0
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang prinsip-prinsip legal etis pada
pengambilan keputusan dalam kontek keperawatan.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Khusus
- Meningkatakan pengetahuan tentang ilmu keperawatan
- Menjalankan suatu pekerjaan sesaui dengan profesi
keperawatan
- Meningkatkan standarisasi keperawatan
2
b. Umum
- Tercapainya derajat kesehatan masyarakat secara luas sesuai
dengan yang berlaku
- Meningkatakan kesejahteraan dan kemakmuran
- Umur harapan hidup yang semakin meningkat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat
namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S
masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan
meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat
adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
5
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan
kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang
pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi
yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung
jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.
Pengertian
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani“euthanathos”. Eu
-artinya baik, tanpa penderitaan : sedangkan thanathos -artinya mati
atau kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia
dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa
penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara
etimologis adalah mati cepat tanpa penderitaan.
Hippokrates pertama kali menggunakan istilah “eutanasia” ini pada
“sumpah Hippokrates” yang ditulis pada masa 400-300 SM.Sumpah
tersebut berbunyi:
“Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang
mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu”.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini.
Ada yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit
6
yang minimal, biasanya dilakukuan dengan cara memberikan
suntikan yang mematikan. Saat ini yang dimaksudkan dengan
enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri kehidupan
pasien terminal dengan memberikan suntikan yang mematikan atas
permintaan pasien itu sendiri., atau dengan kata lain euthanasia
merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan
yang dibuat olehEuthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter
Belanda), yaitu :
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.
Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan
dari mana sudut pandangnya atau cara melihatnya.
Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
a. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk
mempertahankan hidup pasin. Dengan kata lain, euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada
pasien terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada
euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien, seperti tidak memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-
obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga
medis maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja
menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan
berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien
7
itu sendiri atau karena sudah tidak mampu membayar biaya
pengobatan.
b. Euthanasia aktif atau euthanasia agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang
dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang
dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan
kata lain, Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu
tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si
pasien. Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan
dilakukan dengan tujuan untuk mnimbulkan kematian dengan
secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan cara lain
sehingga pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :
1). Euthanasia aktif langsung (direct)
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan
medis secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri
hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis
euthanasia ini juga dikenal sebagaimercy killing.
2) Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)
Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medis untuk meringankan
penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia
dibedakan atas :
a. Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan
pasien itu sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dengan
sadar atau dengan kata lain permintaa pasien secara sadar dn
berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
b. Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)
8
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar.
Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini
terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena
faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental, kekurangan
biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan
makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam
keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali menjadi
bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang
keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang
yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil
suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari pasien dan
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi
pasien tersebut.
2. Aborsi
Kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada
umumnya dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan,
ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.Mengenai alasan
aborsi memang banyak mengundang kontroversi, Ada yang
berpendapat bahwa aborsi perlu dilegalkan dan ada yang
berpendapat tidak perlu dilegalkan.Pelegalan aborsi dimaksudkan
untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang yang
tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi tidak
dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsi akan terus
meningkat. Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada
yang melarang atas nama agama, ada yang menyatakan bahwa
jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan
lain-lain.Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk
korban perkosaan, masih di grey area, aborsi masih diperbolehkan
walaupun tidak semua dokter mau melakukannya. Kasus perkosaan
9
merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa saja kita mengusulkan
untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu diadopsikan ke orang
lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan dukungan
masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh
masyarakat.Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah
kebanyakan anak dan kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali
krena anak merupakan anugerah terbesar yang dberikan oleh
TUHAN.Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan masalah yang
pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus jauh menyentuh dasar
timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi sama
seperti Prinsip lokalisasi. Banyak celah yang justru akan
dimanfaatkan, karena seks bebas sudah jadi realita sekarang ini,
apalagi di kota-kota besar.
Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi
orang lain termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi,
oleh paramedis ataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap
menyakitkan buat wanita, lahir dan batin meskipun banyak yang.
menyangkalnya. Karena itu kita harus berupaya bagaimana caranya
supaya tidak sampai berurusan dengan hal yang akhirnya merusak
diri sendiri.Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang pergi,
dan tidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah aborsi
dan mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas
ada hukumnya.
Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung
rantai yang terpanjang, yaitu : penyuluhan tentang seks yang
benar.Jika dilihat kebelakang, mengapa banyak remaja yang aborsi,
karena mereka melakukan seks bebas untuk itu diperlukan
pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar bahwa free
seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya Jika tidak ingin hamil
gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang paling
aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Segala sesuatu itu
ada resikonya. Untuk itu sebelum bertindak, orang harus mulai
10
berpikir : nanti bagaimana bukannya bagaimana nanti.Keputusan
aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah
melewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena
ada seseorang yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak
jadi mengaborsi. Keputusan untuk aborsi, kemungkinan bisa
menghantui seumur hidupnya, mengaborsi anaknya, dan selama
beberapa minggu dia masih menyesali dan menangisi kejadian itu,
seperti kematian seorang anak.Apalagi jika aborsi dilakukan akibat
paksaan, misalnya paksaan dari orangtua, demi nama baik keluarga.
