Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER GAGAL JANTUNG

Disusun Oleh :

1. Cindy Efiani P.R (P17221171009)


2. Angelicca Sunja (P17221171014)
3. Dea Septiawati (P17221172015)
4. Sisca Nofiyanti S.R (P17221173019)
5. Mukhammad Naufal R (P17221173020)
6. Rosa Istiqomah (P17221173021)
7. Goodhari Cahyaningsih (P17221173025)
8. Irfani Dewi M (P17221173027)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


LAWANG
POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
ridho dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tujuan dari makalah ini, untuk menyelesaikan tugas perkuliahan yang di berikan
oleh Bapak Ns Supono, S.Kep, M.Kep, Sp.MB selaku dosen mata kuliah KMB.
Berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, masukkan atau saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Berharap makalah ini dapat mencapai sasaran dan
memberikan manfaat bagi pembaca.
Atas perhatian dan dukungan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Lawang, 17 Januari 2018

penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ i


Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................. 2
BAB 2 KONSEP MEDIS
2.1 Definisi ISK ....................................................................................................
2.2 Anatomi dan fisiologi ......................................................................................
2.3 Prevalensi ........................................................................................................
2.4 Etiologi ............................................................................................................
2.5 Klasifikasi .......................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis ...........................................................................................
2.7 Patofisiologi...................................................................................................... 5
2.8 Penatalaksanaan Medis......................................................................................7
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian .........................................................................................................8
3.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................................................9
3.3 Intervensi ............................................................................................................9
3.4 Implementasi....................................................................................................10
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................10
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................11
4.2 Saran .................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection
(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-
anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga
pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari
rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria
dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun
ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan
struktur dari traktus urinarius.
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius

1
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian ISK ?
2. Bagaimana prevalensi penyakit ISK ?
3. Bagaimana anatomi fisiologi ISK ?
4. Apa etiologi penyakit ISK ?
5. Bagaimana klasifikasi penyakit ISK ?
6. Apa saja manifestasi klinis penyakit ISK ?
7. Bagaiamana patofisiologi penyakit ISK ?
8. Apa saja penatalaksanaan penyakit ISK ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada ISK ?

1.3 Tujuan Penulis


Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk
memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Anak dan juga mahasiswa dapat :
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit ISK
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit ISK
3. Untuk mengetahui anatomi fisiologi ISK
4. Untuk mengetahui etiologi penyakit ISK
5. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit ISK
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit ISK
7. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit ISK

ii
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit ISK
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ISK

1.4 Manfaat
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga
dapat mengetahui cara hidup sehat, dan pendalaman tentang pasien dengan
penyakit infeksi saluran kemih.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection
(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi
bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran
kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi
dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari
pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran
perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius
pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari
uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan
jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi
kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.

ii
2.2 Anatomi fisiologi

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter,


vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.
a. Ginjal
Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian
posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis
torakal ke-12 sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan
biasanya terletak agak lebih rendah dari ginjal kiri karena
hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada orang dewasa
ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-
150 gram.
Fungsi vital ginjal :
1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.
2) Sebagai homeostasis.
3) Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4) Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5) Mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain
dalam tubuh.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap

1
ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap
sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan
sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler
glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian: tubulus
proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan
medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron,
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa
aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah
menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi.
Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara
molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.
Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan
memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah
yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang
sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein,
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya
terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,
sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam
darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika
fitrat tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan
dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi
urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa,

ii
normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan
tidak akan terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai
substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh
tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida,
bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut
nefron. Urine yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam
duktus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk
membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri
atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan
kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
b. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm
dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus
psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan
pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
c. Kandung kemih (vesika urinaria)

1
Kandung kemih merupakan organ berongga yang terletak di
sebelah anterior tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai
wadah sementara untuk menampung urine. Sebagian besar dinding
kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus
detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan
kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari
kandung kemih; pada laki-laki, uretra berjalan lewat penis dan pada
wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar
prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih
mengelilingi uretra di sebelah posterior dan leteral. Sfingter urinalisis
eksterna merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan
proses awal urinasi.
Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan
bagian internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap
ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap
sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus dan
sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler
glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis,
dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian: tubulus
proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk
membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat korteks dan
medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.
Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat
glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron,
tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah dari vasa
aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan darah
menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi.
Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara
molekul-molekul yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah.

ii
Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan
memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang
melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah
yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang
sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein,
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri
atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian
substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut
mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus
distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang
mencapai pelvis ginjal. Sebagai substansi, seperti glukosa, normalnya
akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan
terlihat dalam urin.
Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup
transportasi aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai
substansi secara normal disaring oleh glomerulus, direabsorpsi oleh
tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida,
bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
Pada laki-laki terdiri dari :
1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki
berfungsi sebagai saluran reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring
sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita

1
terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris
dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
2.3 Prevalensi
Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi
saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.
Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki.
Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah
Cina, India dan Amerika Serikat.
Infeksi saluran kemih di masyarakat makin meningkat seiring
meningkatnya usia. Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat
kematian yang timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari
13000 ( 2,3 % angka. kematian).
Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2%
sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%.
(Sochilin, 2013).
Sementara itu Penduduk Indonesia yang menderita Infeksi Saluran
Kemih diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.Infeksi saluran kemih di
Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, Menurut perkiraan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di
Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau
sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes Ri, 2014).

2.4 Etiologi
Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh bakteri dari luar
yang masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan mulai berkembang
biak. Bakteri bisa masuk dan berkembang biak di kandung kemih jika
seseorang masih menyisakan urine dalam kandung kemih setiap buang air
kecil. Tersisanya urine pada kandung kemih bisa disebabkan oleh saluran
kemih yang terhambat, misalnya akibat tumor atau pembesaran prostat

ii
pada pria. Kehamilan juga bisa memberikan tekanan pada rongga panggul
dan kandung kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh
bakteri E. coli. Selain E. coli, bakteri lain yang dapat menyebabkan infeksi
kandung kemih adalah:
 Staphylococcus dari kulit.
 Proteus dan Klebsiella, Enterococcus dari saluran cerna.
 Jamur (biasanya Candida).
Infeksi kandung kemih akibat bakteri lebih umum terjadi pada wanita, hal
ini disebabkan karena posisi uretra wanita yang lebih berdekatan dengan
anus sehingga bakteri dari anus lebih mudah berpindah ke uretra.
Selain karena posisi uretra dan anus yang berdekatan, perpindahan bakteri
pada wanita bisa terjadi ketika:
 Memasukkan pembalut jenis tampon.
 Berhubungan seksual.
 Memakai kontrasepsi diafragma.
 Menyeka area anus dengan tisu dari arah belakang ke depan setelah
buang air besar. Risiko ini dapat dihindari dengan menyeka ke arah
berlawanan (dari depan ke belakang).
 Memasuki masa menopause. Pada masa ini, wanita hanya
memproduksi sedikit cairan vagina dan akibatnya bakteri lebih
mudah berkembang biak.
Infeksi kandung kemih bisa pula dipicu oleh cedera yang terjadi di bagian
tersebut, misalnya akibat:
 Gangguan ginjal atau organ lainnya pada saluran kemih, seperti
infeksi dan peradangan pada ginjal atau kelenjar prostat.
 Berhubungan seks.
 Bahan-bahan kimiawi, seperti sabun atau bubuk talek yang
mengandung parfum.
 Diabetes.

1
2.5 Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi
kandung kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing baik, anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih
ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. Infeksi saluran kemih Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas , kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika , sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3) Gangguan daya tahan tubuh.
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala yang sering ditemukan ialah disuria, polakisuria, nyeri suprapublik
dan daerah pelvis. Polakisuria terjadi akibat bkandung kemih tidak dapat
menampung urine lebih dari 500 ml karena mukosa yang meradang sehingga
sering kencing. Nokturia ialah cenderung sering kencing pada malam hari akibat
kapasitas kandung kemih menurun.

ii
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut:
a. ISK bagian bawah
Jika di uretra, tanda-tanda infeksi akan muncul, vasokontriksi, vasodilatasi
pada tempat peradangan kemerahan, peningkatan permeabilitas dinding
terjadi bengkak, pembesaran protein. Pada fesika urinary, gejala yang nampak
yaitu nyeri karena sistem persyarafan terganggu, nyeri abdomen sampai
kebelakang, nokturia, nanah. Keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau
panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit, serta rasa tidak
enak di daerah suprapublik.
b. ISK bagian atas
Pada ISK bagian atas (pielonefritis) dapat ditemukan gejala sakit kepala,
mlaise, mual muntah, anoreksia, demam, menggigil, nyeri pinggang,
kekakuan abdomen, output urine menurun. Beberapa pasien mengeluh bau
yang tidak menyenangkan atau keruh.

2.7 Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya
ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada
laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine
saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang
terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal

1
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total
urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan


distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih
menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan
gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar
ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi
ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu,
neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia
60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-
lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun

ii
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

2.8 Penalatalaksanaan Medis


Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor
kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin
atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat

1
BAB III
Asuhan Keperawatan pada kasus ISK

A KASUS TERKAIT
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak
perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus
sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K
di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya
dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas –
remas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam
jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan
adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk
berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh
ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan
abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

B. DOKUMENTASI ASKEP
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2012
Jam pengkajian : 15.00 WIB

ii
b. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa
tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K
digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL
20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4 hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
a) Kecelakaan : tidak terkaji
b) Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun
An.K pernah dirawat di RS karena
mengalami malaria
c) Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah
operasi
2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi
terhadap ikan
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja
di vaksin Hepatitis B 3bulan yang lalu
4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di
sembarang tempat
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K
yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih
kurang satu minggu.

1
5. PEMERIKSAAN FISIK

a. Aktivitas dan latihan


An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya
seperti bermain bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K
menjadi pendiam karena menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K
dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk
personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.

b. Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam
masalahnya, A.n K biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat
sakit Bp. A mengatakan An. K mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat
tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya
bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.

c. Kenyamanan dan nyeri


1) Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik
relaksasi yang diberikan oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan
nyeri
2) Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit
berkurang nyerinya sesudah berkemih
3) Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4) Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5) Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.NutrisiSebelum klien
mengalami gangguan eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga
selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat mengalami gangguan

ii
eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya
makan 1 porsi sehari
6) Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4
gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas standar 250cc perhari .
7) Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak
mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
8) Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x
sehari, saat mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut
terasa diremas-remas dan warna fases cokelat.
9) Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi
berkemih 500cc/hr, selama mengalami gangguan eliminasi urin klien
hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan
klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10) Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada
Sensori, persepsi dan kognitif.

5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 400c

b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat
di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan

1
dan bagian pariental menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami
peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat
melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan
20x/menit pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan
lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara
paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak
ada pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara
bising usus, secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10
kali/menit
6. Psiko sosio budaya dan spiritual
a. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat
ingin BAK.
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara
klien sopan.
c. Budaya
Tidak terkaji
d. Spiritual
Tidak terkaji

6. Pemeriksaan penunjang
a) Urinalis
b) Bakteriologis
c) Kultur urine
d) Hitung koloni

ii
e) Metode tes

a) 3.2 ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


DS : Proses infeksi Hypertermi
1.Bapak klien mengatakan
suhu badan anaknya
teraba panas.
DO :
1. N : 108x/menit

2. S : 40
3. RR : 28x/menit
4. Teraba panas

01/01/2019 DS : Agen cidera Nyeri akut


09.00 WIB 1. An.K mengatakan sulit biologis
dan
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih
saat mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi takut
jika mau BAK padahal
buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk
banyak minum.
2. Bp.A mengatakan
anaknya mengalami nyeri
pada bagian suprapubic
dan adanya hematuria,

1
selain itu diawal berkemih
ada cairan eksudat yang
purulen dan terasa gatal.
Kira-kira skala nyerinya
mencapai 9.
DO :
1. Klien tampak terlihat
pucat dan lemas.
2. Klien terlihat
memegangi perut bagian
bawah.

DS : Infeksi saluran Gangguan


1. An.K mengatakan sulit kemih Eliminasi
dan urinarius
Sakit pada perut seperti
diremas-remas dan perih
saat mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi takut
jika mau BAK padahal
buang air kecilnya lebih
sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Klien terlihat kesakitan
dan takut saat buang air
kecil.

ii
DS : Status Ansietas
1. An. K mengatakan sulit kesehatan
dan sakit pada perut
seperti diremas-remas dan
perih saat mau buang air
kecil sehingga An. K
menjadi takut jika mau
BAK. Oleh sebab itu, An.
K mengatakan takut untuk
banyak minum.
DO :
1. Wajah klien tampak
terlihat murung.
2. Sikap klien berubah
menjadi pendiam.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi

3.4 RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
1 Eliminasi urinarius Setelah dilakukan  1Pantau
berhubungan tindakan keperawatan eliminasi urin
dengan infeksi selama 4x24 jam contohnya

1
saluran kemih maka eliminasi frekuensi urin,
urinarius An. K volume urin,
berkurang dengan konsistensi
kriteria hasil sbb: urin dengan
 Eliminasi lancar. tepat
 Urin berwarna  Ajarkan klien
kuning cerah tanda dan
tetapi sedikit gejala infeksi
pucat. saluran
 Tidak terjadi kemih.
hematuria  Instruksikan
 Volume klien atau
pengeluaran urine keluarga
900-2100 untuk
CC/hari. mencatat
keluaran urin.
2 Nyeri akut Setelah dilakukan
1. 1. Ajarkan klien
berhubungan tindakan keperawatan tekhnik relaksasi
dengan agen cidera selama 2x24 jam nafas dalam.
biologis maka nyeri yang
2. 2. Beri
dialami oleh An.K kompreshangat pa
berkurang dengan da bagian yang
kriteria hasil sbb: nyeri.
b. 1. Selera makan
3. 3. Kolaborasi
klien kembali normal. dalam pemberian
c. 2. Klien sudah analgesik
tidak mengalami Ketorolax 2x
gelisah. 0,5mg/kg/BB
d. 3. Klien dapat
beraktivitas kembali
seperti biasanya.
4. nyeri hilang atau

ii
berkurang.
3 Hyperthermy Setelah dilakukan1. Observasi
berhubungan tindakan keperawatan keadaan umum
dengan proses selama 3x24 jam klien.
infeksi maka An. K tidak2. Monitor vital
mengalami sign klien (suhu
hipertermi dengan &nadi).
kriteria hasil sbb : 3. Beri kompres
1. RR klien normal16- hangat pada klien.
24/menit. 4. Anjurkan pada
2. Suhu tubuh klien klien untuk
dalam rentang 36,5- meningkatkan

37,5 istirahat.

3. Nadi klien normal5. Kolaborasi


(60-100x/menit). dalam pemberian

4. Tubuh klien tidak infus RL, 20

teraba panas. tts/mnt


6. Anjurkan banyak
minum air putih.
7. Kolaborasi
dalam pemberian
injeksi
Ceftriaxone
2x500mg
8. Kolaborasi
dalam pemberian
analgetik
paracetamol 10-
10-15
mg/kgBB/kali.

1
3.5 EVALUASI
NO DIAGNOSA SOAP
KEPERAWATAN
1. Eliminasi urinarius S: An. K mengatakan pada perutnya tidak terasa
berhubungan sakit
dengan infeksi O: An.K terlihat tidak kesakitan saat buang air kecil
saluran kemih. A: Masalah sudah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
2. Nyeri akut S: An. K mengatakan pada perutnya tidak terasa
berhubungan sakit
dengan agen cidera O: klien tidak nampak pucat, klien tidak terlihat
biologis memegangi perut bagian bawah
A: Masalah sudah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
3. Hipertenmi S: Bapak An.K mengatakan suhu badan anaknya
berhubungan tidak teraba panas
dengan proses O: RR : 25x/menit, S : 36°C, N : 110x/menit
infeksi A:Masalah teratasi sebagian
P:Intervensi di hentikan.

ii
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection
(UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran
kemih(Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat
mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-
anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi
umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran
perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan
beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).

4.2 Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan untuk itu penulis meminta kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran kepada penulis, sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik lagi dan dapat menjadikan penambahan wawasan terutama
dibidang kesehatan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman


untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I
Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta:
EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa:
Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

ii

Anda mungkin juga menyukai