Anda di halaman 1dari 24

1.

Fertilisasi dan tahap perkembangan embriologi

Bagaimana Morning Sickness Bisa Terjadi

Keadaan mual dan muntah saat hamil ini dapat dipicu berbagai hal, namun mekanisme
terjadinya belum sepenuhnya dipastikan. Beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan
seorang ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari wanita pada umumnya adalah
(Quinlan, 2003):

1. Perubahan gerakan lambung karena adanya peningkatan hormone progesteron.


Peningkatan hormon progesteron ini memicu disritmia pada lambung sehingga waktu
transit makanan di lambung menjadi lebih lama. Hal ini akan memicu rasa mual
bahkan muntah bagi beberapa wanita hamil.

Pada wanita hamil terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang
menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mungkin
akibat jumlah progesteron tinggi selama kehamilan, sehingga terjadi penurunan kadar motilin
yang merupakan suatu peptida yang diketahui mempunyai efek terhadap perangsangan otot-
otot halus. Selain itu perbesaran uterus juga dapat menekan diafragma, lambung dan usus,
sehingga terjadi penurunan gerakan peristaltik (Jojor. 2011).

1. Peningkatan hormon HCG (Human chorionic gonadotropin), hormon plasenta ini


dapat memicu pusat mual yaitu chemoreceptor trigger zone sehingga menyebabkan
mual dan muntah saat hamil (Jojor, 2011).
2. Peningkatan hormone estrogen dan penurunan hormone TSH (Thyrotropin-
Stimulating Hormone). Tiga hormon ini dipercaya merupakan beberapa faktor yang
berpengaruh dalam mual dan muntah hebat atau yang lebih dikenal dengan istilah
hyperemesis gravidarum pada kehamilan.
3. Infeksi Helicobacter pylori. Pada beberapa penelitian terkini diduga infeksi H.pylori
berkaitan dengan kejadian hyperemesis gravidarum pada wanita hamil.

Tatalaksana Morning Sickness

Pengobatan yang bisa dipilihkan untuk terapi mual dan muntah pada wanita hamil yang
disarankan adalah mengikuti alur algoritma berikut (Niebyl, 2010):
Gambar 1. Alur Algoritma Terapi morning sickness

Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:

1. Piridoksin (Vitamin B6)

Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat hamil belum
dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja mengubah protein dari
makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu
piridoksin juga mengubah karbohidrat menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin
mengatasi mual dan muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan
piridoksin pada wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk
morning sickness adalah 25mg (Pressman, 1997).

1. Antihistamin

Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan dengan


piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness pada wanita hamil.
Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah golongan H-1 bloker seperti
difenhidramin, loratadin, dan sebagainya (Anonim, 2007).

1. Fenotiazin dan Metoklopramid

Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan antihistamin.
Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin, penggunaannya terkait
dengan diskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya
tergantung lama pemberian obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu
tidak disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).

1. Ondansentron

Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning sickness
tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson (Einarson, 2004),
penggunaan ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan
(rata-rata 5-9 minggu kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.

1. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis gravidarum, namun
penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat beresiko terjadi bibir sumbing
(Dipiro, 2008).

1. Jahe

Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk kehamilan (Dipiro,
2008).

4. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu hamil

5. Pemeriksaan Berat Badan


6. Pemeriksaan berat badan akan selalu dilakukan, tiap kali Mum mengunjungi dokter
kandungan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat badan Mum.
Selain itu, juga dapat diketahui normal tidaknya pertambahan berat badan. Karena
pertambahan berat badan yang tidak normal dapat memengaruhi kesehatan Mum dan
si Kecil.
7. Pemeriksaan Tinggi Badan
8. Mengukur tinggi badan, umumnya dilakukan saat Mum pertama kali memeriksakan
kehamilan. Tinggi badan Mum akan diukur untuk mengetahui ukuran panggul.
Ukuran panggul inilah yang nantinya menentukan Mum bisa melahirkan secara
normal atau tidak. Hal ini juga bertujuan untuk menyiapkan diri Mum secara mental
jika memang tak dimungkinkan persalinan secara normal.
9. Pemeriksaan Urin
10. Pemeriksaan urin umumnya dilakukan saat pertama kali untuk memastikan
kehamilan. Pemeriksaan ini juga sangat penting karena dapat mengetahui fungsi
ginjal ibu hamil, seperti menghitung kadar gula dalam darah. Nah, pemeriksaan kadar
gula darah ini dilakukan untuk memastikan bahwa Mum memiliki risiko diabetes atau
tidak.
11. Pemeriksaan Detak Jantung
12. Tahap ini tak hanya dapat dilakukan untuk memeriksakan detak jantung Mum, tapi
juga detak jantung janin. Pemeriksaan ini menggunakan teknik dopler yang
memungkinkan Mum dapat mendengarkan detak jantung janin di dalam kandungan.
Pemeriksaan ini, bisa menjadi momen yang sangat spesial bagi Mum, lho.
13. Pemeriksaan Dalam
14. Pemeriksaan ini, selain bertujuan memastikan kehamilan juga memeriksa ada
tidaknya tumor, kondisi abnormal dalam rongga panggul, bisul atau erosi pada mulut
rahim, serta pengambilan lendir untuk mengetahui adanya penyakit yang dapat
membahayakan Mum dan janin. Agar hasil pemeriksaan lebih optimal, ada baiknya
Mum mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan rutin mengonsumsi makanan
sehat.
15. Pemeriksaan Perut dan Kaki
16. Pemeriksaan perut akan dilakukan tiap kali Mum melakukan pemeriksaan rutin ke
dokter kandungan. Tujuannya adalah untuk melihat posisi atas rahim, mengukur
pertumbuhan janin, serta mengetahui posisi janin dalam kandungan. Sedangkan
pemeriksaan kaki dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pembengkakan dan
varises.
17. Pemeriksaan Darah
18. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kesehatan umum pada ibu hamil.
Saat pemeriksaan ini, biasanya dokter kandungan juga akan menyarankan pemilihan
susu ibu hamil terbaik, misalnya jika Mum kekurangan nutrisi seperti Zat Besi.
Sebaiknya konsultasikan segala keluhan Mum pada sesi ini.
19. Uji TORCH
20. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya infeksi Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpesimpleks dalam tubuh Mum. Jika tidak
ditangani dengan baik, Infeksi TORCH dapat menyebabkan bayi lahir cacat.
21. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan tiap empat minggu sekali hingga usia
kehamilan 28 minggu. Selanjutnya dua minggu sekali dari usia 28-36 minggu dan
seminggu sekali dari usia kehamilan 36 minggu hingga melahirkan. Dalam
pemeriksaan rutin ini, jangan ragu untuk menanyakan segala hal yang berkaitan
dengan kondisi kesehatan Mum dan janin.
22. Tak hanya pemeriksaan kehamilan, dukungan kehamilan juga bisa didapatkan dari
makanan bergizi dan susu ibu hamil seperti Frisomum Gold yang diperkaya ALA,
LA, Nukleotida, Asam Folat, Kalsium dan Zat Besi untuk membantu melindungi
Mum dan janin dari dalam. Baiknya lagi, Friso diproduksi dengan Single Process, di
mana susu tidak dipanaskan berlebih, sehingga nutrisinya tetap terjaga dan dapat
diserap tubuh dengan baik.
23. . Pengecekan Berat Badan
24. Dalam kondisi hamil, berat badan adalah salah satu poin penting yang harus selalu
dipantau. Jika seorang calon ibu memiliki berat badan normal, besar kemungkinan
bahwa proses kelahirannya akan normal.
25. Namun ada beberapa masalah yang mungkin dialami oleh calon ibu dengan berat
badan tak normal. Bisa jadi dia sebelumnya terlalu kurus atau mungkin punya berat
badan berlebih.
26. Bidan atau dokter akan memberikan saran-saran yang efektif supaya seorang calon
ibu bisa menyeimbangkan berat badannya dalam keadaan normal. Sehingga nantinya
proses persalinan bisa dijalani secara aman dan sehat.
27. 2. Pengecekan Tinggi Badan
28. Selain berat badan, tinggi badan juga harus diperiksa oleh dokter atau bidan.
Pengecekan ini dilakukan pada awal pemeriksaan. Apa kaitannya tinggi badan dan
kondisi kehamilan?
29. Sebenarnya pengukuran tinggi badan dijalankan untuk mengetahui ukuran panggul
dari calon ibu. Dari ukuran panggul juga, kita bisa mengetahui apakah nantinya proses
persalinan akan berjalan normal atau tidak.
30. Jika kondisi panggul tidak memungkinkan, besar kemungkinan jika sang ibu harus
menjalani kelahiran caesar.
31. 3. Pengecekan Urin
32. Urin atau air seni sering dipahami sebagai metode paling mudah untuk mendeteksi
kehamilan. Namun pengecekan urin tidak akan berhenti sebatas untuk mengetahui
kehamilan. Tepat setelah positif diketahui hamil, seorang calon ibu masih harus
memeriksakan urin untuk beberapa kepentingan.
33. Salah satunya untuk mengetahui kadar gula darah. Hasil dari pemeriksaan digunakan
untuk memastikan apakah sang ibu menderita penyakit tertentu, misalnya diabetes.
Pengecekan tersebut juga bertujuan untuk mengetahui kadar protein tertentu dan
kenormalan ginjal.
34. Selama semuanya dalam batas normal, kehamilan bisa dipastikan sangat sehat.
35. 4. Pengecekan Jantung
36. Ini merupakan proses yang wajar dengan dua tujuan. Pertama untuk mengetahui
kenormalan jantung ibu hamil. Hasilnya juga sangat berpengaruh pada kesehatan
janin.
37. Sedangkan tujuan kedua dan sering menjadi pengalaman menyenangkan ialah
mendeteksi detak jantung janin yang sedang dikandung. Teknik ini lebih sering
dikenal dengan istilah doopler.
38. 5. Pengecekan Organ Dalam
39. Setiap kondisi kehamilan harus menjalani proses pengecekan yang detil dan cermat.
Termasuk pada bagian dalam organ. Proses ini sering dilakukan di masa-masa awal
kehamilan.
40. Jadi, pengecekan awal akan sangat berguna dan menentukan tingkat kesehatan dan
kenormalan dari janin maupun sang ibu. Beberapa pengecekan meliputi pemeriksaan
rongga panggul, mulut rahim, dan letak janin.
41. Dengan adanya beberapa pengecekan, diharapkan bahwa dokter dan bidan akan
mampu menyiasati metode kelahiran jika ada kondisi-kondisi abnormal. Sementara
itu, pengecekan ini sangat penting untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit dalam
tubuh sang ibu.
42. Sebab risiko penyakit sekecil apapun akan sangat berpengaruh pada kondisi janin.
Apalagi bulan-bulan di masa kehamilan sangat rentan dengan segala risiko gangguan
penyakit.
43. 6. Pemeriksaan Organ Perut
44. Hampir mirip dengan pengecekan organ dalam, namun metode ini lebih difokuskan
pada posisi rahim dan pertumbuhan janin. Selain itu, jika pengecekan organ dalam
dilakukan pada masa awal kehamilan, pengecekan perut harus selalu dijadwalkan
rutin.
45. Sehingga dokter atau bidan akan selalu bisa memantau perkembangan terkini dan
menyiapkan berbagai solusi.
46. 7. Kondisi Kaki
47. Pembengkakan kaki sebenarnya merupakan hal wajar pada ibu hamil, terutama di
masa-masa menjelang persalinan. Pembengkakan ini dalam dunia medis disebut
sebagai oedema dan disertai dengan varises.
48. Namun jika kondisi tersebut berlangsung secara berlebihan, dokter atau bidan harus
mengatasinya hingga kondisi normal.
49. 8. Uji Darah
50. Pemeriksaan darah merupakan satu hal yang sangat penting dalam memantau masa
kehamilan. Proses pengujian darah atau test Alpha Feto Protein (AFP) berlangsung
setelah kira-kira dua minggu lebih usia kehamilan.
51. Pengecekan darah tersebut sangatlah penting untuk mengetahui apakah janin dalam
keadaan sehat atau tidak. Terutama pada bagian otak dan saraf tulang belakang. Jika
hasil pengujian tergolong rendah, janin bisa mengalami down sydrome.
52. Namun beberapa upaya bisa dilakukan supaya tidak terjadi hal-hal yang menyebabkan
kondisi janin menjadi tak normal. Oleh karena itu, pengujian dan pengetesan darah
harus dilakukan secara teratur dengan selalu memperhatikan pada hasil uji terakhir.
53. Dengan perhatian yang cermat, proses persalinan yang sehat dan normal
kemungkinan masih bisa diharapkan.
54. 9. Toksoplasma Rubella Cytomegalovirus Herpesimpleks (TORCH)
55. Tujuan dari metode ini adalah untuk mengetahui risiko infeksi TORCH saat
kehamilan. Infeksi disebabkan oleh parasit yang bisa berpengaruh pada janin. Bahkan,
risiko paling buruk ialah kematian dan seringkali tak disadari sebelumnya.
56. Sementara itu, risiko minimal ialah bayi yang dilahirkan dalam kondisi cacat. Pada
janin, dokter atau bidan akan memeriksa sistem kekebalan tubuhnya. Untuk mencegah
infeksi, metode TORCH berusaha meningkatkan kadar IgG dan IgM.
57. Kedua zat tersebut berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga
bisa menghindari risiko infeksi. Metode ini sering berhasil jika hasil IgG dinyatakan
negatif. Namun jika kemungkinannya masih positif, seorang ibu hamil masih harus
menjalani perawatan intensif.

58.
59.

Sumber: https://ibubidan.com/129-9-poin-pemeriksaan-kehamilan.html

Terapi Mual dan Muntah pada Ibu Hamil

created by me and Rara

Pengobatan yang bisa dipilihkan untuk terapi mual dan muntah pada wanita hamil yang
disarankan adalah mengikuti alur algoritma berikut (Niebyl, 2010):

Terapi farmakologi

Obat-obatan yang dipakai untuk terapi morning sickness tersebut antara lain:

1. Piridoksin (Vitamin B6)

Mekanisme kerja piridoksin dalam membantu mengatasi mual dan muntah saat hamil belum
dapat diterangkan dengan jelas. Namun piridoksin sendiri bekerja mengubah protein dari
makanan ke bentuk asam amino yang diserap dan dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu
piridoksin juga mengubah karbohidrat menjadi energi. Peranan ini memungkinkan piridoksin
mengatasi mual dan muntah jika transit lambung memanjang ketika hamil. Kebutuhan
piridoksin pada wanita hamil meningkat menjadi 2,2mg sehari. Dosis yang digunakan untuk
morning sickness adalah 25mg (Pressman, 1997).

2. Antihistamin
Antihistamin khususnya doxylamine atau penggunaan doksilamin bersamaan dengan
piridoksin menjadi saran terapi utama untuk tatalaksana morning sickness pada wanita hamil.
Antihistamin yang bisa diberikan untuk wanita hamil adalah golongan H-1 bloker seperti
difenhidramin, loratadin, dan sebagainya (Niebyl, 2010).

3. Fenotiazin dan Metoklopramid


Kedua agen ini biasanya menjadi pilihan jika keluhan tidak hilang dengan antihistamin.
Metoklopramid merupakan agen prokinetik dan antagonis dopamin, penggunaannya terkait
dengan diskinesia (gangguan gerakan) namun kasusnya jarang. Resiko penggunaannya
tergantung lama pemberian obat dan dosis kumulatif total, penggunaan lebih dari 12 minggu
tidak disarankan dan tidak aman untuk kehamilan (Niebyl, 2010).

4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika keadaan morning sickness
tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut penelitian Einarson (Einarson, 2004),
penggunaan ondansentron pada subjek wanita hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan
(rata-rata 5-9 minggu kehamilan) tidak terbukti menyebabkan malformasi janin.

5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis gravidarum, namun
penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat beresiko terjadi bibir sumbing
(Dipiro, 2008).

6. Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk kehamilan (Dipiro,
2008)

Tabel 1. Dosis, Efek Samping dan Kategori Keamanan Obat-Obat Morning Sickness

Terapi Non farmakologi

Penanganan non farmakologi yang direkomendasikan untuk mual dan muntah pada
kehamilan (contoh morning sickness) meliputi (Sukandar dkk, 2011) :

1. Perubahan gaya hidup dan pola makan teratur


Wanita hamil disarankan untuk makan dalam ukuran yang kecil, makanan yang lembut,
mempunyai kandungan karbohidrat tinggi dan kadar lemak rendah.

2. Akupuntur dan akupresur


Keefektifan akupuntur dan akupresur pada mual dan muntah belum terbukti secara studi
klinis, namun dapat direkomendasikan. Kelebihannya dapat mereduksi kemualan dan muntah
kering tetapi tidak pada muntah.
3. Menghindari atau mengurangi kemungkinan yang dapat menimbulkan rasa mual
Menghindari perubahan posisi secara tiba-tiba, menghindari mengendarai kendaraan, dan
sebaiknya tidak berjalan terlalu cepat.

Pengobatan Morning Sickness

Sebelum memutuskan untuk pergi ke dokter, beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan di
rumah guna meredakan gejala morning sickness:

 Perbanyaklah minum air dengan cara meneguknya sedikit demi sedikit guna mencegah mual
dan muntah. Hal ini bertujuan untuk mencegah dehidrasi. Selain itu, hindari minuman
dingin, manis, atau minuman yang beraroma tajam.
 Hindari makanan atau aroma makanan yang yang dapat menyebabkan mual. Pilihlah
makanan dengan kandungan karbohidrat tinggi dan rendah lemak. Konsumsi makanan
sebaiknya dalam porsi sedikit namun lebih sering.
 Cobalah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung jahe atau mengonsumsi
suplemen jahe. Diduga jahe bisa menurunkan gejala morning sickness. Selain itu jahe juga
aman dikonsumsi oleh ibu hamil.
 Beristirahatlah secara cukup. Jika merasa mual saat hendak bangun tidur, bangunlah secara
perlahan. Kalau perlu, konsumsilah makanan ringan sebelum bangun dari tempat tidur agar
mual berkurang.
 Gunakanlah pakaian yang nyaman dan hindari pakaian dengan bagian pinggang yang ketat.
 Alihkan pikiran Anda sebisa mungkin agar tidak memikirkan mual yang Anda rasakan.
Semakin Anda pikirkan, mual akan semakin terasa.

Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Ibu Hamil

1) Vagina dan Vulva

Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

sehingga nampak semakin merah dan kebiru-biruan.

2) Serviks Uteri

Pada trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat terbungkus. Hal ini

terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Asam hialuronat


disekresikan oleh fibrolas dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap molekul air. Penurunan

konsentrasi kolagen lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks.

3) Uterus

Pada miggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah advokat.

Panjang uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk

oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertropi seperti korpus uteri yang

mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda hegar.

4) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan kematangan volikel baru ditunda, hanya

satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Volikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil

progesteron dalam jumlah yang relatif minimal dengan terjadinya kehamilan, indung telur

yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai

terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.

5) Sistem Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin, estrogen dan

progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan asi.

6) Sistem Endokrin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang terpenting terjadi untuk mempertahankan

kehamilan, pertumbuhan normal janin dan nifas. Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat

cepat menjadi dua kali lipat setiap 48 jam sampai kehamilan 6 minggu.

7) Sistem Perkemihan

Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering timbul kencing.

Keadaan ini hilang dan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul dan
ginjal wanita harus mengakomidasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi tubuh ibu yang

meningkat dan juga mengekresi produk sampah janin.

8) Sistem Pencernaan

Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas serta konstipasi

sebagai akibat penurunan motilitas usus besar. Mual sering terjadi pada pagi hari disebut

”morning sickness”. Hipersaliva sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah

yang terjadi. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang

secara spontan. Haemoroid juga merupakan satu hal yang sering terjadi sebagai akibat

konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus.

9) Sistem Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada muskuloskeletal, akibat peningkatan

peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron terjadi relaksasi dari jaringan ikat.

Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasa normal apabila asupan nutrisinya

khusus produk susu terpenuhi. Karena pengaruh hormon esrtogen dan progesteron, terjadi

relaksasi dari ligamen-ligamen dalam tubuh menyebabkan peningkatan mobilitas dari

sambungan / otot terutama otot pada pelvik.

10) Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus

yang membesar dengam pembuluh darah membesar pula mamae dan alat lain yang memang

berfungsi berlebihan dalam kehamilan.

11) Sistem Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya

beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa kehamilan.


12) Sitem Metabolisme

Sistem metabolisme adalah istilah untuk menunjukkan perubahan-perubahan kimiawi yang

terjadi didalam tubuh untuk pelaksanaan berbagai fungsi vital.

13) Sistem Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh

Pada dua bulan pertama kenaikan berat badan belum terlihat, tetapi baru nampak dalam bulan

ketiga. Untuk menentukan berat badan menurut tinggi badan adalah dengan menggunakan

indeks masa tubuh yaitu dengan rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.

