Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 7

Firdaus Agustha | 1606827675

1. Jelaskan mengenai definisi dari “Standar, Kode dan Spesifikasi” dan berilah beberapa
contoh untuk ke tiga istilah tersebut diatas.
Jawaban:

Standar merupakan kumpulan dokumen-dokumen berisikan kode (codes), spesifikasi


(specification), saran aplikasi (recommended practice), klasifikasi, dan petunjuk (guide) yang
telah dipersiapkan oleh suatu institusi organisasi dan di sahkan (approved) sesuai dengan
prosedur yang ada (berlaku). Contoh:

• SNI (Standar Nasional Indonesia)


• ASME (American Society of Mechanical Engineers)
• EN (European Norm)
• ISO (International Standard Organization)

Kode merupakan suatu standard yang berisikan kondisi dan persyaratan yang berhubungan
dengan bidang khusus (a particularly subject) dan mengindikasikan bahwa prosedur yg
digunakan telah sesuai dengan persyaratannya. Kode ini harus diikuti (mandatory) karena
menyangkut kepentingan umum yang mengarah kepada kebijakan otoritas pemerintahan.
Contoh:

• AWS D1.1 (Structural Welding Code-Steel)


• ASME (Boiler and Pressure Vessel Code)
• APD (Welded Pipeline and Vessel)

Spesifikasi ialah suatu standar yang berisikan penjelasan yang rinci dan akurat tentang
persyaratan teknis dari material, produk, sistem atau jasa. Contoh:

• AWS A5.X (Filler Metal Specification)


• ASME sec.IIC (Material Consumable of Welding)

2. Sebutkan beberapa Standar yang mengatur tentang “Kualitas Pengelasan” menurut


Standar USA maupun Standar Eropa, serta sebutkan Jenis (type) dan Batasan
(restriction) yang ditetapkan dalam standar tersebut.
Jawaban

Standar Eropa dan Amerika dalam mendukung kualitas lasan, yaitu:

• ASME (American Society of Mechanical Engineers)


➢ ASME Sec IX (Qualification Standard for Welding and Brazing Procedure,
Welder, and Welding & Braze Operator).
➢ ASME Sec II C (Standard for Material and Consumable of Welding).

• EN (European Norm) / European Standard


➢ EN 288 (Standard & Qualification Welding Procedure)
➢ EN 287 (Standard & Qualification of Welder)
➢ EN 1418 (Standard & Qualification of Welding Operator)

• AWS (American Welding Society)


3. Sebutkan contoh aplikasi dilapangan (misalnya untuk Boiler & PV, dll) yang diatur
menurut standar USA dan Eropa, serta sebutkan Kode Nomor Standar yang mengatur
Prosedurnya maupun Juru lasnya (welder).
Jawaban:

Application code /
Application Welding standard
standard

Procedure approval Welder approval

BS 5500 BS EN 288 BS EN 287


Pressure vessel
ASME VIII ASME IX ASME IX

BS EN 287 (part
BS 2633 BS EN 288 (part 3) 3)
BS 4677 BS EN 288 (part 4) BS EB 287 (part 2)
Process pipe-work ANSI/ASME ASME IX ASME IX
B31.3 ASME IX ASME IX
BS 2971 BS EN 288 (part 3) BS 4872/BS EN
287

AWS D1.1
AWS D1.1 AWS D1.1
Structural AWS D1.2
AWS D1.2 AWS D1.2
BS EN 287
fabrication BS 5135 BS EN 288 (part 3)
BS EN 287
BS 8118 BS EN 288 (part 4)
BS 4872

BS EN 288 (part 3 &


BS 2654 4) BS EN 287
Storage tanks BS 2594 BS EN 288 (part 3 & BS EN 287
API 620/650 4) ASME IX
ASME IX

4. Apa yang dimaksud WPS? Mengapa WPS harus dibuat dalam pengelasan? serta
sebutkan beberapa isi dari WPS.
Jawaban:

WPS (Welding Procedure Specification) ialah suatu perencanaan untuk pelaksanaan


pengelasan yang meliputi cara pembuatan konstruksi pengelasan yang sesuai dengan rencana
dan spesifikasinya dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan
tersebut. Oleh karena itu, mereka yang menentukan prosedur pengelasan harus mempunyai
pengetahuan dalam hal pengetahuan bahan dan teknologi pengelasan itu sendiri serta dapat
menggunakan pengetahuan tersebut untuk effesiensi dari suatu aktivitas produksi. WPS
(Welding Procedure Specification) digunakan untuk memberitahukan kombinasi variabel-
variabel yang digunakan untuk membuat lasan tertentu. Secara garis besar, WPS mengatur
langkah-langkah yang diperlukan dalam membuat lasan pada kondisi khusus. Isi yang diatur
dalam WPS:

• Proses (SMAW, FCAW)


• Spesifikasi elektroda (AWS A5.1, A5.20)
• Klasifikasi elektroda (E7018, E71T-1)
• Diameter elektroda (1/8 in, 5/32 in)
• Karakteristik listrik yang digunakan (AC, DC+, D -)
• Spesifikasi logam dasar (A36, A572, Gr50)
• Temperatur minimum preheat dan interpass
• Arus pengelasan
• Kecepatan kawat umpan
• Tegangan busur listrik
• Kecepatan pengelasan
• Posisi pengelasan
• Tipe gas pelindung dan kecepatan alir
• Detail joint design

5. Apa yang dimaksud dengan PQR? Mengapa PQR harus dibuat? dan sebutkan isi dari
dolumen PQR.
Jawaban:

PQR (Production Qualification Record) adalah catatan atau rekaman dari semua parameter
essential variable pada saat test coupon dilaksanakan. PQR hanya dibutuhkah untuk WPS
yang membutuhkan kualifikasi. Sebuah kupon tes diwelding dan PWHT diperlakukan sesuai
dengan WPS. Dan hasil weldingan diuji melalui berbagai non destruktif test, mekanik test,
tes korosi dan metalografi seperti yang dipersyaratkan oleh spesifikasi yang berlaku oleh
kode dan standard international. PQR adalah catatan dari parameter pengelasan yang
sebenarnya digunakan selama pengelasan kupon pengujian dan hasil pengujian laboratorium.
Hal-hal yang diatur dalam PQR meliputi:

• Record parameter welding lengkap sesuai standar.


• Record parameter welding yang bukan essensial tapi mungkin di butuhkan dalam
produksi atau mutu.
• Data Material certificate test coupon
• Data consumable certificate yang digunakan dalam welding test coupon
• Data lulus uji NDT seperti MPI atau DPI, UT atau RT
• Data lulus test destructive test (Mechanical test) dari badan independent test

6. Jelaskan 3 (tiga) variabel yang ada di WPS dan sebutkan contoh dari masing variabel-
variabel tersebut.
Jawaban:

Variabel Esensial adalah variabel dasar yang sangat mempengaruhi proses pengelasan.

• QW-401.2 Essential Variable (procedure)


Perubahan kondisi pengelasan akan mempengaruhi sifat-sifat mekanik pada
produk las
• QW-401.2 Essential Variable (performance)
Perubahan kondisi pengelasan akan mempengaruhi kemampuan welder dalam
mendepositkan weld metal.

Variabel esensial ini meliputi:

• Base metal
• Filler metal
• Joint design
• Welding process

Variabel Non-esensial adalah variabel yang memberi sedikit pengaruh atau tidak sama sekali
pada sifat mekanis hasil lasan. Variabel tersebut meliputi:

• Arc Voltage
• Welding Amperage
• Travel speed

Supplementary Essential Variable / Additional Variable adalah variabel jika terdapat kondisi
yang akan merubah ketangguhan dari sambungan las, HAZ, atau logam induk. Variabel
tersebut adalah hasil uji impak.
7. Jelaskan mengenai persyaratan Pengujian Impak hasil lasan di WPS. Kapan variable
tersebut masuk di “Essential Variabel” dan Kapan harus masuk di “Additional
Variable”.
Jawaban:

Dalam pengujian impak hasil lasan dibuat test coupon dan dilakukan pengelasan dengan
parameter yang sesuai yang tercantum dalam WPS dan diseuaikan dengan kondisi
pengelasan sesungguhnya pada lapangan. Kemudian mencatat semua variabel esesnsial,
nonesensial, dan additional variable sesuai dengan kondisi lapangan. Setelah itu test coupon
dipotong dan dijadikan specimen uji impak, biasanya yang dipakai adalah V-notch Charpy
Impact test.

Kapan variable tersebut masuk di “Essential Variabel” dan Kapan harus masuk di
“Additional Variable”

Suatu additional variabel menjadi variabel esensial ketika welding procedure qualification
membutuhkan tes impak. Kebutuhan akan tes impak ini ketika kombinasi dari material,
ketebalan, dan suhu mempengaruhi ketangguhan dari material, kemudian WPS harus
dikualifikasi menggunakan tes impak.

8. Apa yang dimaksud dengan F-Number, A-Number dan P-Number? Berapa P-


Number untuk baja austenitik 316 sesuai dengan standar USA.
Jawaban:

P-Number adalah penandaan oleh ASME Boiler and Pressure Code untuk mengkategorikan
komposisi kimia dan kemampulasan dari logam yang digunakan untuk fabrikasi dari
barangpenahan tekanan. F-Number adalah klasifikasi untuk logam pengisi. A-Number
mengidentifikasi komposisi kimia.

P-Number untuk Baja Austenitic 316:

D1.1
Spec Grade UNS P G KSI
group

Type 316-
A-167 S31603 S8 SG1 70 U
L
9. Bandingkan pengkodean untuk posisi pengelasan berdasarkan standar USA dan
Eropa serta gambarkan skematis nya, menggambar gambar skematik
Jawaban:

Pengkodean Posisi Las Eropa


Pengkodean Posisi Las Amerika

10. Buatlah RESUME (ringkasan) mengenai artikel “WHAT EVERY ENGINEER


SHOULD KNOW ABOUT WELDING PROCEDURES" written by Duane K.
Miller, Sc.D., P.E. Seperti terlampir dalam Folder Kuliah 08.
Jawaban

Pengaruh dari Variabel-variabel pada Pengelasan:


➢ Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik berpengaruh terhadap masukan panas (heat input). Peningkatan kuat arus
akan mengakibatkan laju deposisi (deposition rate) yang lebih tinggi, penetrasi yang lebih
dalam dan campuran yang lebih. Pada sistem pengelasan current voltage (CV welding),
kenaikan kecepatan kawat pengumpan (wire feed) dapat meningkatkan kuat arus listrik. Pada
sistem pengelasan constant current (CC welding), pengaturan pada mesin akan
mempengaruhi kuat arus dasar meskipun perubahan pada panjang busur dapat mengubah
kuat arus. Penambahan panjang busur dapat mengurangi kuat arus.
➢ Potensial Busur (arc voltage)
Potensial busur mempengaruhi panjang busur. Peningkatan potensial akan menyebabkan
panjang busur meningkat sehingga kebutuhan arc shielding juga naik. Pada CV welding
besarnya potensial dapat disetting pada mesin sehingga panjang busur relatif tetap.
Sedangkan pada SMAW dengan sistem CC, besarnya potensial ditentukan oleh panjang
busur (arc length). Kenaikan arc length pada SMAW mengakibatkan potensial meningkat
sedangkan kuat arus berkurang. Potensial busur juga menentukan lebarnya weld bead.
Potensial pada proses pengelasan tidak konstan karena adanya resistansi kabel dan
pengurangan potensial akibat adanya hambatan dari sumber tegangan hingga titik kerja. Oleh
karena itu, agar bisa mendapatkan hasil lasan yang baik maka potensial harus dikontrol. Pada
pengelasan SMAW biasanya potensial tidak bisa dimonitor karena potensial selalu berubah
tergantung pada welder.
➢ Kecepatan Pengelasan
Kecepatan pengelasan (inchi/menit) merupakan laju pergerakan elektroda relatif terhadap
sambungan. Kecepatan pengelasan berbuhungan terbalik terhadap ukuran weld bead. Bila
kecepatan pengelasan meningkat maka ukuran weld bead berkurang sehingga masukan panas
(heat input) juga berkurang.
➢ Kecepatan kawat pengumpan (wire feed speed)
Merupakan laju di mana elektroda melewati welding gun menuju busur, satuannya adalah
inchi per menit. Laju deposisi (deposition rate) sebanding dengan kecepatan kawat
pengumpan dan kuat arus. Peningkatan kecepatan pengumpanan kawat akan meningkatkan
kuat arus. Untuk kecepatan pengumpanan yang rendah, rasio kecepatan pengumpanan kawat
terhadap kuat arus relatif konstan dan linear sedangkan pada pengumpanan dengan kecepatan
tinggi menyebabkan rasio meningkat dan mengakibatkan laju deposisi naik per amper.
➢ Perpanjangan elektroda (electrode extension)
Merupakan jarak antara ujung kontak dengan ujung eletroda. Peningkatan electrode
extension pada potensial yang konstan mengakibatkan resistansi elektroda meningkat.
Electrode ekstension yang panjang digunakan untuk mendapatkan laju deposisi yang lebih
besar. Apabila electrode extension meningkat maka kuat arus akan berkurang.
➢ Diameter elektorda
Diameter elektroda yang besar mengakibatkan kebutuhan arus listrik yang besar pula.
➢ Polaritas
Merupakan arah dari aliran arus listrik. Polaritas positif apabila ujung elektroda dihubungkan
dengan terminal positif dari sumber tegangan DC sedangkan daerah kerja dihubungkan
dengan terminal negatif. Polaritas negatif apabila elektroda dihubungkan dengan terminal
negatif sedangkan daerah kerja dihubungkan dengan terminal positif.
➢ Masukan panas (heat input)
Sebanding dengan kuat arus dan lamanya arc voltage, serta berbanding terbalik terhadap
kecepatan pengelasan. Masukan panas yang besar mengakibatkan luas daerah pengelasan
dan HAZ yang besar pula.
➢ Rapat arus (current density)
Merupakan perbandingan antara kuat arus terhadap luas area elektroda. Peningkatan rapat
arus mengakibatkan peningkatan laju deposisi dan penetrasi.
➢ Pemanasan awal dan temperatur interpas (preheating and interpass temperature)
Dilakukan untuk menghindari terjadinya retak. Preheating dan interpass temperatur yang
diberikan di atas 550F.

Tujuan WPS:

Variabel-variabel di atas merupakan faktor yang menentukan kualitas hasil lasan, sifat-sifat
mekanis dan produktifitas proses. Efisiensi proses pengelasan sangat ditentukan oleh
pengetahuan operator dan engineer yang membuat welding procedure specification dan
mengkomunikasikan persyaratan-persyaratan lasan kepada welder. WPS penting untuk
mengkomunikasikan kepada welder, supervisor dan inspector mengenai syarat lasan yang
diinginkan.

Kemampuan welder untuk melaksanakan WPS tergantung pada welder qualification test
(D1.1-96 paragraf C4.1.2). seorang inspector harus memastikan bahwa pengelasan dilakukan
sesuai dengan WPS, mengawasi teknik yang digunakan oleh welder (D1.1-96, paragraph
6.5.4). inspector tidak boleh mengubah WPS, melainkan mereka harus memastikan bahwa
semua prosedur diikuti dengan baik (D1.1-96, paragraph 6.3.1). Structural Welding Code-
Steel D1.1-96 membutuhkan WPS untuk setiap proses fabrikasi (D1.1-96, paragraph 5.5).
Setiap fabricator dan penegak bertanggung jawab untuk mengembangkan WPS (D1.1-96,
paragraph 4.1.1.1.4.6).

Ketidaksesuaian antara WPS dengan proses dapat mengakibatkan deposisi lasan tidak
memenuhi persyaratan yang diminta oleh kode atau spesifikasi pekerjaan. Apabila diperoleh
hasil lasan yang tidak diinginkan maka harus dilakukan koreksi yang dapat mengakibatkan
peningkatan biaya.

Kualifikasi Awal WPS:

Prequalified WPS merupakan hal-hal yang dibuat oleh komite AWS D1 sebagai acceptable
performance dan tidak memasukkannya ke pengujian kualifikasi apa prosedur pengelasan.
Persyaratan kode yang dibebaskan oleh prequalifikasi adalah nondestructuive testing dan
mechanical testing. Agar WPS dapat diprekualifikasi, haru dipenuhi kondisi berikut ini :
• Prosedur pengelasan yang harus diprekualifikasi hanya SMAW, SAW, GMAW
(kecuali GMAW-s) dan FCAW (D1.1-96, paragraph 3.2.1).
• Kombinasi dari base metal/filler metal harus diprekualifikasi sebagaimana pada
D1.1-96, paragraph 3.3, tabel 3.1
• Temperatur minimum preheat dan interpass harus sesuai dengan D1.1-96, paragraph
3.3, tabel 3.2
• Persyaratan khusus untuk setiap jenis pengelasan harus dikontrol. Pengelasan fillet
harus sesuai dengan D1.1-96, paragraph 3.9, pengelasan plug dan slot harus sesuai
dengan D1.1-96, paragraph 3.10, dan pengelasan groove harus sesuai dengan D1.1-
96, paragraph 3.11, 3.12 dan 3.13. Preparasi dari dimensi groove diatur pada D1.1-
96, gambar 3.3 dan 3.4.

Meskipun detail prekualifikasi sambungan telah ditentukan, prosedur pengelasan harus


dikualifikasi dengan pengujian apabila kondisi prekualifikasi tidak diperoleh. Misalnya
prekualifikasi yang digunakan untuk baja yang belum diketahui maka prosedur pengelasan
harus dikualifikasi dengan pengujian.

Status kualifikasi awal harus sesuai dengan parameter procedural sebagaimana terdapat pada
D1.1-96, tabel 3.7, dan termasuk diameter maksimum elektroda, arus maksimum, root pass
thickness maksimum, fill pass thickness maksimum, single-pass filler weld size maksimum
dan single pass weld layer maksimum (D1.1-96, table 3.3).

Kontraktor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa parameter khusus dari


prekualifikasi WPS sesuai dengan aplikasi khusus. Misalnya WPS yang diajukan untuk
membuat ¼ inchi fillet weld pada 3/8 inchi A36 steel pada posisi mendatar. Jenis lasan dan
steel diprekualifikasi. Filler metal yang dipilih adalah F7 A2-EM12K, sesuai dengan
persyaratan pada D1.1-96, tabel 3.1. Tidak ada preheat khusus, diameter elektroda yang
dipilih 3/32 inch, spesifikasi maksimum ditentukan pada D1.1-96, tabel 3.2. Single pass weld
size maksimum tidak diatur pada D1.1-96, table 3.7 sehingga ¼ inchi ukuran fillet bisa
diprekualifikasi. Arus yang dipilih adalah 800A, yaitu lebih rendah dari kuat arus maksimum
yang ditentukan pada D1.1-96, tabel 3.7.

Panduan untuk Menyiapkan Kualifikasi Awal WPS

Langkah awal saat membuat prequalified WPSs adalah membuat welding parameter yang
sesuai untuk aplikasi umum. Ketebalan material yang digunakan menentukan ukuran
elektroda dan kuat arus. Filler metal spesifik yangdipilih akan menunjukan persyaratan
kekuatan dari sambungan. Bila parameter yang diharapkan telah diperoleh, maka perlu
dilakukan penilaian bedasarkan kode pada D1.1-96 yang mengandung persyaratan-
persyaratan bagi prekualifikasi. Apabila ada parameter yang menyimpang dari persyaratan
ini, seorang kontraktor dapat melakukan dua hal :
1. Prosedur persiapan disesuaikan dengan batasan pada prekualifikasi, atau
2. Melakukan pengujian kualifikasi terhadap WPS

Langkah selanjutnya adalah menulis dokumen dari syarat-syarat WPS yang telah
diprekualifikasi.

Pengujian Untuk Mengkualifikasi Prosedur Pengelasan

• Pelaksanaan pengujian kualifikasi.


Prosedur pengelasan harus diuji karena dua alasan, pertama karena adanya kontrak dan kedua
karena pada kondisi tertentu dapat menyebabkan penyimpangan terhadap kualifikasi awal.
Langkah pertama dalam mengkualifikasikan prosedur pengelasan adalah prosedur yang ingin
diuji misalnya proses pengelasan, logam pengisi, kualitas baja, jenis sambungan, ketebalan
material, temperatur preheat, minimum interpass temperature level, kuat arus, potensial dan
kecepatan pengelasan. Parameter-parameter tersebut dicatat pada Prosedure Qualification
Record (PQR). Jenis-jenis pengujian kualifikasi terdapat pada D1.1-96, paragraph 4.4.

• Membuat WPS dari PQR yang baik


Dari sebuah PQR yang baik dapat dibuat lebih dari satu macam WPS yang sesuai dengan
persyaratan pengujian. Perubahan yang cukup signifikan untuk menjamin pengujian
tambahan sebagai variabel esensial terdapat pada D1.1-96, tabel 4.5, 4.6 dan 4.7. Tabel 4.1
dalam D1.1-96 berisi tentang jenis-jenis dan posisi pengelasan yang disyararkan untuk
berbagai pengujian.

Anda mungkin juga menyukai