TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang teori yang mendukung penelitian meliputi: 1)
2.1.1 Definisi
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul, sendi dan ligamen).
(SDKI, 2016)
Eksternal:
c. Kelembapan
d. Hipertermia, hipotermia
8
9
f. Medikasi
g. Lembab
h. Imobilitas fisik
Internal:
b. Perubahan pigmentasi
c. Oerubahan turgor
d. Gangguan metabolisme
e. Gangguan sirkulasi
f. Gangguan sensasi
g. Faktor perkembangan
i. Penurunan imunologis
2.2.1 Definisi
Morbus hansen atau kusta atau lepra adalah suatu penyakit granuloma
menyerang kulit dan sistem saraf tepi. (Aulia Rahma Noviastuti, 2017)
leprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa
10
dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati
dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan
kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. (pusat data dan
selanjutnya dapat menyerang kulit dan organ lainnya. Penyakit ini dapat
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari
segi medis tetapi meluas sampai masalsh sosial, ekonomi, budaya, keamanan
Jadi dapat disimpulkan bahwa morbus hansen atau kusta atau lepra
mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang
bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif
dan dapat menimbulkan masalah psikososial dan bukan hanya dari segi
medis tetapi meluas sampai masalsh sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
masyarakat.
11
2.2.2 Epidemiologi
merupakan tandatanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari
tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan
a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita
terinfeksi lainnya.
perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah
ZULKIFLI, 2003)
pembelahan sel yang lama yaitu antara 2 minggu dan diluar tubuh
pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus ada pada suhu
27-30°C
a. Indeterminate (I)
b. Tuberkuloid (T)
d. Lepromatosa (L)
(1962).
a. Tuberkuloid (TT)
e. Lepromatosa (LL)
1. Pausebasilar (PB)
2. Multibasilar (MB)
Borderline
Lepromatosa Mid-borderline
Karakteristik Lepromatosa
(LL) (BB)
(BL)
Jumlah Banyak, Banyak tapi kulit Beberapa, kulit
distribusi luas, sehat masih ada sehat (+)
praktis tidak ada
kulit sehat
Distribusi Simetris Cenderung Asimetris
simetris
Permukaan Halus dan Halus mengkilap Sedikt berkilap,
berkilap beberapa lesi
kering
Sensibilitas Tidak terganggu Sedikit terganggu Berkurang
BTA
Pada lesi kulit Banyak (globi) Banyak Agak banyak
Pada hembusan Banyak (globi) Biasanya tidak Tidak ada
hidung ada
Tes Lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
dapat juga (+)
PB MB
2.2.5 Etiologi
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium
spora, berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan
ciri dari spesies mycobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5
15
`micro biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam
sel dan bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai
namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau
alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.
(keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang) dan melalui pernafasan, bakteri kusta
pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari diluar
tubuh manusia kemudian kuman membela dalam jangka 14-21 hari dengan
masa inkubasi rata rata 2 hingga 5 tahun dapat juga memakan waktu lebih
dari 5 tahun. Setelah 5 tahun, tanda tanda seorang menderita penyakit mulai
muncul antara lain, kulit mengalami bercak putih, merah, rasa kesemutan
Kusta tampil dalam dua jenis bentuk klinis utama, yaitu kusta bentuk
kering atau tuberkuloid, dan kusta bentuk basah, disebut juga tipe
keputihan sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul di pipi,
diselaput lendir hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa
penebalan kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan
tersebar dibadan, muka, Dan daun telinga. Disertai rontoknya alis mata,
2015)
( Erithematous )
syaraf berupa ;
a. Mati rasa
( paralise )
BTA (+)
(Yuniarti, 2011)
17
mengalami bercak putih seperti panu pada awalnya hanya sedikit tetapi lama
kelamaan semakin lebar dan banyak, adanya bintil bintil kemerahan yang
tersebar pada kulit, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa kesemtan pda
anggota badan atau bagian raut muka, muka benjol benjol dan tegang yang
disebut facies leomina (muka singa), dan mati rasa karena kerusakan syaraf
waspada jika anggota ada keluarga yang menderita luka tak kunjung sembuh
dalam jangka waktu lama. Juga jika luka ditekan dengan jari tidak terasa
sakit. Kusta terkenal penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau
cacat tubuh.