14) Sistem Pernafasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan

peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. ( romauli, 2011;h. 73-88)

Komplikasi
Pada emesis gravidarum jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan penurunan berat

badan dikarenakan tidak terpenuhinya asupan nutrisi ibu yang mengakibatkan meningkatnya

kejadian gangguan pertumbuhan janin (IUGR), BBLR, cacat bawaan pada janin

(Prawirohardjo, 2010; h. 817).

Emesis Gravidarum jika tidak segera ditangani akan menjadi Hiperemesis Gravidarum yang

berdampak pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga

keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa,

pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabkan

peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan ginjal, akan memberikan pengaruh pada

pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi mengakibatkan

peredaran darah ke janin berkurang (Rukiyah et, all. 2014; h. 128).


DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk
Ibu Hamil dan Menyusui. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., amd Posey, L.M. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Mc-Graw Hill. New York.

Einarson, A., Maltepe, C., Navioz, Y., Kennedy, D., Tan, M.P., and Koren, G. 2004. The
Safety of Ondansentron for Nausea and Vomiting of Pregnancy: a Prospective Comparative
Study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology.Vol 111: p. 940-943.

Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal of
Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.

Pressman, A., and Buff, S. 1997. The Complete Idiot’s Guide to Vitamins and Minerals.
Alpha Books. New York.

Sukandar, E.Y., R. Andrajati, J.I. Sigit, I.K. Adnyana, A.P. Setiadi, dan Kusnandar. 2011.
ISO Farmakoterapi 2. Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia. Jakarta.

ETIOLOGI
Penyebab pasti keluhan mual dan muntah selama kehamilan masih belum jelas. Sebagian besar
bukti memperlihatkan bahwa keadaan ini disebabkan oleh perubahan kadar hormone yang sangat
cepat. Fluktuasi ini mengakibatkan perubahan pada pola kontraksi dan relaksasi otot polos lambung
dan usus sehingga menyebabkan keluhan mual dan muntah
Hormon yang berperan dalam kejadian ini adalah human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen,
dan progesterone. Kadar abnormal dari hormon tiroid dijumpai pada hyperemesis gravidarum,
meskipun hubungan sebab akibat dalam hal ini juga tidak jelas. Sejumlah penelitian memperlihatkan
bahwa keluhan mual dan muntah ini semakin hebat bila kadar gula darah rendah
Peneliti juga menemukan kenyataan bahwa wanita yang mengalami komplikasi mual akibat
pemakaian pil kontrasepsi oral, migraines, ataur mabuk kendaraan memiliki resiko tinggi untuk
mengalami keluhan hyperemesis gravidarum
Teori penyebab dari hiperemesia gravidarum :

1. Hormonal: Meningkatnya kadar human chorionic gonadotropin (hCG) atau komponen dari
hormone ini berperan dalam menginduksi EG. Thyrotoxicosis atau hyperthyroidism diduga
memiliki kaitan dengan EG.Hormon lain yang terkait adalah serotonin. Serotonin adalah
bahan kimiawi dalam otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat dan saluran
gastrointestinal (GI) . Selama kehamilan , aktivitas saluran gastrointestinal bagian atas
menurun dan menyebabkan terjadinya mual dan muntah.
2. Gastrointestinal: Helicobacter pylori bakteri dalam usus yang dapat menyebabkan ulcus
peptikum atau tukak lambung. Bakteri ini dijumpai pada sebagian besar wanita hamil dan
lebih banyak lagi pada kasus EG.Untuk mengatasi keadaan ini seringkali digunakan
antibiotika.

3. Psikosiosial : Masih merupakan kontroversi , sejumlahpeneliti menemukan kaitan antara EG


dengan reaksi penolakan wanita terhadap kehamilan akibat konflik keluarga atau
lingkungannya. Dengan demikian maka pada kasus HG seringkali diperlukanj konsultasi
psikologis.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sebelum tahun 1970 bidan melakukan pemeriksaan fisik terutama pada payudara dan
panggul, jarang melakukan pemeriksaan mulut, tenggorokan kelenjar tiroid, abdomen,
anggota gerak, hemoglobin, hematrokit, analisis urine dan pap smear. Di awal 1970-an
pelayanan kebidanan bertambah dengan memberi pelayanan Keluarga Berencana(KB).
Berdasarkan pengalaman pelayanan KB ini diketahui bahwa pemeriksaan fisik tidak cukup
untuk mendeteksi masalah-masalah kesehatan lainnya.
Sejak tahun 1974 pemeriksaan fisik sudah di terima sebagai bagian praktik bidan.
Perluasan pemeriksaan fisik ini sudah ditingkatkan seiring dengan perluasan praktik bidan .
Berdasarkan hasil pemeriksaan ditentukan diagnosis atau masalah sebagai dasar untuk
melaksanakan tindakan.

1.2. TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KDK, disamping itu agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara
pemeriksaan fisik pada ibu hamil serta untuk menambah wawasan bagi pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PEMERIKSAAN FISIK :


sebelum melakukan pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil, persetujuan dan
kenyamanan pasien harus diperhatikan oleh bidan. Meskipun ibu hamil tidak secara rutin
diukur untuk menetapkan tinggi badannya, tinggi badan yang pendek dikaitkan dengan
komplikasi kehamilan dan kelahiran, misalnya distosia (olugibile dan mascarenhas, 2000).
Oleh karena itu penting untuk mengkaji bu hamil dan keluarganya secara holistic serta
mengkaji pertumbuhan dan perkembangan janin dan mengenali tanda tanda yang berkaitan
dengan pengetehuan ini. (Asuhan Kebidanan Antenatal :135).

2.2. PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL


Pemeriksaan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan secara
umum, meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan kebidanan.
A. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan untuk menilai keadaan umum ibu, status gizi,
tingat kesadaran, serta ada tidaknya kelainan bentuk badan. Selain itu pemeriksaan umum
juga meliputi pemeriksaan, jantung, paru, reflex, serta tanda-tanda vital seperti tekanan darah,
denyut nadi, suhu dan pernafasan.
B. Pemeriksaan Kebidanan
1. Inspeksi
Dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma gravidarum pada muka/wajah,
pucat atau tidak, pada selaput mata, ada tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah
leher untuk menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok/kelenjar limfe. Pemeriksaan
dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau kesamping dan pemeriksaan
ekstremistar untuk menilai ada tidaknya varises (dari ujung rambut hingga ujung kaki).
(keterampilan dasar praktik klinik:142)
2. Palpasi
Dilakukan untuk menentukan besarnya rahim dengan menentukan usia kehamilan serta
menentukan letak janin atau rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan beberapa metode yaitu
:
a. Leopold I
Digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam fundus,
Cara pelaksanaannya adalah:
1) Pemeriksa menghadap pasien
2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur beberapa tinggi fundus uteri.
3) Meraba bagian apa yang ada didalam fundus. Jika teraba benda bulat, melenting, mudah
digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba benda bulat,besar, lunak, tidak
melentingdan susah digerakkan maka itu adalah bokong.
b. Leopold II
Leopold II ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan atau
kiri.
Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Kedua tangan pemeriksa berada di sebelah kanan dan kiri perut ibu.
2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan perut sebelah kiri kea arah
kanan.
3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri dan rasakan bagian apa yang ada di
sebelah kanan (jika teraba benda yang rata, atau tidak teraba bagian kecil, terasa ada tahanan,
maka itu adalah punggung bayi, namun jika teraba bagian-bagian yang kecil dan menonjol
maka itu adalah bagian kecil janin).
c. Leopold III
Leopold III ini digunakan untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah uterus.
Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Tangan kiri menahan fundus uteri.
2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagian bawah uterus. Jika teraba bagian tang bulat,
melenting keras, dan dapat digoyangkan maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagian
yang bulat, besar, lunak, dan sulit digerakkan, maka itu adalah bokong. Jika dibagian bawah
tidak ditemukan kedua bagian seperti yang diatas, maka pertimbangan apakah janin dalam
letak melintang.
3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika tangan kanan menggoyangkan
bagian bawah, tangan kiri akan merasakan ballottement (pantulan dari kepala janin, terutama
ini ditemukan pada usia kehamilan 5-7 bulan).
4) Tangan kanan meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih mudah
digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul, namun jika tidak dapat digoyangkan,
berarti kepala sudah masuk panggul). Lalu lanjutkan pada pemeriksaan Leopold VI untuk
mengetahui seberapa jauh kepala sudah masuk panggul.
d. Leopold IV
Leopald IV ini digunakan untuk menentukan apa yanag menjadi bagian bawah dan
seberapa masuknya, bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul.
Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
1) Pemeriksa menghadap ke kaki pasien
2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
3) Jika teraba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak yang berlawanandi bagian
bawah
4) Jika kedua tangan konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum masuk ke panggul
5) Jika kedua tangan divergen (tidak saling bertemu) berarti kepala sudah masuk ke panggul.
( Asuhan kebidanan pada masa kehamilan:89-92)
3. Auskultasi :
Dilakukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk mendengarkan bunyi
jantung anak, bising pusat, gerakan anak, bising rahim, bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi
jantung anak dapat didengar pada akhir bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat
diketahui pada pada akhir bulan ke-3. Bunyi jantung anak dapat di dengar dikiri dan kanan
dibawah pusat bila presentasi kepala. Bila terdengar setinggi pusat, maka presentasi bokong.
Bila pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak fleksi dan bila sepihak maka
defleksi. Dalam keadaan sehat, bunyi jantung antara 120-140 kali per menit. Bunyi jantung
dihitung dengan mendengarkannya selama satu menit penuh. Bila kurang dari 120 kali per
menit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin. Selain
bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali pusat seperti meniup. Kemudian bising
rahim seperti bising yang frekuensinya sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta
frekuensinya sama seperti denyut nadi dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.
(keterampilan dasar praktik klinik:145)
4. Perkusi reflex patella
Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris. ( keterampilan dasar praktik klinik:140-141)

2.3. PERALATAN PEMERIKSAAN


Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana seorang
perawat memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya untukk mengetahui hamper
semua hal penting tentang ibu hamil yang diperiksanya.Peralatan hanyalah penunjang bila
ada dapat membantu pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat
dilakukan dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai
kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan pada ibu
hamil.Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan siap pakai.
Adapun alat – alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil diantaranya adalah:

1. Timbangan berat badan,


2. Pengukur tinggi badan,
3. Tensi meter,
4. Stetoskop monokuler atau linec,
5. Meteran atau midlen,
6. Hamer reflek,
7. Jangka panggul, serta
8. Peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu pemeriksaan kadar hemoglobin,
protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)

2.4. PRINSIP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan .
2. Pastikan bahwa kuku jari bersih tidak panjang, sehingga tidak menyakiti pasien.
3. Terlebih dahulu hangatkan tangan dengan air hangat sebelum menyentuh pasien atau gosok
bersama-sama kedua telapak tangan dengan telapak tangan satunya.
4. Jelaskan pada pasien secara umum apa yang akan dilakukan .
5. Gunakan sentuhan yang lembut tetapi,tidak menggelitik pasien dan cukup kuat untuk
memeperoleh informasi yamg akurat.
6. Buatlah pendekatan dan sentuhan sehingga menghargai jasmani pasien dengan baik, serta
sesuai dengan hak pasien terhadap kepantasan dan atas hak pribadi.
7. Tutupi badab pasien selama pemeriksaan dan hanya bagian yang di periksa yang terbuka.
8. a. Pemeriksaan fisik umum :
1. Tinggi Badan
2. Berat badan
3. Tanda – tanda vital : tekanan darah, denyut nadi, suhu
b. pemeriksaan fisik khusus :
1. Kepala dan leher
a. Edema diwajah
b. Ikterus pada mata
c. Mulut pucat
d. Leher : meliputi pembengkakan saluran limfe atau pembengkakan kelenjar thyroid
2. Pemeriksaan ekstremitas
untuk melihat adanya edema pada jari (perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit
dan tanyakan apakah lebih sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan
cincin yang biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan
cinicin tersebut ke jari yang lain)
3. Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk meilhat adanya :
1. Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2. Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3. Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.
4. Payudara
a.Ukuran simetris
b.Putting menonjol / masuk
c.Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d.Retraksi
e.Massa
f.Nodul axilla
5. Abdomen
Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :
1. Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)
2. penancapan (engagement)
3. Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
4. Evaluasi kasar volume cairan amnion
5. Observasi atau palpasi gerakan janin.
6. Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan pada kinjungan
sebelumnya)
7. Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18 minggu)
6. Genetalia luar (externa)
a. varises
b. perdarahan
c. luka
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran dari uretra dan skene
f. kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
7. Genetalia dalam (interna)
a. servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup
atau terbuka
b. vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c. ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester pertama)
d. uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester petama.
8. Pemeriksaan Panggul
Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau semua komponen
pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:
a. Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat rabas pervagina.
1. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagima yang muncul dan ambil materi untuk
pemeriksaan diagnostic dengan menggunakan preparat apusan basah; ambil specimen
gonokokus dan klamidia untuk tes diagnostic.
2. Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes penyembuhan
) jika muncul gejala; evaluasi tidak perlu dilakukan bila wanita tidak menunjukkan gejala
3. Ulangi pap smear, jika diperlukan
4. Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
5. Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini
b. Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu dievaluasi ulang atau
jika tidak memungkinkan untuk memperoleh informasi ini pada pemeriksaan awal karena
wanita tersebut menolak diperiksa
c. pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda/ gejala persalinan premature untuk
mengkaji:
1. Konsistensi serviks
2. Penipisan (effacement)
3. Pembukaan
4. Kondisi membrane
5. Penancapan / stasiun
6. Bagian presentasi
Beberapa bidan juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara rutin pada kehamilan 40
minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna menentukan “kematangan”
(kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan.
Banyak bidan, meski tidak semua, yakin bahwa mereka harus melakukan pemeriksaan
panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk mengulangipelvimetri klinis, mengambil
specimen untuk tes diagnostic gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi
serviks. Para bidan memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang
wanita pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes laboratorium.
8. Pemeriksaan fisik, waspadai tiap ketidak sesuaian antara cerita pasien dan hasil pemeriksaan
fisik.
9. Diskusikan semua hal yang ditemukan pada pasien.
(Asuhan Kebidanan Antenatal:135,136 ) .

PATOFISIOLOGI
Muntah dipicu oleh adanyaimpuls afferent yang menuju pusat muntah,
yangterletak di medulla otak. Impuls tersebut diterima dari pusat sensori seperti
chemoreceptor trigger zone (CTZ), korteks serebral, serta visceral afferent
dari faringdan saluran cerna.Impuls afferent yang sudah terintegrasi dengan
pusat muntah, akan menghasilkan impuls efferent menuju pusat salivasi, pusat
pernafasan, daerah salurancerna, faring, dan otot otot perut yang semuanya
bersinergi memicu proses muntah. Nah
dari sini terlihat alasan ketika muntah terjadi nafas tidak beraturan, terengah
engah,keringat, kontraksi perut, ataupun keluar saliva/air liur.Penyebab dan
proses terjadinya muntah dapat dilihat pada gambar berikut:

CTZ merupakan daerah kemosensori utama pada proses emesis/muntah dansering dipicu oleh
senyawa senyawa kimia. Obat obat sitotoksik pun memicu emesismelalui mekanisme berinteraksi
dengan CTZ. Beberapa neurotransmiter dan reseptor terdapat di pusat muntah, CTZ, dan saluran
cerna, meliputi kolinergik, histaminik,dopaminergik, opiat, serotonergik, neurokinin, serta
benzodiazepin. Nah dari sini jugaterlihat bahwa adanya stimulasi pada satu ataupun beberapa
reseptor ini akan memicumuntah. Itulah sebabnya, mekanisme kerja obat antiemetik akan berkutat
dalammenghambat ataupun mengantagonis reseptor emetogenik tersebut seperti terlihat
padagambar berikuT

