Anda di halaman 1dari 27

SISTEMPENDIDIKAN NASIONAL

Kegiatan Belajar 1
SISTEM & SISTEM PENDIDIKAN

A.Sistem
Pengertian sistem ada 2 hal yaitu sesuatu ujud (entity) atau benda tertentu dan suatu cara
atau metode pemecahan masalah yang dikenal dengan pendekatan sistem. Ini digunakan orang
dalam rangka memahami, sesuatu keseluruhan yang terpadu atau dalam rangka memecahkan
masalah, missal tentang pendidikan.
Konsep suatu sistem (system concept) merupakan dasar untuk munculnya pandangan
sistem dan pendekatan sistem.

1. konsep sistem
Ada empat memahami konsep sistem yaitu :
a. Definisi Sistem
Sistem berasal dari bahasa yunani “Systema” yang berarti sehimpunan bagian atau
konsep yang sering berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan.
Sistem merupakan suatu totalitas dari bagian-bagian berhubungan, dimana fungsi dari
totalitas tersebut berbeda dengan jumlah fungsi dari bagian-bagiannya.
b. Jenis-jenis sistem
ragam wujud sistem dibedakan menjadi jenis-jenis sistem, yaitu :
1. Berdasarkan wujud, dibedakan menjadi 4 yaitu :
a. sistem fisik misal mobil, computer.
b. sistem konseptual misal Ideologi, filsafat, ilmu
c. sistem biologi misal manusia, sebatang pohon, seekor hewan
d. sistem social misal keluarga, sekolah
2. Berdasarkan asal usul kejadian, dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. sistem alamiah misal tata surya
b. siatem buatan manusia atau a man made system misal pendidikan, computer
3. Berdasarkan gerak, dibedakan menjadi 2 yaitu
a. sistem mekanik seperti jam tangan sepeda montor
b. sistem organismik seperti hewan, organisasi
4. Berdasarkan hubungan dengan lingkungan yang berinteraksi, dibedakan menjadi 2
a. sistem terbuka yaitu sistem yang berinteraksi dan memiliki ketergantungan
kepada lingkungan
b. sistem tertutup yaitu sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan

c. Ciri-ciri Sistem

1
Ciri-ciri umum sistem adalah :
1. Hierarehy yaitu suatu sistem yang terdiri dari sejumlah subsitensi/komponen
2. Diffeneutiion setiap subsinten/komponen sistem melakukan fungsi khusus
3. Interrelated and Interdependence setiapkomponen membentuk sistem saling berhubungan
dan saling tergantung satu sama lainnya
4. Wkoslim semua komponen yang membentuk sistem merupakan keseluruhan yang
kompleks dan teroanisasi
5. Goal Seeking setiap sistem memiliki jam karena setiap kegiatan perilaku mengarah ke
pencapaian jam tersebut
6. Trasformation untuk mencapai jam setiap sistem melakukan transformasi yaitu merubah
input menjadi output
7. Fedback and correction mempertahankan prestasinya setiap sistem melakukan fungsinya
control yang mencakup monitoring koreksi bedasar umpan balik
8. Equilinality hasil yang sama dapat dicapai melalui cara-cara atau alenia macam sebab
yang berbeda
9. Setiap sistem berada didalam suatu lingkungan berupa suprasistem yang terdiri atas
berbagai sistem yang secara keseluruhan membangun suatu sistem besar
10. System Boundaries sistem memiliki batas-batas pemisah dari lingkungannya atau sistem
lainnya
11. Sekalipun sistem memilki batasan-batasan pemisah dari lingkungannya
d. Model sistem
model adalah suatu representasi sistem yang nyata/yang direncanakan

2. Pendekatan sistem
Dalam arti luas atau umum, pendekatan sistem, meliputi beberapa aspek yaitu filsafat
sistem, analisis sitem dan manajemen sistem.
- Filsafat sistem yaitu cara berfikir
- Analisa sistem merupakan metode atau tehnik dalam memecahkan masalah atau
pengambilan kebijakan, meliputi kesadaran akan adanya masalah identivikasi variable
- Manajemen sistem merupakan aplikasi teori sistem dalam rangka mengelola sistem
organisasi.

B. Pendidikan Sebagai Sistem


Pendidikan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan yang terpadu dari sejumlah
komponen yang saling berinteraksi dan melaksankan fungsi-fungsi tertentu dalam rangka
membantu anak didik agar menjadi anak terdidik sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
- Ditinjau dari asal usul kejadiannya, pendidikan kepada sistem buatan manusia (a man
made system)

2
- Ditinjau dari wujudnya pendidikan tergolong kepada sistem social
- Ditinjau dari segi hubungan dengan lingkungannya, pendidikan merupakan sistem
terbuka
Menurut Philip.H.Coombs (Odang Muchtar, 1976 : 8 ) mengelompokan 3 jenis sumber
input utama bagi sistem pendidikan, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan : nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku didalam masarakat
2. Penduduk dan tenaga kerja yang tersedia
3. Faktor ekonomi
Input sistem pendidikan dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
a) Input mental (Raw Input) yaitu anak didik atau siswa
b) Input alat (Instrumental Input) seperti kurikulum, pendidikan atau guru, gedung,
peralatan, kegiatan belajar mengajar, metode
c) Input lingkungan (Environmental Input) seperti keadan cuaca keamana masarakatKeg
Philip.H.Coombs (Depdikbud, 1984/1985 : 68) mengidentifikasi adanya 12 kompenen pokok
sistem pendidikan, yaitu :
a) Tujuan dan prioritas, fungsinya untuk mengarahkan kegiatan sistem
b) Anak Didik (Siswa) Fungsinya adalah belajar hingga mencapai tujuan pendidikan
c) Pengelolaan fungsinya adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan dan
menilai sistem
d) Struktur dan jadwal fungsinya mengatur waktu dan mengelompokkananak didik
berdasarkan tujuan tertentu
e) Isi (Kurikulum) fungsinya sebagai bahan yang harus dipelajari anak didik
f) Pendidik (Guru) berfungsi untuk menyediakan bahan, menciptakan kodisi belajar dan
menyelenggarakan pendidikan
g) Alat bantu belajar fungsinya memungkinkan proses belajar mengajar sehinga menarik ,
lengkap dan bervariasi
h) Fasilitas berfungsi sebagai tempat terselenggaranya pendidikan
i) Tehnologi berfungsi mempermudah atau memperlancar pendidikan
j) Pengawasan mutu berfungsi membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan
(Peraturan penerimaan anak didik, pemberian nilai ujian, kriteria baku)
k) Penelitian berfungsi mengembangakan pengetahuan, penampilan sistem dan hasil kerja
sistem
l) Biaya berfungsi sebagai petunjuk efisiensi sistem
Dalam sistem pendidikan terjadi proses transformasi, yaitu proses mengubah raw input (anak
didik) agar menjadi manusia terdidik sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

