Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Filsafat sering kali dipandang sebagi ilmu yang abstrak, padahal filsafat itu
sangat dekat dengan kehidupan manusia. Filsafat menurut sebagian kalangan
merupakan disiplin ilmu yang kurang diminati karena di anggap sebagai ilmu yang
sulit dan membutuhkan pemikiran, untuk pemula memang agak sulit, malas dan
enggan ketika memulai memasuki bidang ilmu ini. Akan tetapi lama-lama akan
hilang rasa itu ketika mulai menekuni ilmu ini ketika sadar bahwa filsafat itu
sebagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

Ada tiga pilar utama dalam filsafat ilmu yang selalu menjadi pedoman.Yaitu,
ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Jujun S.Suriasumantri,1987:5). Ketiga pilar
itulah manusia berupaya untuk mencari dan menggali eksistensi ilmu sedalam-
dalamnya. Hakikat apa yang ingin diketahui manusia merupakan pokok bahasan dalam
ontologi. Dalam hal ini manusia ingin mengetahui tentang“ada” atau eksistensi
yang dapat diserap oleh pancaindera. Epsitemologi merupakan landasan kedua
filsafat yang mengungkapkan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan atau
kebenaran tersebut. Setelah memperoleh pengetahuan, manfaat apa yang dapat
digunakan dari pengetahuan itu. Inilah yang kemudian membawa pemikiran kita
menengok pada konsep aksiologi. Yaitu, filsafat yang membahas masalah nilai
kegunaan dari nilai pengetahuan.

“Ilmu tanpa agama adalah buta,


dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”
”Albert Eistein (1879 – 1917)”

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 1


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, terdiri dari kata aksios yang
berarti nilai dan kata logos yang berarti teori. Jadi aksiologi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari tentang nilai dan juga dipahami sebagai teori nilai.1

Untuk lebih mengenal apa yang dimaksud dengan aksiologi, pemakalah akan
menguraikan beberapa definisi tentang aksiologi, di antaranya:

1. Menurut wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran,


etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu, juga merupakan bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk, benar dan salah, serta tentang cara dan tujuan.

2. Aksiologi yang terdapat di dalan bukunya Jujun S. suriasumantri filsafat ilmu


sebuah pengantar popular bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari berbagai pengetahuan-pengetahuan yang
diperoleh atau didapat oleh manusia.2

3. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral


conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni
etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini
melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan social
politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

1
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), hlm. 36
2
Jujun S. Suriasumantri, Filsafata Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
2005), hlm. 105
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 2
4. Syafarudin memberi definisi aksiologi adalah menceritakan apa tujuan
pengetahuan itu disusun serta hikmah pengetahuan tersebut untuk
kemaslahatan manusia.3

5. Dalam Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu


pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya
etika.

Menurut Muhammad Syukri Albani Nasution dan Rizki Muhammad Haris dalam
bukunya Filsafat Ilmu landasan aksiologi adalah hubungan dengan penggunaan ilmu
tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan kata lain, apa yang
dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu dalam meningkatkan
kualitas hidup manusia.4

Dari beberapa definisi di atas kami dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama dari aksiologi adalah masalah nilai. Nilai yang dalam hal ini
adalah semua yang dimiliki manusia untuk melakukan pertimbangan dalam
melakukan semua hal. Sehingga apa yang akan dilakukannya haruslah punya nilai
dan manfaat bagi kemaslahatan manusia khususnya bagi dirinya dan umumnya orang
lain. Dan nilai dalam aplikasinya adalah moral dan etika.

Dari segi bahasa, kata “nilai” semakna dengan kata axios dalam bahasa Yunani,
dan value dalam bahasa Inggris. Dalam buku encicloped of philosphy, istilah “nilai”
atau value dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Kata “nilai” digunakan sebagai kata benda abstrak. Seperti: baik, menarik,
dan bagus. Yang dalam pengertian yang lebih luas mencakup segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian.

2. Kata “nilai” digunakan sebagai kata benda konkret. Misalnya, ketika kita
berkata sebuah “nilai” atau nilai-nilai. Pada bentuk ini, ia sering kali dipakai
untuk merujuk pada sesuatu yang bernilai, seperti ungkapan “nilai dia

3
Syafarudin, Filsafat Ilmu Mengembangkan Kreativitas Dalam Proses Keilmuan, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2008), hlm. 33
4
Nasution, haris, Filsafat Ilmu, (Depok: Rajawali Pers, 2017), hlm. 87
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 3
berapa? Atau sebuah sistem nilai. Untuk itu ia berlawanan dengan apa-apa
yang dianggap baik atau tidak bernilai.

