Anda di halaman 1dari 18

A.

KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,
umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat atau
masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan (Prawirohardjo, 2012).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir.
Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul (Depkes RI, 2009).

2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin
yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
3. Tanda dan Gejala
a. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3) Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat

b. Pada bayi setelah lahir


1) Bayi pucat dan kebiru-biruan
2) Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3) Hipoksia
4) Asidosis metabolik atau respiratori
5) Perubahan fungsi jantung
6) Kegagalan sistem multiorgan
7) Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik :
kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.
8) Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang
dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada
respon terhadap refleks rangsangan.
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus
neuromuscular menurun
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan
megap–megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah
(pasif), pernafasan makin lama makin lemah.

TANDA-TANDA STADIUM I STADIUM II STADIUM III


Tingkat kesadaran Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor), koma
Tonus otot Normal Hipotonik Flasid
Postur Normal Fleksi Disorientasi
Refleks tendo/klenus Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
Mioklonus Ada Ada Tidak ada
Refleks morrow Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak sama, refleks
cahaya jelek
Kejang-kejang Tidak ada Lazim Deserebrasi
EEG Normal aktifitasèVoltase Supresi ledakan
rendah kejang-sampai isoelektrik
kejang
Lamanya 24 jam jika ada24 jam sampai 14Beberapa hari sampai
kemajuan hari beberapa minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit
berat

Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk


memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes
ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit
pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya
rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.
Observasi dan periksa :
 A = “Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
 P = “Pulse” (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau
palpasi denyut jantung dengan jari.
 G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit
kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan
reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika
lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.
 A = “Activity”. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan
tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua
tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
 R = “Repiration” (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.
Perhatikan pernapasannya.

TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekwensi jantung Tidak ada Kurang dari 100Lebih dari 100
x/menit x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidakMenangis kuat
teratur
Tonus otot Lumpuh /Ekstremitas fleksiGerakan aktif
lemas sedikit
Refleks Tidak adaGerakan sedikit Menangis batuk
respon
Warna Biru / pucat Tubuh: Tubuh dan
kemerahan, ekstremitas
ekstremitas: biru kemerahan
 Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
 Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
 Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat
badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu
periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada
asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam
periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan
tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme
dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut
terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru
terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak
yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.

.
6. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos dada
b. USG kepala
c. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
f. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Resusitasi
1) Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
2) Terapi medikamentosa :
b. Epinefrin
Indikasi :
1) Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
2) Asistolik.
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03
mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
c. Volume ekspander
Indikasi :
1) Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
2) Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
1) Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
2) Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
d. Bikarbonat
Indikasi :
1) Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2) Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb
(8,4%)
Cara :
 Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
 Efek samping :
o Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
e. Nalokson
1) Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson
ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
 Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
 Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda
with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m
atau s.c
f. Suportif
1) Jaga kehangatan.
2) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
3) Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Data Umum
Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
b. Keluhan Utama
1) Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
1) Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak
bayi belakang kaki atau sungsang
d. Kebutuhan dasar
1) Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia
2) Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna
3) Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti
popoknya
4) Pola tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada
stadium pertama.
2) Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi
3) Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis
4) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak
5) Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
6) Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
7) Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan
frekwensi pernafasan yang cepat
8) Neurology / reflek
 Rooting reflex : terjadi ketika Anda menyentuh pinggir mulut bayi
 Refleks menghisap (sucking reflex) : Ketika bagian atas atau langit-
langit mulut bayi disentuh, bayi akan mulai menghisap
 Refleks moro : Refleks moro biasanya muncul ketika bayi terkejut
 Asymmetric tonic neck reflex : Ketika kepala bayi menengok ke satu
sisi, ia akan memanjangkan lengan di sisi yang sama
 Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) : Refleks menggenggam
pada bayi muncul ketika Anda menyentuh telapak tangannya.
 Refleks Babinski : Refleks Babinski muncul ketika Anda menggaruk
telapak kaki bayi
 Stepping reflex : Refleks ini juga dikenal dengan istilah walking/dance
reflex karena bayi terlihat seperti melangkah atau menari ketika ia
diposisikan dalam posisi tegak dengan kaki yang menyentuh tanah
f. Gejala dan tanda
1) Aktifitas; pergerakan hyperaktif
2) Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis
3) Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :
ketidakefektifan termoregulasi
Data Khusus
a. Sirkulasi
1) Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
2) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
3) Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
4) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
b. Eliminasi
1) Dapat berkemih saat lahir.
c. Makanan/cairan
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)
e. Pernafasan
1) Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
2) Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
3) Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
f. Keamanan
1) Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
2) Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau
perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat
menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau
tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,
antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala
mungkin ada (penempatan elektroda internal).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
b. Ketidakefektifan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hipoventilasi atau hiperventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC: NIC:
Menejemen Jalan Napas
Bersihan jalan nafas  Air way pattency 1) Buka jalan napas
Definisi  Respiratory status: 2) Posisikan untuk
Ketidakmampuan untuk Ventilation memaksimalkan ventilasi.
membersihkan secret - Kriteria Hasil 3) Identifikasi untuk
 Batuk efektif
atau obstruksi saluran perlunya pemasangan alat
napas guna  Mengeluarkan secret jalan napas buatan
mempertahankan jalan secara efektif 4) Keluarkan secret dengan
napas yang bersih suction
 Mempunyai jalan
5) Auskultasi suara napas,
Batasan karakteristik napas yang paten
Subjektif catat bila ada suara napas
 Pada pemeriksaan
Dispne tambahan
auskultasi, memiliki
Objektif 6) Monitor rata-rata respirasi
suara napas yang
jernih setiap pergantian shift dan
 Suara napas
tambahan setelah dilakuakan tidakan
 Mempunyai irama dan
 Perubahan pada frekuensi pernapasan suction
irama dan frekuensi dalam rentang normal B. Suksion Jalan Napas
pernapasan 1) Auskultasi jalan napas
 Mempunyai fungsi
sebelum dan sesudah
 Batuk tidak ada atau paru dalam batas
tidak efektif normal suction
2).Informasikan keluarga
 Sianosis  Mampu
tentang prosedur suctin
mendeskripsikan
3).Berikan O2 dengan
 Kesulitan untuk rencana untuk
berbicara perawatan dirumah menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
 Penurunan suara
napas nasotrakhel
4).Hentikan suksion dan
 Ortopnea berikan oksigen bila
 Gelisah menunjukkan bradikardi
peningkatan saturasi
 Sputum berlebihan
oksigen
 Mata terbelalak

Factor yang
berubungan

 Lingkungan;
merokok,
 menghisap asap
rokok, perokok
pasif

 Obstruksi jalan
napas; terdapat
benda asing dijalan
napas, spasme
jalan napas

 Fisiologis;
kelainan dan
penyakit
2 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
- Respiratory status : Airway Management
napas
Ventilation a. Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran - Respiratory status : guanakan teknik chin lift
udara inspirasi Airway patency atau jaw thrust bila perlu
dan/atau ekspirasi - Vital sign Status b. Posisikan pasien untuk
tidak adekuat Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
- Mendemonstrasikan c. Identifikasi pasien
Batasan batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
karakteristik : nafas yang bersih, jalan nafas buatan
- Penurunan tekanan tidak ada sianosis dan d. Pasang mayo bila perlu
inspirasi/ekspirasi dyspneu (mampu e. Lakukan fisioterapi dada
- Penurunan mengeluarkan sputum, jika perlu
pertukaran udara per mampu bernafas f. Keluarkan sekret dengan
menit dengan mudah, tidak batuk atau suction
- Menggunakan otot ada pursed lips) g. Auskultasi suara nafas,
pernafasan tambahan - Menunjukkan jalan catat adanya suara
- Nasal flaring nafas yang paten (klien tambahan
- Dyspnea tidak merasa tercekik, h. Lakukan suction pada
- Orthopnea irama nafas, frekuensi mayo
- Perubahan pernafasan dalam i. Berikan bronkodilator bila
penyimpangan dada rentang normal, tidak perlu
- Nafas pendek ada suara nafas j. Berikan pelembab udara
- Assumption of 3- abnormal) Kassa basah NaCl
point position - Tanda Tanda vital Lembab
- Pernafasan pursed- dalam rentang normal k. Atur intake untuk cairan
lip (tekanan darah, nadi, mengoptimalkan
- Tahap ekspirasi pernafasan) keseimbangan.
berlangsung sangat l. Monitor respirasi dan
lama status O2
- Peningkatan
diameter anterior- Oxygen Therapy
posterior a. Bersihkan mulut, hidung
- Pernafasan rata- dan secret trakea
rata/minimal b. Pertahankan jalan nafas
- Bayi : < 25 atau > yang paten
60 c. Atur peralatan oksigenasi
- Usia 1-4 : < 20 atau d. Monitor aliran oksigen
> 30 e. Pertahankan posisi pasien
- Usia 5-14 : < 14 f. Onservasi adanya tanda
atau > 25 tanda hipoventilasi
- Usia > 14 : < 11 atau g. Monitor adanya
> 24 kecemasan pasien
- Kedalaman terhadap oksigenasi
pernafasan
- Dewasa volume Vital sign Monitoring
tidalnya 500 ml saat 1. Monitor TD, nadi, suhu,
istirahat dan RR
- Bayi volume 2. Catat adanya fluktuasi
tidalnya 6-8 ml/Kg tekanan darah
- Timing rasio 3. Monitor VS saat pasien
- Penurunan kapasitas berbaring, duduk, atau
vital berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
Faktor yang lengan dan bandingkan
berhubungan : 5. Monitor TD, nadi, RR,
- Hiperventilasi sebelum, selama, dan
- Deformitas tulang setelah aktivitas
- Kelainan bentuk 6. Monitor kualitas dari nadi
dinding dada 7. Monitor frekuensi dan
- Penurunan irama pernapasan
energi/kelelahan 8. Monitor suara paru
- Perusakan/pelemaha 9. Monitor pola pernapasan
n muskulo-skeletal abnormal
- Obesitas 10. Monitor suhu, warna, dan
- Posisi tubuh kelembaban kulit
- Kelelahan otot 11. Monitor sianosis perifer
pernafasan 12. Monitor adanya cushing
- Hipoventilasi triad (tekanan nadi yang
sindrom melebar, bradikardi,
- Nyeri peningkatan sistolik)
- Kecemasan 13. Identifikasi penyebab dari
- Disfungsi perubahan vital sign
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas
Neurologis
3 Gangguan pertukaran NOC NIC
 Respiratory Status : Airway Management
gas
Gas exchange 1. Buka jalan nafas, gunakan
Definisi : Kelebihan  Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw
atau defisit pada ventilation thrust bila perlu
oksigenasi dan/atau  Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
eliminasi karbon memaksimalkan ventilasi
dioksida pada membran Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya
alveolar-kapiler  Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
peningkatan ventilasi buatan
Batasan Karakteristik dan oksigenasi yang 4. Pasang mayo bila perlu
 pH darah arteri adekuat 5. Lakukan fisioterapi dada
abnormal  Memelihara jika perlu
 pH arteri abnormal kebersihan paru-paru 6. Keluarkan sekret dengan
 Pernapasan dan bebas dari tanda- batuk atau suction
abnormal tanda distress 7. Auskultasi suara nafas,
(mis.,kecepatan, pernafasan catat adanya suara
irama, kedalaman)  Mendemonstrasikan tambahan
 Warna kulit batuk efektif dan 8. Lakukan suction pada mayo
abnormal (mis, suara nafas yang 9. Berikan bronkodilator bila
pucat, kehitaman) bersih, tidak ada perlu
 Konfusi sianosis dan dyspneu 10. Berikan pelembab udara
 Sianosis (pada (mampu 11. Atur intake untuk cairan
neonatus saja) mengeluarkan mengoptimalkan
 Penurunan karbon sputum, mampu keseimbangan.
dioksida bernafas dengan 12. Monitor respirasi dan status
 Diaforesis mudah, tidak ada O2
 Dispnea pursed lips) Respiratory Monitoring
 Sakit kepala saat  Tanda tanda vital 1. Monitor rata-rata,
bangun dalam rentang kedalaman, irama dan
 Hiperkapnia normal usaha respirasi
 Hipoksemia 2. Catat pergerakan dada,
 Hipoksia amati kesimetrisan,
 Iritabilitas penggunaan otot
 Napas cuping tambahan, retraksi otot
hidung supraclavicular dan
 Gelisah intercostal
 Samnolen 3. Monitor suara nafas, seperti
 Takikardi dengkur
 Gangguan 4. Monitor pola nafas :
penglihatan bradipnea, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
Faktor Yang cheyne stokes, biot
Berhubungan : 5. Catat lokasi trakea
 Perubahan 6. Monitor kelelahan otot
membran alveolar- diagfragma (gerakan
kapiler paradoksis)
 Ventilasi-perfusi 7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi
padajalan napas utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta.

IBI. 2010. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat.

Johnson, M., Meriden M.,Sue M. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).


St. Louis Baltimore: Mosby.

Kartiningsih. 2013. Hubungan antara Faktor Ibu dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali. Solo: Stikes

Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2009. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louis Baltimore: Mosby.

NANDA. 2011. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia:


NANDA International

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Prawirohardjo. S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai

  • HT Emergency
    HT Emergency
    Dokumen25 halaman
    HT Emergency
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • HT Emergency
    HT Emergency
    Dokumen25 halaman
    HT Emergency
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • HT Emergency
    HT Emergency
    Dokumen25 halaman
    HT Emergency
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • LP Appendisitis
    LP Appendisitis
    Dokumen30 halaman
    LP Appendisitis
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Telaah Jurnal Peminatan Jiwa
    Telaah Jurnal Peminatan Jiwa
    Dokumen40 halaman
    Telaah Jurnal Peminatan Jiwa
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur
    LP Fraktur
    Dokumen28 halaman
    LP Fraktur
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • XXX
    XXX
    Dokumen10 halaman
    XXX
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Sap Oa
    Sap Oa
    Dokumen8 halaman
    Sap Oa
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • 22 Nuzula Irfa
    22 Nuzula Irfa
    Dokumen9 halaman
    22 Nuzula Irfa
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Contoh Material
    Contoh Material
    Dokumen2 halaman
    Contoh Material
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Yel Yel
    Yel Yel
    Dokumen3 halaman
    Yel Yel
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Analisa Gas Darah
    Analisa Gas Darah
    Dokumen3 halaman
    Analisa Gas Darah
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • 226 - Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut
    226 - Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut
    Dokumen6 halaman
    226 - Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Pada Penderita Osteoartritis Lutut
    asriatun
    Belum ada peringkat
  • LP CKR Igd
    LP CKR Igd
    Dokumen24 halaman
    LP CKR Igd
    Eliya Vita Afiyanti
    100% (1)
  • XXX
    XXX
    Dokumen10 halaman
    XXX
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • ANALISA NGT
    ANALISA NGT
    Dokumen4 halaman
    ANALISA NGT
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Pengambilan Sampel Darah Arteri untuk Analisa Gas Darah
    Pengambilan Sampel Darah Arteri untuk Analisa Gas Darah
    Dokumen5 halaman
    Pengambilan Sampel Darah Arteri untuk Analisa Gas Darah
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • EKG Dasar Dan Cara Interpretasi
    EKG Dasar Dan Cara Interpretasi
    Dokumen52 halaman
    EKG Dasar Dan Cara Interpretasi
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • LP Gagal Napas
    LP Gagal Napas
    Dokumen23 halaman
    LP Gagal Napas
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Ca Servik
    Ca Servik
    Dokumen20 halaman
    Ca Servik
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • LP Antenatal
    LP Antenatal
    Dokumen17 halaman
    LP Antenatal
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Pathway Sindrom Nefrotik
    Pathway Sindrom Nefrotik
    Dokumen2 halaman
    Pathway Sindrom Nefrotik
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen17 halaman
    Diare
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Tak RPK
    Tak RPK
    Dokumen13 halaman
    Tak RPK
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • IMD Semarang
    IMD Semarang
    Dokumen9 halaman
    IMD Semarang
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Tak RPK
    Tak RPK
    Dokumen13 halaman
    Tak RPK
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • API Halusinasi
    API Halusinasi
    Dokumen14 halaman
    API Halusinasi
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Sop Dzikir
    Sop Dzikir
    Dokumen3 halaman
    Sop Dzikir
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen3 halaman
    Leaflet
    Eliya Vita Afiyanti
    Belum ada peringkat