3
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Sistem pendidikan adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


Gambar 1: Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Proses kegiatan pendidikan merupakan pelayanan terhadap fitrah manusia sebagai makhluk
yang memiliki keyakinan terhadap “sesuatu” zat yang maha suci (spiritual aspect),
kemampuan dan perkembangan jiwa (psychological aspect), kemampuan akal pikiran
(cultural aspect). Melalui pendidikan, pengetaahuan, ilmu dan kemampuan teknologi
manusia (cultural aspect) makin berkembang dan meningkat, dalam upaya memanfaatkan
sumber daya lingkungan menjadi kebutuhan hidup (economic aspect). Keberlangsungan
proses kegiatan pendidikan memberdayakan manusia menjadi sumber daya manusia
(human rsources), tidak dapat terlepas dari konteks antar manusia (social aspect),
dukungan biaya, prasarana – sarana (economic aspect) dan kebijakan-kebijakan
administrasi (political aspect) dan lain-lainnya. Proses kegiatan pendidikan sebagai
pelayanan dan pewarisan pengetahuan, ilmu, teknologi, serta nilai-nilai (cultural aspect) ,
berkembang dari waktu ke waktu (temporary aspect), yang menjadi landasan kemajuan
inovasi pendidikan. Proses perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu (historical
aspect), menjadi indikator dinamika (maju, mandeg, mundur) pendidikan. hal tersebut
menjadi landasan kajian lebih lanjut tentang visi, misi dan tujuan pendidikan. Manusia yang
membutuhkan pelayanan, tersebar di tempat-tempat yang berbeda-beda
(spatial/geographic aspect) yang menuntut pelayanan yang juga berbeda-beda. di sini
dituntut pendekatan regional (regional approach) sesuai dengan kondisi geografis masing-
masing. Proses kegiatan pendidikan memcapai tujuan memberdayakan manusia menjadi
sdm sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk tuhan yang maha kuasa, menuntut adanya
kelembagaan (institute) dan kepemimpinan (leaderships) yang mengelola kemajuan serta
keberlangsungannya (social, cultural, political aspects). Proses kegiatan pendidikan yang
serasi dengan tuntutan kemajuan, ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan,
menuntut adanya program yang dinamik yang mampu mensikapi, mengantisipasi serta
mengakomodasi segala kemajuan dan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan tadi.
Proses kegiatan pendidikan sebagai suatu pemberdayaan (empowering process), menuntut
keterlibatan semua pihak (orang tua, masyarakat, pemerintah) dalam menjamin
keberhasilan mencapai/merealisasikan tujuan. Pendidikan sebagai suatu sistem, berkarakter
multidimensional, multiaspek, multidisiplin, interdisiplin, dan lintas disiplin (lintas sektoral).

4
Kegiatan Belajar 2
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

A. Pendidikan Nasional Sebagai Sistem


Pendidikan nasional yaitu pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Udang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan dan
tangap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat (2) UU RI No 20 tahun 2003).
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Suprasistem bagi sistem pendidikan nasional adalah masarakat nasional Indonesia itu
sendiri yang berada dalam konteks hubungan dengan masarakat internasional.
Sumber input utama system pendidikan nasional terdiri atas :
1. Ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku di masarakat
2. Penduduk dan lembaga kerja yang tersedia
3. Faktor ekonomi
Sumber input dari masarakat internasional terdiri dari :
1. Pelajar dan peneliti asing yang dating untuk belajar
2. pelajar dan peneliti yang belajar dan pulang dari luar negeri
3. pelajar dan tenaga ahli asing yang ikut membantu penyelenggaraan pendidikan
4. Pengetahuan,tehnik dan budaya
Komponen-komponen system pendidikan nasional terdiri atas
1. Tujuan dan prioritas
2. Anak didik (siswa)
3. Pengelolaan
4. Struktur dan jadwal
5. Isi kurikulum
6. Pendidik (guru)
7. Alat bantu belajar
8. Fasilitas
9. Tehnologi
10. Pengawan mutu
11. Penelitian
12. Biaya Pendidikan

5
Transformasi dalam sistem pendidikan nasional dilakukan dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Terdapat 2 transformasi dalam sistem pendidikan nasional yaitu :
1. Pengelolaan pendidikan, baik dalamsekala makro atau pengelolaanpada tingkat nasional /
pusat, pengelolaan pada tingkat meso atau pada tingkat daerah, maupun pengelolaan pada
tingkat suatu pendidikan
2. proses pendidikan baik yang dilaksanakan pada satuan-satuan pendidikan di jalur formal
maupun yang dilaksanakan pada satuan pendidikan di jalur informal
Output sistem pendidikan nasional adalah manusia terdidik yaitu manusia yang lebih
mampu memenuhi kebutuhn baik untuk dirinya sendiri mapun untuk masarakatnya.

B.Diskripsi Sistem Pendidikan Nasional

1. Landasan yuridis sistem pendidikan nasional


Lampauan yuridis sisdiknas merupakan seperangkat UU, peraturan atau keputusan yang
harus dijadikan titik tolak dalam rangka pengelolaan, penyelengaraan dan kegiatan pendidikan
didalam sistem pendidikan nasional.
Bentuk landasan yuridis antara lain UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 serta PP yang berkenaan:
PP No 27 Tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah
PP No 28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar
PP No 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah
PP No 30 dan No 31 Tahun 1999 tentang pendidikan tinggi
PP No 73 Tahun 1991 tentang PLS
2. Jalur, Jenjang dan satuan pendidikan
a. Jalur Pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi dari
dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan proses pendidikan.
Pendidikan diselenggarakan tiga jalur : pendidikan formal, pendidikan nonformal dan
pendidikan iformal.
Jenjang pendidikan tahapan pendidikan yang ditetapkanbedasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan di capai dan kemampuan yang akan dikembangkan.
Pendidikan formal ada 3 jenjang Pendidikan dasar, Pendidikan menengah dan Pendidikan
tinggi.
b. jenis pendidikan yaitu kelompok pendidikan yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan, jenis-jenis pendidikan tersebut mencakupi pendidikan
umum, pendidikan keagamaan danpendidikan khusus (Pasal 15 UU RI No 20 Tahun2003)
c. Satuan Pendidikan yaitu kelompoklayanan penddidikanyang menyelenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang danjenis pendidikan

6
d. Satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal
- bentuk satuan pendidikan usia dini TK, RA
- bentuk satuan pendidikan Dasar SD, MI, SMP, MTs
- bentuk satuan pendidikan SMA, SMK, MAN, MAK
- bentuk satuan pendidikan tinggi Akademi, Politeknik, Sekolah tinggi Institut
universitas.

C. Kegiatan dan Pengelolaan Pendidikan


1. Kegiatan Pendidikan
Kegiatan pendidikan hendaknyamerupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Dengan demikian, pendidikan
diselenggarakan sebagai pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik.
Kegiatan pendidikan hakikatnya berlangsung sepanjang hayat atau seumur hidup baik
dari keluarga, masarakat dan sekolah dapat berupa pembelajaran, bimbingan, pengajaran dan
latihan.
Dalam kegiatan pendidikan, pendidik seyokyanya memberikan keteladanan membangun
kemauan dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalamproses pembelajaran.

2. Pengelolaan Pendidikan
Dalam sikdiknas bersifat dekonsentrasi. Mentri sebagai penanggung jawab pemerintah
pusat sebagai penentu kebijakan nasional dan standar Diknas. Pemprov melakukan koordinasi
untuk tinggat pendas-pendascdan menengah. Serta satuan pendidikanyang berbasis keunggulan
lokal. Sedangkan sedangkan perguruan tinggi diberi otonomi untuk mengelola lembaganya.

3. Pengelolaan satuan pendidikan untuk pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip


otonomi akuntabilitas, jaminan mutudan evaluasi yang transparan untuk pendidikan nonformal
dilakukan oleh pemerintah, pemda dan atau masarakat.

7
Sistem Pendidikan Nasional

A. PENGERTIAN SISTEM
Istilah system berasal dari bahasa Yunani ”systema”, yang berartii sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.

Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang
mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk
men capai suatu hasil (produk).

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984/1985) setiap sistem mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :

1. Tujuan
Setiap sistem harus mempunyai tujuan yang jelas. Misalnya tujuan lembaga pendidikan adalah
memberi pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar
siswa belajar perilaku tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Fungsi-fungsi
Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi
yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu lembaga
pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, perlu adanya fungsi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian.

3. Komponen-komponen
Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan
sistem disebut komponen. Jadi, sistem ini terdiri dari komponen-komponen dan masing-masing
komponen mempunyai fungsi khusus.

4. Interaksi atau saling hubungan


Semua komponen dalam suatu sistem, seperti komponen-komponen intruksional yang saling
berhubungan satu sama lain, saling mempengaru-hi dan saling membutuhkan.

5. Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan


Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menimbulkan jalinan keterpaduan
antara berbagai komponen interaksional dengan melaksanakan pengembangan sistem
intruksional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

6. Proses trasformasi
Suatu sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu proses
yang memproses masukan (input) menjadi hasil-hasil (output).

7. Umpan balik untuk koreksi


Untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi
kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi.

8. Daerah batasan dan lingkaran


Antara suatu sistem dan bagian-bagian lain atau lingkaran di sekelilingnya akan terjadi interaksi.
Namun, antara suatu sistem dengan sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN NASIONAL

8
Menurut Sunarya (1996), Pendidikan Nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), merumuskan bahwa


pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara Indonesia menjadi
Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu
membudayakan alam sekitar.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang tercantum
dalam undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan,
sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan pendidikan nasional itulah dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Setiap lima
tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Zahar Idris (1987) mengenukakan bahwa ”Pendidikan nasional sebagai suatu sistem adalah
karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional
dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang
sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.

Dalam rangka mencapai tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan salah satu sistem,
disamping sistem-sistem lainnya seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan.

Dalam melaksanakan tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk manusia seutuhnya meliputi
potensi kepribadian sikap dasar dan lima wawasan dasar seperti berikut :

1. Potensi kepribadian manusia Indonesia seutuhnya secara integral meliputi


pancaindra yang sehat; pikir dan daya penalaran; perasaan yang halus; etis dan
estetis; karsa yang kuat dan tulus; daya cipta yang kaya sebagai potensi kreativitas;
karya, darma bakti dan amal dalam kehidupan; dan budi nurani yang luhur sebagai
perwujudan martabat kepribadian manusia.
2. Sikap dasar utama dalam penbinaan manusia Indonesia seutuhnya, meliputi sikap
hidup sehat; sikap hidup hemat; sikap hidup cermat (telaten); sikap hidup rajin; sikap
hidup berani dan berilmu; dan menurut hati nurani secara sadar serta penuh tanggung
jawab menuju kehidupan mandiri.
3. Lima wawasan dasar meliputi :
1) Wawasan yang seimbang antara potensi, kebutuhan dan nilai jasmani dengan rohani dalam
kepribadian manusia.

2) Wawasan yang seimbang antara kehidupan individualitas dan kemasyarakatan (pribadi dan
sosial) berdasarkan tata nilai sosial budaya dan kenegaraan.

9
3) Wawasan yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat dengan tata nilai religius
yang diyakini masing-masing.

4) Wawasan kesejahteraan; sadar bahwa manusia masa kini adalah pewaris citi-cita
pendahulunya dan pembina masa depan demi generasi penerus.

5) Wawasan yang seimbang antara subjek manusia dan alam lingkungan hidup; antara subjek
warga negara dan tanah air.

C. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Maksud sistem pendidikan nasional di sini adalah satu keseluruhan yang berpadu dari semua
satuan dan aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasioana. Dalam hal ini, sistem pendidikan nasional tersebut
merupakan suatu suprasistem, yaitu suatu sistem yang besar dan kompleks, yang didalamnya
tercakup beberapa bagian yang juga merupakan sistem-sistem.

Tujuan sistem pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan
dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan
tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya.

Dalam sisitem pendidikan nasional, peserta didiknya adalah semua warga negara. Artinya, semua
satuan pendidikan yang ada harus memberikan kesempatan menjadi peserta didiknya kepada
semua warga negara yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan kekhususannya, tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan
UUD 1945 pasal 31 ayat (1) berbunyi : ”Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.

Di dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) setiap warga negara berhak
mendapatkan kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Dengan ketentuan dan sampai batas umur tertentu, dalam setiap sistem pendidikan nasional
biasanya ada kewajiban belajar.

D. DASAR, TUJUAN DAN FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL


Dasar dan tujuan
Pancasila menjadi dasar sistem pendidikan nasional dalam rangka memencerdaskan kehidupan
bangsa, seperti termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Sebagai dasar negara, pandangan hidup
bangsa, pancasila merupakan pedoman yang menunjukan arah, cita-cita dan tujuan bangsa.

Karena itu, pancasila harus menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia. Selain
berdasarkan panca sila, pendidikan nasional juga bercita-cita membentuk manusia yang
pancasilais, yaitu manusia yang menghayati dan mengamalkan pancasila dalam sikap, perbuatan
dan tingkah laku, baik dalam kehidupan ber masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan nasional mempunyai landasan ideal adalah pancasila, landasan konstitusional yaitu
UUD 1945, dan landasan operasional yaitu ketetapan MPR tentang GBHN.

a. Landasan Ideal

Dalam UU Pendidikan No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran sekolah
pada BAB III pasal 4 tyercantum bahwa landasan ideal pendidikan dan pengajaran ialah

10
membentuk manusia yang susila yang cakap dan warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

b. Landasan Konstitusional

Pendidikan nasional di dasarkan atas landasan konstitusional atau UUD 1945 pada BAB XIII
pasal 31 yang berbunyi :

Ayat 1 : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

Ayat 2 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional


yang ditetapkan dengan undang-undang.

Dalam pembukaan UUD 1945 dapat dilihat bahwa pemerintah :

1. Memajukan kesejahteraan umum

2. Mencerdaskan kehidupan bangsa

3. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan


keadilan sosial.

c. Landasan Operasional

Landasan operasional bagi pembangunan negara ternasuk pendidikan adalah Ketetapan MPR
tentang GBHN.

GBHN disebut landasan operasional karena memberikan garis-garis besar tentang kegiatan yang
harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa dan negara sesuai dengan cita-
cita, seperti yang termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945.

Berikut ini beberapa contoh Ketetapan MPR tentang GBHN sebagai landasan operasional
pendidikan nasional dan tujuan pendidikan nasional :

1. TAP MPR No. IV/MPR/1973

Tujuan pendidikan membentuk manusia-msnusia pembangunan yang pancasila dan untuk


mebentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan
keterampilan, dapat mengembangkan aktivitas dan tanggung jawab, dapat mengembangkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur.

2. TAP MPR No. IV/MPR/1978

Pendidikan nasioal berdasarkan pancasila dan bertujuan meningkatkan ketaqwaan terhadap


Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-
manu8sia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab
terhadap pembangunan bangsa.

3. BAB II Pasal 4 UU RI No. 2 Tahun 1989

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengem-

bangkan manusia seutuhnya.

11
Fungsi Pendidikan Nasional
Fungsi pendidikan nasional adalah sebagai berikut :

Ø Alat menbangun pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan kebudayaan, dan


pengembangan bangsa Indonesia.

Ø Menurut UUD RI No. 2 Tahun 1989 BAB II Pasal 3 menerangkan bahwa ” Pendidikan
nasioanl berfungsi untuk mengen bangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya untuk mewujudkan tujuan nasional”.

Unsur-unsur Pokok Pendidikan Nasional


Unsur-unsur pokok pendidikan nasional pancasila terdiri dari moral pancasila berlandaskan
moral penghayatan dan pengamalan pancasila, pendidikan agama, pendidikan watak dan
kepribadian, pendidikan bahasa, pendidikan jasmani, pendidikan kesenian, pendidikan ilmu
pengetahuan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan kesadaran bersejarah.

E. KElEMBAGAAN DAN JENIS PROGRAM PENDIDIKAN


Kelembagaan Pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia melalui dua
jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar
serta berjenjang dan berkesinambungan, sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus
berjenjang dan berkesinambungan.

Fungsi pendidikan luar sekolah, antara lain memberikan beberapa kemampuan, yaitu
kemempuan dan keahlian untuk pengembangan karier, kemampuan teknis akademis,
pengembangan kemampuan sosial budaya.

Jenis Program Pendidikan


1. pendidikan umum, mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat
akhir masa pendidikan
2. pendidikan kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja pada bidang tertentu.
3. pendidikan luar biasa, yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan mental.
4. pendidikan kedinasan, yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan
tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai suatu departemen.
5. pendidikan keagamaan, yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
perannya yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan.
6. pendidikan akademik, yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan.

12
7. pendidikan profesional, yang diarahkan yerutama pada ke siapan penerapan keahlian
tertentu.

13
SISTEM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

A. Pendahuluan
Masyarakat yang maju kaya dan makmur, dengan kenyamanan dan kemudahan yang
didukung oleh mesin atau alat-alat otomatis, telah mengalami derita yang diakibatkan oleh
kemajuan tersebut. Kini ancaman yang dihadapi mereka adalah penyakit yang diakibatkan
kurangnya gerak. Sebagai akibatnya, yaitu penyakit degeratif, seperti penyakit jantung koroner,
tekanan darah tinggi dan lain-lainnya yang meningkat sehingga berpengaruh terhadap mutu
kehidupan mereka.
Tahukah bahwa di belanda, biaya perawatan kesehatan meningkat 2,5 persen, di kanada 6
persen, dan di Amerika mencapai 8 persen. Hal ini diakibatkan warga masyarakat kurang
melakukan aktivitas jasmani (Rusli Lutan, 2001: 16). Secara ekonomi keadaan tersebut dianggap
sebagai ancaman yang merugikan. Karena selain bisa menurunkan produktivitas kerja juga bisa
meningkat biaya perawatan kesehatan. Di Indonesia sendiri keadaan tersebut juga telah
berkembang dalam jangkauan yang luas. Kadaan itu terjadi terutama di kota-kota bahkan kini
sudah sampai ke desa-desa.

Gejala kemerosotan kebugaran jasmani di kalangan anak-anak di seluruh dunia sudah


merupakan gejala umum. Penyebab utama adalah karena kurang aktif bergerak, bertambah
sedikitnya waktu untuk melaksanakan pendidikan jasmani dan kurang memahaminya tentang
konsep pendidikan jasmani dan olahraga sehingga perkembangan pendidikan jasmani dan olahrga
masih dirasa belum mencapai harapan.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan salah satu disiplin ilmu yang digunakan
dalam proses penyelenggaraan pendidikan secara nasional. Sehingga diharapkan melalui konsep
dasar teori dapat diimplementasikan dalam perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga. Serta
mampu rnengarahkan dalam menganalisis secara cermat gejala-gejala yang timbul di berbagai
negara maupun masyarakat sebagai akibat pelaksanaan sistem pendidikan jasmani dan olahraganya
masing-masing.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani
untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.
Namun secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti
sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa
jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat
diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan
dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia.
Dengan demikian olahraga merupakan bagian terpenting pada setiap negara. Oleh karena
itu, perlu pemahaman dalam pelaksanaan yang baik pada setiap negara tersebut, melalui berbagai
kajian teori dalam pengembangannya. Pemaknaan jasmani dan olahraga dalam konsep
pengembangan pendidikan merupakan pembahasan yang akan disajikan lebih lanjut.
Selain itu, intrepretasi terpenting dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah program
secara nasional, sistem pendidikan dan pembinaan yang digunakan dalam pendidikan jasmani

14
dan olahraga pada beberapa negara. Intrepretasi tersebut berdasarkan aspek budaya dan sejarah
bangsa, dengan mempertimbangkan perkembangan IPTEK dan peran organisasi internasional dan
kompetisi internasional
Memang belum terdapat definisi tentang perbandingan pendidikan jasmani dan olahraga
yang dapat diterima secara universal, namun umumnya dapat dikatakan bahwa, perbandingan
pendidikan jasmani dan olahraga adalah analisis perbandingan dari sifat-sifat dan perkembangan
yang menonjol dari pendidikan jasmani dan olahraga pada dua negara atau lebih, ataupun area,
masarakat dan kultur budaya, guna rmaksud-maksud penyelidikan tentang perbedaan maupun
kesamaannya dalam pengembangannya.

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka adapun masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut: bagaimana konsep pendidikan jasmani dan olahraga, bagaimana system pendidikan
jasmani di Jepang, bagaimana pengembangan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga di Indonesia, bagaimana landasan falsafah pendidikan kebugaran jasmani, dan bagaimana
strategi pengembangannya.

C. Tujuan
Untuk memberikan arah dan makna dalam penyusunan makalah ini, maka perlu
menentukan tujuan. Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memahami bagaimana sistem pengembangan pendidikan jasmani dan olahraga
baik di Jepang maupun di Indonesi.
D. Metodologi
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun tulisan ini adalah metode
kepustakaan dan bahan lainnya yang diunduh dari internet.
E. Pembahasan
1. Konsep Umum Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Jasmani dalam sebutan bahasa Inggris adalah physical, dalam ilmu faal, jasmani disebut
sebagai struktur biologik pada manusia. Secara umum dipahami bahwa jasmani atau jasadia berarti
tubuh manusia. Jasmani dalam pembahasan ini adalah pemanfaatan aktivitas fisik sebagai
manifestasi pengembangan kualitas hidup manusia dalam memenuhi kebugaran secara totalitas dan
keterampilan motorik.
Jasmani disinonimkan dengan pendidikan, maka segala aktivitas jasmani membawa nilai-
nilai pendidikan, yang tidak terikat ataupun tertuju kepada gerakan-gerakan dalam peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan yang umum berlaku seperti olahraga.
Dengan demikian, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Menurut Jesse Feiring Williams dalam William H. Freeman (2001:3) pendidikan Jasmani
adalah tentang sejumlah aktivitas-aktivitas fisik manusia yang dipilih, dan dilaksanakan dengan
maksud untuk mencapai hasil yang bermanfaat bagi tubuh. William menekankan satu hal bahwa
walaupun pendidikan jasmani diartikan mengajar dengan fisik, melalui penggunaan aktivitas-
aktivitas fisik, tujuannya adalah melampaui fisik tersebut. Selanjutnya (KEPMENDIKBUD No.

15
413/u/1987) bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan
yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional
melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan
dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. (Agus Mahendra, 2009: 24). H. J. S. Husdarta (2009: 17)
mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya
pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah
sebagai alat untuk membuat anak sibuk.
Sedangkan pengertian olahraga berdasarkan (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 3 Tahun 2005)
olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta
mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial. Dari ketentuan Internasional Council of
Sport and Physical Education adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan
pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam dikatakan sebagai
olahraga atau sport. Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan ada
interface, tidak sama namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik,
tegasnya aktivitas otot-otot besar atau big muscle activity, bukan fine muscle activity.
Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta
berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan. Adapun pendidikan olahraga adalah
pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Di Amerika Serikat pendidikan jasmani menurut Nixon dan Jewet adalah satu aspek dari
proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan
kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon
mental, emosional dan sosial.
Konsep pendidikan jasmani yang diuraikan Nixon dan Jewet, dapat dikatakan searah
dengan pemahaman di Indonesia yang diuraikan Rusli Lutan (2001: 18), bahwa pendidikan
jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin
dalam konteks pendidikan jasmani yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani.
Karenanya konsep pendidikan jasmani perlu dikuasai oleh para calon guru (mahasiswa penjas) dan
guru yang bersangkutan, sehingga dalam penerapannya memperlihatkan kesetaraan pemahaman.
Selain itu diharapkan dapat melakukan pemetaan konsep dalam penerapan pendidikan
jasmani berdasarkan jenjang pendidikan (kesesuaian kurikulum pendidikan jasmani), termasuk
memaksimalkan potensi-potensi lokal, dalam hal ini permainan tradisional yang dapat
dimodifikasi. Sebagai batasan atau rumusan dari konsep pendidikan jasmani, Arma Abdoellah
(2003;42) menguraikan sebagai salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan peserta didik
melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan
terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta
perkembangan kecerdasan.
Esensi dari substansi pendidikan jasmani ialah pengetahuan tentang gerak insani dalam
konteks pendidikan yang terkait dengan semua aspek pengetahuan yang berlangsung secara
didaktik, rekreatif, untuk dipahami dan dapat dilakukan oleh peserta didik secara utuh. Oleh karena
itu, pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan
beIajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana,
jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.

16
Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah
unik. Penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian
yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Jadi orang-orang yang memiliki kebajikan moral
seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. (Baron Piece de
Coubertin, Penggagas Kebangkitan Olympiads Modern, Perancis).
Posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai
alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang amat dekat dan erat. Maknanya
tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks
keolahragaan secara menyeluruh, memang kian kita sadari perubahan yang terjadi sebagai dampak
dari globalisasi dalam ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia
olahraga (Coomb 2004:7).
Dengan demikian, yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan
olahraga yaitu: (1) pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi dan berperan
dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat dan pluralistik; (2) pendidikan
merupakan upaya peningkatan kualitas kehidupan pribadi masyarakat dan berlangsung seumur
hidup; (3) pendidikan merupakan mekanisme sosial dalam mewariskan nilai, norma, dan kemajuan
yang telah dicapai masyarakat; (4) pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya; (5) dalam undang –
undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem
pendidikan nasional.

2. Sistem Pendidikan di Jepang


Salah satu contoh. Pelajaran penjas 'volley mini' di kelas 4 melibatkan 6 pelajaran
sistematis dalam tahun tersebut. Ibu Sato memutuskan untuk menggunakan pelajaran ketiga
sebagai suatu pelajaran penelitian, sedangkan guru lainnya mengamati secara teliti.

Fase perencanaan
Kelompok Ibu Sato terdiri dari guru senior kelas 4. Untuk mencapai tujuan jangka panjang
(pendidikan untuk klak individu anak) dia mencoba untuk memahami situasi di kelasnya. Dia
merasa bahwa ketika sebagian anak aktif dan memiliki pendapat yang jelas, yang lain memiliki
perasaan yang tidak dapat mereka ungkapkan atau tindak lanjuti.
Agar pendidikan jasmani menyenangkan bagi mereka, di bagian pertama dan kedua dan 6
pelajaran dia meminta anak-anak menciptakan peraturan mereka sendiri untuk membantu mereka
dan orang lain dalam menikmati permainan volley. Setelah permainan dia meluangkan waktu
untuk berefleksi dengan siswa mereka. tentang bagaimana mereka bermain. Mereka juga
mendiskusikan bagaimana mereka dapat memperbaiki permainan untuk melibatkan seseorang
yang sering tersingkirkan, sehingga mereka dapat menikmatinya dengan orang lain.

17
Fase pelaiaran penelitian
Rencana pelajaran yang disiapkan dengan seksama dipelajari oleh semua. anggota
kelompok. Ibu Sato kemudian melaksanakan pelajarannya ketika anggota kelompok dan guru lain
melihat. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan jasmani di kota juga diundang sebagai
seorang konsultan untuk memberi masukan.

Fase diskusi
Ketika pelajaran penelitian selesai, sebuah diskusi dilaksanakan untuk bertukar pendapat
tentang pelajaran, Ini dimulai dengan penjelasan tujuan pelajaran oleh guru. Kemudian guru yang
mengamati, memberikan pendapatnya atau bertanya secara giliran, berkomentar berdasarkan,
pengalaman sendiri.
Mempengaruhi konsep 4 studi pelajaran. Dalam contoh ini, siswa kelas 4 belajar tentang
pentingnya kekuatan teman sebaya. Mereka juga belajar tentang kegiatan kerjasama untuk
merespon perbedaan. Guru dalam kelompok mendapatkan pandangan positif tentang manfaat
pembelajaran kelompok, sebagai cara membantu anak mengemukakan isu-isu mereka sendiri agar
dipecahkan oleh mereka sendiri.
Lebih penting lagi, semua guru mendiskusikan dan mengevaluasi pelajaran, yang
memampukan mereka berbagi topik penting ke seluruh sekolah. Sekarang ini, kebanyakan guru
memahami situasi tiap anak dan berbagi peran tanpa memandang kelas mana yang ditugaskan
kepada mereka. Misalnya guru sering membawa anak laki-laki pulang setelah selesai sekolah,
karena dia tahu anak tersebut mengalami masalah emosi dan orang tuanya bekerja sampai larut
malam.
Masih ada beberapa anak yang menyembunyikan nama sesungguhnya, karena ini akan
mengungkapkan status kesukuan mereka. Namun, kepala sekolah mengomentari apakah anak
mengubah namanya atau ticlak, semua merasa nyaman dan senang sekolah dasar Suzuki.
Sehubungan dengan pendidikan inklusif, sekolah dasar Suzuki berkembang ke arah penyediaan
lingkungan yang lebih baik untuk individu anak. Keefektifan kolaborasi antar guru selama studi
pelajaran secara lugas diakui sebagai elemen yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah
yang inklusif dan terbuka.

3. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia


Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah:
"Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang
paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu
sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru
pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran
wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan
kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan
(penjaskes) dalam kurikulum1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber
belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru
menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap
sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun
berbecla pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.
Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih

18
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid
serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari
pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya
didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat memberikan kekeliruan yang berlarut-larut dalam
proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain bola voli,
mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran
demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam
pendidikan olahraga. Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena
anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya
bermain langsung". Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang
belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk
pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan
mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan pendidikan
olahraga.
Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan, Olahraga
Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
• Sosialisasi atau mendidik via • Sosialisasi atau mendidik ke
olahraga dalam olahraga
• *
Menekankan perkembangan Mengutamakan penguasaan
kepribadian menyeluruh keterampilan berolahraga

• Menekankan • Menekankan
penguasaan penguasaan
keterampilan dasar. teknik dasar

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu
yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai
keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran
teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan
memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik
dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa

19
mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu
gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang
berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola.
Lain lagi dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa
bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak
menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan
yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya
sendiri. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya,
citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa
dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan
memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus
dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu
kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang
di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang
mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan
anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring clengan seringnya mereka
mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak merasa
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Untuk mencegah terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani dan
olahraga harus mengembangkan cara respon siswa terhadap anak yang gagal dan melarang siswa
untuk melemparkan ejekan pada temannya. Sebagai konsep pelaksanaan pendidikan jasmani dan
olahraga di Indonesia, maka diilustrasikan dalam bagan berikut ini.

Gambar 2. Pelaksanaan Pendidikan Jasmani


Ilustrasi konsep pendidikan jasmani dan olahraga tersebut, telah dilandasi dengan berbagai
aspek keilmuan, sehingga pencapaian kebugaran jasmani dan keterampilan motorik melalui
aktivitas manusia, sehingga dapat memberikan nilai (aksiologi).

4. Landasan Falsafah Pendidikan Kebugaran Jasmani

20
Kemana arah pembinaan kebugaran jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani
adalah sebagi berikut:
1. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan berpandangan
bahwa aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di sepanjang hayat.
2. Melalui proses pendidikan tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami bagaiman
membuat rencana kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan sendiri secara perorangan
maupun keperluan kelompok.
3. Untuk menghasilkan seseorang yang terampil menciptakan peluang dan memanfaatkannya
dalam rangka pembinaan kebugaran jasmani. Kemampuan mengatasi stress dan hambatan juga
menjadi tujuan akhir.
Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani, kita
perlu memahami kaidah pengembangan program pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun
kaidah-kaidah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan wakut yang cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
2. Menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara perorangan yang
memang berbeda-beda.
3. Menyediakan aneka kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan siswa.
4. Memberikan informasi umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun hasilnya.
5. Membekali siswa dengan keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan dalam rangka
meningkatkan kebugaran jasmani.
6. Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi siswa.
7. Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk sikap dan
perlakuannya terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur dan
berkesinambungan.
8. Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
9. Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar pendidikan jasmani
disekolah.
10. Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah membuang-buang
waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodranya, anak senang bermain. Ia senang melampiaskan kebebasannya
untuk bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata. Bermain
mengajarkan kenyataan hidup. Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi
pengembangan program yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga tujuan bebetul-betul
dapat tercapai dengan maksimal sesuai apa yang diharapkan.

5. Strategi Pengembangan
Penyiapan program yang dianggap bermutu, tidak akan berjalan dengan sendirinya.
Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1. Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman jasmani yang disenagi di
sepanjang hayat. Karena itu, misalnya, latihan aerobic, stretching (perengangan otot), jalan kaki,
tenis, dan berenang.
2. Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri positif
bahwa ia dapat menguasai keterampilan itu. Sebagai contoh, bagaimana melakukan pemanasan
yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan efektif; atau

21
bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan mendatangkan
kesenangan.
3. Berikan kesempatan yang meluas dan merata sehingga semua anak dengan kemampuan yang
berbeda-beda dapat ikut serta; programnya jangan sampai menjadi monopoli anak yang berbakat.
4. Beri tekanan pada program yang akan mendatangkan maslahat, bukan hanya untuk kepentingan
jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang
diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup aktif sepanjang hayat, keterampilan itu antara
lain, bagaimana mengukur kebugaran diri secara sederhana, megatasi masalah, dan memotivasi
diri.
Bila rambu-rambu pengembangan itu diringkas, maka ada tiga hal pokok yang menjadi
perhatian dalam pegembangan program pendidikan jasmani. Dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 3 : Program Pengembangan Pendidikan Jasmani


F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Bagaimanapun juga, istilah pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga secara prinsip
memang berbeda, walaupun masih banyak juga dalam penerapannya dan pemahaman
dimasyarakat guru pendidikan jasmani, masih terlihat sama. Ini, mungkin implikasi dari tidak
adanya pemahaman yang bisa diterima secara universal tentang definisi pendidikan jasmani dan
olahraga, sehingga tujuannya kurang mengenai sasaran khususnya pendidikan jasmani
sebagaimana yang diharapkan.
Sebagai upaya untuk meminimalisir kondisi tentang kesalah pahaman antara pendidikan
jasmani dan olahraga, maka tulisan ini telah membahas bagaimana perbedaan dan kesamaan
pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga serta pengembangannya, sehingga diharapkan dapat
membantu pembaca untuk mendiferensiasi pengertian dan konsep pendidikan jasmani dan
pendidikan olahraga sehingga pengembangannya juga dapat mencapai maksimal.
Pengembangan olahraga di Indonesi sudah cukup memadai hal ini disebabkan perencanaan
dan program telah dilakukan secara terencana sistematis dan berkesinambungan. Namun bila

22
dibandingkan dengan negara-negara lain kita masih perlu pembenahan atau meningkatkan upaya-
upaya diberbagai bidang khususnya pada bidang IPTEK.
Sedangkan pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya masih banyak kendala-kendala yang
dihadapi seperti: sarana dan prasarana, pemahaman guru penjas itu, masih banyak yang kurang
memahami tentang hakikat pendidikan jasmani yang sebenarnya, sehingga pelaksanaannya-pun
masih mirip dengan olahraga.

2. Saran
Diharapkan pemerintah memberikan perhatian yang lebih serius dan konsistem dalam
mengimplementasikan UU keolahragaan yang ada. Para pelatih dan khusnya guru pendidikan
jasmani harus memahami dan mengetahui perbedaan pendidikan olahraga dan pendidikan jasmani
agar pelaksanaannya tidak salah sasaran. Guru pendidikan jasmani harus memperhatikan tiga hal
pokok dalam megembangan program pendidikan jasmani seperti yang telah dikemukakan di atas
dan strategi pengembangannya.

G. Daftar Pustaka
Ateng Abdul Kadir ,1989. Pengantar Asas Asas Landasan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Rekreasi. Jakarta: P2LPTK Dtjen Dikti.
-------, 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Dep. P & K, Dirjen Dikti
--------,1992. Ke Arah Pembentukan Sistem Pendidikan Jasmani di Indonesia.Makalah disampaikan pada
Konvensi Nasional. Pendidikan Indonesia II di Medan: 4 - 8 Pebruari.

--------,2007. Filsafat Olahraga dan Tantangan Pembangunan Olahraga Indonesia Pada Masa
Mendatang. Makalah disampaikan pada seminar keolahragaan Indonesia di Singaraja, Bali: 26 Mei
http://citatasababa.spaces.live.com/blog/cns80F33206A046D303!189.entry
http://radensomad.com/pengertian-sistem-pendidikan-jasmani.html.
Husdarta H. J. S., 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung.
Lutan Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak Di Sekolah Dasar.
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional DIJDASMEN.
Mahedra Agus. 2009. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.Bandung. Progran Studi Pendidikan
Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Svoboda, B. and R Richtecky, Eds. 1995. Physical Activity for Life: Compaarative Physical Education
and Sport. Vol. 9 Aachen, Ger: Meyer and Meyer.
Freeman H. William . 2001. Physical Education and Sport INA Changing Society. United States of
America. Sixth Edition. Campbell University.

[1] Abidin: Dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Makassar
Posted in: Makalah

Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

23
A. Pengertian Sistem
Sistem berasal bari bahasa Yunani systema, yang berarti sehimpunan bagan atau komponen yang
saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan . Istilah sistem adalah suatu
konsep yang abstrak. Defnisi tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat
komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang terdiri atas komponen-
komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai
suatu hasil (produk). Sebagai contoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat darah, syaraf, dan tulang-
tulang. Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi-fungsi sendiri (fungsi yang berbeda-
beda) dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kesatuan yang hidup.
Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan.
Dari dini dapat dikatakan bahwa system kependidikan merupakan perangkat sarana yang terdiri
dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam rangka melaksanakan proses
pembudayaan masyarakat yang menumbuhkan nilai-nilai yang sama sebangun dengan cita-cita
yang diperjuangkan oleh masyarakat itu sendiri.
Sistem pendidikan pada hakikatnya adalaah seperangkat sarana yang dipolakan untuk
membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami perubahan-perubahan
bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup masyarakat dalam rangka mengejar
cita-cita hidaup yang sejahtera lahir maupun batin.
B. Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan
menyangkut tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur
hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri
peserta didik itu (antara lain bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses
pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode
mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu.
Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga
pendidikan (sekolah) tertentu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa, “Pendidikan
merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur/jenjang. Kurikulum dan peralatan/fasilitas.”
P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak
dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya.
b. Peserta Didik

24
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan umum pendidikan.
c. Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini
bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan
dalam pengelolaan sistem pendidikan.
d. Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
e. Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik.
f. Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta
didik.
g. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih
bervariasi.
h. Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
i. Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud
dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan
dengan efisien dan efektif.
j. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
k. Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem
pendidikan.
l. Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat efesiensi sistem
pendidikan.

Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk model dasar input-output
berikut ini.

Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan
pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pendidikan diantaranya: filsafat negara, agama, sosial,
kebudayaan, ekonomi, politik, dan demografi. Ketujuh faktor ini merupakan supra sistem
pendidikan.
Jadi, pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan tertenun di dalam supra
sistemnya yang terdiri dari tujuh sistem tersebut. Berarti membangun suatu lembaga pendidikan

25
baru atau memperbaiki lembaga pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari supra sistem
tersebut.
C. Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut Sunarya (1969), pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi
kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), merumuskan bahwa pendidikan
nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi Pancasila,
yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu
membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I
Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 Bab XIII
Pasal 31.
D. Pendidikan Nasional Sebagai Suatu Sistem
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan
Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang
dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ktrampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan tujuan pendidikan nsional itulah dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia.
Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu dalam Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
Zahar Idris (1987) mengemukakan bahwa “Pendidikan Nasional sebagai suatu system adalah
karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang memepunyai hubungan fungsional
dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang
sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam Undang Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945”.

Tujuan Pendidikan (Nasional &


UNESCO)
(1) Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.” (2) Pasal 31, ayat
5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”

26
Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas:
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang
No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO:


Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United
Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan
empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan,
yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3)learning to be, dan
(4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut
menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

27

Anda mungkin juga menyukai