3. Kata “nilai” digunakan sebagai kata kerja. Seperti ungkapan atau ekspresi
menilai, memberi nilai dan dinilai. Pada bentuk ini, nilai sinonim dengan kata
“evaluasi” pada saat hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai.

“Nilai” pada hakikatnya adalah Aksiologi Ilmu Pengetahuan sesuatu yang


dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Kattsoff mengemukakan tiga cara pendekatan terhadap nilai, yaitu :

1. Pendekatan subjektivisme, dimana nilai merupakan reaksi yang diberikan


manusia sebagai pelaku berdasarkan pengalamannya.

2. Pendekatan Objektivisme logis, dimana nilai merupakan esensi logis yang


dapat diketahui melalui akal.

3. Pendekatan objektivisme-metafisik, dimana nilai merupakan unsur objektif


yang menyusun kenyataan.

Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan


yang utama adalah mengenal nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori
tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

B. Hakikat Etika

a. Definisi Etika

Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasan Yunani, yaitu “ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Dalam istilah lain
dinamakan moral yang berasal dari bahasa Latin mores, kata jamak dari mos
yang berati adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 4


buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk pengkajian
sistem nilai-nilai yang berlaku.

Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas masalah-masalah


moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma, dan adat istiadat yang
berlaku pada komunitas tertentu.

Disitulah dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan, dan


sebaginya. Jadi yang menjadi pembicaraan dalam etika adalah nilai tentang
betul dan salah dalam arti moral dan immoral.

Dalam hal ini ada berbagai pembagian etika yang dibuat oleh para ahli
etika, beberapa ahli membagi ke dalam dua bagian, yaitu etika deskriptif dan
etika normative, ada juga yang menambahkan yaitu etika metaetika.

1) Etika deskriptif

Etika deskriptif adalah cara melukiskan tingkah laku moral dalam


arti luas seperti: adat kebiasaan, anggapan tentang baik atau buruk,
tindakan yang di perbolehkan atau tidak. Etika deskriptif mempelajari
moralitas yang terdapat pada individu, kebudayaan atau sub-kultur
tertentu. Oleh karena itu, etika deskriptif ini tidak memberikan penilaian
apapun, ia hanya memaparkan. Etika deskriptif lebih bersifat netral.
Misalnya, penggambaran tentang adat mangayau kepala pada suku
primitive.

Etika deskriptif dibagi ke dalam dua bagian: pertama, sejarah


moral, yang meneliti cita-cita, norma-norma yang pernah di berlakukan
dalam kehidupan manusia pada kurun waktu dan suatu tempat tertentu
atau dalam suatu lingkungan besar yang mencakup beberapa bangsa.
Kedua, fenomenologi moral, yang berupaya menemukan arti dan makna
moralitas dari berbagai fenomena moral yang ada.

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 5


2) Etika Normatif

Etika normatif mendasarkan pendiriannya atas norma. Ia dapat


mempersoalkan norma yang diterima seseorang atau masyarakat secara
lebih kritis. Ia bisa mempersoalkan apakah norma itu benar atau tidak.
Etika normatif berarti sistem-sistem yang dimaksudkan untuk
memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang
menyangkut baik atau buruk.

Etika normatif kerap kali juga disebut filsafat moral atau juga
disebut etika filsafati. Etika normatif dapat dibagi kedalam dua teori,
yaitu teori nilai dan teori keharusan. Teori-teori nilai mempersoalkan sifat
kebaikan, sedangkan teori keharusan membahas tingkah laku. Adapula
yang membagi etika normative kedalam dua golongan sebagai berikut:
konsekuensialis dan nonkonsekuensialis. Konsekuensialis berpendapat
bahwa moralitas suatu tindakan ditentukan oleh konsekuensinya. Adapun
nonkonsekuensialis berpendapat bahwa moralitas suatu tindakan
ditentukan oleh sebab-sebab yang menjadi dorongan dari tindakan itu,
atau ditentukan oleh sifat-sifat hakikinya atau oleh keberadaanya yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip tertentu.

b. Objek Etika

Objek etika adalah pernyataan-pernyataan moral yang merupakan


perwujudan dari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan dalam
bidang moral. Yang dalam hal ini berbicara tentang pernyataan tentang
tindakan manusia dan pernyataan tentang manusia itu sendiri atau tentang
unsur-unsur keperibadian manusia, seperti motif-motif, maksud dan watak.5

5
Juhaya S, Projo, Aliran-aliran filsafat & etika (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 60
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 6
c. Aliran dalam etika

Dalam filsafat etika muncul beberapa aliran yang merupakan prestasi atau
hasil akal para kaum filsafat, dan diantara aliran tersebut ada enam yang
paling terkenal, yaitu :6

1) Naturalisme

Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan manusia didapatkan dengan


menurutkan panggilan natur (fitrah) dari kejadian manusia itu sendiri.
Cara pemikirannya tentang etika dalam aliran ini adalah di dalam dunia
ini segala sesuatu menuju satu tujuan saja.

Dengan memenuhi panggilan naturnya masing-masing mereka menuju


kebahagiaannya yang sempurna. Benda mati dan tumbuhan menuju pada
tujuan itu secara otomatis yakni tanpa pertimbangan atau perasaan. Kalau
hewan menuju tujuan dengan nalurinya maka manusia menuju tujuannya
itu dengan akal.

2) Hedonisme

Menurut aliran ini perbuatan yang baik (susila) itu adalah perbuatan yang
menimbulkan hedone (kenikmatan atau kelezatan). Dan karena kelezatan
merupakan tujuan, maka semua jalan yang mencapaikan kepadanya
adalah suatu hal yang utama atau berharga.

Kita tidak dapat mengatakan bahwa segala sesuatu yang lezat adalah baik,
tetapi menurut Epikuros sebenarnya setiap yang lezat adalah baik. Dan
semua jalan kepadanya juga baik.

3) Utilitarisme

Aliran ini juga dinamakan utilisme atau utilitarisme. Semua ditarik dari
utility yang berarti manfaat. Definisinya, aliran utilitarisme ini menilai

6
Nasution, haris, op.cit, hlm. 88
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 7
baik dan buruk perbuatan itu ditinjau dari kecil besarnya manfaatnya bagi
manusia.

4) Idealisme

Aliran dalam hal metafisika berpendirian bahwa wujud yang paling dalam
dari kenyataan ialah yang bersifat kerohanian. Begitu juga dalam masalah
etika aliran idealisme ini berpendapat bahwa perbuatan manusia haruslah
terikat pada prinsip kerohanian yang lebih tinggi.

5) Vitalisme

Aliran ini menilai baik buruknya perbuatan manusia memakai ukuran ada
tidaknya daya hidup yang maksimum mengendalikan perbuatan itu. Yang
dianggap baik menurut aliran ini ialah orang yang kuat yang dapat
memaksakan dan melangsungkan kehendaknya yang berkuasa dan
sanggup menjadikan dirinya selalu ditaati oleh orang-orang yang lemah.

6) Theologis

Aliran ini berpendapat bahwa ukuran baik dan buruk dalam perbuatan
manusia itu diukur dengan pertanyaan apakah dia sesuai dengan perintah
Tuhan atau tidak.

C. Hakikat Estetika
a. Definisi Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan.


Istilah estetika berasal dari kata Yunai yang mempunyai arti aesthesis, yang
berati pencerapan indrawi, pemahaman intelektual, atau bisa juga berati
pengamatan spiritual. Istilah art berasal dari kata latin ars, yang berarti seni,
keterampilan, ilmu, atau kecakapan.

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 8


Secara sederhana estetika diartikan adalah ilmu yang membahas
keindahan, bagaimana ia bisa berbentuk dan bagaimana seseorang bisa
merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris
yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.7

Estetika adalah cabang filsafat yang memberikan perhatian pada sifat


keindahan, seni, rasa, atau selera, kreasi, dan apresiasi tentang keindahan. Secara
ilmiahnya, ia didefinisikan sebagai studi tentang nilai-nilai yang dihasilkan dari
emosi-sensorik yang kadang dinamakan nilai sentimentalitas atau cita rasa atau
selera. Secara luasnya, estetika didefinisikan sebagai refleksi kritis tentang seni,
budaya, dan alam. Estetika dikaitkan dengan aksiologi sebagai cabang filsafat
dan juga diasosiasikan dengan filsafat seni.

Estetika dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu estetika deskriptif dan
estetika normative. Estetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena-
fenomena pengalaman keindahan. Estetika normative mempersoalkan dan
menyelidiki hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman keindahan. Adapula yang
membagi estetika kedalam filsafat seni (philosophy of art) dan filsafat keindahan
(philosophy of beauty). Filsafat seni mempersoalkan status ontologis dari karya-
karya seni dan memepertanyakan pengetahuan apakah yang dihasilkan oleh seni
serta apakah yang dapat diberikan oleh seni untuk menghubungkan manusia
dengan realitas. Filsafat keindahan membahas apakah keindahan itu ada apakah
nilai indah itu objektif atau subjektif.

b. Macam-macam Estetika
Menurut Kattsoff macam-macam estetika atau keindahan dibagi kepada
dua macam, yaitu :8
1) Keindahan sebagai rasa nikmat yang diobjektivasikan

Orang dapat memproyeksikan perasaannya, karena keindahan


bersangkutan dengan rasa nikmat. Menurut Santaya, “Keindahan

7
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2010), hlm 93.
8
Katsoff. Louis dan Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1992), hlm 367
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 9
merupakan rasa nikmat yang dianggap sebagai kualitas barang sesuatu.’
Akibatnya, tidak mungkin ada keindahan yang terpisahkan dari
pemahaman kita mengenai objek yang merupakan keindahan, yaitu rasa
nikmat tidak akan bermakna jika tidak dialami. Selanjutnya jika suatu
objek tidak menimbulkan rasa nikmat pada siapapun, maka tidak
mungkin objek tersebut dikatakan indah.

2) Keindahan sebagai objek tangkapan akali


Keindahan sebagai objek tangkapan akali sebagai berikut :
a) Keindahan menimbulkan kesenangan pada akal
Maritain mengakatan bilamana suatu objek dapat menimbulkan
kesenangan pada akal, satu-satunya sarana langsung yang dapat
ditangkap oleh intuisi jiwa, maka objek tersebut merupakan sesuatu
yang indah. Keindahan ialah sesuatu di dalam objek yang dapat
menimbulkan kesenangan pada akal, yang semata-mata karena
keadaannya sebagai objek tangkapan akal.
b) Akal tercermin dalam keindahan
Akal senantiasa gelisah apabila menyadari bahwa dirinya kurang
sempurna. Berdasarkan anggapan tersebut, maka salah satu syarat
keindahan ialah harus ada keutuhan atau kesempurnaan, karena yang
dapat disebut indah sesuatu yang manakala ditangkap dapat
menimbulkan kesenangan pada akal. Tetapi juga jelas, bahwa akal
tidak hanya menutamakan kesempurnaan, melainkan juga ketertiban.
Karena ketertiban merupakan tanda adanya kegiatan akal.
c) Keindahan adalah bentuk
Bentuk merupakan prinsip yang mendasari keadaan yang dapat
dipahami secara akali. Keindahan ialah bentuk yang menimbulkan
kesenangan pada akal. Untuk mudahnya dapat dikatakan bahwa dalam
bentuk yang terpancar pada materi, yang bersifat seimbang, tertib, dan
sempurna itulah akal menemukan diri sendiri.

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 10


D. Ilmu dan Moral
The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian
aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh
pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya,
dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang
ingin dimengerti manusia. (Ihsan Fuad.2010:108)
Sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan, apabila dipenuhi syarat-syarat
yang intinya adalah :
1. Ilmu harus mempunyai obyek, berarti kebenaran yang hendak diungkapkan
dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objenya.
2. Ilmu harus mempunyai metode, berarti untuk mencapai kebenaran yang
objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
3. Ilmu harus sistematik, berarti dalam memberikan pengalaman, objeknya
dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.

Ilmu bersifat universal, berarti kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu


tidak bersifat khusus melainkan berlaku umum.

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk


menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia.

Nilai suatu ilmu berkaitan dengan kegunaan. Guna suatu ilmu bagi
kehidupan manusia akan mengantarkan hidup semakin tahu tentang kehidupan.
Kehidupan itu ada dan berproses yang membutuhkan tata aturan. Aksiologi
memberikan jawaban untuk apa ilmu itu digunakan. Ilmu tidak akan menjadi sia-
sia jika kita dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang
baik pula.9

Moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku


manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Franz Magnis Suseno
(1987) membedakan ajaran moral dan etika. Ajaran moral adalah ajaran,

9
Latif muhtar, Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu,(Jakarta: Prenadamedia Group,
2014), hlm. 231
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 11
wejangan, khotbah, peraturan lisan atau tulisan tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran
moral seperti orangtua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama serta
tulisan pada bijak.

Jadi ilmu tidak bisa lepas dari moral, karena ilmu harus selalu didampingi
oleh moral. Jika tidak, maka ilmu akan menjajah manusia dan menjadikan
manusia itu serakah dan curang dengan ilmu yang dimilikinya.

Bagaimana sebetulnya menghadapi ilmu atau teknologi yang


mengakibatkan dehumanisasi atau merusak kemanusiaan ataupun moral? Dalam
hal ini pada ilmuan terbagi kepada dua golongan, yaitu :10

1. Golongan pertama mengatakan bahwa tugas ilmuan adalah


menemukan pengetahuan, untuk akibat ke depannya itu terserah
kepada manusianya bagaimana dan untuk apa ia mempergunakannya.
2. Golongan kedua mengatakan bahwa ilmu pengetahuan harus
berlandaskan asas-asas moral dan harus ditunjukkan untuk kebaikan
manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat
kemanusiaan.

E. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan

Mengenai tanggung jawab sosial ilmuan berbarti berbicara tentang orang


yang ahli atau memiliki banyak pengetahuan mengenai suatu ilmu. Dalam arti yang
lain, orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan harus bertanggung jawab
kepada masyarakat atas akibat dari ilmu yang ia temukan. Ia harus melihat baik-
buruknya di tengah masyarakat dari ilmu yang ia miliki atau eksperimen yang ia
buat.

Di bidang etika tanggung jawab sosial seseorang ilmuan bukan lagi


memberikan informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan bagaimana
caranya bersifat objektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain,

10
Jujun S. Suriasumantri, Filsafata Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, op.cit, hlm. 235
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 12
kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar dan juga berani mengakui
kesalahan.11

Jadi bila kaum ilmuan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara
intelektual maupun secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern
akan berdiri dengan kukuh. Berdirinya pilar penyangga itu merupakan tanggung
jawab sosial seorang ilmuan.

Menurut Abbas Hamami M., (1996) dalam bukunya Surajiyo filsafat ilmu &
perkembangannya di Indonesia, Sikap ilmiah yang perlu dimiliki pada ilmuan
sedikitnya ada enam, yaitu sebagai berikut :12

1. Tidak ada rasa pamrih


2. Bersikap selektif
3. Adanya rasa percaya
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan
5. Adanya suatu kegiatan rutin
6. Seorang ilmuan harus memiliki sikap etis

11
Jujun S. Suriasumantri, Filsafata Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, op.cit, hlm. 244
12
Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonsesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm. 153
Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Aksiologi berasal dari bahasa yunani yaitu axios yang memiliki arti nilai, dan kata
logos yang mempunyai arti ilmu atau teori. Jadi, Aksiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang teori tentang nilai.

Dalam mendefinisikan Aksiologis banyak para filusuf mendefinisikannya dengan


berbagai macam ragam definisi salah satunya itu Menurut Bramel, aksiologi terbagi
dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini
melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi
keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu
kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

Studi tentang tindakan manusia biasanya hanya semata menggambarkan siapakah


mereka dan bagaimana mereka. Dalam hal seperti ini, ilmu antropologi atau filsafat
manusia memainkan peranan penting, misalnya ia menggambarkan berbagai macam
kebudayaan manusia yang menunjukkan kebiasaan, adat, cara bahasa dan lainnya.
Jadi, pertanyaannya Apakah manusia?

Tetapi, ketika pertanyaannya adalah Apa yang (se) harus (nya) dilakukan manusia?,
inilah wilayah ilmu etika atau juga disebut sebagai filsafat kesusilaan. Hal ini
berangkat dari fakta bahwa dalam hidup manusia bukan hanya bertindak, malainkan
menilai tindakannya. Jadi, studi etika bukan berdasar pada what is, tetapi how to.

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 14


DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)

Bakry, Hasbullah. Sistematik Filsafat (Jakarta:widjaja, 1981)

Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam Teori dan Praktik, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2010)

Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007),

Jujun S. Suriasumantri, Filsafata Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar


Harapan, 2005

Syafarudin, Filsafat Ilmu Mengembangkan Kreativitas Dalam Proses Keilmuan,


(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008)

Nasution, haris, Filsafat Ilmu, (Depok: Rajawali Pers, 2017)

Juhaya S, Projo, Aliran-aliran filsafat & etika (Jakarta: Prenada Media, 2003)

Katsoff. Louis dan Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta: Tiara


Wacana, 1992)

Latif muhtar, Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu,(Jakarta: Prenadamedia


Group, 2014)

Surajiyo, Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonsesia, (Jakarta: Bumi Aksara,


2009)

Susanto. Filsafat ilmu: suatu kajian dalam dimensi ontologis, epistemologis, dan
aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)

Rizal Mustansyir dan misnal Munir. Filsafat ilmu, Cet. 9 (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009)

http://zainabzilullah.wordpress.com/2013/01/20/ontologi-epistemologi-dan-
aksiologi-sebagai-landasan-penelaahan-ilmu

Filsafat Ilmu : Aspek Aksiologi Dalam Filsafat Ilmu 15

Anda mungkin juga menyukai