Anda di halaman 1dari 69

AMBARAN TINGKAT KECEMASAN

PASIEN DI INSTALASI GAWAT

DARURAT (IGD) RSUD PANEMBAHAN


SENOPATI BANTUL

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh


Derajat Sarjana Keperawatan Pada

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ELAN FURWANTI

20100320007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA

2014

H
P

Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Di


Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD

Panembahan Senopati Bantul

Elan Furwanti1, Nur Chayati2, Azizah


Khoiriyati3

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu


Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Kegawatdaruratan menjadi salah satu


bagian yang sering dialami dalam

kehidupan sehari-hari. Proses perawatan di


rumah sakit seringkali mengabaikan

aspek-aspek mental, sehingga


menimbulkan berbagai permasalahan
psikologis

bagi pasien yang salah satunya adalah


kecemasan. Kecemasan yang dialami

biasanya terkait dengan prosedur asing dan


juga ancaman terhadap keselamatan

jiwa akibat penyakit yang dialami


seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran tingkat
kecemasan pasien di Instalasi Gawat
Darurat

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Jenis penelitian yang digunakan adalah


deskriptif non experimental

dengan pendekatan cross sectional. Teknik


pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling dengan instrumen


penelitian berupa kuesioner. Jumlah

responden adalah 68 orang sesuai dengan


kriteria inklusi dan ekslusi. Analisa data

menggunakan program komputer. Hasil


penelitian menunjukkan bahwa pasien di
IGD paling banyak mengalami kecemasan
berat (41,2%), dan sisanya mengalami

kecemasan sedang (29,4%), kecemasan


ringan (20,6%), kecemasan berat sekali

(2,9%) dan tidak cemas (5,9%).

Penelitian ini menggambarkan bahwa


pasien di IGD kebanyakan

mengalami kecemasan berat. Saran bagi


peneliti selanjutnya diharapkan dapat

melakukan penelitiannya pada shif sore


karena jumlah respondennya lebih banyak

dan juga bisa melakukan penelitian tingkat


kecemasan pasien di IGD berdasarkan

jenis penyakit, tingkat keparahan, dan jenis


tindakan yang dilakukan di IGD.
Kata kunci: Instalasi Gawat Darurat,
Kecemasan

1 Mahasiswa Keperawatan, Sekolah


Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2 Dosen Keperawatan, Sekolah


Keperawatan, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

3 Dosen Keperawatan, Sekolah


Keperawatan, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta
The Description of Anxiety Level Of Patients
In Emergency Room

Panembahan Senopati Bantul Hospital

Elan Furwanti1, Nur Chayati2, Azizah


Khoiriyati3

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu


Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Emergency situational is often happened


everyday in life. The process of
care in hospital often neglect the
psychological aspects, causes variety of

psychological problems for patients, one of


them is anxiety. Anxiety normally

associated with foreign procedures and also


threats of life due to illness. The

purpose of this study is to describe the


anxiety level of patients in the Emergency

Room Panembahan Senopati Bantul


Hospital.

Type this of research is descriptive non-


experimental with cross sectional

approach. The sampling technique used


purposive sampling with questionnaire
instrument. The number of respondents is
68 people according to the inclusion

and exclusion criteria. Analysis of the data


using computer programs. The results

showed that patients in the Emergency


Room mostly feel anxiety (41.2%), and the

rest suffered moderate anxiety (29.4%),


mild anxiety (20.6%), very severe anxiety

(2.9%) and not anxiety (5.9%).

This study illustrates that the majority of


patients in the emergency room

experiencing severe anxiety. Suggestions


for further research are expected to

conduct research in the afternoon because


the number of respondents are more
and also can do anxiety levels research
about based on the types of diseases,

severity, and type of action taken in the


Emergency Room.