https://www.scribd.com/doc/139221125/MEKANISME-MUAL-MUNTAH
Mekanisme Kerja Hormon HCG
Pada saat kehamilan, plasenta membentuk hormon-hormon seperti
human chorionic gonadotropin, estrogen, progesterone, serta human
chorionic somatomammotropin dimana hormone-hormon tersebut
berperan untuk berlangsungnya kehamilan normal. Hormon HCG
(Gonadotropin Korionik) merupakan suatu glikoprotein. Bisa diukur 6
hari setelah konsepsi (di darah), 14 hari (di urine). Hormon ini disekresi
bersamaan dengan
perkembangan sel-sel trofoblas dari ovum yang baru dibuahi. Sekresi
hCG oleh sel sinsitial trofoblas dan dapat diukur pertama kali dalam
darah pada 8 samapi 9 hari setelah ovulasi,segera setelah blastokista
berimplantasi dalam endometrium. Kecepatan sekresi hCG meningkat
hingga maksimal kira-kira pada 10 hingga 12 hari setelah ovulasi,
kemudian
menurun sampai kadar yang lebih rendah menjelang 16 hingga 20
minggu setelah ovulasi dan terus berlanjut pada kadar ini selama sisa
masa kehamilan. Adanya gonadotropin korionik (hCG) di dalam plasma
ibu dan ekskresinya di urinmerupakan dasar bagi uji endokrin untuk
kehamilan. Hormon ini dapat ditemukan di dalam cairan tubuh dengan
salah satu dari berbagai teknik bioassay atau immunoassay
. Hormon ini tidak spesifik karena sejumlah kecil juga disekresikan oleh
GI dan tumor lain pada wanita dan pria, pada fetal liver dan ginjal.
Gonadotropin korionik penting bagi pengenalan kehamilan oleh ibu
karena hormon inibekerja "menyelamatkan" korpus luteum, tempat
pembentukan utama progesteron selama 6 minggu pertama. Hormon ini
mencegah involusi korpus luteum. Hormon ini juga merupakan.suatu zat
mirip
luteinizing hormone(LH) yang bekerja sebagai 'wakil' pada jaringan-
jaringan yang responsif, misalnya ovarium (korpus luteum) dan testis
(sel Leydig). Secara spesifik, hCG bekerja melalui reseptor LH di
membran plasma.
Fungsi hCG adalah mencegah involusi normal corpus luteum. Hormone
ini
menyebabkan korpus luteum menyekresi estrogen dan progesterone
lebih banyak lagi untuk beberapa bulan berikutnya sehingga mencegah
terjadinya menstruasi, tidak terjadi peluruhandinding endometrium
namun menyebabkan endometrium terus tumbuh serta menyimpan
nutrisi dalam jumlah besar yang nantinya siap untuk proses implantasi.
Fungsi hCG yang juga penting adalah efeknya terhadap perangsangan
sel-sel interstitial testis janin sehingga mengakibatkan pembentukan
testosteron pada fetus pria sampai lahir. Sekresi dalam jumlah sedikit ini
selama kehamilan merupakan factor yang menyebabkan tumbuhnya
organ-organ kelamin pria dan bukan wanita pada fetus. Mendekati akhir
kehamilan, testosterone yang disekresikan oleh testis fetus juga
menyebabkandesensus testis ke dalam skrotum. Hormon ini hanya
diproduksi oleh sinsitiotrofoblas, dan tidak oleh sitotrofoblas.
Produksinya sudah dimulai pada awal kehamilan, kira-kira pada hari
implantasi. Setelah itu,kadar hCG dalam plasma dan urin ibu meningkat
sangat pesat. Dengan uji yang peka,hormon ini damapat dideteksi di
plasma atau urin ibu pada hari ke-8 sampai hari ke-9 setelah
ovulasi. Waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi hCG plasma berganda
adalah 1,4 sampai 2hari . Kadarnya meningkat sejak hari implantasi
hingga mencapai puncaknya pada sekitar hari ke-60 sampai 70. Setelah
itu, konsentrasinya menurun secara bertahap sampai titik terendah
dicapai pada sekitar hari ke-l00 sampai 130.

Mekanisme : HCG (Human Chorionic Gonadotro-pin) merupakan


suatu hormon yang dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan
dikeluarkan lewat urin. Hormon ini juga dihasilkan bila terdapat proliferasi
yang abnormal dari jaringan epitel korion seperti molahidatidosa atau
suatu chorio carsinoma. Kehamilan akan ditandai dengan meningkat-nya
kadar HCG dalam urin pada trimester I, HCG disekresikan 7 hari setelah
ovulasi. Pemeriksaan HCG dengan metode immu-nokromatogra
merupakan cara yang paling efektif untuk mendeteksi kehamilan dini.

DAFTAR PUSTAKA
Bagus I. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, 81-88 dan 106-126.
Penerbit Arcan, Jakarta.
Bagus I. 2000. Buku Saku Ilmu Kandungan,
100-105. Penerbit Arcan, Jakarta.
Christina S.I., 1993, Perawatan Kebidanan,
Jilid I, 65-69 dan 70-83. Penerbit Bharata,
Jakarta.
Ganda Soebrata, R. 2001. Penuntun Laboratorium
Klini, Cetakan 5, 495. Penerbit
Dian Rakyat, Jakarta.
Ganong W.F., 1995, Fisiologi Kedokteran,
Edisi 14, 427. San Fransisco.
Ganong W.F., 2003, Fisiologi Kedokteran,
Edisi 20 EGC. Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta, 431-433
Gartinah. 1996. Diktat Immunologiserologi ,
8-13, dan 46-54. Departemen Kesehatan
RI, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai