Munandar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke arah mana
dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang digunakan oleh
bangsa tersebut sekarang.Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat cenderung/selalu
mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi.
Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang
dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut.
Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera
atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan kurikulum
perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum
harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat pula
bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum
menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor
penunjang dalam pelaksanaan pendidikan. Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga
akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat orang
yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.
Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai
tujuan harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung.
Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental
yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya
terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem
penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua
komponen kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Adapun ruusan masalah pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana Sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan kurikulum di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968) ?
4. Apa yang dimaksud Berorientasi Pencapaian ?
5. Apa yang dimaksud KBK dan KTSP ?
6. Apa yang dimaksud kurikulum 2013 ?
7. Bagaimana langkah mengavaluasi kurikulum
F. Kurikulum 2013
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa
depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa
yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek
yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan
pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan
bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan
dari masyarakat.
G. Evaluasi Kurikulum
1. Definisi Evaluasi Kurikulum
Secara komprehensif, evaluasi kurikulum merupakan bagian proses dari pengembangan
kurikulum. Banyak definisi evaluasi kurikulum yang disampaikan oleh pakar kurikulum, masing
– masing neniliki perspektif yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi filosofi,
ideology dan latar belakang pendidikan yang evaluator. Sukmadinata (2009:73) menjelaskan
konsep evaluasi kurikulum mencakup seluruh komponen dan kegiatan pendidikan. Hunkins
(1980:313) “The Evaluator of major stages of the total curriculum development effort
managerial evaluation) and the evaluation of theses major stages (meta evaluation). Evaluasi
kurikulum berarti evaluasi formatif dan summatif.
Sementara longstreet (1993:143) “Curriculum evaluation concerned with the success and
merit of the curriculum and its design, planned content, and implementation”. Evaluasi
kurikulum berhubungan dengan keberhasilan kurikulum dan desain kurikulum, isi yang
direncanakan, dan imolementasinya. Tetapi Hasan (2008:41) mendifinisikan, evaluasi kurikulum
adalah usaha sistematis mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan
sebagai pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu kontek tertentu. Olivia
(1992:26) menyebut, “Curriculum evaluation is the final phase of development in which result
are assessed and successes of both the learners and the programs are determined”. Jadi evaluasi
kurikulum merupakan usaha yang terencana untuk mengetahui apakah proses kurikulum
berdampak terhadap pengetahuan dari prilaku siswa.[3]
2. Proses Evaluasi Kurikulum[4]
Secara berkala kurikulum perlu dievaluasi dan disempurnakan karena sebagai komponen
utama dari pendidikan, juga sebagai sistim sosial yang berinteraksi dengan system lainnya;
lembaga pendidikan lain, pemerintah, sosial, dunia kerja, serta system sosial budaya. Pendidikan,
kurikulum selalu berada dalam perubahan dan perkembangan. Sukmadinata (2009) mengenalkan
perubahan tersebut emiliki berbagai ciri sebagai berikut:
a. Pertama, perubahan terjadi secara continue dalam semua komponen, berjalan secara cepat
maupun lambat.
b. Kedua, perubahan dalam kelembagaan pendidikan terjadi dikarenakan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi.
c. Ketiga, perubahan pada siswa terjadi karena perkembangan, tantangan, dan belajar.
d. Keempat, perubahan pada guru terjadi karena belajar, latihan, dan pengalaman.
e. Kelima, semua perubahan tersebut membutuhkan redesigning dan reprogramming dalam
pendidikan khususnya kurikulum.
Proses kurikulum berlangsung secara berkesinambungan dan merupakan perpaduan dari
semua dimensi pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Proses evaluasi kurikulum berlangsung secara bertahap dan berjenjang, yaitu:
a. Proses analisis kebutuhan dan kelayakan sebagai langkah awal untuk mendesain kurikulum,
b. Perencanaan dan pengembangan suatu kurikulum sesuai dengan kebutuhan suatu lembaga
pendidikan,
c. Implementasi/pelaksanaan kurikulum yang berlangsung dalam suatu proses pembelajaran,
d. Evaluasi kurikulum untuk mengetahui tentang tingkat keberhasilan kurikulum,
e. Perbaikan kurikulum berdasarkan hasil evaluasi terhadap keterlaksanaan dan kelemahannya
setelah dilakukan penilaian kurikulum,
f. Penelitian evaluasi kurikulum, dalam gal ini erat kaitannya dengan tahap-tahap proses lainnya
tetapi lebih mengarah pada pengembangan kurikulum sebagai cabang ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
Melaksanakan kurikulum secara komprehensif sebagaimana disebutkan diats sangat komplek
dan problematik. Stake (Hunkins, 1980:304) merekomendasikan ada empat kategori sebagai
sumber informasi bagi evaluator kurikulum;
a. Tujuan: Tujuan apasaja masing-masing personal dipengaruhi oleh evaluasi program
b. Observasi: persepsi apasaja yang dicatat selama berlangsung
c. Pakar evalusi dan pengembang kurikulum mempertimbangkan apasaja yang dianggap sebagai
peristiwa penting
d. Keputusan: apakah perasaan individu dipengaruhi oleh program kurikulum.
Hunkins (1980:313) evaluasi makro terhadap usaha pengembang kurikulum secara total dan
evaluasi terhadap seluruh tahapan penilaian pembelajaran. Evaluasi tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
3. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum berbeda-beda tergantung dari konsep pengertian seseorang
tentang evaluasi. Konsep seseorang tentang evaluasi dipengaruhi oleh pandangan filosofi
seseorang tentang proses evaluasi sebagai suatu bidang kajian dan sebagai suatu profesi.
Evaluasi bertujuan untuk merumuskan apa yang harus dlakukan, mengumpulkan informasi, dan
menyajikan informasi yang berguna bagi alternatif keputusan. Bahkan tujuan utama evaluasi
kurikulum adalah memberikan informasi terhadap pembuatan keputusan untuk mengharapkan
hasil yang didambakan dan memberikan informai yang berguna untuk membuat pertimbangan
berbagai alternative keputusan. Hasan (2008:44) menegaskan; pekerjaan evaluasi yaitu untutk
memberikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan dalam proses mengkonstruksi
kurikulum (curriculum construksion), pelaksanaan kurikulum (curriculum instruction),
pelaksanaan kurikulum (Curriculum Implementation), dan evaluasi kurikulum. Evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk keperluan : (i) perbaikan program, (ii) pertanggungjawaban
kepada berbagai pihak, dan (iii) penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
Ada lima fungsi evaluasi pendidikan menurut Einser (Bafadal, 2007), Mendiagnosis,
merevisi kurikulum, membandingkan, mengeantisipasi kebutuhan pendidikan, dan menentukan
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai. Jadi, tujuan evaluasi kurikulum mencakup dua
aspek:
a. Pertama, evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas program
b. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam implementasi kurikulum atau
pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah penyempurnaan kurikulum dengan cara mengungkapkan
proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[5]
BAB IV
PENUTUP
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda
karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri
utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rentjana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami
penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Yang menjadi
ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi nama dengan Rentjana pendidikan 1964. yang
menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pemabaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu perubahan
struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Pemabelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksi (PPSI). Menurut Mudjito (dalam Dwitagama: 2008) Zaman ini dikenal dengan istilah
satuan pelajaran yaitu pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan dirinci lagi: petunjuk umum,
tujuan intruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum 1975
yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebgai subyek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan,hingga melaporkan. Model ini disebut dengan model Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak.
Kemudian KBK tahun 2004 dan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-
standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Manajemen Kurikulum: Pendidikan Kecakapan Hidup, Yogyakarta: Pustaka Ifada. 2013
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Dirjen Dikdasmen.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum. PT. REMAJA ROSDAKARYA. Bandung:
2012
http://imam2992.blogspot.com/2013/11/perkembangan-kurikulum-di-indonesia.html