Keywords: Anxiety, Emergency room

1Nursing Student, School of Nursing


Faculty of Medicine, Muhammadiyah
University of

Yogyakarta

2Lecturer at Nursing, School of Nursing


Muhammadiyah University of Yogyakarta

3Lecturer at Nursing, School of Nursing


Muhammadiyah University of Yogyakarta
PENDAHULUAN
mengetahui prevalensi gangguan

Kecemasan adalah suatu


kecemasan. Prevalensi gangguan

keadaan yang membuat seseorang


mental emosional di Indonesia

tidak nyaman khawatir, gelisah,


seperti gangguan kecemasan dan

takut, dan tidak tentram disertai


depresi sebesar 11,6% dari usia > 15
berbagai keluhan fisik, cemas
tahun.7

berkaitan dengan perasaan yang


Survei lainnya juga dilakukan

tidak pasti dan tidak berdaya


di wilayah DKI Jakarta pada tahun

(Kusumawati, 2010: ).1 Setiap orang


2006. Hasilnya
gangguan

dalam kehidupan sehari-hari pasti


psikosomatik di
masyarakat

pernah mengalami kecemasan. Pada


perkotaan cukup tinggi. Jumlah
dasarnya, kecemasan merupakan hal
penduduk yang mengalami gejala

alamiah yang pernah dialami oleh


kecemasan adalah 39,8% dan gejala

setiap manusia. Kecemasan sudah


depresi sebanyak
28,4%. Kedua

dianggap sebagai bagian dari


keluhan ini lebih banyak dijumpai

kehidupan sehari-hari.2 Faktor yang


pada wanita dibandingkan pria

dapat menyebabkan kecemasan


dengan rentang usia 16-40 tahun.8

misalnya masalah
ekonomi, Kondisi gawat darurat juga
keluarga, pekerjaan,
kondisi akan menimbulkan suatu
kecemasan

kesehatan, pendidikan dan lain-lain.3


yang dialami pasien yang berada di

Kecemasan itu dapat menjadi


ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).

peringatan untuk individu supaya


Kegawatdaruratan juga menjadi

dapat mempersiapkan diri terhadap


salah satu bagian yang sering dialami

ancaman atau bahaya yang akan


dalam kehidupan
sehari-hari.
terjadi.4 Bila individu tersebut dapat
Kondisi gawat merupakan sesuatu

menanggapi kecemasan tersebut


yang mengancam nyawa meliputi

dengan baik maka kecemasan


kasus trauma berat, akut miokard

tersebut tidak akan mengganggu


infark, sumbatan jalan nafas, tension

kehidupannya. Namun beberapa


pneumothorax, luka bakar disertai

individu menanggapi kecemasan


trauma inhalasi, sedangkan darurat

dengan tidak wajar sehingga dapat


yaitu perlu mendapatkan penanganan
memperburuk
kondisinya. atau tindakan dengan
segera untuk

Kecemasan yang berkelanjutan


menghilangkan ancaman nyawa

menyebabkan efek fisik yang


korban, seperti cedera vertebra,

berpotensi merusak tubuh kita.5


fraktur terbuka, trauma capitis

Gangguan kecemasan atau


tertutup , dan appendicitis akut.9

ansietas merupakan
kelompok Kecemasan yang dialami

gangguan psikiatri yang paling


pasien biasanya terkait dengan nyeri
sering ditemukan.
National yang dirasakan maupun
berbagai

Comordibity Study melaporkan


macam prosedur atau tindakan asing

bahwa satu dari empat orang


yang harus dijalani pasien. Hal ini

memenuhi kriteria untuk sedikitnya


akan meningkatkan
hormon

adrenalin. Jika hormon adrenalin

satu gangguan kecemasan dan


terdapat angka prevalensi 12 bulan
disekresi berlebihan
maka

sebesar 17,7%.6Di Indonesia sendiri


kecemasan dapat meningkat, denyut

telah dilakukan
survei untuk jantung juga
meningkat

METODOLOGI
kelompok dirinci lagi dengan gejala
yang lebih spesifik. Analisa datanya

Penelitian ini
merupakan

menggunakan program komputer.

penelitian
deskriptif non

experimental dengan pendekatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

cross sectional. Populasi pada


Hasil

penelitian ini adalah seluruh pasien

Hasil tentang karakteristik

yang berada di Instalasi Gawat

responden dalam penelitian ini

Darurat
(IGD) RSUD Panembahan

digunakan untuk
mengetahui
Senopati Bantul. Teknik dalam

gambaran berdasarkan umur, jenis

pengambilan
sampel ini

kelamin, pendidikan,
agama,

menggunakan purposive sampling

pekerjaan, penghasilan,
dan
danberdasarkan kriteria ekslusi dan

pengalaman di Instalasi Gawat

inklusi. Sampel diambil sebanyak 68

Darurat RSUD Panembahan

responden.

