2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi
berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin
yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya
asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi
berikut ini:
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang
berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor
risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya
tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya
faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak
dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu
siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.
3. Tanda dan Gejala
a. Pada Kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160 x/mnt atau kurang dari 100
x/mnt, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran mekonium.
1) Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
2) Jika DJJ 160 x/mnt ke atas dan ada mekonium : janin sedang asfiksia
3) Jika DJJ 100 x/mnt ke bawah dan ada mekonium : janin dalam gawat
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekwensi jantung Tidak ada Kurang dari 100Lebih dari 100
x/menit x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidakMenangis kuat
teratur
Tonus otot Lumpuh /Ekstremitas fleksiGerakan aktif
lemas sedikit
Refleks Tidak adaGerakan sedikit Menangis batuk
respon
Warna Biru / pucat Tubuh: Tubuh dan
kemerahan, ekstremitas
ekstremitas: biru kemerahan
Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik
atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk,
sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat
badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu
periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada
asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam
periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan
tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme
dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut
terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang
terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru
terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan
resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak
yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
.
6. Komplikasi
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya,
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung
akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan
perdarahan pada otak.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto polos dada
b. USG kepala
c. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
d. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,
tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.
e. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
f. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks
antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan kondisi
hemolitik.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Resusitasi
1) Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
2) Terapi medikamentosa :
b. Epinefrin
Indikasi :
1) Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
2) Asistolik.
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03
mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
c. Volume ekspander
Indikasi :
1) Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan
tidak ada respon dengan resusitasi.
2) Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.
Jenis cairan :
1) Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
2) Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan darah
banyak.
Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
d. Bikarbonat
Indikasi :
1) Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2) Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan
kimiawi.
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb
(8,4%)
Cara :
Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak
diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping :
o Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
e. Nalokson
1) Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson
ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan
narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanda
with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik diberikan i.m
atau s.c
f. Suportif
1) Jaga kehangatan.
2) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
3) Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC: NIC:
Menejemen Jalan Napas
Bersihan jalan nafas Air way pattency 1) Buka jalan napas
Definisi Respiratory status: 2) Posisikan untuk
Ketidakmampuan untuk Ventilation memaksimalkan ventilasi.
membersihkan secret - Kriteria Hasil 3) Identifikasi untuk
Batuk efektif
atau obstruksi saluran perlunya pemasangan alat
napas guna Mengeluarkan secret jalan napas buatan
mempertahankan jalan secara efektif 4) Keluarkan secret dengan
napas yang bersih suction
Mempunyai jalan
5) Auskultasi suara napas,
Batasan karakteristik napas yang paten
Subjektif catat bila ada suara napas
Pada pemeriksaan
Dispne tambahan
auskultasi, memiliki
Objektif 6) Monitor rata-rata respirasi
suara napas yang
jernih setiap pergantian shift dan
Suara napas
tambahan setelah dilakuakan tidakan
Mempunyai irama dan
Perubahan pada frekuensi pernapasan suction
irama dan frekuensi dalam rentang normal B. Suksion Jalan Napas
pernapasan 1) Auskultasi jalan napas
Mempunyai fungsi
sebelum dan sesudah
Batuk tidak ada atau paru dalam batas
tidak efektif normal suction
2).Informasikan keluarga
Sianosis Mampu
tentang prosedur suctin
mendeskripsikan
3).Berikan O2 dengan
Kesulitan untuk rencana untuk
berbicara perawatan dirumah menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
Penurunan suara
napas nasotrakhel
4).Hentikan suksion dan
Ortopnea berikan oksigen bila
Gelisah menunjukkan bradikardi
peningkatan saturasi
Sputum berlebihan
oksigen
Mata terbelalak
Factor yang
berubungan
Lingkungan;
merokok,
menghisap asap
rokok, perokok
pasif
Obstruksi jalan
napas; terdapat
benda asing dijalan
napas, spasme
jalan napas
Fisiologis;
kelainan dan
penyakit
2 Ketidakefektifan pola NOC : NIC :
- Respiratory status : Airway Management
napas
Ventilation a. Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran - Respiratory status : guanakan teknik chin lift
udara inspirasi Airway patency atau jaw thrust bila perlu
dan/atau ekspirasi - Vital sign Status b. Posisikan pasien untuk
tidak adekuat Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
- Mendemonstrasikan c. Identifikasi pasien
Batasan batuk efektif dan suara perlunya pemasangan alat
karakteristik : nafas yang bersih, jalan nafas buatan
- Penurunan tekanan tidak ada sianosis dan d. Pasang mayo bila perlu
inspirasi/ekspirasi dyspneu (mampu e. Lakukan fisioterapi dada
- Penurunan mengeluarkan sputum, jika perlu
pertukaran udara per mampu bernafas f. Keluarkan sekret dengan
menit dengan mudah, tidak batuk atau suction
- Menggunakan otot ada pursed lips) g. Auskultasi suara nafas,
pernafasan tambahan - Menunjukkan jalan catat adanya suara
- Nasal flaring nafas yang paten (klien tambahan
- Dyspnea tidak merasa tercekik, h. Lakukan suction pada
- Orthopnea irama nafas, frekuensi mayo
- Perubahan pernafasan dalam i. Berikan bronkodilator bila
penyimpangan dada rentang normal, tidak perlu
- Nafas pendek ada suara nafas j. Berikan pelembab udara
- Assumption of 3- abnormal) Kassa basah NaCl
point position - Tanda Tanda vital Lembab
- Pernafasan pursed- dalam rentang normal k. Atur intake untuk cairan
lip (tekanan darah, nadi, mengoptimalkan
- Tahap ekspirasi pernafasan) keseimbangan.
berlangsung sangat l. Monitor respirasi dan
lama status O2
- Peningkatan
diameter anterior- Oxygen Therapy
posterior a. Bersihkan mulut, hidung
- Pernafasan rata- dan secret trakea
rata/minimal b. Pertahankan jalan nafas
- Bayi : < 25 atau > yang paten
60 c. Atur peralatan oksigenasi
- Usia 1-4 : < 20 atau d. Monitor aliran oksigen
> 30 e. Pertahankan posisi pasien
- Usia 5-14 : < 14 f. Onservasi adanya tanda
atau > 25 tanda hipoventilasi
- Usia > 14 : < 11 atau g. Monitor adanya
> 24 kecemasan pasien
- Kedalaman terhadap oksigenasi
pernafasan
- Dewasa volume Vital sign Monitoring
tidalnya 500 ml saat 1. Monitor TD, nadi, suhu,
istirahat dan RR
- Bayi volume 2. Catat adanya fluktuasi
tidalnya 6-8 ml/Kg tekanan darah
- Timing rasio 3. Monitor VS saat pasien
- Penurunan kapasitas berbaring, duduk, atau
vital berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
Faktor yang lengan dan bandingkan
berhubungan : 5. Monitor TD, nadi, RR,
- Hiperventilasi sebelum, selama, dan
- Deformitas tulang setelah aktivitas
- Kelainan bentuk 6. Monitor kualitas dari nadi
dinding dada 7. Monitor frekuensi dan
- Penurunan irama pernapasan
energi/kelelahan 8. Monitor suara paru
- Perusakan/pelemaha 9. Monitor pola pernapasan
n muskulo-skeletal abnormal
- Obesitas 10. Monitor suhu, warna, dan
- Posisi tubuh kelembaban kulit
- Kelelahan otot 11. Monitor sianosis perifer
pernafasan 12. Monitor adanya cushing
- Hipoventilasi triad (tekanan nadi yang
sindrom melebar, bradikardi,
- Nyeri peningkatan sistolik)
- Kecemasan 13. Identifikasi penyebab dari
- Disfungsi perubahan vital sign
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
- Imaturitas
Neurologis
3 Gangguan pertukaran NOC NIC
Respiratory Status : Airway Management
gas
Gas exchange 1. Buka jalan nafas, gunakan
Definisi : Kelebihan Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw
atau defisit pada ventilation thrust bila perlu
oksigenasi dan/atau Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
eliminasi karbon memaksimalkan ventilasi
dioksida pada membran Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya
alveolar-kapiler Mendemonstrasikan pemasangan alat jalan nafas
peningkatan ventilasi buatan
Batasan Karakteristik dan oksigenasi yang 4. Pasang mayo bila perlu
pH darah arteri adekuat 5. Lakukan fisioterapi dada
abnormal Memelihara jika perlu
pH arteri abnormal kebersihan paru-paru 6. Keluarkan sekret dengan
Pernapasan dan bebas dari tanda- batuk atau suction
abnormal tanda distress 7. Auskultasi suara nafas,
(mis.,kecepatan, pernafasan catat adanya suara
irama, kedalaman) Mendemonstrasikan tambahan
Warna kulit batuk efektif dan 8. Lakukan suction pada mayo
abnormal (mis, suara nafas yang 9. Berikan bronkodilator bila
pucat, kehitaman) bersih, tidak ada perlu
Konfusi sianosis dan dyspneu 10. Berikan pelembab udara
Sianosis (pada (mampu 11. Atur intake untuk cairan
neonatus saja) mengeluarkan mengoptimalkan
Penurunan karbon sputum, mampu keseimbangan.
dioksida bernafas dengan 12. Monitor respirasi dan status
Diaforesis mudah, tidak ada O2
Dispnea pursed lips) Respiratory Monitoring
Sakit kepala saat Tanda tanda vital 1. Monitor rata-rata,
bangun dalam rentang kedalaman, irama dan
Hiperkapnia normal usaha respirasi
Hipoksemia 2. Catat pergerakan dada,
Hipoksia amati kesimetrisan,
Iritabilitas penggunaan otot
Napas cuping tambahan, retraksi otot
hidung supraclavicular dan
Gelisah intercostal
Samnolen 3. Monitor suara nafas, seperti
Takikardi dengkur
Gangguan 4. Monitor pola nafas :
penglihatan bradipnea, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
Faktor Yang cheyne stokes, biot
Berhubungan : 5. Catat lokasi trakea
Perubahan 6. Monitor kelelahan otot
membran alveolar- diagfragma (gerakan
kapiler paradoksis)
Ventilasi-perfusi 7. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi
padajalan napas utama
9. Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Pelatihan Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir untuk Bidan.
Jakarta.
IBI. 2010. 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan. Jakarta: Pengurus IBI Pusat.
Mc Closkey, JC., Gloria MB. 2009. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louis Baltimore: Mosby.