Anda di halaman 1dari 17

Konsumsi Energi pada Transportasi Gedung

(sumber : The Departement of Climate Change and Energu Efficiency, 2012)

III.4 Cara penghematan energi pada escalator dan elevator

Gambar 4.2 Reduction of energy consumption in building


Pengertian Perawatan

Perawatan perlu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga atau memelihara fasilitas
peralatan dan kondisi kerja mesin - mesin yang dilakukan secara berkelanjutan sesuai dengan
petunjuk - petunjuk yang ada. Hal ini dimaksudkan agar mesin - mesin dalam kondisi siap
pakai dan dapat digunakan sesuai umur pakainya dari mesin tersebut, sehingga proses
produksi dapat berjalan dengan lancar dan memuaskan serta sesuai dengan yang
direncanakan.

Dalam perawatan transmisi lift ini diperlukan penjadwalan perawatan yang terencana
dengan baik sehingga operator dapat bekerja dengan lebih baik dan diharapkan transmisi lift
dapat berdaya guna semaksimal mungkin.

Ada dua istilah atau pengertian dalam perawatan yaitu:

1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk menghindari terjadinya kerusakan dan menjaga kondisi mesin agar tetap dalam
kondisi baik. Perawatan ini dilakukan secara berekelanjutan, baik dalam mingguan,
bulanan ataupun dalam tahunan. Dengan demikian kerusakan yang akan terjadi dapat
diantisipasi sejak dini.

2. Break Down Maintenance


Break Down Maintenance yaitu perawatan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan
pada peralatan atau mesin. Kegiatan ini sebagai konsekuensi dari kegiatan preventive
yang kurang berhasil dan juga karena faktor umur mesin atau komponen mesin yang
bersangkutan.

Beberapa hal yang menjadi tujuan dari perawatan antara lain:

1. Mengkondisikan lift dalam keadaan aman dan nyaman.


2. Memperpanjang umur.
3. Memelihara kelanjutan operasi dari tranmisi.
4. Menghemat biaya perbaikan.
5. Mengurangi terjadinya kerusakan.

4.2 Perawatan Transmisi Lift

Salah satu dari kegiatan perawatan transmisi ini adalah dengan dibuatnya ruang mesin
yang baik dan disertai dengan adanya pendingin ruangan sehingga dapat mengurangi adanya
aliran debu pada ruang mesin dan menciptakan temperatur ruang kerja mesin yang nyaman.

Perawatan selanjutnya pada transmisi lift meliputi :

1. Cleaning
Yaitu membersihkan bagian-bagian luar transmisi, dan mengeluarkan kotoran-kotoran
yang ada. Pekerjaan ini dilaksanakan bersama dengan oiling.

2. Oiling
Oiling merupakan jenis perawatan yang bersifat pelumasan, sedangkan bahan
pelumasnya dapat berupa gemuk (grease) maupun oli untuk pelumas bantalan, roda gigi
dan tali baja. Bahan pelumas yang memiliki bentuk setengah padat atau pelumas padat
yang terbuat dari oli pelumas cair yang mempunyai bahan tambah pengental (Thickening
agent) Pelumasan disini dapat berupa penambahan pelumas atau mengganti sesuai dengan
ketentuan pelumasnya. Penggunaan jenis pelumas harus sesuai dengan jenis pelumas yang
telah ditentukan karena hal ini sangat berpengaruh terhadap umur operasional dari
peralatan.

3. Scouring
Yaitu cleaning seperti pada point 1, tetapi lebih menyeluruh dan teliti. Dalam scouring
elemen-elemen mesin dapat dibuka dan dikeluarkan untuk dapat dibersihkan. Penelitian
ringan juga dilakukan dalam scouring ini seperti keadaan poros, bantalan dan komponen-
komponen yang lain. Dalam hal ini jika ada komponen yang rusak dan perlu diganti maka
harus diganti.
4. Overhaul
Merupakan pembongkaran secara menyeluruh dari suatu mesin yang dikarenakan
sudah mencapai batas maksimal operasi.
Dengan perawatan yang dilakukan secara teratur seperti tersebut diatas maka akan
tercapai suatu umur pemakaian sesuai dengan umur yang telah direncanakan, sehingga
secara teknis maupun ekonomis perawatan yang teratur akan sangat menguntungkan.

4.3 Pelumasan Bantalan

Pelumasan bantalan terutama dimaksudkan untuk mengurangi gesekan dan keausan


antara elemen gelinding dengan sangkar, membawa keluar panas yang terjadi, mencegah
korosi dan menghindari masuknya debu dengan cara membuat lapisan film diantara kedua
permukaan benda yang bergesekan. Cara pelumasan ada dua macam yaitu pelumasan gemuk
(grease) dan pelumasan minyak (oli).

Pencegahan kebocoran pelumas serta masuknya benda asing kedalam bantalan dapat
dilakukan dengan menggunakan bermacam - macam alat penyekat. Dalam perencanaan
bantalan ini sekat pelumas yang digunakan adalah jenis seal minyak. Seal minyak merupakan
suatu kesatuan yang terdiri atas karet sintetis dengan bentuk penampang tertentu, cincin
logam dan cincin pegas (Sularso, 2004). Keuntungan penggunaan seal minyak ini adalah
dapat digunakan untuk bantalan dengan kecepatan keliling tinggi, tekanan dari dalam tinggi
serta tahan di lingkungan berdebu. Bentuk dari sekat pelumas jenis seal minyak dapat dilihat
dalam gambar 4.1.
Gambar 4.1. Seal /sekat minyak (Sularso 2004)

4.4 Pelumasan Roda Gigi

Sistem pelumasan pada transmisi roda gigi cacing yang digunakan adalah sistem
pelumasan celup yaitu dengan memasukkan 1/2 atau 1/3 bagian dari penampang gigi cacing
ke dalam pelumas. Pada saat gigi cacing berputar minyak tersebut dapat terangkat oleh gigi
cacing dan akan membasahi dan melumasi tiap bagian roda gigi cacing dan elemen
pendukungnya. Panas yang terjadi karena adanya gesekan, lambat laun akan bepengaruh
pada minyak pelumas. Jumlah minyak pelumas yang ada dalam penampung akan berkurang
atau kotor, oleh karena itu pada jangka waktu tertentu minyak pelumas harus ditambah atau
diganti.

Besarnya beban permukaan gigi, permukaan yang kasar dan kecepatan meluncur
menghasilkan gesekan yang besar dan bertambahnya panas yang ditimbulkan, untuk alasan
tersebut maka oli roda gigi harus memenuhi syarat - syarat berikut ini :

1. Kekentalannya sesuai
Dalam pemilihan oli roda gigi harus diperhatikan tingkat kekentalannya yaitu
dengan melihat kondisi kerja yang dialami roda gigi serta temperaturnya. Jenis
minyak pelumas yang digunakan pada transmisi roda gigi cacing ini menggunakan
SAE 90 (Anton L. Wartawan, 1983).

2. Meredam getaran
Saat gigi berhubungan antara satu dengan lainnya, tekanan dan beban yang terjadi
besar sehingga akan menimbulkan getaran. Untuk itu minyak pelumas roda gigi harus
mampu meredam getaran yang dialami roda gigi tersebut.

3. Tahan terhadap panas


Kemampuan pelumasan dari oli akan menurun akibat panas yang ditimbulkan dari
gesekan antar permukaan roda gigi. Bahkan akibat panas yang berlebihan dapat
menimbulkan zat asam dalam oli yang dapat meyebabkan karat yang berbahaya
terhadap keawetan komponen. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan oli roda
gigi yang baik, stabil terhadap panas.

4.5 Pelumasan Tali Baja

Minyak pelumas pada tali baja harus dapat melindungi serat - serat tali baja yang
bergesekan antara satu dengan yang lainnya, selain itu juga melindungi dari terjadinya karat
atau korosi. Tali baja pada umumnya bekerja pada dua kondisi utama yaitu kondisi suhu
ekstrim dan kondisi tekanan ekstrim, sehingga untuk menghadapi kondisi tersebut minyak
pelumas harus benar - benar dipersiapkan. Secara garis besar, fungsi minyak pelumas pada
tali baja antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan ketahanan terhadap pengedripan pada kondisi suhu tinggi.


2. Memberikan ketahanan terhadap terjadinya rengkahan (cracking) pada kondisi suhu
rendah.
3. Mempunyai tingkat kepekatan yang cukup sehingga dapat melekat dengan baik pada
bagian yang dilumasi.
4. Anti air dan mempunyai daya tahan terhadap berkumpulnya debu dan kotoran
lainnya.
Terjadinya kerusakan pada tali baja dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Gesekan
Terjadinya gesekan diantara serat-serat tali baja adalah karena akibat tugas kerja yang
dilakukan oleh tali baja itu sendiri.

2. Korosi
Terjadinya korosi adalah sebagai akibat adanya reaksi kimia yang terjadi antara bahan
- bahan dari tali baja itu dengan bahan dari luar yang bersifat korosif ataupun dengan
bahan dari pelumas itu sendiri yang sudah menjadi korosif akibat bereaksi dengan
bahan-bahan dari luar. Bahan - bahan yang dipakai sebagai pelumas tali baja
kebanyakan adalah fraksi aspal atau bahan bitumen (Anton L. Wartawan, 1983). Pada
bahan ini perlu ditambahkan zat aditif anti karat dan penolak air, sehingga minyak
pelumas mendapat kemampuan tambahan di dalam melindungi kabel pengangkat dari
kondisi kerja mekanis maupun kondisi lingkungan yang ekstrim.

6.2. Electricity consumption of Escalators and Moving Walks in Europe


According to ELA statistics, there are 75.000 escalators and moving walks installed in the
EU‐
27. Based on the surveys conducted in WP2, two assumptions are made:

 75% of the escalators are installed in commercial buildings and the


remaining 25% in public transportation facilities.
 30% are equipped with a Variable Speed Drive (VSD)

Based on the measurements conducted in WP3, the average value for the
electricity consumed during running and standby modes (slow‐speed and
stopped), is considered.

Table 6‐5. Average electricity consumption in each operating mode

Escalator 1 2 3 4 5 6 7 Average
Active Energy‐Running, 162,1 186,37 127,34 172,58 131,18 166,31 164,55 158,6
5 minutes test (Ecr)
[Wh]
Active Energy‐Standby n.a. 82,42 n.a. 80,87 44,54 n.a. n.a. 69,3
in a LOW SPEED mode,
5 minutes test (Ecsl)
[Wh]
Active Power ‐ Standby 53,3 43,53 30,73 50 16,87 38,84 40,93 39,2
in a STOP mode (Pss)
[W]

Only escalators in commercial buildings were monitored. Based on ELA


experts’ opinion, it is considered that escalators in public transportation
facilities consume 75% more electricity than escalators in commercial
buildings. The time spent in each operating mode is assumed as shown in
the next table.

Table 6‐6. Time spent in each operating mode

Escalators without VSD Escalators with VSD


Commercial Public Commercial Public
Transportation Transportation
Running (h) 4368 7280 1872 2912
Slow‐speed (h) 0 0 2496 4368
Stopped (h) 4392 1480 4392 1480

The energy consumed annually is calculated using the Methodology defined in WP3 (Chapter
5) and shown in Table 6‐7.

Table 6‐7. Estimated escalator electricity consumption

Commercial Public Transportation


Buildings
With Erunning (GWh) 65 59
inverter EStandby (GWh) 38 36
Without Erunning (GWh) 354 344
inverter EStandby (GWh) 7 1
Total 904 GWh
2.1 Variabel Speed Drive (VSD)

2.1.1 Variabel speed drive secara umum

Pada umumnya variabel speed drive atau bisa disebut dengan inverter
adalah peralatan yang digunakan untuk mengatur kecepatan putaran motor.
Penggunaan VSD bisa untuk mengaplikasikan motor AC maupun DC. Akan
tetapi istilah inverter sering digunakan untuk aplikasi motor AC. Inverter
menggunakan frekuensi tegangan masuk untuk mengatur kecepatan putaran
motor. Jadi dengan memainkan perubahan frekuensi tegangan yang masuk pada
motor, maka kecepatan putaran motor akan berubah. Karena itu inverter disebut
juga variable speed drive.

Kecepatan putaran medan stator dapat di ditentukan dengan menggunakan


rumus:

ns = 120 . f / p
Dimana :
ns = Kecepatan putaran medan stator
120 = Konstanta
f = Ferekuensi ( Hz )
P = Jumlah Kutup Motor ( Pole )

Untuk mengubah tegangan AC menjadi DC dibutuhkan penyearah (converter


AC-DC) dan biasanya menggunakan penyearah tidak terkendali (rectifier
dioda) namun juga ada yang menggunakan penyearah terkendali (thyristor
rectifier). Setelah tegangan sudah diubah menjadi DC maka diperlukan
perbaikan kualitas tegangan DC dengan menggunakan tandon kapasitor sebagai
perata tegangan. Kemudian tegangan DC diubah menjadi tegangan AC kembali
oleh inverter dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation). Dengan teknik
PWM ini bisa didapatkan amplitudo dan frekuensi keluaran yang diinginkan.
Selain itu teknik PWM juga menghasilkan harmonisa yang jauh lebih kecil dari
pada teknik yang lain serta menghasilkan gelombang sinusoidal, dimana kita
tahu bahwa harmonisa ini akan menimbulkan rugi-rugi pada motor yaitu cepat
panas. Maka dari itu teknik PWM inilah yang biasanya dipakai dalam
mengubah tegangan DC menjadi AC (Inverter). Pada umumnya VSD (Variable
Speed Drive) digunakan untuk melakukan berikut ini:

1. Menyesuaikan kecepatan pengendali dengan keperluan kecepatan proses.


2. Menyesuaikan torque (kopel/torsi) pengendali dengan keperluan kopel
proses.
3. Menghemat energi dan meningkatkan efisiensi.

2.1.2 Prinsip kerja variable speed drive [1]

Gambar 2.1 Prinsip Kerja VSD

Prinsip kerja dari variabel speed drive yang sederhana adalah


sebagai berikut:

1. Tegangan yang masuk dari jala- jala 220/380 volt dan frekuensi 50 Hz
merupakan tegangan arus bolak-balik (AC) dengan nilai tegangan dan
frekuensi yang konstan. Kemudian tegangan dan frekuensi yang
masuk dialirkan ke board Rectifier/ penyearah DC, dan ditampung ke
kapasitor bank.

2. Untuk meratakan tegangan DC, maka tegangan dimasukkan ke DC


link. Komponen yang terdapat pada DC link berupa kapasitor atau
induktor.
3. Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan
AC kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang
komponen utamanya adalah Semikonduktor aktif seperti IGBT. Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC
dicacah dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang
diinginkan.

2.1.3 Rectifier
Rectifier (Penyearah Gelombang) adalah suatu bagian dari rangkaian
catu daya atau power supply yang berfungsi sebagai pengubah sinyal AC
(Alternating Current) menjadi sinyal DC (Direct Current). Rangkaian
rectifier atau penyearah gelombang ini pada umumnya menggunakan dioda
sebagai komponen utamanya. Hal ini dikarenakan dioda memiliki
karakteristik yang hanya melewatkan arus listrik ke satu arah dan
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Jika sebuah dioda dialiri arus
bolak-balik (AC), maka dioda tersebut hanya akan melewatkan setengah
gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir. Untuk lebih
jelas lihat gambar dibawah ini :
Gambar 2.2 Rectifier
(Sumber : http://teknikelektronika.com/pengertian-rectifier-penyearah-
gelombang-jenis-rectifier/)

2.1.4 Inverter[10]

Inverter merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi


sebagai pengubah arus searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC) dengan
menggunakan metode switching dengan frekuensi yang dapat diatur.
Tegangan bolak-balik yang dihasilkan berbentuk gelombang persegi dan pada
pemakaian tertentu diperlukan filter untuk menghasilkan bentuk gelombang
sinus.

Umumya suatu inverter terdiri dari rangkaian jembatan thryristor dan


rangkaian pengaturan penyalaan. Rangkaian pengaturan penyalaan digunakan
untuk mengatur tegangan dan frekuensi yang dihasilkan inverter. Perioda
pulsa yang memacu thyristor akan menentukan frekuensi yang dihasilkan,
sedangkan tegangan efektifnya ditentukan oleh lebar pulsa tersebut.

Prinsip kerja dari sebuah inverter adalah dengan menggabungkan


sebuah rangkaian multivibrator yang dihubungkan dengan sebuah
transformator penaik tegangan (Step Up). Inverter dapat digunakan untuk
mensuplai beban dengan tegangan AC dengan daya yang disesuaikan dengan
daya tegangan DC yang tersedia. Contoh penggunaan inverter dapat
digunakan untuk rangkaian UPS (Uninterrupted Power Supply) untuk suplai
tegangan listrik bila terjadi pemutusan listrik dari PLN dengan tiba-tiba.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Inverter

Rangkaian diatas adalah prinsip kerja dari inverter. Bila posisi sakelar yang
On :

1. S1 dan S2 + VDC
2. S3 dan S4 - VDC
3. S1 dan S3 0
4. S2 dan S4 0
Jika posisi saklar ada pada posisi 1, maka R akan dialiri listrik dari
arah kiri ke kanan. Jika saklar pada posisi ke dua, maka R akan mendapatkan
aliran listrik dari arah kanan ke kiri, inilah prinsip arus bolak balik (AC) pada
satu perioda yang merupakan gelombang sinus setengah gelombang pertama
pada posisi positif dan setengah gelombang kedua pada posisi negatif. Prinsip
kerja dari inverter dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 saklar seperti
ditunjukkan pada gambar 2.3 . Bila sakelar S1 dan S2 dalam kondisi on maka
akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan, jika yang
hidup saklar S3 dan S4 maka akan mengalir aliran arus DC ke beban R dari
arah kanan ke kiri. Inverter dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu
inverter 1 fasa dan inverter 3 fasa.

Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang


dihasilkan oleh suatu sistem. Sistem inverter yang membangun sebuah sistem
biasanya disesuaikan dengan beban kritis yang akan diaplikasikan. Pada
dasarnya sistem inverter yang digunakan tidaklah menjadi masalah yang
serius jika beban kritisnya masih berupa komputer saja tetapi ketidaksesuaian
karakteristik inverter pada beban tertentu dapat menyebabkan sebuah sistem
berhenti bekerja.

Tugas utama dari sebuah inverter adalah merubah tegangan DC dari


rangkaian rectifier-charger menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus
setelah melalui pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan
output yang dihasilkan harus stabil baik amplitudo tegangan maupun
frekuensi tegangan yang dihasilkan, distorsi yang rendah, tidak terdapat
tegangan transien serta tidak dapat diinterupsi oleh suatu keadaan.
III.4.1 Penggunaan Sensor Operasi Pada Escalator
Penghematan energi dapat dilakukan dengan mengatur operasi eskalator pada saat
tidak ada orang yang menggunakannya. Untuk itu, perlu dilakukan pengaktifan mode operasi
standby pada saat tidak ada orang yang menggunakan eskalator. Pengaktifan mode standby
ini dapat dilakukan pada eskalator untuk lokasi tertentu, jam operasi tertentu dan hari operasi
tertentu disesuaikan dengan ritme tingkat kepadatan pengguna.
III.4.2 Pengaturan Kecepatan Pada Escalator
Pada operasi eskalator, daya yang dikonsumsi oleh peralatan bergantung pada jumlah
orang yang menjadi beban dan pada kecepatan jalan eskalator. Penyesuaian kecepatan yang
tepat akan dapat memberikan penghematan energi dengan tetap menjaga kenyamanan
pengguna.
III.4.3 Optimasi Setting Beban Penyeimbang Pada Lift
Pada peralatan lift biasa terpasang beban penyeimbang untuk operasi dari lift. Beban
penyeimbang tersebut umumnya disetel pada setting 50% dari beban maksimum lift. Dari
beberapa pengukuran, setting beban penyeimbang dapat disetel pada 35% beban maksimum
lift yang akan dapat menghemat energi listrik sampai 13%.

III.4.4 Menggunakan Lift Bertenaga Surya


Lift dengan tenaga matahari digunakan di apartemen atau blok flat kecil dengan 3 hingga
maksimum 4 lantai. Fitur teknis dan keuntungan dasar:
 Mengkonsumsi energi 80% lebih sedikit daripada lift biasa
 Bekerja dengan 2 photovoltaic panels and 2 rechargeable batteries
 Pada saat berawan, lift dapat digunakan hingga 30 kali per hari dan dapat terus
bekerja tanpa pengisian selama 3 hari.
 Dapat mentransfer hingga 4 orang atau 300 kg.
 Tidak ada bahaya terjebak di dalamnya karena energi baterai.
 Tidak perlu ruang mesin.
 Lift ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai