Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
B. Tujuan .................................................................................. 3
A. DESKRIPSI UMUM................................................................................ 5
A. Pengertian ............................................................................ 14
B. Etiologi ................................................................................. 15
C. Patofisiologi ......................................................................... 16
E. Komplikasi ........................................................................... 19
F. Penatalaksanaani .................................................................... 20
A. Kesimpulan .............................................................................. 33
B. Saran ........................................................................................ 33
3
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
Insiden ulkus kaki pada pasien Diabetes mellitus yaitu 4% dan 10-30 kali lipat
ulkus kaki menyebabkan risiko amputasi ( ujung kaki, maupun tungkai bawah ).
diperkirakan setiap tahunnya satu juta psien menderita Ulkus Diabetik menjalani
amputasi ekstremitas bawah 85% dan angka kematian yaitu 15-40% setiap tahunnya
serta 39-80% setiap 5 tahunnya (Billous & Donelly, 2015). Dengan adanya luka
diabetes banyak pasien merasa malu akibat aroma lika yang khas, bentuk kaki yang
berubah, luka yang yang susah sembuh dan merasa takut jika luka semakin parah dan
harus diamputasi sehingga menyusahkan anggota keluarga . Pasien dengan ulkus
diabetik cenderung menghindar dari interaksi sosialnya karena bau yang tidak sedap
dan lukanya, pasien tampak berepresi sedih, cemas, dan tidak berdaya dengan kondisi
penyakit yang dideritanya (Marewa 2015).
Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang sangat subjektif dan multidimensi
yang berkaitan dengan status kognitif, kepuasan, dan kebahagiaan emosional.
Penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi keadaan psikologis, gangguan dalam
berpikir, serta gangguan dalam sosial. Setiap individu memiliki kualitas hidup yang
berbeda-beda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan
yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapinya dengan positifmaka akan baik pula
kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapinya dengan negatif maka akan
buruk pula kualitas hidupnya ( Vileikyte 2005 dalam Ginanjar dan herawati, 2014).
6
diabetik yang dapat mengakibatkan gangren bahkan amputasi agar bida dideteksi
untuk mendapatkan terapi dan pencegahan sedini mungkin sehingga angka morbiditas
dapat ditekan serendah-rendahnya (Wijaya & Putri, 2013).
Metode pencarian literatur yang digunakan dalam pencarian jurnal ini dari
beberapa sumber yang tertera dijurnal, dengan kata kunci dalam literatur adalah
“ jurnal tentang masalah psikososial “. jumlah literatur yang didapat sebanyak 60
literatur yang ada tentang perasaan ketidakberdayaan, dimana didapatkan 2 literatur
jurnal yang dipilih sebagai telaah jurnal yauti tentang hubungan perasaan
ketidakberdayaan dengan kualitas hidup pasien ulkus diabetik. Proses seleksi literatur
dilakukan berdasarkan dengan fenomena yang ditemukan diruang penyakit dalam
RSUD kendal, yaitu hubungan perasaan ketidakberdayaan dengan kualitas hidup
pasien ulkus diabetik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
7
c. Menganalisa hubungan perasaan ketidakberdayaan dengan kualitas hidup
pasien ulkus diabetik.
D. Manfaat
Menjadi bahan masukan bagi segenap pimpinan rumah sakit dalam meningkatkan
perasaan dan kualitas pada pasien ulkus diabetik agar tidak mengalami
ketidakberdayaan.
2. Bagi perawat
Perawat menjadi lebih perhatian dan care terhadap pasien dengan ulkus diabetik
yang menjalani perawatan sehingga pasien dengan ulkus diabetik yang menjalani
perawatan tidak ada yang mengalami ketidakberdayaan.
8
BAB II
DESKRIPSI JURNAL
A. Deskripsi Umum
2. Tanggal Telaah :
9
A. Deskripsi Isi
1. Rumusan Masalah
a. Jurnal 1
b. Jurnal 2
1) Tujuan Umum
Jurnal 1
2) Tujuan Khusus
1) Tujuan Umum
Jurnal 2
“Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien ulkus diabetik pasien ulkus
diabetik di wilayah puskesmas purwosari surakarta.
10
2) Tujuan Khusus
Tujuan Khusus Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui:
a. Mendeskripsikan.gambaran kualitas hidup pasien ulkus diabetik di wilayah
puskesmas purwosari surakarta.
b. Mendeskripsikan kejadian kualitas hidup pasien pasien ulkus diabetik di wilayah
puskesmas purwosari surakarta.
c. Menganalisis gambaran kualitas hidup pasien ulkus diabetik di wilayah
puskesmas purwosari surakarta
3. Hasil Penelitian
Jurnal 1
Hasil analisa melalui bantuan perangkat SPSS dengan uji chi square test
didapatkan hasil p- value= 0,00 (<0,050) maka H0 ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan antara hubungan perasaan ketidakberdayaan dengan kualitas
hidup pasien ulkuk diabetik di poliklinik endokrin rumah sakit umum daerah dr.
Zaenoel abidin banda aceh.
Jurnal 2
4. Kesimpulan Penelitian
Jurnal 1
Jurnal 2
Terdapat gambaran kualitas hidup pasien ulkus diabetik pasien ulkus diabetik
di wilayah puskesmas purwosari surakarta.
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perasaan Ketidakberdayaan
a. Pengertian
b. Rentang respon
1. Harapan
2. Ketidakpastian
Suatu kedaan dimana individu tidak mampu memahami kejadian yang terjadi,
hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu mengkaji situasi dan
memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi
berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
3. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harap hampa,
kondisi ini dapat membawa pasien dalam upaya bunuh diri.
12
b. Jenis perasaan ketidakberdayaan
1. Mayor
2. Minor
1. Ringan
b) Pasif
2. Menengah
a) Marah
e) Menunjukkan kemajuan
13
g) Ketakutan terhadap perawat yang dianggap sebagai orang asing
h) Merasa bersalah
k) Pasif
3. Berat
a) Apatis
b) Depresi
c) Ekspresi marah
d. Kriteria ketidakberdayaan
1) Personal internal
3) Permanen
Dijelaskan bahwa sesuatu itu memiliki jangka waktu dan tidak akan
berubah ( ketidakberdayaan atau helplessness akan menjadi kronik ).
14
e. Faktor - faktor ketidakberdayaan
1. Faktor predisposisi
a) Biologis
2) Gaya hidup
b) Psikologis
15
7) Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup
c) Sosial budaya
3) Pendidikan rendah
2. Faktor presipitasi
a) Biologis
16
2) Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
b) Psikologis
c) Sosial budaya
17
6) Kurang dapat menjalankan kegiatan agama dan keyakinannya
dan kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat.
2. Kualitas hidup
3. Ulkus Diabetik
1. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes mellitus
adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin
atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001: 543). Ulkus adalah
luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir
18
dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif
kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus
berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita
Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah
2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan
dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes
merupakan komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001:1220),
adalah sebagai berikut:
a. Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus).
b. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus).
c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.
d. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus).
2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes
mellitus adalah:
a. Diabetes Tipe I
1) Faktor genetik
2) Faktor imunologi
3) Faktor lingkunngan.
b. Diabetes Tipe II
1) Usia
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
19
4) Kelompok genetik.
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum dibagi
menjadi faktor endogen dan ekstrogen.
a. Faktor endogen
1) Genetik, metabolik
2) Angiopati diabetik
3) Neuropati diabetik.
b. Faktor ekstrogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya
luka yang sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap
penyembuhan Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).
3. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes
mellitus adalah :
a. Diabetes Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
20
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori Gejala lainnya mencakup kelelahan dan
kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak
yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya
berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat
menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual,
muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
b. Diabetes Tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung
lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
21
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika
kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit Diabetes membuat gangguan/
komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua
yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut
makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya
lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal.
Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia
yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki
yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer
memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya
kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas
yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal
manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan
kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang
abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2009).
4. Manifestasi Klinis
Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas
walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses
mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara
akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
22
d. Pulselessness (denyut nadi hilang)
e. Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220).
Klasifikasi :
Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,
yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,
callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
5. Komplikasi
23
Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat. Ulkus
Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit melepuh, kuku
kaki yang tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari, pembengkakan ibu
jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki kering dan pecah, kaki
atlet, (Dr. Nabil RA).
6. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:
1) Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
a) Pemicu sekresi insulin.
b) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
c) Penghambat glukoneogenesis.
d) Penghambat glukosidase alfa.
2) Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a) Penurunan berat badan yang cepat.
b) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
c) Ketoasidosis diabetik.
d) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
3) Terapi Kombinas
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon
kadar glukosa darah.
b. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus
antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic
ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara
mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka
24
amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan
Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah,
sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi. Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus
Diabetik:
1) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
2) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.
3) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri
diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara
optimal.
4) Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
5) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri
dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
6) Kontrol nutrisi dan metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas
12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi
25
yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah
yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita
dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai
perawatan pasien secara total.
7) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi
roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang
istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki
pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi
trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri masuk pada
tempat luka.
8) Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan
meliputi 4 hal yaitu:
a. Postprandial
Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130
mg/dl mengindikasikan diabetes.
b. Hemoglobin glikosilat
Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar gula darah selama
140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1% menunjukkan
diabetes
c. Tes toleransi glukosa oral Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien
diberi air dengan 75 gr gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka
26
gula darah yang normal dua jam setelah meminum cairan tersebut harus <
dari 140 mg/dl.
d. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah
jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan
kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya
untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.
27
BAB IV
TELAAH JURNAL
A. Deskripsi jurnal
No Peneliti Judul Tahun Tempat penelitian
1 Devi Hubungan perasaan 2017 Di Poliklinik
Darliana ketidakberdayaan Endokrin Rumah
dengan kualitas Sakit Umum
hidup pasien ulkus Daerah Dr.
diabetik di Zaenoel Abidin
Poliklinik Endokrin Banda Aceh
Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.
Zaenoel Abidin
Banda Aceh
28
Perbandingan Telaah Jurnal 1 dan 2
Jurnal 1 Jurnal 2
Pada kedua jurnal ini sudah menggunakan sistematika penulisan yang baik dan jelas
walaupun ada sedikit yang kurang sitematis. Sitematika yang digunakan kedua jurnal
sudah cukup baik dan mudah dimengerti oleh pembaca.
2. Gaya Bahasa : Dalam jurnal ini gaya 2. Gaya Bahasa : . Dalam jurnal ini ejaan
bahasanya sudah sesuai dengan Ejaan sudah sesuai dengan Ejaan Yang
Yang Disempurnakan, tidak ada kata Disempurnakan, dan sudah
sambung yang diawal kalimat, menggunakan kalimat yang mudah
penggunaan tanda baca juga sudah untuk dimengerti.
sesuai dengan EYD, menggunakan
kalimat yang mudah untuk dimengerti.
Kedua jurnal ini sudah menggunakan gaya bahasa yang baik, walaupun pada jurnal 2 ada
beberapa kalimat sambung berada diawal kalimat. Gaya bahasa yang digunakan oleh
peneliti sudah cukup jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca bagaimana proses
penelitian yang dilakukan dan hasil yang didapatkan oleh peneliti.
3. Metodologi Penelitian : Penelitian ini 3. Metodologi Penelitian : Jenis penelitian
merupakan jenis penelitian kuantitatif yang digunakan adalah penelitian
menggunakan desain descriptive deskriptif eksploratif. Populasi dalam
correlative dengan pendekatan cross penelitian ini adalah semua penderita
sectional study. Pengumpulan data ulkus diabetik. Penelitian ini juga
dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan tehnik purposive
menggunakan kuesioner yang terdiri sampling. Peneliti ini juga
dari tiga bagian yaitu data demografi, menggunakan alat ukur kuesioner
kuesioner baku the powerlessness kualitas hidup DQLCTQ-R ( Diabetes
assesment tool for adult patients (PAT) Quality of life Clinical Trial
dan kuesioner baku kualitas hidup dari Questioner-Related ). dan analisa data
WHOQOL-BREF. Semua pertanyaan dengan distribusi frekuensi.
menggunakan skala likert dengan lima .
point. Analisa data terdiri dari analisa
univariat dan bivariat. Analisa univariat
digunakan untuk melihat distribusi
frekuensi dari setiap variabel dan
analisa bivariat dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel. Penelitian ini
menggunakan uji chi square.
Pada jurnal 1 ini ingin mengetahui tingkat perasaan ketidakberdayaan dan kualitas hidup
pasien ulkus diabetik.
29
Jurnal 2 ingin mengetahui tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik.
4. Isi Penelitian : Jurnal 1 dilakukan 4. Isi Penelitian : Jurnal 2 dilakukan
penelitian di poliklinik endokrin rumah penelitian diwilayah puskesmas
sakit umum daerah dr. Zaenoel abidin purwosari surakarta untuk mengetahui
banda aceh untuk mengetahui tingkat tingkat kualitas pasien ulkus diabetik.
kualitas hidup pada pasien ulkus Jumlah sampel dalam penelitian ini
diabetik yang menjalani perawatan. sebanyak 91 responden dengan tehnik
Sampel dalam penelitian ini sebanyak pengambilan purposive sampling.
34 responden ( 85% ) dengan tehnik Instrumen penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Penelitian ini kuesioner rendah dan tinggi. Pada
menggunakan instrumen jenis penelitian ini pasien rata-rata memiliki
kuesioner kualitas hidup yang terdiri kualitas hidup rendah yaitu 58,92% dan
dari ringan dan berat. Melalui uji sisanya 41,8% memiliki kualitas hidup
statistik chi-square test didapatkan tinggi.
bahwa nilai p-value=0,00 ( < 0,050)
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada hubungan kualitas
hidup pasien ulkus diabetik.
Kedua jurnal ini mempunyai variabel yang berbeda antara jurnal 1 dan jurnal 2
Jurnal 1 terdapat hubungan perasaan ketidakberdayaan dengan kualitas hidup pasien
diabetik peneliti ini memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan rumusan masalah
yang ada dan tujuan yang diharapkan oleh peneliti untuk mengukur tingkat perasaan
ketidakberdayaan dan tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik. Di poli endokrin rumah
sakit daerah dr.zainoel abidin banda aceh.
Jurnal 2 terdapat gambaran kualitas hidup pasien ulkus diabetik dan peneliti ini
memperoleh hasil yang diinginkan juga sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan
tujuan yang diperoleh yaitu hanya mengukur tingkat kualitas hidup pasien ulkus diabetik
di wilayah puskesmas purwosari surakarta.
30
B. Metode Penelitian
Jurnal 1:
Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan
penelitian descriptive correlative dengan desain penelitian cross secsional
study dan menggunakan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner baku The
Powerlessness Assessment Tool for Adult Patient dan kualitas hidup dari
WHOQOL-BREF 2012.
Jurnal 2:
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif
dengan purposive sampling dan menggunakan alat ukur kualitas hidup pasien
ulkus diabetik.
C. Instrumen Penelitian
Jurnal 1:
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner ketidakberdayaan dan
kualitas hidup.
Jurnal 2:
Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner dengan kualitas hidup.
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
31
F. Hasil dan Kesimpulan
Hasil observasi pada pasien ulkus diabetik yang yang paling banyak
mengalami tingkat perasaan ketidakberdayaan berat adalah yang paling banyak.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat perasaan
ketidakberdayaan berat antara lain adanya luka dan bau, sehingga pasien merasa
frustasi, marah, tidak berguna, putus asa dan berkecil hati. Kondisi tersebut juga
akan menurunkan citra diri pasien, dan mengurangi rasa percaya diri. Bagi pasien
disarankan untuk selalu berfikir yang positif terhadap kesehatannya agar tidak
menimbulkan perasaan ketidakberdayaan dan jika pasien dengan perasaan
ketidakberdayaan berat akan sangat berpengaruh terhadap situasi kondisi pasien
dan kesehatannya (Billous & Donelly, 2015).
32
berat. Hal tersebut dapat menstimulasi ketidakberdayaan bahkan memperberat
kondisi ketidakberdayaan yang dialami oleh pasien ( Pereira et al, 2014 ).
G. Landasan Teori
Kualitas hidup adalah sebuah konsep yang sangat subjektif dan multidimensi
yang berkaitan dengan status kognitif, kepuasan, dan kebahagiaan emosional.
Penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi keadaan psikologis, gangguan
dalam berpikir, serta gangguan dalam sosial. Setiap individu memiliki kualitas
hidup yang berbeda-beda tergantung dari masing-masing individu dalam
menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapinya dengan
positifmaka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika
menghadapinya dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya
( Vileikyte 2005 dalam Ginanjar dan herawati, 2014).
Ulkus Diabetikum atau biasa disebut luka diabetikum adalah luka akibat
adanya kelainan syaraf dan pembuluh darah yang dapat menyebabkan infeksi
dan jika tidak dapat ditangani dengan benar akan mengakibatkan luka
33
menjadi busuk bahkan dapat diamputasi (Wijaya & Putri, 2013) Faktor
penyebab terjadinya Ulkus Diabetikum dibagi atas 2 yaitu faktor endogen
(genetik metabolik, angiopati diabetik, neuropati diabetic) dan faktor
eksogen (trauma, infeksi, obat. Penyebab utama yang sering menyebabkan
Ulkus diabetikum yaitu angiopati, neuropati dan infeksi) (Wijaya & Putri,
2013).Adapun manifestasi klinis yang muncul pada penyakit Ulkus
Diabetikum, antara lain (Wijaya & Putri, 2013) biasanya gejala
mikroangiopati yaitu daerah akral tampak merah dan teraba hangat
walaupun terjadi nekrosis, pulsasi arteri distal masih teraba, terdapat
Ulkus Diabetikum pada telapak kaki, gejala Ulkus
H. Penerapan
34
bertanggung jawab dalam memberi nafkah untuk keluarga, justru banyak biaya
yang dikeluarkan untuk pengobatan dan perawatan.
Pasien cenderung menghindar dari interaksi sosial karena bau yang tidak
sedap dari lukanya, pasien tampak berekspresi sedih, cemas, sedih dan
tidakberdaya dengan kondisi penyakit yang dideritanya. Penilaian perasaan
ketidakberdayaan dibedakan menjadi tiga yaitu: ringan, sedang dan berat. Dari 3
responden terdapat 2 responden yang mempunyai perasaan ketidakberdayaan
ringan dan satu yang mempunyai perasaan ketidakberdayaan berat.
I. Pembahasan
a. Perasaan ketidakberdayaan
Perasaan ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan yanag
dilakukan individu tidak akan memberikan hasil yang bermakna sehingga
menyebabkan hilangnya kontrol atas situasi saat ini maupun yang akan terjadi
( Wilkinston, 2012). pasien merasa tidak ada upaya yang akan mengubah luka
yang diderita. Emosi seperti rasa takut, perasaan kehilangan, dan kesedihan pada
umumnya akan terjadi. Hal tersebut juga terjadi akibat ketergantuan pasien
dengan orang lain akan kebutuhannya, sehingga pasien berada dalam keadaan
berduka ( Pereira et al, 2014 ). perasaan ketidakberdayaan dapat berdampak
negatif terhadap kualitas hidup pasien. Harapan akan mempengaruhi respon
psikologis terhadap penyakit fisik. Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres
dan berakhir dengan penggunaan mekanisme koping yang tidak
adekuat.Ketidakpastian Suatu kedaan dimana individu tidak mampu memahami
kejadian yang terjadi, hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu mengkaji
situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan. Ketidakpastian menjadi
berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa ditandai dengan perilaku pasif,
perasaan sedih dan harap hampa, kondisi ini dapat membawa pasien dalam upaya
bunuh diri.
35
J. Kelebihan dan Kekurangan
1. Kelebihan
2. Kekurangan
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Perawat
37
DAFTAR PUSTAKA
38
tanggal 20 Mei 2015 pukul 22. 46 wib.
Lubis. (2009). Dukungan Sosial pada Pasien Kanker, Perlukah?. Medan:
USUpressMarewa, L. W. (2015). Kencing Manis (Diabetes Mellitus)
di Sulawesi Selatan.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nafisah, F. (2012).Hubungan Antara Harga Diri Dengan Kompetensi
Interpersonal Pada Mahasiswa Jurusan Psikologi FIP UPI
Angkatan2009.http://www.repository.upi.edu/skripsiview.php?no s. Diakses
tanggal 2 Oktober 2015 pukul 05.30 wib.
Ningsih, E.S.P. (2008). Pengalaman Psikososial Pasien dengan Ulkus
DiabetikumDalam Konteks Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus.
Depok: FIK-UI. Tesis.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005).Buku Ajar Fundamental
Keperawatan :Konsep,Proses dan Praktis. (Renata Komalasari, et al,
Penerjemah). Ed. Ke-4.Jakarta: EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan, Buku 2,
Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Sartika, DL. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga diri
Penderita Kusta Rawat Jalan di Rumah Sakit Rehatta Donorojo
Jepara. Publikasi Penelitian. Semarang: Prodi Keperawatan STIKES
Telogorejo.
Salome, G.M., Blanes, Leila., Ferreira, L.M. (2011). Assesment of
Depressive Symptoms in People with Diabetes Mellitus and Foot Ulcers.
327-333
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sobur, A. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soegondo, S. (2006). Farmakologi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes
Mellitus Tipe 2, Buku Ajar Penyakit Dalam.Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sugiyono.(2014). Statistik Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Susila, & Suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional.
Klaten: Boss Script.
39
Suwardiman, D. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan beban
Keluarga Untuk Mengikuti Regimen Terapeutik Pada Keluarga Klien
Halusinasi Di RSUD Serang.http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=pdf.
Diakses tanggal 30 Mei 2015 pukul 17.35 wib.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah
2 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
40