Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR RISIKO DAN PENCEGAHAN PADA PASIEN CONGESTIVE

HEART FAILURE ET CAUSA HYPERTENSIVE HEART FAILURE

Adibah Nauratul Azkiya1

ABSTRAK

Pendahuluan: Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung


kongestif. Di Indonesia, prevalensi penyakit gagal jantung kongestif meningkat dari
tahun ke tahun. Tingginya insidensi dan angka kematian pada gagal jantung
kongestif menunjukkan bahwa gagal jantung kongestif memerlukan perhatian lebih
di kalangan masyarakat.

Presentasi Kasus: Seorang laki-laki usia 81 tahun datang dengan keluhan utama
sesak bertambah buruk sejak 1 hari yang lalu dan dipengaruhi oleh aktivitas. Pasien
memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung, dan asma. Riwayat merokok (+)
selama 60 tahun, 2 bungkus/hari. Hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 mmHg,
nadi 100x/menit, pernapasan 24x/menit, tampak edema pada kedua tungkai.

Diskusi: Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Terdapat
beberapa faktor risiko gagal jantung, yaitu faktor yang tidak dapat diubah seperti
umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor yang dapat diubah seperti
kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan konsumsi
alkohol, obesitas, kurangnya aktivitas fisik. Salah satu faktor risiko utama gagal
jantung adalah hipertensi. Oleh karena itu, pencegahan dilakukan terhadap
hipertensi dengan merubah gaya hidup.

Kesimpulan: Perubahan gaya hidup dapat menurunkan risiko terjadinya hipertensi


yang merupakan salah satu fakto risiko gagal jantung kongestif.

Kata kunci: Gagal jantung kongestif, hipertensi, faktor risiko, pencegahan, gaya
hidup.

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

1
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling
umum di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati
40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara berkembang. Orang yang
berumur diatas 55 tahun akan mengalami hipertensi selama masa hidupnya. Hal ini
menggambarkan masalah kesehatan publik karena hipertensi dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif (Merda,
2013)
Gagal jantung adalah sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan
pada struktur atau fungsi jantung yang mengakibatkan jantung tidak dapat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Gagal jantung
sering diakibatkan karena adanya defek pada kontraksi miokard atau diakibatkan
karena abnormalitas dari otot jantung (Laila, 2014)
Di Indonesia, penyakit gagal jantung kongestif dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥ 75 tahun. Prevalensi terbanyak terdapat
di perkotaan (RISKESDAS, 2013)
Tingginya insidensi dan angka kematian pada gagal jantung kongestif sesuai
dengan data tersebut menunjukkan bahwa gagal jantung kongestif memerlukan
perhatian lebih di kalangan masyarakat. Untuk itu diperlukan pemahaman lebih
lanjut mengenai gagal jantung kongestif ini. Maka dari itu, kasus ini perlu diangkat
untuk dipelajari.

2
PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

Umur : 81 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Depok

Tanggal masuk RS : 16 November 2018

II. SUBJEKTIF

Keluhan utama

Sesak nafas sejak sehari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang laki – laki berusia 81 tahun datang ke IGD dengan keluhan utama
yaitu sesak napas. Pasien merasakan sesak sejak 1 hari yang lalu dan bertambah
buruk saat ini. Pasien sudah merasakan sesak nafas sejak 7 hari SMRS dan merasa
sesak semakin berat dari hari ke hari. Pasien juga mengeluhkan sesak semakin berat
apabila pasien melakukan aktifitas. Pasien juga mengeluhkan adanya batuk sejak 7
hari SMRS. Batuk tidak berdahak dan intensitas pagi maupun malam hari sama.
Pasien juga mengeluhkan terdapat nyeri dada kiri, pasien merasakan nyeri seperti
tertusuk tusuk. Pasien merasakan nyeri ini hilang timbul.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit stroke, diabetes mellitus, hipertensi, asma, alergi terhadap


obat, makanan ataupun lingkungan disangkal keluarga pasien

3
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, sakit jantung, dan asma sejak
lama dan tidak pernah kontrol

Riwayat sosial

Keadaan sosial ekonomi pasien baik, tidak ada gangguan kepribadian. Pasien
mempunyai kebiasaan merokok sebanyak dua bungkus per hari sejak 60 tahun
SMRS