Namum pada tahap awal kusta, gejala yang timbul dapat hanya berupa
kelainan warna kulit. Kelainan yang dijumpai dapat berupa perubahan warna
(warna kulit menjadi gelap), dan eritematosa (kemerahan pada kulit). Gejala
gejala umum pada kusta/ lepra, reaksi panas dari derajat yang rendah sampai
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal didaerah
endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak
memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya
pertanyaan penyakit lain seperit HIV yang dapat menekan sistem imun
(infodatin, 2015)
18
1. Makula hipopigmnetasi
2. Hiperpigmentasi
3. Eritematosa
singa)
5. Mati rasa
2.2.9 Komplikasi
Status reaksional terjadi pada kira kira 20-50% pasien dan merupakan
radang akut pada penyakit ini. Mungkin disebabkan oleh MD, stress fisik
badan. Pergelanagan tangan dan tetes kaki umum terjadi. Neuropati diam
bisa terjadi tanpa adanya tanda-tanda syaraf atau peradangan kulit. Bukan
19
fungsi sensorik dan motorik yang lebih baik. Tibialis posterior transfer oleh
kerusakan tulang. Ulkus kaki yang ditemukan di awal harus diobati dengan
mengancam mata.
2.2.10 Patofisiologi
respon imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan
tingkat reaksi selular dari pada intensitas infeksi. Oleh karena itu penyakit
Mycrobacterium Leprae
Fagositosis
Pembentukan tuberkel
Resiko penyebaran
infeksi Sekresi
Nyeri mediator nyeri
22
Merupakan suatu
rasa dan kuman tahan asam pada kulit yang (+) (positif).
2.2.14 Penatalaksanaan
mata rantai penularan dari pasien kusta terutama tipe yang menular
sebagai berikut:
Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg/hari 600 mg/bulan, diawasi
Anak 5-14 tahun 50 mg/hari 450 mg/bulan, diawasi
RFT.
B. Perawatan Umum
e. Jari bengkok diurut agar lurus dan sendi- sendi tidak kaku
4. Perawatan luka
(nic-noc, 2015)
26
2.3.1 Pengkajian
1. Identitas
5. Riwayat psikologi
sebelum dan saat masuk rumah sakit turgor kulit normal atau
c. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi alvi dan uri pada pasien kusta tidak ada
kelainan.
keluarganya.
mengalami gangguan.
7. Pemeriksaan fisik
takipneu.
JVP normal.
posterior)
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
2. Kaji kulit tiap hari dan warna, turgor, sirkulasi dan asesori.
kenyamanan
perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status
2.3.5 Evaluasi
2.3.6 Dokumentasi
1. Pengkajian
5. Evaluasi perawatan.
33
Bibliography
.H., N. .., & Nurarif .A.H., d. K. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
Diagnosa medis & NANDA NIC-NOC. . jogjakarta: Mediaction.
Aulia Rahma Noviastuti, T. U. (2017). Morbus Hansen Tipe Multibasiler (Mid Borderline)
dengan Reaksi Kusta reversal dan kecacatan tingkat 1. J Medula Unila , 1.
Kumala Sari, A. &., & Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta: Salemba Medika.
lewis, f. s. (2018, may 14). dermatologic manifestation of leprosy. Retrieved oktober 29,
2018, from http://emedicine.medscape.com/article/1104977-overview
nic-noc, N. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda
nic- noc edisi revisi jilid 2 . jogjakarta : mediaction publising .
Zulkifli, d. (2003). Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Ditimbulkannya. Penyakit Kusta Dan
Masalah Yang Ditimbulkannya , 2.
Zulkifli, d. (2003). Penyakit Kusta Dan Masalah Yang Ditimbulkannya. USU Digital Library
, 3.