Senopati Bantul.
Adapun

Variable dalam penelitian ini


karakteristik responden disajikan

adalah tingkat kecemasan pasien di

dalam tabel 4.1 dan gambaran

IGD. Instrumen yang digunakan

tingkat kecemasan pasien di IGD

pada penelitian ini adalah kuesioner

disajikan dalam tabel 4.2

HARS (Hamilton Ratting Scale for


Anxiety) yang terdiri dari 14 gejala

yang
masing-masing-masing

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Reponden


berdasarkan umur, jenis kelamin,

pendidikan, agama, pekerjaan,


penghasilan, dan pengalaman di

Instalasi Gawat Darurat RSUD


Panembahan Senopati Bantul

tahun 2014 (n=68)

Karakteristik demografi
n %

Usia
< 30 tahun
25 36,8

30-50
30 44,1

< 50 tahun
13 19,1

Total
68 100

Jenis kelamin

Laki-laki
25 36,8

Perempuan
43 63,2

Total
68 100
Tabel 4.1 Lanjutan

Karakteristik demografi
n %

Pendidikan

SD 18
26,5

SMP
20 29,4
SMA/SMK
25 36,8

PT/Sarjana
5 7,4

Total 68
100

Agama

Islam 62
91,2

Katolik 3
4,4

Protestan 3
4,4

Total 68
100
Pekerjaan

Pelajar 9
13,2

Ibu Rumah Tangga


14 20,6

Buruh 24
35,3

Swasta
13 19,1

PNS 4
5,9

Wiraswasta
4 5,9

Total 68
100
Penghasilan

100.000,00 s/d 500.000,00


19 27,9

500.000,00 s/d 750.000,00


27 39,7

750.000 s/d 1.000.000


15 22,1

1.000.000 s/d 3.000.000


7 10,3

Total 68
100

Pengalaman

1 kali 52
76,5
2 kali 12
17,6

> 2 kali 4
5,9

Total 68
100

Berdasarkan tabel
4.1 responden (36,8%)
dan

karakteristik usia yang


mayoritas beragama
islam

terbanyak adalah usia


30-50 sebanyak 62
responden
tahun sebanyak 20
responden (91,2%).
Berdasarkan tingkat

(44,1%). Sebagian
besar pendidikan, sebagian
besar

responden berjenis kelamin


berpendidikan
SMA/SMK

perempuan sebanyak
43 sebanyak 25
(36,8%) dan

responden (63,2%),
sedangkan mayoritas
pekerjaannya yaitu
laki-laki sebanyak 25
buruh sebanyak 24 responden

(35,3%),
sedangkan
juga menunjukkan bahwa

penghasilan
responden
pengalaman responden masuk

sebagian besar
500.000 s/d
di IGD baru 1 kali sebanyak 52
750.000 sebanyak
27
orang (76,5%).

responden (39,7%). Tabel 4.1

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat


Kecemasan Pasien di IGD RSUD

Panembahan Senopati Bantul Tahun 2014


(n=68)

Tingkat kecemasan
n
%

Berat sekali
2
2,9
Berat
28
41,2

Sedang
20
29,4

Ringan
14
20,6

Tidak cemas
4
4,9

Total
68
100
Berdasarkan tabel
4.2 sebagian besar responden
mengalami

kecemasan berat yaitu sebanyak 28


responden (41,2 %).

Pembahasan

Kecemasan merupakan respon


muncul pada responden diantaranya

emosional terhadap penilaian


yang
takut, gelisah, sering terbangun pada

menggambarkan keadaan
khawatir,
malam hari, khawatir, dan lain-lain.
gelisah, takut, tidak tentram
disertai
Hal ini dikarenakan respon cemas

berbagai keluhan fisik.


Keadaan
seseorang
tergantung pada

tersebut dapat terjadi dalam


berbagai
kematangan pribadi, pemahaman

situasi kehidupan maupun


berbagai
dalam menghadapi tantangan, harga

gangguan sakit, serta suatu


sinyal
diri, dan mekanisme koping yang
yang menyadarkan
dan
digunakan.12

memperingatkan adanya
bahaya
Kecemasan dapat dipengaruhi

yang mengancam
serta
oleh faktor umur. Semakin muda

memungkinkan
seseorang
umur seseorang dalam menghadapi

mengambil tindakan untuk


mengatasi
masalah
maka akan sangat
kecemasan. Adanya ancaman
yang
mempengaruhi konsep dirinya. Umur

potensial dan penguasaan


sumber-
dipandang sebagai suatu keadaan

sumber menentukan
tingkat
yang menjadi dasar kematangan dan

kecemasan pada situasi


tertentu.11
perkembangan
seseorang.13

Berdasarkan analis dari tabel


Kematangan individu dapat dilihat
4.2 dapat diperoleh gambaran
bahwa
langsung secara objektif dengan

sebagian besar tingkat


kecemasan
periode umur, sehingga berbagai

pasien di Instalasi gawat


Darurat
proses pengalaman, pengetahuan,

mengalami kecemasan berat


yaitu
keterampilan, kemandirian terkait

41,2 %. Tanda-tanda yang sering


sejalan dengan bertambahnya umur
individu. Umur yang jauh
lebih tua,
terhadap suatu hal yang dianggap

akan
cenderung
memiliki mengancam
bagi dirinya

pengalaman yang lebih


dalam
dibandingkan perempuan. Laki-laki

menghadapi masalah
kecemasan.13
lebih
mempunyai
tingkat

Umumnya umur yang


lebih tua akan
pengetahuan dan wawasan lebih luas

lebih baik dalam


menangani masalah
dibanding perempuan, kerena laki-

kecemasan, mekanisme
koping yang
laki lebih banyak berinteraksi dengan

baik akan mempermudah


mengatasi
lingkungan luar sedangkan sebagian
masalah kecemasan.14
Jadi, dapat
besar perempuan hanya tinggal

disimpulkan bahwa
dari hasil
dirumah dan menjalani aktivitasnya

penelitian
juga menunjukkan
sebagai rumah tangga, sehingga

kecemasan berat banyak


dialami
tingkat pengetahuan atau informasi

pada usia
< 30 tahun
(56,0%), yang didapat terbatas.16
sedangkan
>50 tahun cenderung
Tingkat kecemasan sangatlah

mengalami
kecemasan ringan
berhubungan
dengan tingkat

(69,2%). Kecemasan ini


terjadi
pendidikan
seseorang dimana

karena pada usia


< 30 tahun
seseorang akan dapat mencari

seseorang belum
matang dalam
informasi atau menerima informasi
berpikir dan menghadapi
masalah.
dengan baik sehingga akan cepat

Kecemasan juga dapat di


mengerti akan kondisi dan keparahan

pengaruhi oleh jenis


kelamin. Dilihat
penyakitnya dan dengan keadaan

hasil penelitian
karakteristik jenis
yang seperti ini akan menyebabkan

kelamin
menunjukkan
bahwa peningkatan
kecemasan pada orang
sebagian besar
responden berjenis
tersebut.17
Penelitian ini juga

kelamin perempuan yaitu


(63,2%) didukung
oleh hasil penelitian bahwa

mengalami
kecemasan berat
pendidikan SMP lebih banyak

(53,5%),
sedangkan laki-
laki mengalami
kecemasan berat (29,4%)

mengalami kecemasan
sedang yaitu
di bandingkan dengan pendidikan
(40,0%).
Berkaitan dengan
sarjana (7,4%).

kecemasan pada pria


dan wanita,
Seseorang
yang tidak

perempuan lebih
cemas akan
berkerja mengalami kecemasan yang

ketidakmampuannya
dibandingkan
tinggi dibanding yang bekerja.3 Hal

dengan laki-laki, laki-laki


cenderung
ini dihubungkan dengan tingkat
lebih aktif, eksploratif,
sedangkan
penghasilan
seseorang karena

perempuan lebih sensitif.


Penelitian
membutuhkan perawatan yang cukup

ini menunjukkan bahwa


laki-laki-laki
sehingga memerlukan biaya yang

lebih rileks dibanding


perempuan.15
besar pula, keadaan ini dapat

Diperkuat penelitian lain


bahwa pada
mempengaruhi kecemasan karena
umumnya seorang laki-
laki dewasa
tidak
memiliki
penghasilan.

mempunyai mental
yang kuat
Pekerjaan merupakan kegiatan utama

atau penghasil
utama dalam peningkatan
kecemasan saat
kehidupan
manusia.18 Jadi, menghadapi
tindakan yang akan

penelitian-penelitian diatas
sesuai dilakukan
tim kesehatan.20

dengan hasil penelitian bahwa


dari Pengalaman masa
lalu terhadap

karakteristik pekerjaan
sebagian penyakit baik
yang positif maupun

besar yang banyak


mengalami yang
negatif dapat mempengaruhi
kecemasan berat yaitu Ibu
rumah perkembangan
dalam menggunakan

tangga (57,1%).
koping. Keberhasilan seseorang pada

Status sosial ekonomi juga


masa lalu dapat membantu individu

berpengaruh dengan pola


gangguan
mengembangkan mekanisme koping

psikiatrik. Semakin rendah


status yang akan
digunakan, sebaliknya

ekonomi seseorang maka


kontribusi kegagalan
atau reaksi emosional
terhadapkecemasan justru
semakin menyebabkan
seseorang

besar. Adanya
pengeluaran- menggunakan
koping yang

pengeluaran yang tak


terduga maladaptif
terhadap stresor

misalnya, pengeluaran
keuangan tertentu.16
Jadi, dapat disimpulkan

yang tiba-tiba, mengingat


dalam bahwa
kecemasan juga dapat
keadaan sakit dan
membutuhkan
dipengaruhi juga oleh pengalaman

biaya obat serta perawatan.19


Jadi, pasien masuk di
Instalasi Gawat

keadaan ekonomi yang rendah


atau Darurat. Hal ini
didukung dengan

tidakmemadai dapat
mempengaruhi hasil
penelitian menunjukkan

peningkatan
kecemasan pada sebagian besar
responden baru
klien.Penelitian diatas
diperkuat pertama kali
masuk IGD mengalami

juga dengan hasil penelitian


bahwa kecemasan
berat (48,1%).

kecemasan berat yang


paling

banyak dialami responden


yang KESIMPULAN
DAN SARAN

berpenghasilan
100.000 s/d Kesimpulan

500.000.
Berdasarkan hasil penelitian
Pengalaman pertama pasien
dan pembahasan, maka dapat

dalam pengobatan
merupakan disimpulkan bahwa
sebagian besar

pengalaman-pengalaman yang
sangat pasien di
Instalasi Gawat Darurat

berharga yang
terjadi pada mengalami kecemasan
berat.

individuterutama untuk masa-


masa Saran

yang akan datang. Pengalaman


awal
Penelitian ini selanjutnya
ini sebagai bagian penting
dan mungkin bisa
dilakukan pada shift

bahkan sangat menentukan


bagi sore karena pada
shift pagi jumlah

kondisi mental individu di


kemudian respondennya
hanya sedikit dan

hari. Apabila pengalaman


individu peneliti
selanjutnya juga bisa melihat

tentang kemoterapi kurang,


maka tingkat
kecemasan pasien di IGD
cenderung
mempengaruhi berdasarkan jenis
penyakit, tingkat

keparahan, dan jenis tindakan yang


dilakukan di IGD.

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Nur Chayati S.Kep. Ns., M.Kep sebagai


pembimbing yang selalu memberikan

masukan, nasihat, arahan, bimbingan,


kesabaran, dan semangat kepada
penulis.

2. Azizah Khoiriyati S.Kep. Ns., M.Kep


sebagai penguji yang selalu

memberikan masukan, nasihat, arahan,


bimbingan, kesabaran, dan semangat

kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA
dasar 2007. Jakarta: Depkes RI;

2008

1.
Kusumawati, F. Hartono, Y.
8. Luana NA, Sahala Panggabean,
2010. Buku Ajar Keperawatan
Joyce VM Lengkong, Ika

Jiwa. Jakarta : Salemba Medika


Christine, 2012. Kecemasan pada

2.
Fidianty, Noviastuti
2010. penderita penyakit ginjal
kronik

Kecemasan pada wanita hamil


yang menjalani hemodialisis di

pasca abortus. Media Medika RS


Universitas Kristen
Muda. Fakultas Kedokteran
Indonesia. Media
Medika

Universitas Diponegoro. Nomor


Indonesiana.
Universitas

(4). 51-54
Diponegoro dan Ikatan Dokter

3.
Taufik, S 2008. Gambaran
Indonesia Wilayah Jawa Tengah.

Tingkat Kecemasan Keluarga 46


(3). 151-156
Pasien Stroke Yang Dirawat Di 9.
Musliha, 2010.
Keperawatan

Ruang Mawar RSUD Undata


gawat darurat. Cetakan 1.

Palu. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu


Yogyakarta: Nuha Medika

Kesehatan Palu. Hal 1-14 10.


Pamungkas, 2009.
Hubungan

4.
Ratih 2010. Mengatasi Rasa
aspek spiritual dengan tingkat
Cemas. Surabaya: Putra Pelajar.
kecemasan pada klien pre

5.
Videbeck, Sheila L 2008. Buku
operasi di RSUD Saras Husada

ajar keperawatan jiwa. Alih


Purworejo. Karya Tulis Ilmiah

bahasa; Renata komalasari,


Strata Satu,
Universitas

Alfrina Hany. Jakarta: EGC


Muhammadiyah
Yogyakarta,
6.
Sadock 2004. Buku ajar psikiatri
Yogyakarta.

klinis. Jakarta: EGC


11. Gunarsa, Singgih D. 2010.

7.
Departemen Kesehatan RI.
Psikologi keperawatan. Jakarta:

Laporan hasil riset kesehatan


PP BPK Gunung Mulia
12. Stuart, G.W
2013. Buku saku tingkat
kecemasan pasien yang

keperawatan jiwa. Alih


bahasa: akan
menghadapi operasi di

Ramona P. Kapoh, S.KP & Egi


RSUP Fatmawati. Universitas

Komara Yudha, S.Kp. Jakarta:


Islam Negeri Syarif Hidayatullah

EGC
Jakarta. 61-88
13. Lutfa, dan Malya 2008.
Faktor- 17. Hawari, D.
2012. Manajemen

faktor yang
mempengaruhi stres, cemas, dan
depresi. Ed 1.

kecemasan
pasien dalam Cetakan 4. FKUI,
Jakarta.

tindakan kemoterapi di
Rumah 18. Narbuko
2002. Gambaran

Sakit DR. Moewardi Surakarta.


tingkat kecemasan
pasien
ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.4.
menghadapi tindakan operasi.

187-192
Universitas Indonesia Jakarta.

14. Bahsoan, H
2013. Hubungan 39-47

mekanisme koping
dengan 19. Mariyam, Kurniawan A.
2008.

kecemasan pada pasien pre

Faktor-faktor yang berhubungan

operasi di Ruang Perawatan

dengan tingkat kecemasan orang


Bedah. Karya Tulis Ilmiah Strata

tua terkait hospitalisasi anak

Satu,
Universitas Negeri

usia toddler di BRSD RAA

Gorontalo.

15. Santoso, B
2009. Hubungan Soewonso
Pati. Jurnal

antara karakteristik demografi


Keperawatan. Vol. 1 No. 2. 38-

dengan kecemasan pasien


pra 56
operasi di rumah sakit islam
20. Kaplan, Harold I., Sadock,

amal sehat Sragen.


Benyamin J., & Grebb, Jack A.

16. Kuraesin, N. D (2009).


Faktor- 2007. Sinopsis
psikiatri; Jilid 1.

faktor yang
mempengaruhi Jakarta: Binarupa
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai