Anda di halaman 1dari 3

INISIASI 3

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


(KDPPLKS)1
( S u mb e r B M P A ku n t a n s i S y ar i a h mo d u i 3 )

Kerangka dasar (conceptual framework) seperti sebuah konstitusi di suatu negara. Kerangka dasar
merupakan sebuah sistem yang terpadu yang mengkaitkan antara tujuan-tujuan dan landasan yang
ditetapkan dalam penyusunan kerangka dasar. Tujuan dan landasan tersebut diharapkan mampu
mengarahkan penyusunan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang konsisten serta memiliki arah,
fungsi, dan batasan yang jelas. Oleh karena itu, kerangka dasar merupakan sesuatu yang mutlak untuk
disusun dan ditetapkan sebagai panduan bagi Komite Akuntansi Syariah dan Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) dalam merumuskan Standar Akuntansi Keuangan.

Seperti diketahui sebelumnya, bahwa sebelum diberlakukannya PSAK Syariah 2007 sebagai landasan
akuntansi keuangan bagi Bank dan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, IAI telah menyusun PSAK
Nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah pada tahun 2002. Pada saat itu, IAI juga menyusun
KDPPLKBS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah). Kerangka
dasar tersebut menjadi landasan bagi praktik akuntansi keuangan untuk kegiatan operasional Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

KDPPLKBS Tahun 2002 mengatur beberapa hal antara lain:

a. Tujuan penyusunan kerangka dasar yang menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan Bank Syariah
b. Karakteristik Bank Syariah yang menjelaskan tentang kegiatan operasional Bank Syariah yang
berlandaskan prinsip Ekonomi Islam. Prinsip Ekonomi Islam yang disebutkan dalam PSAK ini
juga diadopsi dalam PSAK Syariah 2007 dengan memasukkannya ke dalam aspek Karakteristik
Transaksi Syariah
c. Pemakai kebutuhan informasi laporan keuangan Bank Syariah
d. Tujuan Akuntansi Keuangan Bank Syariah
e. Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah yang pada dasarnya sama dengan tujuan laporan
keuangan yang berlaku secara umum dengan diberikan beberapa tambahan seperti informasi
tentang kepatuhan prinsip Syariah, informasi yang membantu mengevaluasi tanggung jawab bank
terhadap amanah dalam mengamankan dana milik Shahibul Maal, dan informasi mengenai
pemenuhan fungsi sosial bank termasuk pengelolaan dan penyaluran dana zakat.
f. Asumsi dasar konsep akuntansi Bank Syariah yang sejalan dengan asumsi konsep dasar akuntansi
keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan dasar akrual
(accrual basis).
Berbeda dengan PSAK Syariah 2007, dengan semangat untuk memperluas ruang lingkup
pemberlakuan standar akuntansi keuangan yang tidak hanya melandasi praktik akuntansi di sektor
Perbankan Syariah saja, IAI juga menyusun kerangka dasar yang lebih komprehensif meliputi perubahan
penamaan dan ruang lingkup sehingga menjadi Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS). KDPPLKS memiliki ketentuan penerapan antara lain: Pertama, entitas
syariah selain menerapkan ketentuan dalam KDPPLKS dan PSAK Syariah, entitas tersebut juga harus
menerapkan PSAK umum yang tidak bertentangan dengan syariah jika dalam aktivitas operasionalnya
terdapat transaksi yang tidak diatur secara khusus dalam PSAK Syariah. Kedua, entitas konvensional
yang melakukan transaksi syariah harus menerapkan KDPPLKS dan PSAK Syariah yang terkait.

KDPPLKS merupakan penyempurnaan dari Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK) Bank Syariah (2002). Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturannya
seperti yang dicantumkan dalam KDPPLKS (IAI, 2007) adalah sebagai berikut:

a. Kerangka dasar yang diatur dalam KDPPLKS ini berlaku sebagai dasar perlakuan akuntansi untuk
transaksi syariah, baik yang dilakukan oleh entitas syariah maupun entitas konvensional.
b. Sistematika penulisan KDPPLKS ini berbeda dengan KDPPLK Bank Syariah (2002). Sistematika
KDPPLK Bank Syariah (2002) hanya menyajikan kerangka dasar yang berbeda atau yang bersifat
tambahan dari KDPPLK (1994) dan jika tidak diatur secara khusus diasumsikan kerangka dasar yang
ada dalam KDPPLK (1994) dianggap juga berlaku untuk bank syariah. Sedangkan dalam KDPPLKS
seluruh kerangka dasar dituliskan dengan tujuan agar pengguna dapat lebih mudah untuk memahami
KDPPLKS dalam satu kesatuan secara utuh.
c. Pada bagian Pendahuluan dilakukan penyempurnaan khususnya mengenai pemakai dan kebutuhan
informasi, paradigma transaksi syariah, asas transaksi syariah, dan karakteristik transaksi syariah.
d. Pada bagian Tujuan Laporan Keuangan terdapat tambahan tujuan selain yang diatur dalam KDPPLK,
yaitu tujuan laporan keuangan yang terkait dengan:
i. pemberian informasi dan peningkatan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah; dan

ii. pemberian informasi pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah.

e. Pada bagian Asumsi Dasar diatur selain asumsi “dasar akrual (accrual basis)” dan “kelangsungan
usaha (going concern)” juga diatur bahwa dalam rangka penentuan bagi hasil harus didasarkan pada
dasar kas (cash basis). Pendapatan atau hasil yang dimaksud ditentukan dari keuntungan bruto (gross
profit).
f. Pada bagian Unsur-unsur Laporan Keuangan mengatur antara lain hal-hal sebagai berikut:
1) Komponen laporan keuangan entitas syariah meliputi komponen laporan keuangan yang
mencerminkan, antara lain, kegiatan komersial, kegiatan sosial, dan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah. Dalam hal ini, KDPPLKS menegaskan bahwa entitas Syariah, khususnya,
memiliki fungsi sosial yang tidak bisa dilepaskan peranannya dalam kehidupan masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR) tidak hanya menjadi slogan tanpa pertanggungjawaban.
Adanya upaya untuk menyisihkan sebagian laba atau hasil usaha dalam bentuk zakat misalnya,
merupakan wujud komitmen untuk membagi kesejahteraan terhadap lingkungan sekitarnya.
2) Unsur neraca entitas syariah terdiri dari aset, kewajiban, dana syirkah temporer, dan ekuitas.
3) Unsur kinerja terdiri dari penghasilan, beban dan hak pihak ketiga atas bagi hasil. Hak pihak
ketiga atas bagi hasil bukan unsur beban walaupun secara perhitungan dikurangkan dalam
penentuan laba entitas.
g. Pada bagian Pengukuran Unsur mengatur bahwa dasar pengukuran unsur dalam laporan keuangan
syariah yang dapat digunakan adalah biaya historis, biaya kini, dan nilai realisasi/penyelesaian.

Penyusunan KDPPLKS mengikuti alur yang disusun oleh FASB (Financial Accounting Standars
Board) dan IASC (International Accounting Standards Committee) dalam menyusun Conceptual
Framework of Financial Accounting dan Framework for the Preparation and Presentation of Financial
Statements. Hal ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh IAI dalam penyusunan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)1. Hal ini juga diadopsi oleh AAOIFI dalam
menyusun Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institutions walaupun terdapat
perbedaan struktur penulisan standar akuntansi keuangannya. Gambar 3.1 berikut merupakan modifikasi
dari Conceptual Framework of Financial Accounting versi FASB untuk merumuskan KDPPLKS.

KDPPLKS yang Mendasari Penyusunan


Standar Akuntansi Keuangan Syariah

Kerangka Level Pertama: Level Kedua: Level Tiga:


Dasar
Tujuan Dasar Konsep Dasar Pengakuan dan
Pengukuran

 Kebutuhan  Tujuan dan Peranan  Karakteristik  Asumsi


 Pengemban  Pemakai dan Kualitatif Dasar
gan Kebutuhan Informasi Laporan  Kendala
 Paradigma Transaksi Keuangan Informasi
Syariah  Unsur-Unsur
 Asas Transaksi Laporan
Syariah Keuangan
 Karakteristik
Transaksi Syariah
 Tujuan Laporan
Keuangan

1
Penyusunan KDPPLK oleh Ikatan Akuntansi Indonesia merupakan upaya harmonisasi standar akuntansi internasional yang diprakarsai oleh
IASC. IAI kemudian memutuskan untuk mengadaptasi International Accounting Standards (IAS) pada Kongres VII IAI di Bandung pada tahun
1994.

Anda mungkin juga menyukai