahkan perumahan warga dari daerah rawan bencana banjir ke daerah
yang lebih tinggi.
12. Melakukan latihan pengungsian dan mengetahui jalur evakuasi yang aman jika
terjadi banjir.
13. Memasang tanda bahaya pada jembatan yang rendah agar tidak dilakui orang
saat banjit. Adakan oerbaikan apabila diperlukan.
14. Memasang tanda ketinggian air pada saluran air, kanal, atau sungai yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk bahaya banjir.
15. Menyimpan surat-surat dan dokumen yang penting di tempat yang aman agar
terbebas dari air jika terjadi banjir.
16. Menaikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi,
sekurang-kurangnya 30cm di atas garis ketinggian banjir.
17. Menutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah dan mematukan
aliran listrik dari meterannya pada saat terjadi banjir.

54
18. Memindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi.
19. Menjaga kebersihan air yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
b. Kesiapsiagaan Banjir
Kesiapsiagaa banjir adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana banjir melalui sikap dan tindakan-tindakan yang tepat.
Contoh tindakan kesiapsiagaan banjir antara lain melakukan simulasi penyelamatan
diri, membangun sistem peringatan dini, dan menyiapkan jalur evakuasi bila terjadi
bencana banjir. Kesiapsiagaan diri, keluarga, sekolah, dan masyarakat akan sangat
berguna untuk mengurangi dampak bencana baik kerugian harta benda maupun
korban jiwa. Kesiapsiagaan banjir ini dimulai dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
1. Mengenali dan memahami potensi ancaman bencana banjir yang ada di
daerah masing-masing.
2. Mengenali dan memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya
bencana banjir.
3. Memahami dan menguasai tindakan apa yang harus dipersiapkan dan yang
harus dilakukan baik sebelum, pada saat, maupun sesudah bencana banjir.
4. Melakukan pendidikan dan latihan kesiapsiagaan bagi siswa dan masyarakat
terhadap ancaman bencana banjir di lingkungannya.
Berikut ini adalah beberapa tindakan kesiapsiagaan banjir yang dapat
dilakukan
1. Tindakan Sebelum Terjadi Banjir
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan sebelum terjadi banjir antara
lain sebagai berikut.
a. Memilih dan menentukan beberapa lokasi aman yang bisa digunakan
sebagai tempat pengungsian jika terjadi bencana banjir.
b. Melakukan latihan mitigasi bencana banjir untuk diri sendiri dan anggota
keluarga.
c. Menyiapkan tes siaga bencana yang berisi keperluan sehari-hari yang
penting seperti makanan kering, air minum, obat-obatan, lampu senter
dan baterai cadangan, lilin, korek api, kain sarung, pakaian dan jas hujan,

55
surat-surat penting, foto kopi tanda pengenal yang dimasukkan ke dalam
kantong plastik, serta nomor-nomor telepon penting.
d. Melakukan kegiatan untuk mengurangi risiko bencana banjir seperti:
1) membuat sumur resapan
2) menanam pohon di hulu sebagai daerah tangkapan air hujan
3) membentuk satuan tugas dalam kelompok kecil di masyarakat untuk
melakukan tugas pengendalian banjir
4) Menentukan jalur evakuasi bila terjadi banjir
5) Membangun sistem peringatan dini banjir
6) Menjaga kebersihan saluran air dan limbah
7) Memindahkan tempat hunian warga ke daerah yang lebih tinggi
8) Membuat kanal atau saluran pembuangan air
2. Tindakan Saat Terjadi Banjir
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan pada saat terjadi banjir
(tanggap darurat) antara lain sebagai berikut.
a. Tetaplah tenang, jangan panik
b. Tetap bersiaga terhadap segala kemungkinan terutama untuk warga yang
berada di daerah rawan bencana banjir. Siapkan segala keperluan untuk
tindakan evakuasi ke daerah yang lebih aman.
c. Selalu memantau kondisi ketinggian air sebagai dasar pertimbangan
untuk melakukan tindakan selanjutnya.
d. Selalu waspada dan siap mendengarkan informasi darurat tentang
datangnya banjir.
e. Ketika melihat air datang, secepat mungkin menjauh dari daerah banjir
menuju tempat yang tinggi.
f. Menyiapkan tindakan penyelamatan diri sendiri, kemudian baru
menolong orang lain di dekat kamu yang memerlukan bantuan.
g. Jika kamu terjebak di dalam rumah atau bangunan, jangan panik, raih
benda di sekitarmu yang bisa mengapung.
h. Hati-hati dengan saluran dan peralatan listrik. Matikan peralatan listrik
dengan cara mematikan sumber aliran listriknya.

56
i. Selamatkan dokumen penting dan barang-barang berharga lainnya
sehingga tidak rusak atau hilang terbawa banjir.
j. Terlibat aktif mendirikan tenda pengungsian dan pembuatan dapur umum.
k. Terlibat aktif dalam pembagian bantuan untuk korban bencana.
l. Mendirikan pos kesehatan.
m. Menggunakan air bersih dengan hemat.
n. Melakukan aktivitas pengecekan kesehatan untuk menanggulangi
terjangkitnya penyakit akibat buruknya kondisi lingkungan.
3. Tindakan Sesudah Terjadi Banjir
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan sesudah terjadi banjir antara
lain sebagai berikut.
a. Memeriksa jumlah anggota keluarga, mencari anggota keluarga jika ada
yang terpisah dari kelompok.
b. Jika keadaan banjir sudah surut, masuklah ke dalam rumah dengan hati-
hati.
c. Menjauhlah dari kabel dan saluran listrik, jangan menyalakan peralatan
rumah tangga yang menggunakan listrik kecuali telah dinyatakan aman.
d. Jangan memasuki bagian rumah yang rusak, misalnya bagian bangunan
yang rapuh atau miring kecuali sudah dinyatakan aman.
e. Memeriksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari
sumur terbuka karena sudah tercemar oenyakit oleh banjir. Makanan
yang sudah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk
kesehatan,
f. Menawarkan bantuan perlindungan tempat tinggal sementara kepada
warga masyarakat lain yang kehilangan tempat tinggal.
g. Menawarkan bantuan kesehatan dan bahan makanan kepada warga
masyarakat lain yang membutuhkan.
h. Melaksanakan kerja bakti bersama anggota keluarga untuk
membersihkan tempat tinggal, sumur, dan lingkungan sekitar dari lumpur
dan sampah sisa-sisa banjir.
i. Melaksanakan kerja bakti bersama warga masyarakat yang lain untuk

57
membersihkan lingkungan dan fasilitas umum.
j. Melaksanakan kerja bakti bersama warga masyarakat yang lain untuk
memperbaiki jembatan dan saluran pembuangan limbah.
k. Melakukan pengerukan sampah dan sedimen di dasar sungai agar aliran
air lancar.
l. Menjaga agar sistem pembuangan limbah dan drainase dapat tetap bekerja
pada saat terjadi banjir.
m. Membuat sumur-sumur resapan air di daerah-daerah rawan banjir.
Melakukan reboisasi di daerah hulu yang berfungsi sebagai kawasan
tangkapan air hujan.

6. Kekeringan
Air yang berlebih dapat menimbulkan bencana banjir yang menimbulkan
petaka bagi manusia. Sebaliknya, kekurangan air juga akan menimbulkan hal yang
sama, yaitu bencana yang mengancam kehidupan. Bencana yang ditimbulkan oleh
kekurangan air disebut bencana kekeringan. Kekeringan terjadi ketika pasokan air
tidak lagi bisa memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu yang panjang.
Mengacu pada UU No 24 tahun 2007, kekeringan dapat disebut bencana
ketika peristiwa tersebut menyebabkan terancamnya kehidupan dan penghidupan
masyarakat sehingga menibulkan korban korban jiwa manusia, harta benda,
kerusakan lingkungan, dan dampak psikologis bagi masyarakat. Menurut Kepala
Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, Sutopo
Purwo Nugroho, pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari dari 3,9 juta jiwa
yang bermukim pada 2.726 desa di 715 kecamatan dan 105 kabupaten dan kota di
Jawa dan Nusa Tenggara mengalami kekeringan. Kekeringan yang dialami
sejumlah wilayah tersebut terjadi hampir setiap tahun (http://www.koran-
jakarta.com/-defisit-air-dan-kekeringan-sudah-jadi-isu-global-/).
Ketersediaan air yang ada di suatu wilayah antara lain dipengaruhi oleh
variabel-variabel curah hujan, jenis batuan, struktur geologi, kondisi lingkungan,
dan kebutuhan manusia. Pada daerah vulkan, air hujan yang jatuh dapat diserap oleh
bahan piroklastik dan kemudian menjadi air tanah dan sebagian akan muncul

58
sebagai mata air. Akibatnya pada musim kemarau, di daerah vulkanik, kebutuhan
air masih bisa dipenuhi. Sebaliknya, di daerah yang berbatuan kapur, air hujan yang
jatuh akan langsung hilang masuk ke dalam lapisan batuan melalui diaklas-diaklas.
Oleh karena itu pada daerah karst pada umumnya lebih rentan terhadap ancaman
bencana kekeringan dibandingkan daerah vulkanik. Untuk memenuhi kebutuhan air
di musim kemarau, masyarakat yang tinggal di daerah karst banyak yang membuat
bak untuk menampung air hujan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air di
musim kemarau.
Kerusakan lingkungan di wilayah hulu suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
akibat penggundulan, alih fungsi lahan dari hutan lindung menjadi kawasan
pertanian, kawasan ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun, dan lain-lain akan
mengakibatkan terganggunya sistem resapan air. Akibatnya cadangan air tanah
akan menyusut dan banyak mata air yang kemudian mengering.
Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin muson. Angin muson barat
akan menimbulkan musim hujan di Indonesia, terutama untuk wilayah di sebelah
selatan katulistiwa. Sebaliknya ketika bertiup angin moson timur Indonesia
mengalami musim kemarau. Kekeringan pada umumnya terjadi saat musim
kemarau panjang. Rusaknya kawasan resapan air juga menjadi faktor penyebab
terjadinya kekeringan. Lereng-lereng gunung yang gundul menyebabkan air hujan
yang jatuh diatasnya tidak memiliki kesempatan yang cukup untuk meresap ke
dalam tanah/batuan. Akibatnya cadangan air yang bisa tersimpan di dalam pori-pori
batuan sangat terbatas. Rusaknya hutan di lereng-lereng gunung seperti yang
sekarang terjadi menyebabkan banyak mata air yang kering. Akibatnya terjadi
banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Adanya fenomena El
Nino dapat mengakibatkan parahnya kekeringan di Indonesia. Kekeringan yang
panjang akan berdampak sangat signifikan terhadap merosotnya produksi hasil
pertanian.

59
Gambar 5: Kekeringan di Banjarnegara, sedikitnya 18 ribu jiwa
di 29 desa mengalami krisis air bersih.
(https://news.okezone.com/read/2017/09/20/512/1779291/
bencana-kekeringan-18-ribu-warga-banjarnegara-mengais-
air-bersih)

Curah hujan yang jatuh di Indonesia secara umum cukup besar, meskipun
di beberapa tempat curah hujannya kecil, namun selama musim penghujan di
tempat-tempat yang sering mengalami kekeringan akan pulih kembali. Oleh karena
itu permasalahan kekeringan di Indonesia hanya sementara waktu dan hampir tidak
menimbulkan korban manusia. Berbeda halnya dengan negara-negara di Benua
Afrika yang berdekatan dengan gurun pasir, kekeringan dapat berlangsung sangat
lama.
Manajemen air sangat diperlukan untuk daerah-daerah di Indonesia yang
sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Di samping itu pengelolaan
Daerah Aliran Sungai harus dilakukan dengan benar, pengelolaan yang dimaksud
meliputi banyak aspek sehingga air huan hujan yang jatuh tidak menjadi air
permukaan semua. Dengan demikian mengatasi bencana kekeringan di Indonesi
jauh berbeda dengan bencana-bencana yang lain seperti banjir, letusan gunung,
gempa bumi dan sebagainya. Daerah yang curah hujannya sedikit dan masyarakat
masih berkeinginan untuk tetap tinggal, pola kehidupannya harus dapat
menyesuaikan dengan kondisi setempat sehingga roda perekonomian tetap dapat
berjalan. Peran pemerintah dalam berbagai aspek dalam hal ini sangat diperlukan

60
dalam rangka untuk membantu mendapatkan air bagi keperluan penduduk untuk
sementara. Tindakan yang dapat dilakukan misalnya sperti di bawah ini.
- Pengiriman air bersih melalui mobil tanki air
- Pembuatan pompa untuk airtanah dalam
- Pembuatan saluran-saluran irigasi
- Pembuatan bak-bak penampung air hujan di setiap rumah
- Pembuatan embung atau waduk-waduk kecil
- Penyuluhan tentang penanaman jenis tanaman tahan kering

7. Angin topan
Angin topan adalah angin yang bertiup dengan kecepatan 250 km/jam atau
lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan,
kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan garis khatulistiwa. Istilah/
nama angin topan, berasal dari typhoon, yaitu sistem pusaran angin yang terdapat
di Samudera Pasifik. Di samudera Hindia angin tersebut dinamakan cyclone, di
Amerika disebut hurricane, dan di Indonesia sendiri sering disebut sebagai badai.
Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca.
Angin kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius
ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem. Bencana
yang ditimbulkan oleh angin topan ini, di samping karena kuatnya tiupan juga
terjadi karena daya hisap oleh angin berputar secara memusat dengan kecepatan
yang sangat tinggi. Bangunan-bangunan yang tidak kokoh misalnya rumah yang
terbuat dari papan, atap rumah, papan reklame akan dihisap dan diterbangkan ke
angkasa. Di beberapa tempat pusaran angin topan mampu mencabut pepohonan dari
tempatnya.
Sebagian besar angin topan terbentuk melalui proses selama beberapa jam
atau hari yang perkembangannya bisa diikuti melalui satelit cuaca. Hasil dari
pemantauan satelit cuaca ini kemudian digunakan untuk mempridiksi jalur mana
yang akan dilewati oleh angin tersebut. Namun demikian prediksi yang benar-benar
akurat masih sulit dilakukan, karena perubahan cuaca sifatnya sangat kompleks. Di

61
beberapa tempat, angin topan bisa terbentuk secara cepat, sehingga asyarakat tidak
punya kesempatan untuk mengantisipasinya.

Gambar 6: Bencana angin topan di Philipina tahun 2014


(http://www.kembangpete.com/2014/09/04/14-topan
-paling-dahsyat-yang-menghancurkan-filipina/)

a. Mitigasi Bencana Angin Topan


Mitigasi bencana tanah longsor adalah upaya pengurangan resiko bencana
dengan cara mengurangi dampak angin topan sampai sekecil mungkin. Upaya
mitigasi yang dapat dilakukan diantaranya adalah seperti berikut.
1. Pembuatan struktur bangunan yang memenuhi sayarat teknis untuk mampu
bertahan terhadap gaya dorongaan angin.
2. Perlunya penetapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban
angin khususnya di daerah yang rawan badai atua angin topan
3. Penempatan lokasi fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari
serangan angin topan
4. Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya dorong angin
5. Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan
sebagai tempat penampungan sementara bagi orang maupun saat terjadi
serangan angin topan

62
6. Pengamanan atau perkuatan bagian-bagian yang mudah diterbangkan angin
yang dapat membahayakan diri atau orang lain di sekitarnya.
7. Pengamanan barang-barang di sekitar rumah agar terikat secara kuat sehingga
tidak diterbangkan angin.
b. Kesiapsiagaan Angin Topan.
Kesiapsiagaan angin topan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana angin topan melalui sikap dan tindakan yang tepat.
Berikut ini adalah tindakan kesiapsiagaan angin topan yang dapat dilakukan.
1. Melakukan pendidikan dan latihan mitigasi bencana tanah longsor.
Melakukan simulasi bagaimana cara berlindung, berlari ke tempat yang
aman, dan langkah-langkah pengungsian.
2. Mengenali daerah terdekat sebagai tempat yang aman untuk mengungsi
3. Membuat perencanaan penanganan bencana dan pengungsian serta
menyiapkan kebutuhan dasar selama pengungsian dan rencana evakuasi
4. Membuat deteksi dini angin topan dengan cara mengamati gejala-gejala yang
sering terjadi sebelumnya atau memperhatiakan peringatan dari instansi yang
berwenang karena angin dapat diamati dan terdeteksi gerakannya melalui
satelit cuaca.
5. Pada saat terjadi angin topan, segera mencari tempat perlindungan yang aman

D. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Industri


Bencana akibat kegagalan teknis industri tidak hanya akan menimbulkan
korban jiwa yang disebabkan oleh sarana dan prasarana industri itu sendiri, tetapi
juga akan merugikan dan merugikan masyarakat yang tinggal di lingkungan
industri tersebut. Bencana di industri kimia umumnya dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan yang meluas yang dapat mengakibatkan kebakaran, ledakan,
atau pelepasan zat beracun yang dapat menyebabkan kematian atau cedera pada
banyak orang di dalam dan di luar pabrik atau keduanya.
Menurut ILO, 1,1 juta orang meninggal setiap tahun. Hal ini karena
penyakit atau kecelakaan yang disebabkan oleh hubungan kerja. 250 juta

63
kecelakaan telah menewaskan 300.000 orang, sisanya adalah kematian akibat
penyakit akibat kerja, terhitung sekitar 160 juta penyakit akibat kerja.
Kedua bencana industri itu telah mengejutkan dan menyedihkan dunia dan
pada saat yang sama mengkhawatirkan implikasinya. Pertama, bencana industri
ledakan di pabrik methyl isocyanate (MIC), bahan baku pestisida di Bhopal, India,
pada 3 Desember 1984. Korban jiwa mencapai 50.000-100.000 dan korban tewas
mencapai sekitar 2000-2500. Bencana industri kedua terjadi pada 26 April 1986,
dan ledakan di reaktor Chernobyl menewaskan 100 orang, mempengaruhi ribuan
orang dan meninggal karena kanker akibat limbah radioaktif
(https://katadata.co.id/agung/berita/624fc8efed5f5/bencana-chernobyl-salah-satu-
kecelakaan-nuklir-terbesar-di-dunia).
a. Mitigasi Bencana Industri
Mitigasi didefinisikan sebagai tindakan yang diambil sebelum bencana
terjadi dengan tujuan mengurangi, menghilangkan dampak bencana terhadap
masyarakat dan lingkungan. Mitigasi Bencana tidak terlepas dari upaya
manajemen penanggulangan bencana yang dilakukan oleh Pemerintah. Mitigasi
bencana harus dilakukan secara terencana dan komprehensif melalui berbagai
upaya dan pendekatan baik secara tekhnis, manusia maupun administrasi.
Manajemen penanggulangan bencanatidak lepas dari peran dan tanggung jawab
Pemerintah Daerah untuk menangulangi bencana industri, hal ini akan terkait erat
dengan tugas pokok dan fungsi yang dijalankan oleh Pemerintah Daerahsebagai
penyelenggarapemerintahan, dalam UU Nomor 32 tahun 2004 Pemerintah Daerah
memiliki kewenangan 1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan 2)
Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.
Kedua kewenangan tersebut di dalamnya termasuk dalam perencanaan
dan pengendalian pembangunan industri. Dengankewenangan tersebut pemerintah
daerahdapat membuat berbagai regulasi untuk mencegah dampak negatif industri
dengan membuat rencana dan pengendalian pembangunan industri dan rencana
tata ruang. Peran pemerintah dalam mencegah bencana sudah diatur dalam UU
Nomor 24 Tahun 2007. Dimana pemerintah daerah diberikan kewenangan yang
meliputi :

64
1. Menetapkan kebijakan penanggulangan bencana. Kegiatan penanggulangan
bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang menimbulkan risiko bencana, kegiatan pencegahan
bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Salah satu kegiatan preventif
adalah pencegahan bencana. Pencegahan bencana ini seharusnya tidak hanya
terkait dengan bencana alam, tetapi juga bencana yang disebabkan oleh
industri yang beroperasi di daerah tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain :

1) Melakukan perencanaan dan pengendalian pembangunan industri.


Pemerintah daerah perlu merencanakan pengembangan industri di daerah
mana yang menyasar sektor mana. Apakah itu industri berat berteknologi
tinggi atau industri padat karya berteknologi rendah? Hal ini dikarenakan
jenis industri yang telah berkembang berdampak pada bencana industri
yang diakibatkan oleh industri tersebut. Industri kimia berteknologi tinggi
memiliki risiko bencana industri yang berbeda dengan bencana industri di
industri bahan baku makanan seperti perusahaan tepung. Bencana yang
akan segera terjadi dalam teknologi kimia sangat berbahaya dan memiliki
konsekuensi yang bertahan lama. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu
lebih selektif dan ketat dalam menerima investasi di industri kimia.
Penerbitan izin mendirikan bangunan industri harus didasarkan pada
peraturan dan persyaratan teknis yang ditetapkan oleh pemerintah. Adanya
standarisasi alat yang digunakan, seperti izin amdal yang memenuhi syarat
pengelolaan limbah B3, dan lokasi yang jauh dari tempat tinggal.

Dalam perencanaan strategis dengan membuat pemetaan resiko bencana


industri, penentuan jenis atau macam dari industri bebrbahaya besar
dilakukan dengan mengacu kepada beberapa dokumen SK Menperin
No.620/2012 tentang Obyek Vital Nasional Sektor Industri, SK Menteri
ESDM No.3407 k/MEM/2012 tentang Obyek Vital Nasional Sektor
Energi dan Sumber Daya Mineral, SK Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.187 ?MEN/1999 tentang Pengendalian Bahaya Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja danPeraturan Menteri LH No.3/2013 tentang

65
Audit Lingkungan Hidup dimana didalamnya terdapatjenis/macam usaha
dan atau kegiatan beresiko tinggi. Dari sektor energi dan sumber daya
mineral beberapa instalasi yang dinilai mempunyai potensibahaya besar
adalah kilang minyak, kilang LPG, kilang LNG, depo BBM, dan fasilitas
pengeboran.
Pengendalian industri yang dapatdilakukan oleh pemerintah daerah adalah
dengan membatasi jumlah investasi pada sektor industri, atau bahkan
menghentikan pembangunan industri, misalnya industri kimia dengan
mempertimbangkan dampak polusi air, udara yang ditimbulkannya, karena
semakin terbatasnya lahan industri. Karena apabila industri tidak
dikendalikan, maka akan semakinbanyak lahan-lahan produktif yang akan
dijadikan lahan industri, selain itu, industri juga akan semakin dekat
dengan pemukiman penduduk. Oleh karena itu pemerintah daerah melalui
Rencana Strategisnya sebaiknya tidak mengandalkan lagi sektor industri
sebagai sasaran pembangunan.Begitupula dalam membuat
perencanaan, pemanfaatan danpengawasan tata ruang, pemerintah daerah
harus menata kawasan mana saja yang diperbolehkan untuk membangun
industri. Penataankawasan industri juga harus disesuaikan dengan jenis
industrinya.Hak ini untuk mencegah dampak yang besar pada masyarakat
apabila terjadi kecelakaan pada industri atau bencana industri.

2) Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur


kebijakan penanggulangan bencana, pelaksanaan kebijakan kerjasama
dalam penanggulangan bencana dengan propinsi dan atau kabupaten/ kota
lain.

3) Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber


ancaman atau bahaya bencana pada wilayahnya. Untuk mengatur
penggunaan teknologi yang berpotensi sumber bencana industri,
pemerintah daerah perlu bekerjasama dengan BPPT, Kemenristek
untuk melakukanserangkaian pengujian atas alat tersebut. Sementara terkait
dengan penggunaan alat pemerintah daerah juga harus memastikan bahwa alat
yang digunakan tersertifikat dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Hal ini

66
untuk mengurangi potensi bencana yang ditimbulkan akibat kegagalan teknologi
atau mal-function atas alat tersebut.
4) Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber
daya alam yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya.
Dalam pasal 38 UU Nomor 24 tahun 2007, dijelaskan bahwa upaya
pencegahan bencana dapat dilakukan dengan :
1. Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana.
2. Kontrol terhadap penguasaan danpengelolaan sumber daya alam yang secara
tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana
Pembangunan industri tentunya tidak melalui proses yang tiba-tiba, tetapi
melalui serangkaian prosedur yang harus dipenuhi, agar industri yang
dibangun tidak membahayakan keselamatan pekerja juga masyarakat di
lingkungan industri. Oleh karena itu apabila di wilayah suatu daerah ada
sebuah perusahaan yang tiba-tiba dibangun, maka pemerintah daerah
memiliki kewajiban untuk menelusuri perusahaan tersebut dan meminta
kelengkapan persyaratan yang harus dipenuhi. Apabila perusahaan tersebut
tidak melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi, maka pemerintah

daerah dapat menghentikan operasionalpembangunan industri tersebut.


3. Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur
berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana.
Apabila perusahaan mengganti alat teknologi yang digunakan untuk
operasinya, seharusnya dilaporkan kepada dinas perindustrian, untuk
selanjutnya dilakukan serangkaian ujicoba kelayakan teknologi tersebut. Hal
ini guna mencegah kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh kegagalan
teknologi atau ketidak layakan alat.
4. Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah Daerah
membuat rencana tata ruang dan menetapkan wilayah- wilayah berdasarkan fungsi.
5. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
mencegah bencana industri adalah dengan menguatkan masyarakat di

67
wilayah industri baik secara sosialmaupun ekonomi. Masyarakat di wilayah
industri dapat menjadi pengawas bagi pembangunan industri. Misalnya ada
industri yang tiba-tiba dibangun di daerah tempat tinggal mereka, maka
masyarakat beserta aparat desa dapat menanyakan dan melaporkan
keberadaannya pada dinas perindustrian dan perdagangan. Masyarakat juga
harus dibekali dengan pengetahuan tentang bencana industri, sehingga
mereka melakukan pencegahan terhadap diri sendiri, misalnya kalau keluar
menggunakan masker, tidak menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-
hari dan lain-lain.
6. Pemerintah secara berkalamelaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan tata ruang dan pemenuhan standarkeselamatan.
Selain pemerintah daerah, Pemerintah Pusat juga dapat melakukan
beberapa upaya mencegah bencana industri, antara lain :
1. Memasukkan bencana industri ke dalam Undang-UndangPenanggulangan
Bencana. Dengan dimasukkannya bencana industri kedalam UU
Penanggulangan Bencana, maka pihak industri menjadi lebih
bertanggungjawab untuk mencegahbencana, dan jelas tanggung jawab apa
yang harus ditanggung oleh pengusaha apabila terjadi bencana industri.
2. Kementerian Lingkungan Hidup membuat kebijakan teknis sistem
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun untuk diterapkan pada
industri. Sementara untuk pelaksanaannya nanti akan diawasi oleh dinas
perindustrian.

b. Kesiapsiagaan ( Preparedness ) Bencana Industri

Kesiapsiagaan adalah merencanakan tindakan untuk merespon jika terjadi


bencana, meliputi antara lain :

1. Melakukan sosialisasi dan pelatihan kebencanaan. Kepada masyarakat


jika terjadi bencana industri

2. Menyediakan jalur evakuasi

3. Membentuk Pusat Pengendalian Operasi Bencana.

68
4. Membentuk Kelurahan TangguhBencana.

5. Membangun Sirine Early Warning Bagi Bencana Industri.

Membangun kesiagaan sangatlah penting, namun tidaklah mudah karena


disini disamping menyangkut mental juga sikap budaya atau kebiasaan serta
displin masyarakat. Kadang sikap acuh tak acuh dari warga masyarakat terhadap
keberadaan perusahaan industri danbudaya tentunya juga harus dipahami oleh
manajemen perusahaan industri terhadap keberadaan masyarakat sekitar.
Bagaimanapengaruh industri terhadap keberadaan lingkungan, pencemaran dan
juga peran serta perusahaan terhadap kepedulian lingkungan, sistem peran
Corporate Social Responsibility atau biasa disebut dengan CSR terhadap lingkungan
sekitar. Bisa mulai dari partisipasi dalam pembangunan daerah,bantuan material
maupun rohani terutama prioritas perekrutan taenaga unskill atau skill yang
dengan rekruitmen yang terarah, bantuan pada peringatan peringatan hari besar
seperti peringatan keagamaan maupun hari Kemerdekaan dan pembentukan
Tanggap Bencana dengan melibatkan unsur masyarakat. Sehingga nantinya dalam
kesiapsiagaan peran serta dari berbagai unsur bisa menjadikan kesiapan dalam
menghadapai bencana. Karena respon atau tanggap darurat merupakan
serangkaian kegiatan untuk mengatasi bencana yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, yang bertujuanuntuk menghadapi keadaan atau hal yang paling
terburuk atas kejadi bencana tersebut.

c. Respon/Daya Tanggap Bencana Industri


Respon adalah tindakan yang dilakukan segera sebelum, selama dan setelah
bencana terjadi yang bertujuan menyelamatkan nyawa, mengurangi kerusakan
harta benda dan meningkatkan pemulihan, meliputi antara lain :
1. Mengoptimalkan peran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
2. Membentuk Tim Tanggap Reaksi Cepat Penganggulangan Bencana. Selain
itu terdapat SOP yang menjadi kesepatan industri yang harus diterapkan dalam
mencegah dan menangani bencanaindustri.
3. Sistem Komunikasi Bencana.

69
d. Pemulihan ( Recovery) Bencana Industri
Pemulihan adalah kegiatan mengembalikan sistem infra struktur untuk
mengembalikan kehidupan ke keadaan dan kondisi normal, keadaan yang lebih
baik stelah bencana. Pemulihan bertujuan untuk memperbaiki dan memulihkan
semua aspek pelayanan publik dan masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana, diperlukan rehabilitasi dengan sasaran utama normalisasi
atau berjalannyasecara wajar semua aspek pemerintah dan kehidupan masyarakat.
Tindakan pemulihan merupakantindakan yang dilakukan setelah terjadinya
bencana yang meliputi :
1. Penyantunan dan pertolongan.
Tahap penyantunan atas bencana industri berdasarkan pengalaman bencana yang
terjadi seperti banjir dan longsor melibatkan TNI dalam hal ini KODIM, Dinas
Kesehatan, PMI, Pemadam Kebakaran, Tim Tanggap Reaksi seperti Taruna Tanggap
Bencana (TAGANA) dan Dinas Sosial. Karena bancana industri, maka pihak
perusahaan juga terlibat dalam kegiatan penyantunan dan pertolongan. Bantuan yang
diberikan berupa bantuan logistik, pakaian dan kebutuhan sehari- hari. Sedangkan
untuk pertolongan diarahkan untuk penyelamatan dantindakan medis apabila terdapat
korban yang mengalami luka ataupun sakitakibat bencana tersebut.
2. Konsolidasi

Kegiatan konsolidasi bertujuan untuk meningkatkan koordinasi dan


kerjasamadalam penanganan pasca bencana. Karena, penanganan bencana
melibatkan banyak elemen, maka konsolidasi dalam bentuk pertemuan-
pertemuan, rapat koordinasi, dan komunikasi berkala antara BPBD, DLH,
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Pemadam Kebakaran, TAGANA,
Kodim/TNI dan pihak perusahaan menjadi sangat penting.
3. Rekonstruksi obyek yang terkena dampak bencana. Pemulihan kembali kondisi
pasca bencana melibatkan Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum,Dinas Kesehatan dan
Pihak Perusahaan.Bappeda sebagai perencanapembangunan memiliki kewenangan
untuk membuat program-programpemulihan atau rekonstruksi daerah pasca bencana.
Dinas Pekerjaan Umum memiliki tugas untuk memperbaiki infrastrukutr yang rusak,
merehabilitasisarana umum agar berfungsi kembali.Pihak perusahaan melalui dana

70
CSR diharapkan juga memberikan bantuan dalam pemulihan daerah bencana, apalagi
jika bencana tersebut merupakan bencana industri sebagai akibat kegagalan
teknologi, seperti di Porong Sidoarjo.

Bencana industri tidak hanya menyebabkan kerusakan, luka jasmaniah,


seperti luka bakar dan lain-lain, tetapi juga dapat menyebabkan trauma bagi
korban. Oleh karena itu pemulihan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan tidak
hanya pemulihan kesehatan, tetapi juga pemulihan kejiwaan akibat bencana
tersebut. Untuk itu Dinas Kesehatan perlu menyediakan tenaga psikolog dalam
rangka pemulihan korban bencana. Pemulihan traumatik akibat bencana juga
dapat dilakukan bekerjasama dengan Lembaga Sosial Masyarakat yang membantu
mendampingi dan memberikan motivasi bagi korban bencana.

E. Kesiap-siagaan Menghadapi Bencana Sosial


Bencana sosial adalah bencana yang disebabkan karena runtutan peristiwa
yang dialami oleh manusia. Bencana sosial ini bisa terjadi karena, adanya konflik
sosial antar kelompok atau komunitas dan aksi teror. Sehingga keadaan suatu
kelompok masyarakat tidak bisa dikendalikan, serta mengabaikan tata tertib yang
sudah disepakati.
Kehidupan sosial sehari-hari pun jadi tidak nyaman dan menimbulkan
kekhawatiran. Bencana sosial ini juga rawan dialami oleh Indonesia. Apalagi,
Indonesia terdiri dari berbagai macam bahasa, suku, budaya, dan ras yang berbeda-
beda.Jika tidak diselesaikan dengan baik, bencana sosial bisa mengurangi rasa
persatuan dan kesatuan bangsa ini.
Bencana sosial yang biasanya terjadi pada sebuah negara yang sifatnya
merugikan. Contoh konflik sosial adalah suatu tindakan yang merusak tatanan atau
tata tertib sosial yang telah berlaku. Penyebab kenapa konflik sosial bisa muncul
adalah adanya rasa kecemburuan dalam masyarakat. Kecemburuan itu, bisa berasal
dari keadaan sosial, budaya, ekonomi, suku, agama, ras, dan antargolongan yang
berbeda.
Upaya pengurangan bencana akibat konflik antara lain : 1) Mendorong peran serta

71
seluruh lapisan masyarakat dalam rangka memelihara stabilitas ketentraman dan
ketertiban 2) Mendukung kelangsungan demokratisasi politik dengan
keberagaman aspirasi politik, serta di tanamkan moral dan etika budaya politik
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 3) Mengembangkan supremasi hukum
dengan menegakkan hukum secara konsisten, berkeadilan dan kejujuran. 4)
Meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatnya perlindungan
penghormatan, dan penegakkan HAM. 5) Meningkatkan kinerja aparatur negara
dalam rangka mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat,
profesional, berdayaguna, produktif, transparan, bebas dari KKN.
Aksi teror adalah bencana sosial yang dilakukan oleh suatu orang atau
kelompok dengan menggunakan kekerasan atau ancaman. Akibat aksi teror,
kehidupan sosial pun jadi penuh kekhawatiran dan ketakutan yang bisa meluas dan
menimbulkan korban. Aksi teror juga menyebabkan suatu masyarakat kehilangan
nyawa, harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan fasilitas publik, dan
kerusakan objek penting.
Sabotase adalah jenis bencana sosial yang dilakukan untuk menaklukkan
pihak dengan cara pengacauan, penghancuran, penghambatan, dan pemberontakan.
Kalau di dalam peperangan, istilah sabotase digunakan untuk orang atau
sekelompok orang yang memata-matai pihak lawan. Kegiatan sabotase ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi penting dari pihak yang disabotase.
Sabotase bisa menyerang ekonomi masyarakat, hal penting dari suatu negara, dan
lain-lain.

Kemajemukan bangsa yang memiliki ragam etnis, bahasa, budaya dan


agama menjadi kerawanan apabila perbedaan sudut pandang dan perbedaan
pendapat tidak ditemukan jalan tengah. Jika tidak dapat diredam dan dikelola
dengan semangat kebhinekaan, maka bencana sosial berwujud konflik pun tak
dapat dielak. Perbedaan kepercayaan, perbedaan tingkat kesejahteraan, bahkan
hingga perbedaan warna kulit dan ras yang mencolok pun akan dimanfaatkan oleh
pihak-pihak provokator sebagai api ganas konflik dan kerusuhan. Berbagai

72
perbedaan, pendapat, sudut pandang serta fanatisme terhadap calon pemimpin
terhadap hasil dan penetapan dapat memicu konflik sosial. Hal tersebut tentu dapat
mengganggu keamanan, kehidupan soasil, ekonomi dan stabilitas negara.
Bencana sosial tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja.Upaya-upaya sebelum terjadi
bencana sosial antara lain :
1. Menumbuhkan kesadaran diri kita bangsa yang dibangun dengan gotong royong,
saling bahu membahu dalam kesulitan dan setiap warga negara menerapkan
pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2. Mengaktifkan peran serta orang tua dan lembaga pendidikan dalam mendidik
anak. Dikarenakan hal ini merupakan dari pencegahan sejak dini untuk
mencegah terjadinya tindakan kriminal dan mencegah menjadi pelaku tindakan
kriminal.
3. Menjaga kelestarian dan kelangsungan nilai norma dalam masyarakat dimulai
sejak dini melalui pendidikan multi kultural, seperti sekolah, pengajian dan
organisasi masyarakat.
4. Memberikan pengamanan terhadap objek-objek fital di lokasi-lokasi strategis.
5. Mengenakan sanksi hukum yang tegas dan adil kepada para pelaku kriminalitas
tanpa pandang bulu atau derajat. Hal ini akan sangat ampuh untuk memberikan
efek jera kepada para pelaku agar tidak mengulangi kembali tindakannya.
6. Jika kita berada pada posisi yang dianggap dirugikan atau dicurangi, kita dapat
menempuh jalur hukum dengan melapor kepada pihak terkait.
7. Setelah semua proses dan jalur hukum telah ditempuh, harus saling menerima
hasil atau keputusannya.

RANGKUMAN

Bencana merupakan peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa


manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, dan dampak psikologis bagi
yang terkena bencana. Bencana dapat ditimbulkan oleh faktor alam, faktor non
alam, maupun faktor manusia. Disamping karena faktor alam sendiri, manusia
dapat memicu terjadinya bencana alam seperti banjir, dan tanah longsor, bahkan
kekeringan

73
Sementara itu Carter (1992) mendefinisikan bencana (disaster) sebagai
suatu peristiwa yang terjadi secara alamiah atau akibat perbuatan manusia, bersifat
mendadak atau sangat cepat dan mengakibatkan penderitaan berat, sehingga harus
segera ditanggulangi dengan berbagai usaha secara luar biasa. Ciri-ciri kejadian
yang behubungan dengan bencana adalah:
1. Mengacau pola-pola kehidupan normal, biasanya keras/sadis, tidak pilih-
pilih, secara tiba-tiba, tidak diharapkan dan dalam wilayah yang luas.
3. Berdampak buruk terhadap jiwa manusia seperti kematian, terlauka parah,
depresi, penyakit dan berbagai jenis gangguan kesehatan yang lain.
4. Berakibat buruk terhadap struktur sosial seperti kehancuran/kerusakan harta
benda, sistem/tata pemerintahan, bangunan, komuniksi dan pelayanan umum.
5. Diperlukan tempat tinggal darurat/sementara, barak pengungsian, bahan
makanan, pakaian, obat-obatan dan perawatan sosial bagi yang tertimpa
bencana.
6. Memerlukan bantuan makanan, pakaian, obat-obatan, perawatan sosial bagi
yang tertimpa bencana.
Ada dua kondisi yang menyebabkan bencana dapat terjadi, yaitu adanya
peristiwa yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability)
masyarakat. Bencana tidak akan muncul ketika peristiwa/ ancaman tersebut terjadi
tetapi masyarakat dalam kondisi tidak rentan,sehingga dapat mengatasi sendiri
peristiwa yang mengganggu tersebut. Bencana juga tidak akan terjadi meskipun
kondisi masyarakat rentan tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam.
Peran pemerintah dalam usaha dan upaya penanggulangan bencana
nasionalmeliputi kegiatan atau aktivitas yang bersifat preventif, mitrigasi,
kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Keenam aktivitas
tersebut biasa disebut dengan siklus penanggulangan bencana yang dibagi menjadi
tiga kelompok aktivitas yaitu kegiatan pra bencana, saat bencana, dan pasca
bencana. Pada masa pra bencana atau disebut juga sebagai fase penyadaran dapat
dilakukan 1) pemberdayaan sumberdaya manusia, 2) peningkatan pengetahuan para
stake holders, 3) perencanaan pengembangan daerah, 4) elestarian lingkungan.
Kgiatan yang dapat dilkukan pada saat bencana adalah tindakan yang bersifat

74
emergensi dan penyelamatan. Pada fase pasca bencana yang disebut juga dengan
fase recovery yang kegiatannya bersifat rekonstruksi dan rehabilitasi.
Dampak suatu bencana diukur berdasarkan jumlah korban jiwa,
kerusakan, atau kerugian yang ditimbulkannya. Resiko suatu bencana ditentukan
oleh variabel-variabel sebagai berikut (1) ancaman/ bahaya (hazard), (2)
kerentanan (vulnaribility), dan (3) kapasitas (capacity). Ancaman atau bahaya
merupakan kondisi atau situasi yang memiliki potensi yang menyebabkan
gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas, maupun
lingkungan. Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menyebabkan menurunnya
kemampuan seseorang atau masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan hidup,
atau merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat anatara lain dipengaruhi
oleh keadaan infrastruktur dan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang antara lain
meliputi tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, kepercayaan. Kapasitas merupakan
kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan lingkungan yang
mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan pulih dari akibat
bencana dengan cepat.
Bencana secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu bencana alam
(natural disaster) dan bencana akibat perbuatan manusia (man-made disaster).
Didasarkan pada pada pemicunya, bencana alam dibagi atas dua kelompok besar
yaitu bencana alam geologi dan bencana alam non geologi. Bencana alam geologi
merupakan bencana yang dipengaruhi oleh tektonik, misalnya gempa bumi, letusan
gunungapi, tsunami, dan tanah longsor. Ada juga bencana alam geologi yang
kejadiannya diawali oleh aktivitas manusia secara sengaja, misalnya intrusi air laut
akibat pemomopaan airtanah yang berlebihan, banjir karena tersumbatnya sungai
oleh sampah, tanah longsor akibat penebangan hutan.
Bencana alam non geologi dipengaruhi oleh proses-proses alam yang
berhubungan dengan fenomena ekstra teresterial, biologis, astronomis, meteorik
dan perubahan iklim. Bencana yang ditimbulkan adalah banjir, hujan badai, angin
topan, kekeringan serangn hama, wabah penyakit. Sedangkan bencana akibat
perbuatan manusia misalnya pencemaran liingkungan, kerusuhan sosial-politik,
kebakaran hutan, perang

75
Mitigasi bencana merupakan upaya pengurangan resiko bencana dengan
cara mengurangi dampak bencana sampai sekecil munkin. Terdapat dua jenis
mitigasi bencana yang dapat dilakukan yaitu mitigasi struktural dan mitigasi non
struktural. Mitigasi struktural mrupakan tindakan untuk merekayasa kontruksi
bangunan dan lokasi agar terhindar dari bencana melalui tindakan perbaikan
bangunan, penbangunan bangunan penahan bencana, pemasangan alat peringatan
dini, pemasangan rambu-rambu jalur evakuasi, relokasi permukiman penduduk.
Mitigasi non struktural merupakan tindakan pemberdayaan masyarakat agar
mampu mengurangi resio bancana sampai serendah mungkin, misalnya dengan
pendidikan, pelatihan, dan simulasi bencana.
Kesiapsiagaan bencana merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui sikap dan tindakan yang tepat. Agar supaya
tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi bencana berlangsung efektif harus
ditempuh melalui tiga tahapan yaitu sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana,
dan setelah terjadi bencana. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada setiap tahapan,
mempunyai cara dan tujuan berbeda. Kesiapsiagaan msyarakat dalam menghadapi
bencana sangat menentukan banyak sedikitnya jumlah korban jiwa dan kerugian
harta benda akibat terkena bencana.

TES FORMATIF

- Bacalah soal-soal dan jawaban dibawah ini dengan cermat


- Pilihlah jawaban yang benar dari setiap soal di bawah ini.
- Anda dinyatakan berhasil memahami modul yang dipelajari apabila dapat
menjawab dengan benar sebanyak 70 % dari soal yang diberikan atau 7 soal
dijawab dengan benar.
- Apabila jawaban soal yang benar kurang dari 70 %, cobalah mempelajari lebih
cermat lagi materi yang berhubungan dengan jawaban yang masih salah.

76
SOAL

1. Pemetaan daerah rawan longsor merupakan salah satu upaya untuk mengurangi
korban bencana longsor. Peta tersebut dapat berfungsi untuk..
A. Menyusun rencana dan tindakan mitigasi tanah longsor
B. Memprediksi kejadian tanah longsor di masa mendatang
C. Pembuatan jalur-jalur evakuasi
D. Bahan rencana rehabilitasi tempat-tempat yang terkena bencana longsor.
E. Informasi yang akurat tentang sistem pengamanan dan penyelamatan diri.
2. Jika di daerah saudara merupakan daerah rawan longsor, apa yang harus
saudara lakukan untuk mengurangi dampak longsor yang akan terjadi.
A. Melakukan evakuasi penduduk yang tinggal di daerak longsor.
B. Menghubungi aparat pemerintah atau petugas yang berwenang
C. Mengenali daerah terdekat sebagai tempat yang aman untuk mengungsi
D. Melakukan normalisasi area penyebab longsoran dengan reboisasi
E. Melakukan perbaikan sarana dan prasarana fasilitas umum yang rusak.
3. Jika saudara sedang berada di luar ruangan, tiba-tiba terjadi gempa bumi yang
cukup kuat. Tindakan apa yang sebaiknya saudara lakukan agar tidak menjadi
korban.
A. Segera menuju ke rumah untuk melihat kondisi keluarga yang ada di
rumah
B. Diam di tempat, menunggu sampai getaran tidak terasa lagi
C. Segera menemukan jalur evakuasi
D. Segera menjauh dari bangunan tinggi, pohon tinggi, tiang listrik, menara.
E. Menunggu bantuan datang
4. Tindakan yang tepat sesudah terjadi gempa bumi adalah
A. Evakuasi, memberi pertolongan, rehabilitasi, rekonstruksi
B. Rehabilitasi, bantuan darurat, rekonstruksi, pemulihan
C. Rekonstruksi, pemulihan, evakuasi, memberi pertolongan
D. Memberi pertolongan, bantuan darurat, rekonstruksi,emulihan
E. Bantuan darurat, evakuasi, rekonstruksi, rehabilitasi

77
5. Penanaman pohon di lereng-lereng dan pembuatan terasering merupakan
tindakan yang tepat dalam ........
A. Pencegahan bencana banjir
B. Kesiapsiaagaan pra bencana banjir
C. Kesiapsiagaan pada saat bencana banjir
D. Kesiasiagaan pasca bencana banjir
E. Mitigasi bencana banjir
6. Menentukan dan memilih beberapa lokasi aman yang dapat digunakan untuk
tempat pengungsian jika terjadi banjir merupakan tindakan dalam hal...
A. Mitigasi bencana banjir
B. Pencegahaan bencana banjir
C. Kesiapsiagaan pra bencana banjir
D. Kesiapsiagaan pada saat banjir
E. Kesiapsiagaan setelah terjadi banjir
7. Tindakan apa yang perlu diambil apabila dampak sekunder gunung meletus
semakin mengancam.
A. Memberi pertolongan darurat
B. Melakukan evakuasi
C. Mencari informasi umtuk menetukan langkah selanjutnya
D. Melakukan rehabilitasi
E. Segera mencari tempat untuk berlindung dari bahaya letusan
8. Setelah terjadi letusan banyak fasilitas umum dan rumah mengalami
kerusakan. Tindakan yang tepat untuk mengatasi bencana tersbut adalah....
A. Pemulihan
B. Rekonstruksi
C. Rehabilitasi
D. Bantuan darurat
E. Pemugaran
9. Menanam mangrove dan memeliharanya hingga tumbuh dengan baik sehingga
dapat menahan gelombang tsunami merupakan tindakan...
A. Pencegahan bencana tsunami

78
B. Kesiapsiagaan par bencana tsunami
C. Kesiapsiagaan pada saat tsunami
D. Kesiapsiagaan setelah tsunami
E. Mitigasi bencana tsunami
10. Pendidikan, pelatihan maupun simulasi tentang bencana angin topan
merupakan upaya untuk mengurangi dampak bencana akibat adanya angin
topan. Upaya tersebut termasuk
A. Mitigasi non struktural
B. Mitigasi struktural
C. Pencegahan bencana
D. Kesiapsiagaan bencana
E. Tanggap darurrat bencana.

TES SUMATIF

- Bacalah soal-soal dan jawaban dibawah ini dengan cermat


- Pilihlah jawaban yang benar dari setiap soal di bawah ini.
- Anda dinyatakan berhasil memahami modul yang dipelajari apabila dapat
menjawab dengan benar sebanyak 70 % dari soal yang diberikan atau 7 soal
dijawab dengan benar.

79
SOAL

1. Suatu daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan rawan terhadap bencana
longsor maka tindakan yang paling tepat untuk mengurangi dampak terhadap
penduduk di daerah tersebut adalah.
A. Pendidikan, latihan, dan simulasi bencana longsor
B. Relokasi permukiman penduduk
C. Pembuatan jalur dan rambu evakuasi
D. Pembuatan prediksi tanah longsor yang akan terjadi
E. Pemetaan daerah kerawanan longsor

2. Mengenali jalur-jalur dan rambu-rambu evakuasi merupakan salah satu bentuk


usaha untuk menghindar dari bencana longsor. Usaha tersebut merupakan
bentuk dari.
A. Mitigasi bencana longsor
B. Pencegahan bencana longsor
C. Kesiapsiagaan sebelum bencana longsor
D. Kesiapsiagaan ada saat terjadi longsor
E. Kesiapsiagan setelah terjadi longsor
3. Mengamati dan mengenali tingkat resiko bencana banjir dari yang teringan
sampai terberat merupakan tindakan.
A. Penanggulangan banjir
B. Kesiapsiagaan sebelum terjadi banjir
C. Kesiapsiagaan setelah terjadi banjir
D. Pencegahan bencana banjir
E. Mitigasi bencana banjir

4. Apa yang seharusnya dilakukan pada saat tanggap darurat banjir


A. Selalu memantau kondisi ketinggian air sebagai dasar pertimbangan untuk
melakukan tindakan selanjutnya
B. Memeriksa jumlah anggota keluarga
C. Mencari lokasi aman untuk tempat pengungsian
D. Menentukan jalur evakuasi
E. Membentuk satuan tugas dalam kelompok kecil di masyarakat

80
5. Batuan jenis gabro mempunyai karakter
A. Tekstur hipokristalin, warna gelap, struktur aliran
B. Tekstur holokristalin, warna gelap, struktur masiv
C. Tekstur hipokristalin, warna gelap, struktur masiv
D. Tekstur holokristalin, warna terang, struktur aliran
E. Tekstur holohialin, warna terang, struktur aliran

6. Batuan yang bertekstur hipokristalin, berwarna kelabu, struktur aliran adalah


A. Gabro D. Andesit
B. Granit E. Riolit
C. Diorit

7. Batuan yang berasal dari magma asam adalah


A. Pumice, diorit, basalt
B. Granit, trachyit, riolit,
C. Pumice, riolit, diorit
D. Basaltt, gabro, peridotit
E. Granit, gabro, pumice

8. Perbedaan dan persamaan antara batu andesit dengan diorit


A. Struktur sama dan komposisi mineral berbeda
B. Tekstur sama dan struktur berbeda
C. Warna sama dan tekstur berbeda
D. Tekstur sama dan warna berbeda
E. Struktur sama dan warna berbeda

9. Jika saudara baru saja merasakan adanya gempa bumi, tidakan apa yang paling
tepat untuk dilakukan
A. Jika sedang berada di luar rumah, segera masuk ke dalam rumah untuk
melihat kondisi yang ada di dalam rumah
B. Jika berada di luar ruangan, tetaplah berada jauh dari tebing, atau
bangunan tinggi.
C. Berikan bantuan darurat kepada masyarakat yang menjadi korban bencana
gempa bumi
D. Segera lari menuju jalur evakuasi
E. Segera mencari informasi apapun kepada pihak yang berwenang.

81
10. Dari satelit cuaca kita bisa mendapatkan beberapa informasi tentang angin
topan, diantaranya adalah kecepatan angin dan daerah yang akan dilewati. Dari
informasi tersebut kita dapat melakukan tindakan tertentu, yaitu..
A. Pencegahan bencana angin topan
B. Mitigasi bencana angin topan
C. Kesiapsiagaan bencana angin topan
D. Pemetaan daerah rawan angin topan
E. Tanggap darurat angin topan

11. Konglomerat dengan Breksi memunyai identitas masing-masing dalam hal


fragmen penyusun batuan. Pernyataan yang benar mengenai hal itu adalah

A. Berbeda ukuran dan bentuk fragmen, komposisi fragmen sama


B. Berbeda komposisi dan ukuran fragmen, bentuk fragmen sama
C. Berbeda bentuk fargmen, ukuran dan komposisi fragmen sama
D. Berbeda bentuk dan komposisi fragmen, ukuran fragmen sama
E. Berbeda ukuran dan bentuk fragmen,komposisi fragmen sama

12. Pergeseran lempeng tektonik yang mengakibatkan sering terjadi gempa bumi
dengan intensitas tingi adalah adalah
A. Subduction, dan Divergen
B. Subduction dan Collision
C. Subduction dan Transform
D. Transform dan Collision
E. Collision dan Transform

13. Letusan volkan yang bersifat efisif disebabkan karena


A. Magma bersifat asam, letak magma dalam
B. Magma bersifat asam, letak magma dangkal
C. Magma bersifat basa, letak magma dalam
D. Magma bersifat basa, letak magma dangkal
E. Magma bersifat intermediet, letak magma dalam

14. Untuk mengetahui lokasi episentrum dapat menggunakan catatan kegempaan.


Catatan yang dimaksud adalah
A. Tiga buah homosiste
B. Dua buah pleistoseiste
C. Tiga buah isoseiste

82
D. Dua buah homoseiste
E. Dua buah pleistiseiste

15. Bentuk-bentuk endapan yang ada di bagian hilir sungai yang tidak
berhubungan dengan aktivitas gelombang laut adalah
A. Natural levee
B. Dataran banjir
C. Meander
D. Gosong
E. Delta

16. Pada umumnya tanah di Pulau Jawa lebih tebal daripada di Nusa Tenggara
Timur. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses pembentukan tanah di
dua tempat tersebut adalah
A. Perbedaan Fluktuasi suhu harian
B. Perbedaan jenis batuan
C. Perbedaan organisme yang tumbuh
D. Perbedaan penyinaran matahari
E. Perbedaan curah hujan

17. Bentuk pantai di selatan Pulau Jawa berbeda dengan pantai di bagian utara.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor
A. Jenis batuan berbeda
B. Proses geologis berbeda
C. Iklim berbeda
D. Vegetasi berbeda
E. Aktivitas manusia di pantai utara dan selatan Pulau Jawa

18. Pada dasarnya proses pelapukan tidak dapat diketahui, namun dapat dilihat
melalui gejala-gejala yang terjadi. Salah satu diantaranya adalah spalling atau
exfoliasi. Gejala exfoliasi terjadi batuan..
A. Batuan kapur
B. Batuan beku masiv
C. Batuan sedimen klastik
D. Batuan beku berekstur holokristalin
E. Batuan beku mengandung lempung

83
19. Pada tahap explorasi bahan tambang dapat menimbulkan degradasi
lingkungan, tahap explorasi yang dimaksud misalnya
A. Pembukaan lahan yang tertutup tanaman
B. Pengambilan lapisan batuan
C. Pembuangan limbah padat yang tidak terpakai
D. Pembuangan limbah cair setelah pemrosesan
E. Penutupan lubang-lubang bekas galian

20. Untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di suatu


daerah, pertimbangan yang paling utama adalah
A. Biaya dan ketersediaan suku cadang
B. Tenaga ahli dan kebutuhan penduduk
C. Debit aliran dan topografi
D. Iklim dan penggunaan lahan
E. Biaya dan kebutuhan masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Adjat Sudradjat. TT. 2010 Seputar Gunungapi dan gempabumi. Jakarta: Adjat
Sudradjat

Alzwar. M, H. Samodra, J.I. 2011. Tarigan. Pengantar Dasar Ilmu Gunung Api.
Bandung: Nova.

Bryiant, Edward.2007. Tsunami Bahaya yang Diabaikan (Terjemahan). Bandung:


Pakar Raya

Carter, N. W., 1992. Disater Management: A Disaster manager’s Hand Book,


Asian Development Bank . Manila 414

Coppola, D. P. 2015. Introduction to International Disaster Management (3rd ed.).


Elsevier Ltd.

Daryono, Wiwik Sri Utami, Ketut Prasetyo. 2009. Mitigasi Bencana Tsunami di
Kecamatan Watulimo Kabupaten Trengalek. Surabaya: Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Surabaya.

Etkin, D. 2016. Disaster Theory: An Interdisciplinary Approach to Concepts and


Causes. Elsevier Ltd.

Gunn, A. M. 2008. Encyclopedia of Disasters: Environmental Catastrophes and


HumanTragedies. Greenwood Press.

84
Gunn, S. W. A. (2013). Dictionary of Disaster Medicine and Humanitarian Relief
(2nd ed.).Springer.

Harsono, Pramudi Identifikasi Potensi Dan Manajemen Pencegahan Bencana


Industri Di Kota Cilegon Provinsi Banten, Universitas Bina Bangsa

Mulyaningsih, Sri., 2010. Pengantar Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Panduan.


Supriyono, Primus., 2014. Seri Pendidikan pengurangan Risiko Bencana Banjir.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Supriyono, Primus., 2014. Seri Pendidikan pengurangan Risiko Bencana Gempa


Bumi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Supriyono, Primus., 2014. Seri Pendidikan pengurangan Risiko Bencana Gunung


Meletus. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Supriyono, Primus., 2014. Seri Pendidikan pengurangan Risiko Bencana Tanah


Longsor. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Saroso. 1996. Bencana Tsunami, Makalah dalam Lokakarya Mitigasi Bencana


Gempabumi dan Dampaknya, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Jawa
Timur di Hotel Utami Surabaya tanggal 14-17 September 1996.

Sutikno dan Winaryo. 1996. Evaluasi Kerusakan Lingkungan Akibat Gempa dan
Tsunami di NAD dan Sumatera Utara Sebagai Dasar untuk Rehabilitasi
dan Rekonstrusi. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengenalan dan
Mitigasi Akibat Gempa Tektonik dan Tsunami yang diselenggarakan
Badan penelitian dan Pengembangan PU di Ujungpandang pada 21 – 22
Mei 1996.

Taylor, A. J. 1987. A Taxonomy of Disasters and their Victims. Journal of


PsychosomaticResearch, 31(5), 535–544.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

https://katadata.co.id/agung/berita/624fc8efed5f5/bencana-chernobyl-salah
satu-kecelakaan-nuklir-terbesar-di-dunia

85
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 4

No. Soal Kunci Jawaban


1 A
2 C
3 D
4 B
5 E
6 C
7 B
8 C
9 E
10 A

KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3

No. Soal Kunci No Soal Kunci


Jawaban
Jawaban
1 B 11 C
2 C 12 B
3 E 13 D
4 A 14 A
5 B 15 D
6 D 16 E
7 D 17 B
8 C 18 E
9 B 19 A
10 C 20 C

86
MODUL 3

DINAMIKA LITOSFER DAN PENGARUHNYA


TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

KEGIATAN BELAJAR 4 : BENCANA ALAM

OLEH :
Drs Agus Sutedjo, M.Si

87

Anda mungkin juga menyukai