Bayangkan berapa banyak orang-orang yang.bisadipaksa untuk
menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.
Jenis-Jenis Aborsi :
a. Aborsi Alamiah atau Spontan
Aborsi alamiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun
(keguguran). Pada umumnya aborsi ini dikarenakan kurang
baknya kualitas sel telur maupun sel sperma.
b. Aborsi Medisinalis
Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas
an yang bersifat medis. Aborsi ini dilakukan karena berbagai
macam indikasi, seperti :
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
pendarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal
(missed abortion). Mola Hidatidosa atau hindramnion akut Infeksi
uterus akibat tindakan abortus kriminalis Penyakit keganasan
pada saluran jalan lahir, misalnya kangker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk
penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kangker payudara.
Prolaps uterus yang tidak bisa diatasi.Telah berulang kali
mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari ibu yang
sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi,nephritis,tuberkolosis, paru aktif
yang berat. Penyakit-penyakit metabolik misalnya diabetes yang
11
tidak terkontrol, Epilepsi yang luas dan berat..Gangguan jiwa ,
disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.
c. Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung
tidak dikhendaki oleh karena berbagai macam alasan seperti
berikut ini :
- Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
- Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau
untuk punya anak lagi.
- Kehamilan di luar nikah.
- Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah
beban ekonomi
keluarga.
- Masalah social misalnya khawatir adanya penyakit turunan,
janin cacat.
- Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Selain itu tidak bisa
dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
3. Transplantasi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Transplantasi organ
dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang
berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya
terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan
pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini
transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun
12
tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih
harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama,
hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi
Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan
donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swsata.
Jenis – jenis Transplantasi Organ
a. Autograf (Autotransplatasi),
yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam
tubuh orang itu sendiri. Misalnya operasi bibir sumbung, imana
jaringan atau organ yang diambil untuk menutup bagian yang
sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
b. Allograft (Homotransplantasi) , yaitu pemindahan suatu jaringan
atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama
spesiesnya, yakni manusia dengan manusia. Homotransplantasi
yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi, antara
lain : transplantasi ginjal dan kornea mata. Disamping itu
terdapat juga transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya
belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian
dari transplntasi ini, karena melalui transfusi darah, bagian dari
tubuh manusia (darah) dari seseorang (donor) dipindahkan ke
orang lain (recipient).
c. Xenograft (Heterotransplatasi) ,
yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh yang satu
ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara
species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya
daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon
(sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat
kecil.
d. Isograft
13
Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau
organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya
masih memiliki hubungan secara genetik
14
2.3 Prinsip-prinsip Legal Dalam Keperawatan
1. Malpraktek
Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang
lazim di pergunakan untuk merawat klien atau orang yang terluka
menurut ukuran lingkungannya yang sama. (Hanafiah dan Amir,
1999)
2. Tanggung Gugat
Pertanggunggugatan adalah suatu tindak gugatan apabila terjadi
suatu kasus tertentu, contoh : ketika dokter memberi instruksi kepada
perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yg
15
diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi
tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
Pertangungjawaban adalah suatu konsekwensi yang harus diterima
seseorang atas perbutannya.contoh : jika ada kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien
maka, dokter akan bertanggung jawab tidak terima karena kondisi
semakin parah atas kesalahan atau kelalaian.
16
2.4 Perlindungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan
1. Nursing Advolasi
17
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak
atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan
kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat
informasi yang meliputi hal-hal berikut:
a. penyakit yang dideritanya;
b. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
c. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan
tindakan untuk mengatasinya;
d. alternatif terapi lain beserta resikonya;
e. prognosis penyakitnya;
f. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya;
g. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
h. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa
diskriminasi;
i. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya (informed consent);
j. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
18
k. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
l. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang
mengganggu pasien lain;
m. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit;
n. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya;
o. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
p. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
q. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan
kesehatan;
r. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian
penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
s. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opion), terhadap penyakit yang
dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani;
19
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas
yang membentuk fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum
mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:
laporan anggaran
laporan sensus pasien
catatan medis
catatan personil pegawai
laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
waktu libur
pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-
gesa. Suatu rangkaian tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan
dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
a. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif
tertinggi.
b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer
tingkat menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa
dan mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya
kelembagaan.
c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur
peristiwa harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan,
dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan
, keputusan manajemen dibagi menjadi dua macam:
a. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam
situasi menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang
terstruktur memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan
peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
20
b. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang
tidak terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani
situasi tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan
pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen
juga dapat dibedakan menjadi dua model:
a. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses
sistematis dalam pemilihan satu alternative dan beberapa
alternatif; perlu waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai
pilihan yang ada.
b. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis)
berdasarkan pada pengamatan dalam membuat keputusan yang
memuaskan ataupun yang terbaik.
Tipe Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang
kurang diperhatikan)
b. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
c. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang
unggul)
d. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
e. Pengambilan keputusan dengan consensus
f. Pengambilan keputusan dengan suara bulat
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23