III.PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Kompos Mentis

 GCS : E4M6V5

 Tekanan darah : 150/90 mmHg

 Nadi : 100 x / menit

 Suhu : 38oC

 Respirasi : 24 x/menit

 Kepala : Normocephali, tanda trauma (-)

 Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba


membesar

 Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri

 Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-


)

 Paru-paru : SN vesikuler, ronki -/-, Wheezing -/-

4
 Abdomen : tidak teraba massa, nyeri tekan -, bising
usus+

 Hepar : Tidak teraba membesar

 Lien : Tidak teraba membesar

 Ekstremitas : Akral hangat, Edema (-/-, -/-)

 Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin dan Kimia Darah ( Tanggal 16 November 2018 )

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hb 14 gr/dl 12-18 g/dl

Ht 39 % 38-47 %

Leukosit 9.000 /mm3 5000-10.000/mm3

Trombosit 180.000/mm3 150.000-450.000/ m m3

Gula Darah Sewaktu 121mg/dl <180mg/dl

5
Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) ( Tanggal 16 November 2018 )

Pemeriksaan Radiologi (Foto Thorax, tanggal 16 November 2018)

V.RESUME

Seorang laki-laki berinisial R datang dengan keluhan utama sesak


bertambah buruk sejak 1 hari yang lalu.

6
± 7 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh sesak napas semakin
bertambah. Sesak napas dipengaruhi aktivitas. Batuk (+), Nyeri dada (+) di dada
kiri. Mual (-), penurunan nafsu makan (-).

± 2 hari sebelum masuk RS pasien mengeluh semakin sesak. Demam (-),


nyeri ulu hati (+), mual (-), penurunan nafsu makan (+), BAB dan BAK biasa, dan
edema tungkai (+).

Pasien memiliki riwayat hipertensi, penyakit jantung, dan asma. Riwayat


kencing manis dan penyakit paru disangkal. Riwayat merokok (+) selama 60 tahun,
2 bungkus/hari.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien tampak sakit sedang


dengan kesadaran compos mentis. Tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100 x/menit,
pernapasan 24 x/menit, temperatur 38°C.

Pada pemeriksaan laboratorium, seluruhnya dalam batas normal.


Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, dapat
dipikirkan kemungkinan Congestive Heart Failure (CHF) et causa Hipertensive
Heart Disease (HHD).

Penatalaksanaan yang diberikan adalah Oksigen 2 lpm, intravena RL 500


cc/24 jam, furosemid 3x40mg, spironolakton 1x25 mg, Ramipril 1x2,5mg, inhalasi
farbivent per 8 jam, salbutamol 3x2mg. Selanjutnya dokter memutuskan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang berupa elektrokardiografi (EKG) dan foto
thorax. Setelah itu dokter memutuskan untuk merujuk pasien.

7
DISKUSI

Pada kasus ini diketahui bahwa Tn. R memiliki riwayat hipertensi


tidak terkontrol, dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya gagal jantung kongestif. Tetapi Tn. R tetap merokok meskipun
telah mengetahui risiko kekambuhan yang tinggi apabila tetap merokok.

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologis ketika jantung sebagai


pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan. Ciri-ciri yang penting dari definisi ini adalah pertama, definisi
gagal adalah relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh. Kedua, penekanan
arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah
gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium; gagal
miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme
kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah
perkembangan penyakit menjadi gagal jantung. (Kasper, 2015)

Faktor risiko gagal jantung (Goldman,2016):

1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

a. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua


seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur
lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50
% diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitasnya atau
kelenturannya seiring bertambahnya usia, kebanyakan orang
hipertensinya meningkat ketika umur 50an dan 60an.

8
b. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya gagal jantung kongestif pada


laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

c. Riwayat Keluarga

Orang-orang dengan sejarah keluarga yang


mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi
terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko
hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan
penyakit tersebut 60%..

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

a. Kebiasaan Merokok

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.


Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko
kardiovaskular telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya,
risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari
menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang
tidak merokok.

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon


monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam
aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan
hipertensi.

9
b. Konsumsi Asin/Garam

Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam


patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah
ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang
minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari
menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan
jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi
hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan
terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam


tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidak keluar,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata
lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400
mg/hari.

Terdapat kaitan antara asupan natrium dengan


hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan
meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang
meningkatkan volume darah.

c. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya


dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya
hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak

10
dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari
minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.

d. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.


Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun
mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara
pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari
pada individu yang tidak minum atau minum sedikit.

Konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei


menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah
akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga,
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel
darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam
menaikkan tekanan darah.

e. Obesitas

Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran


mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena
beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang
beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat
sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri.
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut

11
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT)


berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama
tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan
lebih.

f. Olahraga

Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko


menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan
berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.

g. Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk


sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah
bisa normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan
stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stres
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum
dapat dipastikan.

Pencegahan penyakit berdasarkan five level of prevention (Irhuma, 2009):

Pencegahan primer: 1. health promotion

12
2. specific protection

Pencegahan sekunder: 3. early diagnosis and prompt treatment

4. disability limitation

Pencegahan tersier: 5. rehabilitation

Terdapat guideline yang menjelaskan tentang upaya preventif


primer dari hipertensi. Karena seperti yang kita ketahui, salah satu faktor
risiko utama dari gagal jantung adalah hipertensi. Hipertensi dapat dicegah
dengan strategi terhadap populasi umum dan individu serta kelompok risiko
tinggi hipertensi. Intervensi gaya hidup merupakan salah satu upaya
prevensi yang dapat dilakukan (Kasper, 2015)

Rekomendasi yang diberikan untuk pencegahan primer terhadap


hipertensi adalah penurunan berat badan, mengurangi intake sodium,
pengurangan konsumsi alkohol berlebihan, dan meningkatkan aktivitas fisik
sangat berpengaruh terhadap angka kejadian hipertensi (Kasper, 2015)

Rekomendasinya berupa :

1 Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi


hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih
(overweight). Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan
menurunkan berat badan.

2 Mengurangi asupan garam.

Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit


dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh)

13
per hari pada saat memasak dan untuk penderita hipertensi maksimal 2
gram perhari

Penderita hipertensi harus dapat membatasi konsumsi makanan


yang mengandung kadar garam atau natrium tinggi seperti ikan asin,
telur asin, kecap asin, camilan asin serta makanan yang diawetkan dan
mengandung zat monosodium glutamat seperti ikan sarden, daging
kalengan, sayur kalengan, serta jus buah kalengan. Natrium bisa
menyebabkan menumpuknya cairan tubuh yang pada banyak orang bisa
menimbulkan tekanan darah tinggi

3. Diet rendah lemak

Diet ini dapat dilakukan dengan mengurangi makanan berlemak atau


berminyak, serpti daging berlemak, daging kambing, susu full cream dan
kuning telur. Konsumsi makanan secara seimbang dan bervariasi haru terus
dilakukan seperti memperbanyak makanan berserat misalnya sayuran dan
buah-buahan.

4. Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-


45 menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat
menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang
ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.

5 Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga


dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin
dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke
dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan
adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

14
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-
otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.

Terdapat beberapa hal yang efektifitasnya masih diragukan terkait


hubungan dengan hipertensi diantaranya adalah suplementasi kalsium,
suplementasi minyak ikan, dan penggunaan obat obatan herbal. (Whelton,
2002)

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini


untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan
pengobatan secara dini. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita
hipertensi terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
Dalam pencegahan tertier, kegiatan difokuskan kepada mempertahankan
kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak
lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat, serta minum obat teratur
agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi
seperti penyakit ginjal kronik, stroke, dan jantung. Penanganan respons
cepat juga menjadi hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat
penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik. (Sandhu, 2004)

Menurut CDC, upaya preventif untuk gagal jantung terdapat 4 cara


utama, yaitu dengan ABCS of heart health (Goldman, 2016)

A. Aspirin. Penggunaan aspirin dapat menurunkan risiko penyakit


jantung, namun penggunaannya juga harus dilihat indikasi maupun
kontraindikasinya, tekanan darah juga harus dikontrol.

B. Blood control. Tekanan darah juga harus dikontrol

C. Cholesterol. Manajemen kadar kolesterol

D. Smoking. Berhenti merokok atau jangan mulai merokok

15
Merokok merupakan salah satu faktor utama penyakit gagal jantung.
Mekanisme yang terjadi karena rokok adalah :

1. Meningkatkan trigliserida

2. Menurunkan HDL

3. Membuat darah lebih mudah untuk mengendap

4. Merusak sel endotel pembuluh darah

5. Meningkatkan pembentukan plak

6. Menyebabkan penebalan dan penyempitan pembuluh darah

Perokok pasif juga mengalami mekanisme yang sama pada tubuh.


Menurut penelitian terdapat 34.000 kasus kematian akibat serangan jantung
setiap tahunnya pada perokok pasif. Perokok pasif meningkatkan risiko
terjadinya gagal jantung sebesar 25 – 30%. (Whelton,2002)

Beberapa cara untuk mencegah kekambuhan pada pasien gagal


jantung kongestif adalah merubah gaya hidup misalnya melakukan aktivitas
fisik ≥5hari/minggu, tidak merokok, rajin makan buah dan sayuran, menjaga
berat badan, dan menjaga tekanan darah dalam batas normal (Yancy, 2013)

Pola hidup yang kurang baik dapat memicu penyakit ke dalam


َُّ ‫( الضَّ َر ُر َّيُزَ ا‬adh-dhararu Yuzal) yang bermakna bahwa
tubuh. Kaidah fikih ‫ل‬
bahaya (kemudharatan) itu harus dihilangkan. Kaidah tersebut kembali
kepada tujuan untuk merealisasikan maqashid al-syari’ah dengan menolak
yang mafsadah, dengan cara menghilangkan kemudharatan atau setidaknya
meringankannya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila Ahmad
al Nadwi menyebutkan bahwa penerapan kaidah tersebut meliputi lapangan
yang luas dalam fikih bahkan bisa jadi meliputi seluruh dari materi fikih
yang ada.
Faktor risiko dari gagal jantung kongestif perlu diperhatikan agar
bisa terhindar dari penyakit tersebut. Berikut ini merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung kongestif dilihat dari sisi
kedokteran dan ditinjau dari pandangan Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan
sunah Rasulullah saw

16
1. Pola Makan
Konsep pemilihan dan pengaturan jenis dan pola makanan dalam Islam
mengharuskan memilih makanan yang baik-baik. Sebagaimana dalam
firman Allah,

َُّ‫واَّّلِلَِّ ِإ ْنَّ ُك ْنت ُ ْمَّ ِإياه‬ َ ‫اَّرزَ ْقنَا ُك ْم‬


ِ ‫َّوا ْش ُك ُر‬ َ ‫ط ِي َباتَِّ َم‬ ِ ُ‫َياَّأَيُّ َهاَّالذِينَ َّآ َمنُواَّ ُكل‬
َ َّ‫واَّم ْن‬
ََّ ‫ت َ ْعبُد‬
‫ُون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah” (QS. Al Baqarah: 172)
Kata-kata baik (tayyiban) dalam arti luas adalah jenis dan pola konsumsi
makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Hamka dalam tafsir Al-
Azharnya menerangkan makna ayat-ayat pengaturan makanan dalam Al-
Qur’an, bahwa makanan sangat berpengaruh terhadap kesehatan, sikap
hidup, jiwa, kehalusan atau kekasaran budi seseorang. (Hardisman, 2010)
Pengaturan pola dan konsumsi makanan lebih lanjut juga diterangkan dalam
Firman Allah SWT,

َّ ُّ‫ُواَّو ََلَّتُس ِْرفُواََّّۚإِنه َََُّلَّي ُِحب‬ َ ُ‫ٍَّو ُكل‬


َ ‫واَّوا ْش َرب‬ ِ ُ‫يَاَّ َبنِيَّآدَ َمَّ ُخذ‬
َ ‫واَّزينَتَ ُك َّْمَّ ِع ْندََّ ُك ِلَّ َمس ِْجد‬
ََّ ِ‫ْال ُمس ِْرف‬
‫ين‬
Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid, makan dan minulah, dan jangan berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
(QS. Al Araf: 31)
2. Aktivitas Fisik
Tubuh yang sehat bisa didapatkan dari makanan, minuman dan aktivitas
yang cukup dan tidak berlebihan. Cukup maksudnya adalah fisik diberikan
hak untuk beristirahat dan tidak dipaksa bergerak terus menerus, tetapi juga
tidak dibiarkan diam. Sebagaimana firman Allah SWT:

َ َّ‫َّو ََلَّت ُ ْلقُواَّ ِبأ َ ْيدِي ُك ْمَّ ِإلَىَّالت ْهلُ َك ِة‬


َّ ُّ‫َّۛوأ َ ْح ِسنُواََّّۛ ِإنََّّللاََّي ُِحب‬ َ َّ‫َوأ َ ْن ِفقُواَّ ِفي‬
َ ِ‫س ِبي ِلََّّللا‬
ََّ ِ‫ْال ُم ْح ِسن‬
‫ين‬
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan
janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 195)

17
Kebinasaan yang dimaksud adalah penyakit gagal jantung kongestif yang
dapat mengancam jiwa. Gagal jantung kongestif dapat dicegah dengan
menghindari faktor penyebabnya. Oleh karena itu, seseorang harus menjaga
kesehatan dengan cara melakukan pola hidup sehat dan memperhatikan hak
tubuh.
KESIMPULAN
Terdapat beberapa faktor risiko gagal jantung, yaitu faktor yang
tidak dapat diubah seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan faktor
yang dapat diubah seperti kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi
lemak jenuh, kebiasaan konsumsi alkohol, obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, stres. Salah satu faktor risiko utama gagal jantung adalah hipertensi.
Oleh karena itu, pencegahan dilakukan terhadap hipertensi dengan merubah
gaya hidup misalnya menurunkan berat badan, mengurangi asupan garam,
diet rendah lemak, melakukan olahraga teratur, dan berhenti merokok.

SARAN

Edukasi dan pendekatan keluarga sangat penting untuk merubah


gaya hidup pasien.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas case report ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan. Terimakasih
juga kepada DR. drh. Hj. Titiek Djannatun selaku Koordinator Penyusun
Blok Elektif, dr. Hj. RW. Susilowati, M.Kes selaku Koordinator Pelaksana
Blok Elektif, dr. Rini dan para petugas medis IGD RS BHAKTI YUDHA
yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan case report ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dr. H. Kamal Anas, Sp.B
selaku dosen pengampu bidang kegawatdaruratan dan kepada tutor dr. Dini
Widianti, MKK, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing
pembuatan case report ini.

18
Daftar Pustaka

1. Al-Quran dan Terjemahannya.2015.Departemen Agama RI.Jakarta

2. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan


RI.2013. Riset Kesehatan Dasar.Jakarta: Kemenkes RI

3. Goldman L, Schaffer AI, editors. GOLDMAN-CECIL MEDICINE.


2016.25th ed. Vol. 1. EDINBURGH: ELSEVIER MOSBY
4. Irhuma, Amer.2009.Foundation for Health Promotion Levels of
Prevention.Sebhau Medical Journal Vol.8, No.2
http://www.sebhau.edu.ly/suj/paper/Foundations.Amer.pdf diakses pada 19
November 2018
5. Kasper, D., Hauser, S., Jameson, L., Fauci, A., Longo, D. and Loscalzo, J.
Harrison's principle of internal medicine.2015.19th ed. New York:
McGraw-Hill education
6. Rachma, Laila.2014.Patomekanisme Penyakit Gagal Jantung Kongestif.El-
Hayah Vol 4 No 2

7. Merda W, Hasan H.2013.Prevalensi Penyakit Jantung Hipertensi pada


Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP H Adam Malik.E-Journal FK
USU Vol 1
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ejurnalfk/article/download/1345/712
diakses pada 18 November 2018

8. Sandhu JS, Berri A, Gupta D.Editor’s choice. Essential Hypertension –


Primary Prevention . 2004;5(4) -306-9.
9. Whelton PK, Appel LJ.2002.National High Blood Pressure Education
Program. Primary Prevention of Hypertension : Clinical and Public Health
Advisory from the National High Blood Pressure Education Program. NIH
Publication
10. Yancy CW, et al.2013.2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of
Heart Failure:Executive Summary.Journal of the American College of
Cardiology Vol 62 No 16
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0735109713021153?vi
a%3Dihub diakses pada 18 November 2018

19
20

Anda mungkin juga menyukai