Anda di halaman 1dari 24

JUDUL MAKALAH :

PRINSIP-PRINSIP LEGAL ETIS


PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM KONTEK KEPERAWATAN

0
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang prinsip-prinsip legal etis pada
pengambilan keputusan dalam kontek keperawatan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah
dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Demak, April 2017

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang
pada kesehatan dan kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan
bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk dapat
menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu yang mengatur
hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian.
Etika dan moral merupakan merupakan sumber dalam
merumuskan standar dan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun
dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-
hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi yang
tercermin dalam standar praktek professional (Doheny et all, 1982).
Profesi keperawatan mempunyai kontrak social dengan
masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada
profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang di butuhkan.
Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari
tindakan keperawatan harus mampu di pertanggung jawabkan dan
dipertanggung gugatkan dan setiap pengambilan keputusan tentunya
tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi
juga dengan memperhatikan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat di gunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan
tindakan baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan
seuatu kewajiban dan tanggung jawab moral. (Mila Ismani, 2001)
Sehingga dalam bekerja, perawat harus mengetahui prinsip-
prinsip etika keperawatan, ethichal issue dalam praktik keperawatan,
dan prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan.

1.2 Tujuan

a. Khusus
- Meningkatakan pengetahuan tentang ilmu keperawatan
- Menjalankan suatu pekerjaan sesaui dengan profesi
keperawatan
- Meningkatkan standarisasi keperawatan

2
b. Umum
- Tercapainya derajat kesehatan masyarakat secara luas sesuai
dengan yang berlaku
- Meningkatakan kesejahteraan dan kemakmuran
- Umur harapan hidup yang semakin meningkat

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Etika Keperawatan

Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan


refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu
objek etika adalah tingkah laku manusia (Wikipedia Indonesia) Ada 8
prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam
memberikan layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga,
dan masyarakat.

1. Otonomi (Autonomi) prinsi otonomi didasarkan pada keyakinan


bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat
keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.
Salah satu contoh yang tidak memperhatikan otonomi adalah
Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,padahal terdapat
gangguan atau penyimpangan
2. Beneficience (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk
melakukan hal yan baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan
atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang program
latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan
jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian
dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus

4
mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut kemudian
bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Nonmaleficince (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Contoh
ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk
dan dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah.
akhirnya transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat
namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina
hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka
berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S
masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan
meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak
mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini
dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat
adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.

5
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang
klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan
kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang
pasti bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi
yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung
jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesama teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat
kepada klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat,
dokter yang memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut
kemampuan professional.

2.2 Isu Etik Dalam Praktek Keperawatan


1. Euthanasia

Pengertian
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani“euthanathos”. Eu
-artinya baik, tanpa penderitaan : sedangkan thanathos -artinya mati
atau kematian. Dengan demikian, secara etimologis, euthanasia
dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa
penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara
etimologis adalah mati cepat tanpa penderitaan.
Hippokrates pertama kali menggunakan istilah “eutanasia” ini pada
“sumpah Hippokrates” yang ditulis pada masa 400-300 SM.Sumpah
tersebut berbunyi:
“Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat yang
mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu”.
Banyak ragam pengertian euthanasia yang sudah muncul saat ini.
Ada yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit

6
yang minimal, biasanya dilakukuan dengan cara memberikan
suntikan yang mematikan. Saat ini yang dimaksudkan dengan
enthanasia adalah bahwa seorang dokter mengakhiri kehidupan
pasien terminal dengan memberikan suntikan yang mematikan atas
permintaan pasien itu sendiri., atau dengan kata lain euthanasia
merupakan pembunuhan legal.
Belanda, salah satu Negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan
hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan
yang dibuat olehEuthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter
Belanda), yaitu :
Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk
memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri.
Jenis-jenis Euthnasia
Euthanasia dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan
dari mana sudut pandangnya atau cara melihatnya.
Dilihat dari cara pelaksanaannya, euthanasia dapat dibedakan atas :
a. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut
segala tindakan atau pengobatan yang sedang berlangsung untuk
mempertahankan hidup pasin. Dengan kata lain, euthanasia pasif
merupakan tindakan tidak memberikan pengobatan lagi kepada
pasien terminal untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan pada
euthanasia pasif ini dilakukan secara sengaja dengan tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup
pasien, seperti tidak memberikan alat-alat bantu hidup atau obat-
obat penahan rasa sakit, dan sebagainya.
Penyalahgunaan euthanasia pasif biasa dilakukan oleh tenaga
medis maupun keluarga pasien sendiri. Keluarga pasien bisa saja
menghendaki kematian anggota keluarga mereka dengan
berbagai alasan, misalnya untuk mengurangi penderitaan pasien

7
itu sendiri atau karena sudah tidak mampu membayar biaya
pengobatan.
b. Euthanasia aktif atau euthanasia agresif
Euthanasia aktif atau euthanasia agresif adalah perbuatan yang
dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang
dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia. Dengan
kata lain, Euthanasia agresif atau euthanasia aktif adalah suatu
tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup si
pasien. Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan
dilakukan dengan tujuan untuk mnimbulkan kematian dengan
secara sengaja melalui obat-obatan atau dengan cara lain
sehingga pasien tersebut meninggal.
Euthanasia aktif ini dapat pula dibedakan atas :
1). Euthanasia aktif langsung (direct)
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannnya tindakan
medis secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri
hidup pasien, atau memperpendek hidup pasien. Jenis
euthanasia ini juga dikenal sebagaimercy killing.
2) Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)
Euthanasia aktif tidak langsung adalah saat dokter atau tenaga
kesehatan melakukan tindakan medis untuk meringankan
penderitaan pasien, namun mengetahui adanya risiko tersebut
Ditinjau dari permintaan atau pemberian izin, euthanasia
dibedakan atas :
a. Euthanasia Sukarela (Voluntir)
Euthanasia yang dilakukan oleh tenaga medis atas permintaan
pasien itu sendiri. Permintaan pasien ini dilakukan dengan
sadar atau dengan kata lain permintaa pasien secara sadar dn
berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun juga.
b. Euthanasia Tidak Sukarela (Involuntir)

8
Euthanasia yang dilakukan pada pasien yang sudah tidak sadar.
Permintaan biasanya dilakukan oleh keluarga pasien. Ini
terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena
faktor umur, ketidak mampuan fisik dan mental, kekurangan
biaya, kasihan kepada penderitaan pasien, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan bantuan
makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam
keadaan vegetatif (koma). Euthanasia ini seringkali menjadi
bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang
keliru oleh siapapun juga. Hal ini terjadi apabila seseorang
yang tidak berkompeten atau tidak berhak untuk mengambil
suatu keputusan, misalnya hanya seorang wali dari pasien dan
mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi
pasien tersebut.
2. Aborsi
Kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada
umumnya dilakukan karena terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal, perkosaan,
ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.Mengenai alasan
aborsi memang banyak mengundang kontroversi, Ada yang
berpendapat bahwa aborsi perlu dilegalkan dan ada yang
berpendapat tidak perlu dilegalkan.Pelegalan aborsi dimaksudkan
untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang yang
tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi tidak
dilegalkan maka angka kematian ibu akibat aborsi akan terus
meningkat. Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu pembunuhan. Ada
yang melarang atas nama agama, ada yang menyatakan bahwa
jabang bayi juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan
lain-lain.Jika aborsi untuk alasan medis, aborsi adalah legal, untuk
korban perkosaan, masih di grey area, aborsi masih diperbolehkan
walaupun tidak semua dokter mau melakukannya. Kasus perkosaan

9
merupakan pilihan yang sulit. Meskipun bisa saja kita mengusulkan
untuk memelihara anaknya hingga lahir, lalu diadopsikan ke orang
lain, itu semua tergantung kematangan si ibu dan dukungan
masyarakat agar anak yang dilahirkan tidak dilecehkan oleh
masyarakat.Untuk kehamilan jiwa diluar nikah atau karena sudah
kebanyakan anak dan kontrasepsi gagal perlu dipirkirkan kembali
krena anak merupakan anugerah terbesar yang dberikan oleh
TUHAN.Sebaiknya kita jangan mencari pemecahan masalah yang
pendek / singkat / jalan pintas, tapi harus jauh menyentuh dasar
timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan aborsi sama
seperti Prinsip lokalisasi. Banyak celah yang justru akan
dimanfaatkan, karena seks bebas sudah jadi realita sekarang ini,
apalagi di kota-kota besar.
Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi
orang lain termasuk suaminya, agar tidak perlu aborsi. Sebab aborsi,
oleh paramedis ataupun oleh dukun, legal atau illegal, akan tetap
menyakitkan buat wanita, lahir dan batin meskipun banyak yang.
menyangkalnya. Karena itu kita harus berupaya bagaimana caranya
supaya tidak sampai berurusan dengan hal yang akhirnya merusak
diri sendiri.Karena ada laki-laki yang bisa seenak melenggang pergi,
dan tidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah aborsi
dan mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas
ada hukumnya.
Jadi solusinya bukan cuma dari rantai yang pendek, tapi dari ujung
rantai yang terpanjang, yaitu : penyuluhan tentang seks yang
benar.Jika dilihat kebelakang, mengapa banyak remaja yang aborsi,
karena mereka melakukan seks bebas untuk itu diperlukan
pendidikan agama agar moral mereka tinggi dan sadar bahwa free
seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya Jika tidak ingin hamil
gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang paling
aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali. Segala sesuatu itu
ada resikonya. Untuk itu sebelum bertindak, orang harus mulai

10
berpikir : nanti bagaimana bukannya bagaimana nanti.Keputusan
aborsi juga dapat keluar dalam waktu yang singkat, dan setelah
melewati waktu krisis, bisa saja keputusan aborsi dibatalkan karena
ada seseorang yang mendampingi memberikan support, dan dia tidak
jadi mengaborsi. Keputusan untuk aborsi, kemungkinan bisa
menghantui seumur hidupnya, mengaborsi anaknya, dan selama
beberapa minggu dia masih menyesali dan menangisi kejadian itu,
seperti kematian seorang anak.Apalagi jika aborsi dilakukan akibat
paksaan, misalnya paksaan dari orangtua, demi nama baik keluarga.
Bayangkan berapa banyak orang-orang yang.bisadipaksa untuk
menggugurkan, jika aborsi ini dilegalkan.
Jenis-Jenis Aborsi :
a. Aborsi Alamiah atau Spontan
Aborsi alamiah / spontan berlangsung tanpa tindakan apapun
(keguguran). Pada umumnya aborsi ini dikarenakan kurang
baknya kualitas sel telur maupun sel sperma.
b. Aborsi Medisinalis
Aborsi medisinalis adalah aborsi yang terjadi karena brbagai alas
an yang bersifat medis. Aborsi ini dilakukan karena berbagai
macam indikasi, seperti :
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan
pendarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal
(missed abortion). Mola Hidatidosa atau hindramnion akut Infeksi
uterus akibat tindakan abortus kriminalis Penyakit keganasan
pada saluran jalan lahir, misalnya kangker serviks atau jika
dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk
penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kangker payudara.
Prolaps uterus yang tidak bisa diatasi.Telah berulang kali
mengalami operasi caesar. Penyakit-penyakit dari ibu yang
sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi,nephritis,tuberkolosis, paru aktif
yang berat. Penyakit-penyakit metabolik misalnya diabetes yang

11
tidak terkontrol, Epilepsi yang luas dan berat..Gangguan jiwa ,
disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.
c. Aborsi Kriminalis
Pada umumnya aborsi ini terjadi karena janin yang dikandung
tidak dikhendaki oleh karena berbagai macam alasan seperti
berikut ini :
- Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
- Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau
untuk punya anak lagi.
- Kehamilan di luar nikah.
- Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah
beban ekonomi
keluarga.
- Masalah social misalnya khawatir adanya penyakit turunan,
janin cacat.
- Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Selain itu tidak bisa
dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
3. Transplantasi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari
suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Transplantasi organ
dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang
berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya
terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan kegagalan
organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan
pengobatan biasa atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini
transplantasi terus berkembang dalam dunia kedokteran, namun

12
tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih
harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama,
hukum, budaya, etika dan moral. Kendala lain yang dihadapi
Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan
donasi organ jenazah. Karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait (hukum, kedokteran, sosiologi,
pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swsata.
Jenis – jenis Transplantasi Organ
a. Autograf (Autotransplatasi),
yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ ke tempat lain dalam
tubuh orang itu sendiri. Misalnya operasi bibir sumbung, imana
jaringan atau organ yang diambil untuk menutup bagian yang
sumbing diambil dari jaringan tubuh pasien itu sendiri.
b. Allograft (Homotransplantasi) , yaitu pemindahan suatu jaringan
atau organ dari tubuh seseorang ke tubuh yang lan yang sama
spesiesnya, yakni manusia dengan manusia. Homotransplantasi
yang sering terjadi dan tingkat keberhasilannya tinggi, antara
lain : transplantasi ginjal dan kornea mata. Disamping itu
terdapat juga transplantasi hati, walaupun tingkat kebrhsilannya
belum tinggi. Transfusi darah sebenarnya merupakan bagian
dari transplntasi ini, karena melalui transfusi darah, bagian dari
tubuh manusia (darah) dari seseorang (donor) dipindahkan ke
orang lain (recipient).
c. Xenograft (Heterotransplatasi) ,
yaitu pemindahan suatu jaringan atau organ dari tubuh yang satu
ke tubuh yang lain yang berbeda spesiesnya. Misalnya antara
species manusia dengan binatang. Yang sudah terjadi contohnya
daah pencangkokan hati manusia dengan hati dari baboon
(sejenis kera), meskipun tingkat keberhasilannya masih sangat
kecil.
d. Isograft

13
Transplantasi Singenik yaitu pempindahan suatu jaringan atau
organ dari seseorang ke tubuh orang lain yang identik. Misalnya
masih memiliki hubungan secara genetik

Ada dua komponen penting yang mendasari tindakan transplantasi,


yaitu:
1). Eksplantasi yaitu usaha mengambil jaringan atau organ manusia
yang hidup atau yang sudah meninggal.
2). Implantasi yaitu usaha menempatkan jaringan atau organ tubuh
tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain
Komponen Yang Menunjang Transplantasi
Disamping dua komponen yang mendasari di atas, ada juga dua
komponen penting yang menunjang keberhasilan tindakan
transplantasi, yaitu:
1). Adaptasi Donasi yaitu usaha dan kemampuan menyesuaikan diri
orang hidup yang diambil jaringan atau organ tubuhnya, secara
biologis dan psikis, untuk hidupdengan kekurangan jaringan
atau organ.
2). Adaptasi Resepien yaitu usaha dan kemampuan diri dari
penerima jaringan atau organ tubuh baru sehingga tubuhnya
dapat menerima atau menolak jaringan atau organ tersebut,
untuk berfungsi baik, mengganti yang sudah tidak dapat
befungsi lagi.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari
donor yang hidup atau dari jenazah orang yang baru meninggal
dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian batang otak.
Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal
sumsum tulang dan darah (transfusi darah). Organ-organ yang
diambil dari jenazah adalah jantung, hati, ginjal, kornea, pancreas,
paru-paru dan sel otak.

14
2.3 Prinsip-prinsip Legal Dalam Keperawatan
1. Malpraktek
Malpraktek adalah kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk
mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang
lazim di pergunakan untuk merawat klien atau orang yang terluka
menurut ukuran lingkungannya yang sama. (Hanafiah dan Amir,
1999)

a.Tindakan yang termasuk malpraktek:


a). Kesalahan diagnosa
b). Penyuapan
c). Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
d). Pemberian dosis obat yang salah
e). Salah pemberian obat kepada pasien
f). Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak
steril.
g). Kesalahan prosedur operasi
b. Dampak malpraktek
a). Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan
cacat yang permanen
b). Bagi petugas kesehataan mengalami gangguan
psikologisnya, karena merasa bersalah
c). Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana
d). Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
e). Dari segi agama mendapat dosa
f). Dari etika keperawatan melanggar etika keperawatan bukan
tindakan profesional

2. Tanggung Gugat
Pertanggunggugatan adalah suatu tindak gugatan apabila terjadi
suatu kasus tertentu, contoh : ketika dokter memberi instruksi kepada
perawat untuk memberikan obat kepada pasien tapi ternyata obat yg

15
diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi
tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka pihak keluarga
pasien berhak menggugat dokter atau perawat tersebut.
Pertangungjawaban adalah suatu konsekwensi yang harus diterima
seseorang atas perbutannya.contoh : jika ada kesalahan atau
kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien
maka, dokter akan bertanggung jawab tidak terima karena kondisi
semakin parah atas kesalahan atau kelalaian.

3. Limpahan Tanggung Jawab


Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat dengan
disertai pelimpahan tanggung jawab. Pemberian delegasi ini hanya
dapat diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi terlatih
yang memiliki kompetensi yang diperlukan. Pelimpahan wewenang
secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang


sebagaimana dimaksud diatas, perawat berwenang:

a. melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya


atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis

b. melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan


wewenang mandat
c. memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program
pemerintah.

Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu. Tugas ini


merupakan penugasan Pemerintah yang dilaksanakan pada keadaan
tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu wilayah
tempat Perawat bertugas. Keadaan ini ditetapkan oleh kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan setempat.

16
2.4 Perlindungan Hukum Dalam Praktek Keperawatan
1. Nursing Advolasi

Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif


memberikan klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim
kesehatan lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela
kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua informasi
dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan
pendeketan tradisional maupun profesional.
Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:
a. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan
praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang
dilakukan oleh siapa pun.
b. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap
setiaap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
c. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar
falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan
perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri.
Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab
dalam memberikan asuhan keperawatan,meningkatkan ilmu
pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.
Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan
keperawatan kepada klien mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasarnya.
Peran perawat sebagai advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami

17
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran
advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara
sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat
melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak
atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan
kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat
informasi yang meliputi hal-hal berikut:
a. penyakit yang dideritanya;
b. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
c. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan
tindakan untuk mengatasinya;
d. alternatif terapi lain beserta resikonya;
e. prognosis penyakitnya;
f. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya;
g. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
h. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa
diskriminasi;
i. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang
akan dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya (informed consent);
j. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;

18
k. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
l. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang
mengganggu pasien lain;
m. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit;
n. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya;
o. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
p. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
q. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan
peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana pelayanan
kesehatan;
r. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian
penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
s. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opion), terhadap penyakit yang
dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang menangani;

2. Pengambilan Keputusan Legal Etis

Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan


suatu tantangan bagi seorang manajer. Dalam era global dan serba
cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat
pula.
Definisi pengambilan keputusan
a. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu
kesimpulan tentang apa yang harus dilakukan/ tidak dilakukan
dalam suatu situasi tertentu.
b. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah
yang dihadapi.
c. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya
ketidakseimbangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi.

19
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas
yang membentuk fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum
mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:
 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur
pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-
gesa. Suatu rangkaian tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan
dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
a. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif
tertinggi.
b. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer
tingkat menengah dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa
dan mengembangkan teknik inovatif untuk perbaikan jalannya
kelembagaan.
c. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur
peristiwa harian yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan,
dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan
, keputusan manajemen dibagi menjadi dua macam:
a. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam
situasi menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang
terstruktur memunculkan kebijakan dan keseimbangan dan
peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.

20
b. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang
tidak terstruktur dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani
situasi tertentu. Misalnya keputusan yang berkaitan dengan
pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen
juga dapat dibedakan menjadi dua model:
a. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses
sistematis dalam pemilihan satu alternative dan beberapa
alternatif; perlu waktu yang cukup untuk mengenal dan menyukai
pilihan yang ada.
b. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis)
berdasarkan pada pengamatan dalam membuat keputusan yang
memuaskan ataupun yang terbaik.
Tipe Pengambilan Keputusan
a. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang
kurang diperhatikan)
b. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
c. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang
unggul)
d. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
e. Pengambilan keputusan dengan consensus
f. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawat sering kali dihadapkan pada situasi yang memerlukan


keputusan untuk mengambil tindakan. Sebagai perawat harus kita harus
professional dalam melaksanakan tindakan yang sesuai dengan SOP
yang ada , agar kita bisa aman , tidak merugikan diri sendiri, pasien ,
dan masyarakat.
Dengan mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip etika dalam
diri seorang perawat maka tujuan dari proses keperawatan dapat
terlaksana dengan baik sesuai dengan hukum dan norma yang berlaku.
Seorang perawat juga harus pandai berinovasi sehingga tercapailah
tujuan kesehatan Nasional sesuai yang diamanatkan Undang-undang.

3.2 Saran

Dalam melaksanakan suatu tindakan keperawatan sorang perawat


harus melaksanakan sesuai dengan aturan dan SOP yang ada.
Prinsip-prinsip Etika Keperawatan harus kita terapkan dalam
bekerja sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga ,
masyarakat, nusa dan bangsa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medik
Undang-undang Keperwatan No. 38 Tahun 2014
Makalah Online Prinsip-prinsip Etika Keperewatan
Ismani, Nila 2001 . Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

23

Anda mungkin juga menyukai