Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KUSTA

Disusun Oleh :
(Kelompok 8)
1. Ma’rifatun Nuroniyah, S.Kep (201803016)
2. Novita Yulia P, S.Kep (201803017)
3. Khairur Umam, S.Kep (201803037)
4. Viria Kris Herawati, S.Kep (201803065)
5. Sindi Novitasari, S.Kep (201803066)
6. Meylina Primawati W, S.Kep (201803069)
7. Rendi Setyo Minarno, S.Kep (201803081)
8. Sumitra Adi Pratama, S.Kep (201803111)
9. Vebri Nur Azizi , S.Kep (201803112)
10. Moh fajar Setiawan, S.Kep (201803121)
11. Tedy Kurniarto, S.Kep (201803130)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

Pokok Bahasan : Keperawatan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : Kusta
Waktu : 20 menit
Hari/Tanggal : Senin, 11 Januari 2019
Tempat : Lembaga Pemasyarakatan Kab.Mojokerto
Sasaran : Warga Lembaga Pemasyarakatan Kab.Mojokerto

1. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta diharapkan dapat memahami dan
mampu mengaplikasikan materi tentang penyakit kusta dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan peserta mampu :
 Menjelaskan definisi kusta.
 Menyebutkan klasifikasi kusta.
 Menyebutkan penyebab kusta.
 Menyebutkan penyebaran kusta.
 Menyebutkan tanda dan gejala kusta.
 Menyebutkan pencegahan kusta.
 Menyebutkan penatalaksanaan kusta.
 Menyebutkan komplikasi kusta.
2. Pokok Materi (terlampir)
 Definisi kusta.
 Klasifikasi kusta.
 Penyebab kusta.
 Penyebaran kusta.
 Tanda dan gejala kusta.
 Pencegahan kusta.
 Penatalaksanaan kusta.
 Komplikasi kusta.
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
4. Media atauAlat Bantu
a. Lefleat
b. LCD
c. Laptop
5. Kegiatan Belajar Mengajar
No Fase Pemateri ngajar Audience
1 Pembukaan: 1. Memberi salam pembuka - Menjawab salam
5 menit 2. Memperkenalkan diri - Memperhatikan
3. Menjelaskan pokok - Memperhatikan
bahasan dan tujuan
penyuluhan
2 Pelaksanaan: 1. Menjelaskan definisi kusta - Memperhatikan
15 menit 2. Menyebutkan klasifikasi - Memperhatikan
kusta
3. Menyebutkan penyebab - Memperhatikan
kusta
4. Menyebutkan penyebaran - Memperhatikan
kusta
5. Menyebutkan tanda dan - Memperhatikan
gejala kusta
6. Menyebutkan pencegahan - Memperhatikan
kusta
7. Menyebutkan - Memperhatikan
penatalaksanaan kusta
8. Menyebutkan komplikasi - Memperhatikan
kusta
9. Memberi kesempatan - Memperhatikan
kepada peserta untuk
bertanya
3 Evaluasi : 1. Menanyakan kepada - Menjawab
5 menit peserta tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan dan
memberi reinforcement
kepada sasaran yang dapat
menjawab pertanyaan.
2. Mengucapkan terimakasih - Mendengarkan
atas peran serta peserta
3. Mengucapkan salam - Menjawab salam
penutup
6. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi struktur
 Pasien atau sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan
 Penyelenggaraan penyuluhan
b. Evaluasi peserta
 Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
 Pasien tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
 Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. Evaluasi hasil
 Pasien mengenal istilah kusta
 Pasien mengetahui klasifikasi kusta
 Pasien mengetahui penyebab kusta
 Pasien mengetahui penyebaran kusta
 Pasien mengetahui tanda dan gejala kusta
 Pasien mengetahui pencegahan kusta
 Pasien mengetahui penatalaksanaan kusta
 Pasien mengetahui komplikasi kusta
LAMPIRAN MATERI
I. Definisi
Istilah kusta berasal dari bahasa sansakerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-
gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan
nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874
sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.
Penyakit Hansen atau penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit
kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri
Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang
menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus
dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae
ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen
pada tahun 1873 sebagai pathogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal
sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan
hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan
leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih
diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien
kusta.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulamatosa pada saraf tepi dan mukosa dari
saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila
tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-
saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta
tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit
tzaraath.
II. Bentuk-Bentuk Penyakit Kusta
Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma
mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Untuk ini menular
karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber koloid mempunyai
kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak
menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman. Diantara bentuk leproma
dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-
ubah.
III. Penyebab Penyakit Kusta
Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dimakan sebagai microbakterium,
dimana microbakterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi
oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”.
Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organisme patogen (misalnya
Microbacterium tubercolose, mycrobacterium leprae) yang menyebabkan penyakit
menahun dangan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.
IV. Epidemologi
Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar
keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini disebabkan karena perang, penjajahan,
perdagangan antar benua dan pulau-pulau.
Berdasarkan peemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui
bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk
ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang
india yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang.
V. Cara Penyebaran Kusta
Cara-cara penyebaran penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda Tanya
yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput
lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:
 Melalui sekret hidung. Basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah
mengering, diluar masih dapat hidup 2-7 x 24 jam
 Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun,
keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun makroskopis, dan adanya
kontak yang lama dan berulang-ulang.
Klinis kontak lama dan berulan-ulang ini bukanlah merupakan faktor yang penting.
Banyak hal-hal yang tidak dapat diterangkan mengenai penularan ini sesuai dengan
hukum-hukum penularan seperti halnya penyakit-penyakit terinfeksi lainnya.
Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara
kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka. Menurut Ress (1975) dapat ditarik
kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari
dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakteri Leprae dan daya tahan tubuh
penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :
 Usia : anak- anak lebih peka dari pada orang dewasa
 Jenis kealmin : laki-laki lebih banyak dijangkit
 Ras : bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkit
 Kesadaran sosial : umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan
tingkat sosial ekonomi rendah
VI. Tanda-tanda Penyakit Kusta

Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau


tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda
secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:

 Adanya bercak tipis seperti panu pada badan / tubuh manusia


 Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedkit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak.
 Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis
magnus serta peroneus. Kelanjar kering kurang kerja sehingga kulit menjadi
tipis dan mengkilat.
 Adanya bintik-bintik kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit.
 Alis rambut rontok
 Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
gejala-gejala umum pada lepra, reaksi:
 Panas dari derajat yang rendah sampai dengan mengigil.
 Anoreksia.
 Nausea, kadang-kadang disertai vomitus
 Cephalgia.
 kadang-kadang disertai iritasi, orchitis dan pleuritis.
 Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan
hepatospleenomegali.
 Neuritis.

VII. Pencegahan Penularan Penyakit Kusta

Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian
dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan
menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi factor pengobatan adalah
amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Disini letak
salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada
penderita untuk berobat secara teratur.

Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata
rantai penularan. Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat 24-48 jam dan ada yang
berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut.
Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar
matahari masuk kedalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tampat yang lembab.

Ada berapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat
menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh
kusta, dan mereka datang kepuskesmas untuk diobati. Dengan demikian penting sekali agar
petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, metari penyuluhan kusta
kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :

a. Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta


b. Sekurang-kurangnya 80% dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
c. Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
d. Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara
teratur
e. Diagnose dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.

VIII. Penanggulangan Penyakit Kusta

Penanggulangan penyakit kusta telah banyak di dengar dimana-dimana dengan


maksud mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif
dan percaya diri. Metode penanggulangan ini terdiri dari :metode pemberantasan dan
pengobatan, metode rehabilitas karya dan metode permasyarakatan yang merupakan tujuan
akhir dari rehabilitas, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada
kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan
dan tidak dipisahkan.
IX. Pengobatan Penyakit Kusta

Penderita kusta akan diberi kombinasi antibiotic selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis
dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta. Beberapa contoh
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampicin, dapsone, dan
clofazimine.

Pembedahan umumnya dilakukan sebagai proses lanjutan setelah antibiotik. Tujuan


prosedur pembedahan bagi penderita kusta adalah untuk:

 Menormalkan fungsi saraf yang rusak


 Memperbaki bentuk tubuh penderita yang cacat
 Mengembalikan fungsi anggota tubuh

WHO berusaha keras untuk mengurangi banyaknya penderita kusta. Hal tersebut
dilakukan mulai dari memastikan setiap Negara ikut andil dalam usaha ini, secara aktif
mendeteksi penderita kusta dan mengobatinya, hingga turut serta dalam meluruskan stigma
dan mencegah diskriminasi terhadap penderita. Tanpa adanya stigma dan diskriminasi,
diagnosis akan ditegakkan secara cepat, sehingga pengobatan tindak tertunda dan kecacatan
akibat kusta juga ducegah.

X. Komplikasi Penyakit Kusta


Risiko komplikasi kusta dapat terjadi tergantung dari seberapa cepat penyakit tersebut
didiagnosis dan diobati secara efektif. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika kusta
terlambat diobati :
 Mati rasa
 Kebutaan atau glaukoma
 Gagal ginjal
 Disfungsi ereksi dan kemandulan pada pria
 Perubahan bentuk wajah
 Kerusakan permanen pada bagian dalam hidung
 Kerusakan saraf permanen diluar otak dan saraf tulang belakang, termasuk
pada lengan, tungkai kaki, dan telapak kaki
 Kelemahan otot
 Cacat progresif, seperti kehilangan alis, cacat pada jari kaki, tangan dan
hidung.
Selain itu, diskriminasi yang dialami penderita dapat mengakibatkan gangguan
mental seperti harga diri rendah, depresi dan dapat berujung pada percobaan
bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta, 1982.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pegangan Kader dalam Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta,
1990.
Ditjen PPM dan PLP, Buku Pedoman Penyakit Kusta, Jakarta, 1996.
Kosasih, A, Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin, Kusta, FK-UI, 1988.
Ngatimin Rusli HM, Leprophobia, Majalah Kesehatan Masyarakat, Tahun XXI, Nomor 5,
1993.
Ngatimin Rusli HM, Upaya Menciptakan Masyarakat Sehat di Pedesaan, Disertasi
Pascasarjana, Ujung Pandang, 1987.
http://permata.or.id/id/tentang-kusta.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_Hansen

Anda mungkin juga menyukai