Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Distilasi


Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan komponen-
komponen dari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai perbedaan titik
didih dan tekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan uap tersebut akan
menyebabkan fasa uap yang ada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya
mempunyai komposisi yang perbedaannya cukup signifikan. Fasa uap mengandung
lebih banyak komponen yang memiliki tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair
lebih banyak mengandung komponen yang memiliki tekanan uap tinggi
(Geankoplis, 1993).
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena sistem
perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagian-bagian proses yang memiliki
fungsi-fungsi (Mc. Cabe,1985);
a. Menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
b. Mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya (terjadi
di kolom distilasi)
c. Mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan dan
peristiwa-peristiwa seperti kesetimbangan fasa, perpindahan massa, perpindahan
panas, perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan) dan perpindahan momentum.
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan perpindahan massa.
Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan dua cara yang berbeda.
Pertama dengan menggunakan konsep tahapan kesetimbangan (equilibrium stage)
dan kedua atas dasar proses laju difusi (difusional forces). Distilasi dilaksanakan
dengan rangkaian alat berupa kolom/menara yang terdiri dari piring (plate
tower/tray) sehingga dengan pemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi,
dan dipisahkan secara bertahap berdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Proses ini
memerlukan perhitungan tahap kesetimbangan (Mc. Cabe,1985).
Batas perpindahan fasa tercapai apabila kedua fasa mencapai kesetimbangan
dan perpindahan makroskopik terhenti. Pada proses komersial yang dituntut

3
4

memiliki laju produksi besar, terjadinya kesetimbangan harus dihindari. Distilasi


pada satu tahapannya memisahkan dua komponen, yang terdapat dalam 2 fasa,
sehingga derajat kebebasannya 2. Ada 4 variabel yaitu tekanan, suhu, dan
konsentrasi komponen A pada fasa cair dan fasa uap (konsentrasi komponen B
sama dengan 1 dikurangi konsentrasi komponen A). Jika telah ditetapkan
temperatur, hanya ada satu variabel saja yang dapat diubah secara bebas, sedangkan
temperatur dan konsentrasi fasa uap didapatkan sebagai hasil perhitungan sesuai
sifat-sifat fisik pada tahap kesetimbangan (Geankoplis, 1993).

Gambar 2.1 Proses Perpindahan Massa pada Distilasi


(Treybal, 1981)

2.2 Distilasi Batch


Pada beberapa industri kimia, terutama bila umpan (feed) jumlahnya kecil,
maka distilasi dilakukan secara batch. Begitu pula bila diinginkan distilat dengan
komposisi yang cukup bervariasi. Distilasi batch biasanya dilakukan pada sebuah
kolom distilasi yang jumlah platenya sudah tertentu dan umpan (feed) dimasukkan
hanya sekali pada setiap batch operasi. Distilat akan dikeluarkan secara kontinyu,
tetapi produk bawah (residu) baru dikeluarkan setelah operasi per batch selesai
(Geankoplis, 1993).
Pada distilasi batch, komposisi distilat sagat tergantung pada komposisi
residu, jumlah tahap pada kolom dan rasio refluk operasi. Sesaat setelah kolom
beroperasi, maka akan dihasilkan distilat berkadar komponen yang lebih mudah
menguap sangat tinggi. Di lain pihak, residu akan menurun kadarnya akibat tidak
ada umpan yang mengalir masuk. Akibatnya, kadar distilat selanjutnya juga akan
5

menurun. Berdasarkan hal tersebut, maka distilasi batch dapat beroperasi pada dua
kemungkinan, yaitu (Geankoplis, 1993) ;
a) Distilasi Batch dengan Kadar Distilat Konstan
Misal pada saat operasi dimulai, jumlah liquid yang dimasukkan ke dalam
bejana adalah F1 mol dengan kadar XF1 dan sesaat setelah mulai dihasilkan distilat
dengan kadar XD pada rasio refluk R1. Setelah interval waktu tertentu, liquid dalam
bejana tinggal F2 mol dengan kadar XF2, sedangkan kadar distilat tetap XD karena
rasio refluk diubah menjadi R2. Bila jumlah distilat yang terkumpul selama ini
adalah D mol, maka neraca massanya :
F1  x F1  F2  x F2  D  x D
F1  F2  D
Maka diperoleh :
x F1  x F2
D  F1 ..........…..............…………..(1)
x D x F2

xD
R  1 ……….......……………………..(2)

Keterangan ;
 adalah perpotongan garis operasi dengan sumbu y.

Distilasi batch dengan kadar destilast konstan dapat dilihat pada Gambar 1.1
yang ditampilkan dibawah ini ;

Gambar 2.2. Distilasi Batch dengan XD konstan (Geankoplis, 1993).


6

b) Distilasi Batch dengan Rasio Refluk Konstan


Bila kolom beroperasi dengan rasio refluk yang selalu sama tiap saat, maka
kadar distilat XD akan menurun secara kontinyu. Misal, pada suatu interval waktu
yang sangat singkat dt, komposisi distilat berubah dari XD menjadi dXD. Dalam
waktu ini pula distilat akan bertambah dD, maka ;

 dx 
dD x D  D   x D  dD dan x D  dD  -d(F  x F )
 2 
dD = - dF, maka ;
 x D  dF  F  dx F  x F  dF
Bila diatur dan diintegrasikan diperoleh ;
F1 dx F
ln   xxFF 12 ..……….………………(3)
F2 xD  xF
Dari persamaan di atas, dapat ditentukan perbandingan jumlah liquid yang
berada didalam bejana sebelum dan sesudah operasi, yaitu dengan membuat grafik
XF versus 1/(XD-XF). Distilasi batch dengan rasio refluk konstan dapat dilihat pada
Gambar 1.2.

Gambar 2.3. Distilasi Batch dengan Rasio Refluks Konstan


(Geankoplis, 1993).
7

2.3 Proses Pemisahan Secara Distilasi


Prinsip distilasi adalah membuat kesetimbangan fasa uap dan cairan, serta
memisahkan uap dan cairan yang berada dalam keadaan setimbang tersebut. Cara
pemisahan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.3 .

Gambar 2.4. Pemisahan Secara Distilasi (Geankoplis, 1993).

Seperti terlihat pada gambar 1.3 misalnya cairan Ln+1 dengan komposisi xA,n+1
dicampur dengan uap Vn+1 berkomposisi yA,n+1. Pencampuran tersebut berlangsung
pada suatu tahap kesetimbangan n. Pada tahap kesetimbangan n, akan terbentuk uap
dan cairan baru dalam keadaan setimbang, yaitu Vn dan Ln. Uap Vn mempunyai
komposisi yA,n yang mengandung lebih banyak komponen A (ya,n>yA,n+1),
sedangkan cairan Ln mengandung lebih sedikit komponen A (xA,n<xA,n-1). Operasi
kesetimbangan tersebut diulang berkali-kali, sehingga diperoleh uap yang sangat
kaya A dan cairan yang sangat miskin A (Geankoplis, 1993).
Dalam operasi distilasi, pencampuran dilakukan berturut-turut dalam tahap-
tahap (stage). Pada saat operasi berlangsung, cairan di tahap terendah dipanaskan
(Qr), sedangkan uap di tahap teratas didinginkan (Qc). Hasil atas yang diambil
disebut distilat (D) dan yang dikembalikan ke kolom disebut refluks (Lo). Jumlah
8

refluks dibanding distilat disebut rasio refluks (R) yang sangat mempengaruhi hasil
pemisahan (Mc. Cabe,1985).

R  L 0 / D …………………………………(4)

Jika R tak hingga, artinya semua hasil atas kembali ke tahap I, maka operasi
distilasi disebut refluks total. Pada operasi dengan refluks total, maka jumlah tahap
teoritis adalah minimum. Kalau relative volatility konstan (dapat dianggap
konstan), maka jumlah tahap minimum pada operasi dengan refluks total dapat
dihitung dengan persamaan Fenske :
 X   X  
log  A   B  
 X B  D  X A  B 
n 1  .......................................(5)
log  av
Dimana :
n = jumlah tahap teoritis
xA = fraksi mol komponen yang mudah menguap
xB = fraksi mol komponen yang kurang mudah menguap
av = relative volatility rata-rata (av = √d + b)
d dan b berturut-turut adalah distilat dan bottom
Selanjutnya, efisiensi kolom dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
Jumlah tahap teoritis
E  100% ....…................(6)
Jumlah tahap aktual
Pada kenyataannya, setiap tahap tidak akan pernah terjadi kesetimbangan
yang sempurna antara cairan dan uap yang meninggalkannya. Dengan demikian,
jumlah tahap aktual (yang sebenarnya) akan lebih banyak dari pada jumlah tahap
teoritis sehingga ada faktor efisiensi (Mc. Cabe,1985).

2.4 Kesetimbangan Uap-Cair


Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang yang
terjadi antara fasa uap dan fasa cairan dari suatu campuran. Dalam hal ini akan
ditinjau campuran biner yang terdiri dari kompoenen A (yang lebih mudah
menguap) dan komponen B (yang kurang mudah menguap). Pada umumnya proses
9

distilasi dilaksanakan dalam keadaan bubble temperature dan dew temperature,


dengan komposisi uap seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.4, sedangkan
komposisi uap dan cairan yang ada dalam kesetimbangan ditunjukkan pada gambar
1.5 (Hanley and Seader, 1981).

Gambar 2.5. Kesetimbangan Uap-Cair pada Kondisi Bubble dan Dew


Temperature (Geankoplis, 1993).

Gambar 2.6. Komposisi Uap dan Cair pada Kesetimbangan


(Geankoplis, 1993).

Dalam banyak campuran biner, titik didih campuran terletak di antara titik
didih komponen yang lebih mudah menguap (Ta) dan titik didih komponen yang
kurang mudah menguap (Tb). Untuk setiap suhu, harga yA selalu lebih besar dari
10

pada harga xA. Ada beberapa campuran biner yang titik didihnya di atas atau di
bawah titik didih kedua komponennya. Campuran pertama disebut azeotrop
maksimum seperti dapat dilihat pada Gambar 1.6, sedangkan campuran kedua
disebut azeotrop minimum seperti pada Gambar 1.7. Dalam kedua hal, yA tidak
selalu lebih besar dari pada harga x A, ada kesetimbangan uap cairan dengan yA
selalu lebih kecil dari pada xA. Pada titik azeotrop, yA sama dengan xA dan
campuran cairan dengan komposisi sama dengan titik azeotrop tidak dapat
dipisahkan dengan cara distilasi (Mc. Cabe,1985).

Gambar 2.7. Titik Azeotrop Maksimum pada Kesetimbangan


(Mc. Cabe,1985)

Gambar 2.8. Kurva Azeotrop Minimum pada Kesetimbangan


(Mc. Cabe,1985)

Proses distilasi melibatkan kesetimbangan uap-cairan (vapour-liquid


equilibrium-VLE). Sistem kesetimbangan uap cairan yang ideal mengikuti hokum
Dalton dan hukum Raoult. Hukum Dalton untuk gas ideal ;

pi = yi P ……………………………......(7)
11

Dimana :
pi = tekanan uap koponen
yi = fraksi komponen idi fasa uap (gas)
P = tekanan total
Hukum Raoult untuk larutan ideal :
pi = xi pio……………………..................(8)
Dimana ;
pi= tekanan uap koponen
xi = fraksi komponen idi fasa cairan
pio = tekanan uap murni

2.5 Konstanta Kesetimbangan


Konstanta kesetimbangan didefinisikan sebagai :
fraksi mol komponen i di fasa uap
Ki 
fraksi mol komponen i di fasa cair

K i  y i xi ………………………….….(9)
Ki adalah ukuran kecenderungan komponen I untuk menguap.
Jika Ki> 1, komponen icenderung terkonsentrasi di fasa uap
Jika Ki< 1, komponen icenderung terkonsentrasi di fasa cair
Jika Ki = 1, komponen iakan terdistribusi secara sama diantara fasa uap dan
fasa cair
Ki adalah fungsi dari tiga variabel, yakni : tekanan, temperatur, dan komposisi.
Pada keadaan setimbang, salah satu variabel sudah ditetapkan, oleh karena itu Ki
hanya bergantung pada dua variabel (P dan T, P dan x, T dan x) (Hanley and Seader,
1981).

2.6 Relative Volatility


Hubungan komposisi uap cairan dalam keadaan setimbang dapat dinyatakan
dengan relative volatility () yang didefinisikan sebagai berikut :
yA xA yA xA
  ...............................(10)
y B x B 1  y A 1  x A 
12

Persamaan di atas dapat disusun menjadi :


y A   x A /1   x A  x A  ................................(11)
Bila diketahui harga-harga  sebagai fungsi suhu, maka pada tekanan tetap,
hubungan yA dan xA sebagai fungsi suhu pada keadaan setimbang dapat ditentukan.
Nilai relative volatility merupakan ukuran kemudahan untuk pemisahan (Hanley
and Seader, 1981).
13

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah KP Andi Frastiyo
    Makalah KP Andi Frastiyo
    Dokumen12 halaman
    Makalah KP Andi Frastiyo
    Yesika Febriani
    Belum ada peringkat
  • Bab IV 2009fat
    Bab IV 2009fat
    Dokumen13 halaman
    Bab IV 2009fat
    Aldo Fauzia Rahman Islami
    Belum ada peringkat
  • 138 Paperpdf 1
    138 Paperpdf 1
    Dokumen4 halaman
    138 Paperpdf 1
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • 4588 13613 1 PB
    4588 13613 1 PB
    Dokumen7 halaman
    4588 13613 1 PB
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • 91 292 1 PB
    91 292 1 PB
    Dokumen10 halaman
    91 292 1 PB
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Penuntun Praktikum Termodinamika II
    Penuntun Praktikum Termodinamika II
    Dokumen36 halaman
    Penuntun Praktikum Termodinamika II
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen10 halaman
    Tugas
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Pengilangan
    Pengilangan
    Dokumen24 halaman
    Pengilangan
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • P 2
    P 2
    Dokumen9 halaman
    P 2
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Bab3 4
    Bab3 4
    Dokumen6 halaman
    Bab3 4
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Kapasitaas
    Kapasitaas
    Dokumen3 halaman
    Kapasitaas
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Daftar Partangiangan STM Immanuel
    Daftar Partangiangan STM Immanuel
    Dokumen1 halaman
    Daftar Partangiangan STM Immanuel
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • BAHAN
    BAHAN
    Dokumen34 halaman
    BAHAN
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Pencemaran Tanah
    Pencemaran Tanah
    Dokumen10 halaman
    Pencemaran Tanah
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Anggaran Dasar Dan Rumah Tangga
    Anggaran Dasar Dan Rumah Tangga
    Dokumen1 halaman
    Anggaran Dasar Dan Rumah Tangga
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Energi
    Energi
    Dokumen12 halaman
    Energi
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen65 halaman
    Kelompok 5
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Mixer
    Mixer
    Dokumen2 halaman
    Mixer
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • ZIF
    ZIF
    Dokumen2 halaman
    ZIF
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • HIDROGENASI
    HIDROGENASI
    Dokumen5 halaman
    HIDROGENASI
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Energi
    Energi
    Dokumen12 halaman
    Energi
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • BAB IV REv 1
    BAB IV REv 1
    Dokumen6 halaman
    BAB IV REv 1
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • BAB II Rev 1
    BAB II Rev 1
    Dokumen15 halaman
    BAB II Rev 1
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Kel 4
    Kel 4
    Dokumen17 halaman
    Kel 4
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Pancasila Menjadi Ideologi Negara
    Pancasila Menjadi Ideologi Negara
    Dokumen21 halaman
    Pancasila Menjadi Ideologi Negara
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Pancasila BAB II
    Pengertian Pancasila BAB II
    Dokumen18 halaman
    Pengertian Pancasila BAB II
    NerviRita
    Belum ada peringkat
  • BAB IV REv 1
    BAB IV REv 1
    Dokumen6 halaman
    BAB IV REv 1
    NerviRita
    Belum ada peringkat