Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN


CLOSED FRACTURE COMPLATE 1/3 DISTAL RADIUS ULNA SINISTRA

OLEH:
Fahmi Suhandinata., S.Ked ( J510185095)

PEMBIMBING:
dr. Tresna Angga, Sp.OT

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
CASE REPORT

SEORANG LAKI-LAKI USIA 12 TAHUN


CLOSED FRACTURE COMPLATE 1/3 DISTAL RADIUS ULNA SINISTRA

Disusun Oleh:
Fahmi Suhandinata
J510185095

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing
dr. Tresna Angga, Sp.OT (...........................................)

Dipresentasikan di hadapan
dr. Tresna Angga, Sp.OT (...........................................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. S
 Kelamin : laki-laki
 Umur : 12 tahun
 Alamat : Paringan, Jenangan
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar
 Tanggal masuk RS : 13/03/2019
 Tanggal pemeriksaan : 13/03/2019

II. Anamnesa
A. Keluhan utama :
Nyeri tangan kiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada tangan kiri
dan tidak bisa digerakkan. Pasien mengakui bahwa sebelumnya memanjat pagar
dan terjatuh dengan tangan kiri sebagai tumpuhan badan. Tidak terdapat luka
sobek pada tangan yang terkena benturan tersebut.
Pasien mengeluhkan rasa yang sangat sakit pada tangan kiri saat tangan
tersebut digerakkan, namun tidak menjalar. Pasien juga tidak mengeluh
kesemutan. Nyeri berkurang saat tangan tidak digerakkan. Sebelum jatuh
terpeleset,tangan kiri pasien dapat bergerak bebas dan tidak merasa nyeri.
Pasien langsung dibawa ke RSUD ponorogo dan mendapatkan pertolongan
pertama. Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri pada bagian tubuh lain, pasien
tidak mengalami pingsan sesaat setelah kejadian, pingsan (-), pusing (-), sakit
kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), nyeri
perut (-).
C. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
 Riwayat Trauma : disangkal
D. Riwayat Penyakit keluarga
 Riwayat Alergi : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
 Keadaan Umum : Baik
 Gizi : Cukup
 Kesadaran : Compos Mentis E4V5M6
 Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,5o
B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher
 Jejas (-),ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematoma(-), rhinorea(-),
Otorhea(-), conjungtiva anemis (-), pupil isokor (-), reflek cahaya (+/+)
b) Mata
 Konjungtiva : Anemis (-/-)
 Sklera : Ikterus (-/-)
 Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor (+/+)
c) Thoraks
 Dinding torax : jejas (-)
 Paru
 Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-/-)
 Palpasi : iktus cordis teraba
 Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
 Auskultasi : suara dasar vesikular, rhonki (-/-),whe (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus cordis teraba
 Perkusi : batas jantung tidak membesar
 Auskultasi : SI-II regular, murmur (-)
d) Abdomen
 Inspeksi : jejas (-), distensi (-), masa (-)
 Auskultasi : peristaltik (+) normal
 Palpasi : supel, NT (-), defans muskular (-)
 Perkusi : timpani, hepar pekak
e) Ekstemitas
 Atas : edema (-/+), jejas (-/-), akral hangat (+/+),
deformitas pada regio antebrachii sinistra(+)
 Bawah : edema (-/-), jejas (-/-), akral hangat(+/+),
deformitas (-/-)
C. Status lokalis
a) Lokasi trauma : regio antebrachii sinistra
b) Look
 Deformitas :
1. Angulasi : (+)Valgus
2. Rotasi :-
3. Translansi :
- Anatomical length :

 Edema :+
 Luka :-
c) Feel
 Nyeri tekan :+
 Akral Hangat :+
 Capilarry refill time : < 2 detik
 Pulsasi a. radialis : +
 Fungsi sensorik : n. Radialis (+), n. Ulnaris (+), n. Medianus (+)
d) Move
 False movement : +
 Krepitasi :+
 Nyeri gerak :+
 Fungsi Motorik : n. Radialis (-), n. Medianus (-), n. Ulnaris (-)
 ROM : terbatas karena nyeri
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah Lengkap tanggal 8 Juni 2013
Keterangan 26/7/2013 Satuan Nilai rujukan
Hematologi rutin
Hb 12,5 g/dl 11-16
Hct 33,6 % 37-50
AL 6,9 10³/µl 4,0-10
AT 227 10³/µl 100-300
AE 4,92 10⁶/µl 3,5-5,5
Indeks eritrosit
MCV 85,7 Fl 82-95
MCH 31,9 Pg 27-31
MCHC 37,2 g/dl 32-36
RDW 15,7 % 11-16
MPV 7,3 Fl 7,2-11,1
PDW 16,1 % 15-17
Kimia klinik
GDS 123 mg/dl < 140

B. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto regio antebrachii
V. DIAGNOSIS KERJA
- Closed fracture complate radius 1/3 distal sinistra
- Closed fracture complete ulna 1/3 distal sinistra

VI . PLANNING
a. Diagnosa
 Foto rontgen antebrachii sinistra AP dan Lateral
b. Terapi
 Reposisi dan Immoblisasi
o Konservatif
Imobilisasi dengan balut bidai
o Operatif
ORIF
 Medikamentosa
 Infus RL 20 tpm
 Cefotaxime 2x1g
 Ketorolac 3x1amp
 Ranitidin 2x1 amp

RESUME KASUS

Pasien laki-laki berusia 12 tahun, datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri
pada tangan kiri dan tidak bisa digerakkan. Pasien mengakui bahwa sebelumnya
memanjat pagar dan terjatuh dengan tangan kiri sebagai tumpuhan badan. Tidak terdapat
luka sobek pada tangan yang terkena benturan tersebut. nyeri dirasakan memberat pada
saat digerakan dan berkurang pada saat beristirahat. Dari pemeriksaan fisik regio
antebrachii sinistra didapatkan look: deformitas (+), edema (+), luka lecet (-); feel: akral
hangat (+), capilarry refill time < 2 detik, pulsasi a. radialis (+) ; move: nyeri gerak (+),
false movement (+), ROM terbatas karena nyeri. Dari hasil rontgen didapatkan
diskontuinitas tulang radius sinistra 1/3 distal dan diskontinuitas tulang ulna sinistra 1/3
distal.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan tulang anak-anak dengan dewasa

Karakteristik tulang pada anak-anak berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat penting
diketahui bahwa keberhasilan diagnosa dan terapi penyakit orthopedi pada kelompok usia ini
berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan
fisiologi berbeda dengan dewasa. Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak
merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago, yang bisa
menjadi bagian terlemah pada tulang anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth
plate dapat menyebabkan deformitas. Akan tetapi adanya growth plate juga membantu
remodeling yang lebih baik dari suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut. Di
bawah ini adalah beberapa karakteristik struktur dan fungsi tulang anak yang membuatnya
berbeda. 14
a. Remodelling

Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa.
Karena adanya aktivitas dari populasi sel yang banyak, kerusakan pada tulang dapat
diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada dewasa.

Struktur anatomis tulang anak-anak juga mempunyai fleksibilitas yang tinggi


sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini
menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur;
sehingga dapat terjadi gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai
pada dewasa, seperti pada fraktur buckle (torus) dan greenstick.

b. Ligamen

Seperti jaringan, ligamen adalah satu jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh
manusia. Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa
secara umum sama. Meskipun kekuatan tulang, kartilago, dan otot cenderung
berubah, struktur ligamen tetap tidak berubah seiring pertumbuhan dan
perkembangan.

c. Periosteum

Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-
anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Periosteum anak-anak
sebenarnya mempunyai sebuah lapisan fibrosa luar dan kambium atau lapisan
osteogenik. Menurut Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan kekuatan
mekanis terhadap trauma. Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung
untuk mengalami displace seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat
berguna sebagai bantuan dalam reposisi fraktur dan maintenance. Sebagai
tambahan, fraktur akan sembuh lebih cepat secara signifikan daripada dewasa.

d. Growth Plate

Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis
(pusat penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang
panjang agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua
struktur tulang terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4
lapisan, yaitu :

1. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan
merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan
nantinya.

2. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh
menjadi lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperti tumpukan lempeng. Pada area
ini, sel-selnya menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk
perjalanan mereka ke metafisis.

3. Hypertrophic zone: Sel-sel di area ini cenderung membengkak dan berubah


menjadi lebih katabolik. Sel mempersiapkan matriks untuk mengalami
kalsifikasi dan berubah menjadi tulang. Area ini menjadi letak terlemah secara
mekanis.

4. Calcified zone: Secara metabolik, matriks menyebar untuk deposisi garam


kalsium, dan membentuk osteoid. Di daerah yang dekat metafisis, cabang-
cabang pembuluh darah kecil menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.

Gambar 1. Bagian-bagian dari tulang immatur

2.2 Klasifikasi fraktur pada anak 4,7

Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis,


anatomis, klinis dan fraktur yang khusus pada anak.
a. Klasifikasi Radiologi

- Fraktur Buckle atau torus

Fraktur dimana bagian yang fraktur hanya satu sisi korteks saja. Paling terjadi
pada umur 5-10 tahun dan terjadi di metafisis dari distal radius.6

- Tulang melengkung

Merupakan hasil yang terjadi karena adanya fraktur mikro pada korteks dan tulang
tersebut tidak kembali pada tempatnya semula. Bentuk ini tidak pernah ditemukan
pada tulang dewasa. Fraktur ini banyak terjadi pada lengan bawah dan tungkai
bawah dimana terjadi plastic deformation pada ulna atau fibula disertai fraktur
pada radius dan ulna. 1

- Fraktur greenstick

Terjadi karena energi yang lebih kuat daripada energi yang menyebabkan tulang
melengkung. Terjadi kerusakan pada sisi tulang yang mendapat tekanan
sedangkan sisi tulang yang medapat kompresi langsung masih tetap intak. Pada
fraktur ini akan terjadi angulasi. 1,6

- Fraktur total

b. Klasifikasi Anatomis

- Fraktur epifisis

- Fraktur lempeng epifisis

- Fraktur metafisis

- Fraktur diafisis

c. Klasifikasi Klinis

- Traumatik

- Patologik

- Stress

d. Fraktur khusus pada anak


- Fraktur akibat trauma kelahiran

Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan
bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan
karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong.

- Fraktur Salter-Haris

Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal
tibia dibagi menjadi lima tipe :

Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya
masih utuh.

Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas
sama sekali dari metafisis.

Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram
epifisis

Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan


kematian dari sebagian cakram tersebut.

2.3 Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang


panjang), tulang kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan
pada tulang rawan persendian. 7,6,11

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang
besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami
robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi
darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa
milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan
menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur
segera setelah trauma. 7,6,11
2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah
endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis
medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan
sel berasal dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam
jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan
jumlah dari sel-sel osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan
osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan
seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur.
Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang
meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum
mengandung tulang sehingga merupakan suatu daerah radiolusen. 7,6,11

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar
yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang
rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan
perlengketan polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang
imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi
kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama
terjadinya penyembuhan fraktur. 7,6,11

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamelar dan kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap. 7,6,11

5. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang
menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase
remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi
proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan
menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk ruang sumsum. 7,6,11

2.4 Anatomi antebrachii

- Os Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (capitulum radii), berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (fossa
articularis) yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan dengan
incisura radialis ulnae. caput radii terpisah dari corpus radii oleh collum radii. Di
sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt tuberositas radii. Corpus radii di
bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea (crista interossea), margo
anterior (margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius melebar ke arah
lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati
oleh tendo. Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi.

Gambar 2 Os Radius

- Os Ulna

Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya
terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis
(incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan
trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal
incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah caudalnya
terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral dan
incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput radii.
Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus
ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput
ulnae (capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di
bagian dorsal terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris.
Ujung distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.
Gambar 3. Os Ulna

Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar
yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis.
Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang
terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi
radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot
itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang
lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

Gambar 4. Anatomi radius dan ulna


(dikutip dari atlas anatomi Sobotta ; referensi 9)
2.5 Definisi
Antebrachii atau forearm atau lengan bawah adalah bagian anggota badan diantara
siku dan pergelangan tangan.8
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuintas struktur tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Atau dapat juga diartikan
sebagai terputusnya kontinuitas pada tulang, dengan atau tanpa displacement dari
fragmennya. 15
Fraktur greenstick adalah fraktur dimana salah satu sisi patah dan sisi lainnya
melengkung. Disebut fraktur greenstick karena bentuk patahannya sama dengan patahan
dahan hijau (pohon muda segar), dimana jika dahan hijau patah maka hanya satu sisi saja
yang patah sedangkan sisi yang lainnya melengkung tetapi masih intak. Fraktur greenstick
terjadi apabila ada robekan periosteum dan kortex pada daerah konveks dari deformitas.Pada
fraktur greenstick, ada bagian korteks yang masih intak. Jadi pada fraktur greenstick, fraktur
terjadi pada korteks yang terdapat pada sisi yang berlawanan dari arah energi sedangkan
korteks yang langsung mendapat energi masih intak. Fraktur greenstick merupakan fraktur
yang stabil karena sebagian dari tulang tetap utuh dan tak terputus. 2,4,6,13
Bentuk fraktur pada anak-anak yaitu plastic deformation, fraktur buckle atau torus,
fraktur greenstick, fraktur komplit, dan kerusakan pada lempeng pertumbuhan. Fraktur
greenstick termasuk dalam fraktur incomplete pada anak-anak. 1,5
2.6 Insiden
Fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur yang paling sering (lebih dari 50%)
terjadi pada anak-anak. Fraktur pada anak-anak lebih sering terjadi pada metafisis.Fraktur
dapat mengenai salah satu tulang baik radius atau ulna saja, tapi kebanyakan pada kedua
tulang. Dimana 75% fraktur pada radius dan ulna terjadi pada sepertiga distal. Puncak umur
terjadinya fraktur pada anak-anak adalah antara 5-12 tahun dengan rata-rata umur 8 tahun.
1,2,4

2.7 Patofisiologi
Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis
antara anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan (growth
plate), periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastis seperti plastik,
dan kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada
anak-anak.Tulang pada anak-anak lebih lembut dan lebih elastis daripada tulang dewasa,
sehingga lebih tahan terhadap tekanan. Kepadatan tulang pada anak-anak lebih rendah
daripada tulang dewasa, tetapi periosteumnya lebih tebal. Karena tulang pada anak-anak
mempunyai elastisitas yang tinggi dan periosteum yang tebal maka jarang didapatkan fraktur
komplit pada anak-anak. 1,6,9,14
Fraktur greenstick merupakan fraktur inkomplit pada anak-anak. Fraktur greenstick
terjadi karena adanya kompresi longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur greenstick
yaitu angulasi ke volar (sering ditemukan) dan angulasi ke dorsal (jarang ditemukan). 4,15
Pola fraktur greenstick terjadi sebagai akibat dari elastisitas tulang. Fraktur pada
anak-anak paling sering disebabkan jatuh karena bermain atau sedang berolahraga. Faktor
resiko terjadinya fraktur greenstick adalah aktivitas dengan resiko jatuh atau dapat juga
karena adanya pukulan (kompresi) pada lengan bawah. 13
2.8 Gambaran klinis

2.8.1 Anamnesa
Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena
jelasnya keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak
disadari oleh penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang
disertai dislokasi fragmen yang minimal. 12
Riwayat trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya
trauma tersebut. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu
terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma. Pada fraktur greenstick dapat
terjadi karena jatuh (kompresi longitudinal) atau adanya pukulan pada lengan bawah. 4,12,13
Dapat juga didapatkan keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmen patahannya
stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Pada anak-anak yang lebih kecil akan
menghindari gerakan pada lengannya sehingga terjadi ”pseudoparalisis”. Pada fraktur
greenstick juga terdapat nyeri di daerah fraktur. 2
Perlu diperhatikan lokasi keluhannya. Anak-anak dengan fraktur pada lengan bawah
akan terjadi nyeri, bengkak dan krepitasi yang merupakan diagnosa pasti. Fraktur greenstick
dapat menunjukkan deformitas lebih jelas yang menjelaskan bahwa terjadi kerusakan yang
lebih berat. 2

2.8.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya fraktur terdiri atas tiga langkah
yaitu lihat (inspeksi/look), raba (palpasi/feel), dan gerakan (move).
a. Inspeksi / look
Terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan
warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang
patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar,
pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Pasien diinstruksikan
untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.
b. Palpasi / feel
Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapatkan juga secara
objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri
tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan
yang patah searah dengan sumbunya.
Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi
pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian di atas dan di
bawah cedera, status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat
diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur.
Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya,
pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), dan
sensibilitas. 7
c. Gerakan / move
Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin
fraktur. Adanya keterbatasan gerakan disertai nyeri dan deformitas menunjukkan
adanya fraktur.

2.9 Pemeriksaan penunjang


Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal
harus dua proyeksi yaitu anteroposterior(AP) dan lateral. Foto rontgen X-ray dapat
menunjukkan fraktur greenstick. Tetapi dalam beberapa kasus, pada foto rontgen X-ray
susah dilihat adanya fraktur greenstick, hal ini disebabkan karena tulang pada anak-anak
masih lunak sehingga gambaran pada foto rontgen X-ray kurang jelas. Dalam kasus ini,
ultrasound atau computerized tomography (CT) scan dapat menunjukkan gambaran yang
lebih baik. 7,16

Gambar 6 foto rontgen X-ray fraktur greenstick

Gambar 7 CTscan fraktur greenstick


2.10 Diagnosa

Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang yaitu radiologis.4 Pada anamnesa didapatkan adanya riwayat trauma
(jatuh/kompresi longitudinal atau terpukul pada lengan bawah), nyeri, pembengkakan,
perubahan bentuk pada lengan bawah. Pada pemeriksaan fisik pada lengan bawah didapatkan
deformitas (angulasi dan rotasi), bengkak atau kebiruan, fungsio laesa, nyeri tekan, krepitasi
serta nyeri bila digerakkan, baik gerak aktif maupun pasif. 7 Sebagai penunjang, pemeriksaan
yang penting adalah pemeriksan radiologi. Untuk melengkapi deskripsi fraktur dan dasar
untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral.
Ultrasound atau computerized tomography (CT) scan dapat juga digunakan untuk
menunjukkan gambaran yang lebih baik. 7
2.11 Penatalaksanaan
Pedoman terapi fraktur berdasarkan umur dari anak, lokasi fraktur dan derajat
displacement dan angulasi. Terapi yang digunakan adalah dengan reposisi tertutup dan
immobilisasi dengan gips. Reposisi fraktur dapat menggunakan semua teknik anestesi secara
umum, termasuk intramuscular, sedasi intravena, blok axilla atau anestesi umum. Fraktur
pada anak-anak jarang dibutuhkan tindakan bedah dibandingkan fraktur pada dewasa. Fraktur
sepertiga distal sampai sepertiga tengah dari lengan bawah dapat diterapi dengan short-arm
cast, long-arm cast dapat juga digunakan untuk mencegah terjadinya late displacement atau
angulasi. Displacement yang signifikan pada fraktur lengan bawah dapat digunakan long-arm
cast untuk mengontrol rotasi dan angulasi. Karena pada fraktur greenstick terdapat rotasi dan
angulasi maka sebaiknya menggunakan long-arm cast dengan siku difleksikan 90 derajat.
Angulasi pada fraktur greenstick dapat direposisi dengan traksi dan kontertraksi. Pada fraktur
greenstick sering dilakukan pematahan pada korteks yang berlawanan untuk mencegah
angulasi berulang selama di dalam gips. 2,10
Derajat angulasi yang dapat diterima pada fraktur sepertiga tengah radius dan ulna
yaitu hingga 30 derajat pada bayi, sedangkan pada anak-anak hingga 15 derajat tergantung
umur. Pada anak-anak, jika angulasi kurang dari 10 derajat dengan umur kurang dari 10 tahun
maka tidak memerlukan koreksi angulasi. Sedangkan angulasi yang dapat diterima pada
fraktur sepertiga distal radius dan ulna yaitu hingga 30 derajat pada bayi dan 15 derajat pada
anak-anak.
Reposisi pada fraktur greenstick dengan angulasi ke volar adalah dengan
memposisikan lengan bawah dalam posisi pronasi, sedangkan jika angulasi ke dorsal maka
lengan bawah dalam posisi supinasi. Selama reposisi perlu untuk menjaga tekanan pada sendi
periosteal tetap utuh. Long-arm cast dapat digunakan setelah lengan bawah diposisikan
supinasi atau pronasi.
Evaluasi terapi dilakukan setiap minggu selama 3 minggu untuk mengetahui adanya
re-angulasi pada fraktur setelah swelling menghilang. Jika re-angulasi terjadi kurang dari 2
minggu maka dapat dilakukan koreksi manual, tetapi jika sudah lebih dari 2 minggu angulasi
dapat menjadi permanen karena proses penyembuhan berjalan cepat. Selama dan sesudah
pemasangan gips, pada umumnya pasien tidak memerlukan latihan fisioterapi secara khusus.
10

2.12 Komplikasi

Dapat terjadi penjeratan neurovascular pada daerah lengan bawah. Selain itu dapat
terjadi deformitas berulang, re-angulasi lebih banyak terjadi pada fraktur greenstick dengan
angulasi ke ventral daripada dorsal. Dan banyak juga terjadi pada fraktur greenstick pada
radius sedangkan ulna masih intak.
BAB III
KESIMPULAN

Karakteristik tulang pada anak-anak berbeda dengan tulang pada dewasa, tulang
pada anak mempunyai elastisitas yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya fraktur
yang khas pada anak-anak, salah satunya yaitu fraktur greenstick. Lokasi fraktur pada anak-
anak paling sering pada lengan bawah dikarenakan saat anak bermain dan terjatuh. Terapi
pada fraktur greenstick umumnya tidak memerlukan tindakan pembedahan, hanya
menggunakan reposisi tertutup dan diimobilisasi menggunakan gips selama jangka waktu
tertentu tergantung umur. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah adanya deformitas
berulang, namun hal ini dapat dicegah dengan evaluasi selama pemasangan gips.
DAFTAR PUSTAKA

1. Luqmany Raashid. Textbook of orthopaedics, trauma and rheumatology. Mosby


Elsevier New York. 2008
2. Pizzutilo D Peter. Pediatric orthopaedics in primary practice international edition.
McGraw-Hill New York.1997
3. Carter MA, Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam Price SA, Wilson LM,
Patofisiologi Konsep-konsep Klinis Proses- proses Penyakit, Buku II, edisi 4, EGC,
Jakarta, 1994
4. Rasjad Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. PT yarsif Watampone. Jakarta.
2007
5. Wienstein L Stuart. Turek’s orthopaedics sixth edition. Lippincott Wilkins. New
York. 2005
6. Greene B Walter. Netter’s Orthopaedics. Saunder Elsevier. New York. 2007
7. Rasjad C, Trauma dalam Pengantar Ilmu Bedah Orthopaedi, Bintang Lamumpatue
Ujung Pandang, 1998
8. Dorland. Kamus saku kedokteran edisi 25.Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.1998
9. Skinner B Harry. Current diagnosis and treatment in orthopaedics third edition
international edition.Lange medical book. North America. 2003
10. Mercier R Lonnie. Practical orthopaedics sixth edition. Mosby Elsevier. Nebraska.
2008
11. Sjamsuhidajat R, Sistem Muskuloskeletal dalam Syamsuhidajat R, de Jong W, Buku
Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai