Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK RENTAN

Memahami secara utuh batasan tentang bencana konseptual penanggulangan bencana adalah
menusia yang potensial sebagai korban, maka dua hal mendasar yang perlu menjadi focus
utama adalah mengenali kelompok rentan (vulnerable group) dan meningkatkan kapasitas
masyarakat sebagai subjek penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana untuk
mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan ini mencakup kerentanan fisik, ekonomi, sosial, dan perilaku yang dapat
ditimbulkan oleh beragam penyebab

Dalam Undang-Undang penanggulangan Bencana Pasal 55 dan penjelasan Pasal 26 Ayat


1, disebutkan bahwa masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang
membutuhkan bantuan karena keadaan yang yang disandangnya di antaranya bayi, balita,
anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat, dan lanjut usia. Secara umum,
kerentanan masyarakat dalam menghadapi bencana dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.

Kerentanan Fisik

Kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi ancaman bahaya tertentu, misalnya
kekuatan bangunan rumah bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa dan tanggul
pengaman banjir bagi masyarakat di dekat bantaran sungai.

Kerentanan Ekonomi

Kemampuan ekonomi individu adalah atau masyarakat dalam pengalokasian sumber daya
untuk pencegahan, dan mitigasi serta penanggulangan bencana. Pada umumnya, masyarakat
miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya karena tidak punya kemampuan
finansial yang memadai untuk melakukan upaya pencegahan atau mitigasi bencana.
Kerentanan Sosial

Kondisi sosial masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang ancaman bahaya
dan risiko bencana, serta tingkat kesehatan yang rendah jiga berpotensi meningkatkan
kerentanan.

Kerentanan Lingkungan

Keadaan lingkungan di sekitar masyarakat tinggal. Misalnya, masyarakat yang tinggal di lereng
bukit atau lereng pegunungan rentan terhadap bencana tanah longsor, sedangkan masyarakat
yang tinggal di daerah sulit air akan rentan terhadap bencana kekeringan.

Kerentanan masyarakat dalam menghadapi bencana juga bergantung pada potensi


ancaman bencana itu sendiri. Dalam hal ini, semua bahaya dapat dipetakan sesuai dengan jenis
kerentanan yang akan di hadapi oleh masyarakat, misalnya bencana letusan gunung Merapi;
ancaman bahayanya mencakup material letusan, luncuran material yang menimbulkan awan
panas, material letusan yang terbawa angina yang mengakibatkan hujan abu, longsoran
material pada musim hujan (lahar dingin) yang seluruhnya mempunyai ancaman tersendiri dan
menimbulkan kerentanan khusus bagi kelompok masyarakat tertentu. Hujan abu, misalnya,
potensial mengakibatkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) bagi anak sampai radius 25 km
bahkan lebih. Artinya, dalam konsepsi penanggulangan bencana pemetaan ancaman bahaya
(hazard) harus melihat potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya
ikutan(collateral hazard) yang secara keseluruhan akan berpengaruh pada potensi kerentanan
masyarakat dalam menghadapi bancana.

Anda mungkin juga menyukai