OLEH:
Fahmi Suhandinata., S.Ked ( J510185095)
PEMBIMBING:
dr. Tresna Angga, Sp.OT
Disusun Oleh:
Fahmi Suhandinata
J510185095
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
dr. Tresna Angga, Sp.OT (...........................................)
Dipresentasikan di hadapan
dr. Tresna Angga, Sp.OT (...........................................)
II. Anamnesa
A. Keluhan utama :
Nyeri tangan kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada tangan kiri
dan tidak bisa digerakkan. Pasien mengakui bahwa sebelumnya memanjat pagar
dan terjatuh dengan tangan kiri sebagai tumpuhan badan. Tidak terdapat luka
sobek pada tangan yang terkena benturan tersebut.
Pasien mengeluhkan rasa yang sangat sakit pada tangan kiri saat tangan
tersebut digerakkan, namun tidak menjalar. Pasien juga tidak mengeluh
kesemutan. Nyeri berkurang saat tangan tidak digerakkan. Sebelum jatuh
terpeleset,tangan kiri pasien dapat bergerak bebas dan tidak merasa nyeri.
Pasien langsung dibawa ke RSUD ponorogo dan mendapatkan pertolongan
pertama. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada bagian tubuh lain, pasien
tidak mengalami pingsan sesaat setelah kejadian, pingsan (-), pusing (-), sakit
kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), nyeri
perut (-).
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Trauma : disangkal
D. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Gizi : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,5o
B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher
Jejas (-),ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematoma(-), rhinorea(-),
Otorhea(-), conjungtiva anemis (-), pupil isokor (-), reflek cahaya (+/+)
b) Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor (+/+)
c) Thoraks
Dinding torax : jejas (-)
Paru
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikular, rhonki (-/-),whe (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis teraba
Perkusi : batas jantung tidak membesar
Auskultasi : SI-II regular, murmur (-)
d) Abdomen
Inspeksi : jejas (-), distensi (-), masa (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Palpasi : supel, NT (-), defans muskular (-)
Perkusi : timpani, hepar pekak
e) Ekstemitas
Atas : edema (-/+), jejas (-/-), akral hangat (+/+),
deformitas pada regio antebrachii sinistra(+)
Bawah : edema (-/-), jejas (-/-), akral hangat(+/+),
deformitas (-/-)
C. Status lokalis
a) Lokasi trauma : regio antebrachii sinistra
b) Look
Deformitas :
1. Angulasi : (+)Valgus
2. Rotasi :-
3. Translansi :
- Anatomical length :
Edema :+
Luka :-
c) Feel
Nyeri tekan :+
Akral Hangat :+
Capilarry refill time : < 2 detik
Pulsasi a. radialis : +
Fungsi sensorik : n. Radialis (+), n. Ulnaris (+), n. Medianus (+)
d) Move
False movement : +
Krepitasi :+
Nyeri gerak :+
Fungsi Motorik : n. Radialis (-), n. Medianus (-), n. Ulnaris (-)
ROM : terbatas karena nyeri
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah Lengkap tanggal 8 Juni 2013
Keterangan 26/7/2013 Satuan Nilai rujukan
Hematologi rutin
Hb 12,5 g/dl 11-16
Hct 33,6 % 37-50
AL 6,9 10³/µl 4,0-10
AT 227 10³/µl 100-300
AE 4,92 10⁶/µl 3,5-5,5
Indeks eritrosit
MCV 85,7 Fl 82-95
MCH 31,9 Pg 27-31
MCHC 37,2 g/dl 32-36
RDW 15,7 % 11-16
MPV 7,3 Fl 7,2-11,1
PDW 16,1 % 15-17
Kimia klinik
GDS 123 mg/dl < 140
B. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto regio antebrachii
V. DIAGNOSIS KERJA
- Closed fracture complate radius 1/3 distal sinistra
- Closed fracture complete ulna 1/3 distal sinistra
VI . PLANNING
a. Diagnosa
Foto rontgen antebrachii sinistra AP dan Lateral
b. Terapi
Reposisi dan Immoblisasi
o Konservatif
Imobilisasi dengan balut bidai
o Operatif
ORIF
Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1g
Ketorolac 3x1amp
Ranitidin 2x1 amp
RESUME KASUS
Pasien laki-laki berusia 12 tahun, datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri
pada tangan kiri dan tidak bisa digerakkan. Pasien mengakui bahwa sebelumnya
memanjat pagar dan terjatuh dengan tangan kiri sebagai tumpuhan badan. Tidak terdapat
luka sobek pada tangan yang terkena benturan tersebut. nyeri dirasakan memberat pada
saat digerakan dan berkurang pada saat beristirahat. Dari pemeriksaan fisik regio
antebrachii sinistra didapatkan look: deformitas (+), edema (+), luka lecet (-); feel: akral
hangat (+), capilarry refill time < 2 detik, pulsasi a. radialis (+) ; move: nyeri gerak (+),
false movement (+), ROM terbatas karena nyeri. Dari hasil rontgen didapatkan
diskontuinitas tulang radius sinistra 1/3 distal dan diskontinuitas tulang ulna sinistra 1/3
distal.
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik tulang pada anak-anak berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat penting
diketahui bahwa keberhasilan diagnosa dan terapi penyakit orthopedi pada kelompok usia ini
berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan
fisiologi berbeda dengan dewasa. Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak
merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago, yang bisa
menjadi bagian terlemah pada tulang anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth
plate dapat menyebabkan deformitas. Akan tetapi adanya growth plate juga membantu
remodeling yang lebih baik dari suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut. Di
bawah ini adalah beberapa karakteristik struktur dan fungsi tulang anak yang membuatnya
berbeda. 14
a. Remodelling
Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa.
Karena adanya aktivitas dari populasi sel yang banyak, kerusakan pada tulang dapat
diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada dewasa.
b. Ligamen
Seperti jaringan, ligamen adalah satu jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh
manusia. Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa
secara umum sama. Meskipun kekuatan tulang, kartilago, dan otot cenderung
berubah, struktur ligamen tetap tidak berubah seiring pertumbuhan dan
perkembangan.
c. Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-
anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Periosteum anak-anak
sebenarnya mempunyai sebuah lapisan fibrosa luar dan kambium atau lapisan
osteogenik. Menurut Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan kekuatan
mekanis terhadap trauma. Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung
untuk mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat
berguna sebagai bantuan dalam reposisi fraktur dan maintenance. Sebagai
tambahan, fraktur akan sembuh lebih cepat secara signifikan daripada dewasa.
d. Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis
(pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang
panjang agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua
struktur tulang terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4
lapisan, yaitu :
1. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan
merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan
nantinya.
2. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh
menjadi lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperti tumpukan lempeng. Pada area
ini, sel-selnya menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk
perjalanan mereka ke metafisis.
Fraktur dimana bagian yang fraktur hanya satu sisi korteks saja. Paling terjadi
pada umur 5-10 tahun dan terjadi di metafisis dari distal radius.6
- Tulang melengkung
Merupakan hasil yang terjadi karena adanya fraktur mikro pada korteks dan tulang
tersebut tidak kembali pada tempatnya semula. Bentuk ini tidak pernah ditemukan
pada tulang dewasa. Fraktur ini banyak terjadi pada lengan bawah dan tungkai
bawah dimana terjadi plastic deformation pada ulna atau fibula disertai fraktur
pada radius dan ulna. 1
- Fraktur greenstick
Terjadi karena energi yang lebih kuat daripada energi yang menyebabkan tulang
melengkung. Terjadi kerusakan pada sisi tulang yang mendapat tekanan
sedangkan sisi tulang yang medapat kompresi langsung masih tetap intak. Pada
fraktur ini akan terjadi angulasi. 1,6
- Fraktur total
b. Klasifikasi Anatomis
- Fraktur epifisis
- Fraktur metafisis
- Fraktur diafisis
c. Klasifikasi Klinis
- Traumatik
- Patologik
- Stress
Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan
bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan
karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong.
- Fraktur Salter-Haris
Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal
tibia dibagi menjadi lima tipe :
Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya
masih utuh.
Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas
sama sekali dari metafisis.
Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram
epifisis
Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang
besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi
darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa
milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan
menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur
segera setelah trauma. 7,6,11
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah
endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis
medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan
sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam
jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan
jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan
osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan
seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur.
Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang
meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum
mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen. 7,6,11
Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar
yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang
rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang
imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi
kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
terjadinya penyembuhan fraktur. 7,6,11
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap. 7,6,11
5. Fase remodeling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi
proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan
menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk ruang sumsum. 7,6,11
- Os Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii), berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa
articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan
incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di
sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di
bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (crista interossea), margo
anterior (margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah
lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati
oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi.
Gambar 2 Os Radius
- Os Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis
(incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan
trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal
incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya
terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan
incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii.
Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus
ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput
ulnae (capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di
bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris.
Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.
Gambar 3. Os Ulna
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis.
Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot
itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang
lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
2.7 Patofisiologi
Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis
antara anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan (growth
plate), periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastis seperti plastik,
dan kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada
anak-anak.Tulang pada anak-anak lebih lembut dan lebih elastis daripada tulang dewasa,
sehingga lebih tahan terhadap tekanan. Kepadatan tulang pada anak-anak lebih rendah
daripada tulang dewasa, tetapi periosteumnya lebih tebal. Karena tulang pada anak-anak
mempunyai elastisitas yang tinggi dan periosteum yang tebal maka jarang didapatkan fraktur
komplit pada anak-anak. 1,6,9,14
Fraktur greenstick merupakan fraktur inkomplit pada anak-anak. Fraktur greenstick
terjadi karena adanya kompresi longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur greenstick
yaitu angulasi ke volar (sering ditemukan) dan angulasi ke dorsal (jarang ditemukan). 4,15
Pola fraktur greenstick terjadi sebagai akibat dari elastisitas tulang. Fraktur pada
anak-anak paling sering disebabkan jatuh karena bermain atau sedang berolahraga. Faktor
resiko terjadinya fraktur greenstick adalah aktivitas dengan resiko jatuh atau dapat juga
karena adanya pukulan (kompresi) pada lengan bawah. 13
2.8 Gambaran klinis
2.8.1 Anamnesa
Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena
jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak
disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang
disertai dislokasi fragmen yang minimal. 12
Riwayat trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya
trauma tersebut. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu
terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Pada fraktur greenstick dapat
terjadi karena jatuh (kompresi longitudinal) atau adanya pukulan pada lengan bawah. 4,12,13
Dapat juga didapatkan keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmen patahannya
stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Pada anak-anak yang lebih kecil akan
menghindari gerakan pada lengannya sehingga terjadi ”pseudoparalisis”. Pada fraktur
greenstick juga terdapat nyeri di daerah fraktur. 2
Perlu diperhatikan lokasi keluhannya. Anak-anak dengan fraktur pada lengan bawah
akan terjadi nyeri, bengkak dan krepitasi yang merupakan diagnosa pasti. Fraktur greenstick
dapat menunjukkan deformitas lebih jelas yang menjelaskan bahwa terjadi kerusakan yang
lebih berat. 2
Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya fraktur terdiri atas tiga langkah
yaitu lihat (inspeksi/look), raba (palpasi/feel), dan gerakan (move).
a. Inspeksi / look
Terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan
warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang
patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar,
pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.
b. Palpasi / feel
Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapatkan juga secara
objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri
tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan
yang patah searah dengan sumbunya.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi
pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian di atas dan di
bawah cedera, status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat
diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur.
Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya,
pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), dan
sensibilitas. 7
c. Gerakan / move
Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin
fraktur. Adanya keterbatasan gerakan disertai nyeri dan deformitas menunjukkan
adanya fraktur.
2.12 Komplikasi
Dapat terjadi penjeratan neurovascular pada daerah lengan bawah. Selain itu dapat
terjadi deformitas berulang, re-angulasi lebih banyak terjadi pada fraktur greenstick dengan
angulasi ke ventral daripada dorsal. Dan banyak juga terjadi pada fraktur greenstick pada
radius sedangkan ulna masih intak.
BAB III
KESIMPULAN
Karakteristik tulang pada anak-anak berbeda dengan tulang pada dewasa, tulang
pada anak mempunyai elastisitas yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya fraktur
yang khas pada anak-anak, salah satunya yaitu fraktur greenstick. Lokasi fraktur pada anak-
anak paling sering pada lengan bawah dikarenakan saat anak bermain dan terjatuh. Terapi
pada fraktur greenstick umumnya tidak memerlukan tindakan pembedahan, hanya
menggunakan reposisi tertutup dan diimobilisasi menggunakan gips selama jangka waktu
tertentu tergantung umur. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya deformitas
berulang, namun hal ini dapat dicegah dengan evaluasi selama pemasangan gips.
DAFTAR PUSTAKA