Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 8, Nomor 1, Januari 2019


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAN SERBUK DAUN PEPAYA


(CARICA PAPAYA) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
Yola Eka Putri Kurniasari1, Dwi Retnoningrum2, Prasetyowati Subchan3
1
Mahasiswa Progam Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro.
2
Staf Pengajar Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
3
Staf Pengajar Ilmu Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang-Semarang 50275, Telp. 024-76928010

ABSTRAK
Latar Belakang: Prevalensi penderita diabetes melitus di seluruh dunia sangat tinggi dan
cenderung meningkat setiap tahun termasuk di Indonesia. Penggunaan obat tradisional
menjadi alternatif dan di rekomendasikan WHO mengingat obat-obat sintetik memiliki
berbagai efek samping. Daun pepaya mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida,
komponenfenol, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid yang memiliki efek sebagai
antidiabetes. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak dan serbuk daun pepaya
terhadap kadar glukosa darah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
dengan pendekatan post-test only control group design. Sampel adalah 15 ekor tikus wistar
dibagi secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok pemberian ekstrak
daun pepaya 200 mg/kgBB dan kelompok pemberian serbuk daun pepaya 200 mg/kgBB.
Pemberian diberikan secara oral dengan sonde lambung sebanyak 1 kali sehari selama 14 hari.
Hari ke 7 dan 14, dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan glukometer. Uji statistik
menggunakan uji Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Hasil: Kadar glukosa terendah pada
pemberian ekstrak hari ke 14. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok ekstrak dan
serbuk daun pepaya pada hari ke 7 (p=0,009) dan antara kelompok kontrol dan esktrak serta
kelompok ekstrak dan serbuk pada hari ke 14 (p=0.009). Simpulan: Terdapat penurunan
glukosa yang bermakna pada pemberian ekstrak daun pepaya dengan dosis 200 mg/kgBB
pada hari ke 7 dan 14,

Kata Kunci: ekstrak daun pepaya, serbuk daun pepaya, flavonoid, alkaloid, kadar glukosa
darah

ABSTRACT
EFFECT OF GIVING EXTRACTS AND POWDER PEPAYA LEAF (CARICA
PAPAYA) TO BLOOD GLUCOSE LEVELS
Background: The prevalence of diabetes mellitus patients around the worldis very high and
tends to increase every year, including in Indonedsia. The use of traditional medicine is an
alternative therapy recommended by WHO considering conventional drugs have various side
effect. Papaya leaf contain alkaloid, flavonoid, glycoside, phenolic component, saponin,
tannins and steroid or triterpenoids which have antidiabetic effects. Aim: To analyze the
effect of papaya leaf extract and powder on blood glucose levels. Methods: This research was
an experimental study with post-test only control group design. The samples were 15 wistar
rats, randomly divided into 3 group, the control group, 200 mg / kgBW papaya leaf extract
group and 200 mg / kgBW papaya leaf powder group. Both Papaya extract and powder were
given orally with gastric tube 1 time a day for 14 days. Glucose level was checked with
glucometer on day 7 and 14. Kruskal Wallis test and Mann Whitney test were used to analyze
the data. Results: The lowest glucose level was obtained on day 14 of papaya extract

572 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

administration. There were significant differences on day 7 between the of papaya leaf extract
and powder groups (p = 0.009) and on day 14 between the control and extract groups as well
as the extract and powder group (p = 0.009). Conclusion: Administration of 200 mg/kgBW
papaya leaf extract results in significant reduction of blood glucose level on days 7 and 14.

Keywords: papaya leaf extract, papaya leaf powder, flavonoids, alkaloids, blood glucose
levels

PENDAHULUAN penyakit yang dapat membunuh manusia


Penyakit tidak menular (PTM) secara diam-diam.3,4
menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia menempati urutan
yang cukup besar di Indonesia, ditandai ketujuh negara dengan penderita diabetes
dengan bergesernya pola penyakit secara melitus terbanyak dengan jumlah 7,6 juta
epidemiologi dari penyakit menular ke ,diprediksi bahkan akan masuk lima besar
penyakit tidak menular yang secara global penderita diabets melitus pada tahun 2030
meningkat, secara nasional menduduki menurut data World Health Organization
sepuluh penyakit besar penyebab kematian (WHO). Peningkatan jumlah penderita
dan kasus terbanyak diantaranya adalah diabetes diprediksi dari 8,4 juta pada tahun
diabetes melitus. Pengertian dari diabetes 2000 menjadi sekitar 21,3 juta.
melitus adalah penyakit gangguan sistem Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
endokrin yang ditandai dengan fluktuasi (Riskesdas) prevalensi diabetes melitus di
abnormal kadar glukosa darah akibat Indonesia sebesar 6,9 % pada tahun 2013
gangguan produksi insulin dan gangguan pada penduduk berumur ≥ 15 tahun,
1,2
metabolisme glukosa. dengan jumlah absolut penderita diabetes
Pada perjalanan penyakit diabetes melitus adalah sekitar 12 juta jiwa.
melitus banyak menimbulkan komplikasi Proporsi ini meningkat hampir dua kali
baik akut maupun kronis. Sering disebut lipat dibandingkan data Riskesdas tahun
sebagai “Mother of disease” karena 2007. Statistik dari International Diabetes
merupakan induk dari penyakit lainnya Federation (IDF) pada tahun 2014
seperti hipertensi, penyakit jantung dan mengungkapkan jumlah orang yang hidup
pembuluh darah, gagal ginjal, stroke dan dengan diabetes mellitus di dunia
kebutaan. Diabetes melitus juga dikenal mencapai 387 juta orang dan jumlah
sebagai “Silent Killer” atau sebagai tersebut diperkirakan akan meningkat

573 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

menjadi 592 juta orang pada tahun 2035. jantan sebagai objek penelitian yang diberi
Sedangkan di Indonesia 9,1 juta atau 5,7 % perlakuan selama 14 hari dan dibagi
dari total penduduk 5 menjadi 3 kelompok dimana masing-
Penggunaan obat tradisional masing kelompok berjumlah 5 ekor tikus
menjadi alternatif mengingat obat-obat dengan kriteria :
sintetik memiliki berbagai efek samping. a. Kriteria inklusi :jenis kelamin jantan ,
WHO juga merekomendasikan pentingnya umur 2-3 bulan (sebelum adaptasi),
pengobatan tradisional yang berasal dari berat badan 150-200 gram, tikus
tanaman obat. Salah satu tumbuhan yang dalam keadaan sehat, aktivitas aktif,
digunakan sebagai tumbuhan berkhasiat dan tingkah laku normal dan tidak ada
obat adalah tanaman pepaya (Carica abnormalitas anatomi yang tampak
papaya) termasuk dalam suku Caricaceae b. Kriteria eksklusi : tikus mati selama
telah digunakan dalam pengobatan dengan dilaksanakan penelitian.
aktivitas sebagai antidiabetes. Daun pepaya Ketiga kelompok tikus wistar tersebut
mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, adalah :
saponin, tanin dan steroid/triterpenoid. a. Kelompok I merupakan Kontrol (K)
Sebagian besar tanaman yang telah dimana terdapat perlakuan tikus
ditemukan mengandung glikosida, diabetes tanpa pemberian obat
alkaloid, terpenoid, flavonoid memiliki b. Kelompok II merupakan Perlakuan I
efek sebagai antidiabetes. Serbuk daun (P1) dimana tikus diabetes diberi
pepaya dapat diperoleh dengan mudah dan dengan ekstrak daun pepaya
dibuat secara rumahan tanpa proses 200mg/kgBB/hari p.o. selama 14 hari
ekstraksi. Sedangkan ekstrak daun pepaya c. Kelompok III merupakan Perlakuan 2
harus dibuat dengan melakukan proses (P2) dimana tikus diabetes diberi
ekstraksi.6 dengan serbuk daun pepaya
200mg/kgBB/hari p.o. selama 14 hari
METODE PENELITIAN Semua tikus sudah diadaptasi
Penelitian ini merupakan terlebih dahulu selama 1 minggu.
penelitian eksperimental dengan Kemudian kadar glukosa darah dilakukan
pendekatan post-test only control group pengukuran pada hari ke 7 dan 14.
design yang menggunakan tikus wistar

574 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

Analisis Data terdapat pada kelompok yang diberi


Data yang diperoleh dalam esktrak (145,40). Nilai tengah tertinggi
penelitian dilakukan uji normalitas dengan kadar glukosa darah hari ke 7 terdapat pada
menggunakan uji Saphiro Wilk karena kelompok yang diberi serbuk (160),
jumlah sampel pada penelitian ini kurang sedangkan nilai tengah terendah terdapat
dari 50. Sebagian data tidak berdistribusi pada kelompok yang diberi ekstrak (145).
normal dan mempunyai varian yang Analisis deskriptif kadar glukosa
berbeda dilakukan uji non-parametric darah hari ke 14 dapat dilihat pada Tabel 2
Kruskal Wallis pada data glukosa hari ke 7 Tabel 2. Analisis deskriptif glukosa hari ke 14
dan 14. Untuk mengetahui pada kelompok Kelompok Mean±SD Median (min-

mana terdapat perbedaan yang bermakna max)

dapat dilanjutkan dengan uji Mann Glukosa 14


Kontrol 156,60±7,127 160 (144-161)
Whitneypada data glukosa hari ke 7 dan 14
Serbuk 157,00±5,788 157 (150-166)
kelompok kontrol dan esktrak serta
Ekstrak 122,60±7,893 120 (113-133)
kelompok ekstrak dan serbuk. Didapatkan
Berdasarkan data pada Tabel 2,
perbedaan bermakna jika nilai p < 0,05.
rerata tertinggi kadar glukosa darah hari ke
Data diolah dengan menggunakan program
14 terdapat pada kelompok yang diberi
komputer.
serbuk (57,00), sedangkan rerata terendah
terdapat pada kelompok yang diberi
HASIL PENELITIAN
esktrak (122,60). Nilai tengah tertinggi
Tabel 1. Analisis deskriptif glukosa hari ke 7
kadar glukosa darah hari ke 14 terdapat
Kelompok Mean±SD Median (min-
pada kelompok kontrol (160), sedangkan
max)
Glukosa 7 nilai tengah terendah terdapat pada

Kontrol 151,60±9,209 155 (139-160) kelompok yang diberi ekstrak (120).


Serbuk 160,00±5,788 160 (154-168) Karena jumlah sampel yang
Ekstrak 145,40±4,506 145 (140-152) digunakan kurang dari 50 sampel, maka

Berdasarkan data pada Tabel 1, dilakukan uji normalitas data

rerata tertinggi kadar glukosa darah hari ke menggunakan uji Saphiro-Wilk. Pada uji

7 terdapat pada kelompok yang diberi normalitas data glukosa hari ke 14

serbuk (160,00), sedangkan rerata terendah kelompok kontrol didapatkan sebaran data
tidak normal (p=0,006), setelah dilakukan

575 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

transformasi data tetap tidak normal Tabel 5. Uji Mann Whitney Glukosa hari ke -
(p=0,005), sedangkan pada glukosa hari ke 14

14 kelompok ekstrak dan serbuk (p=0,806 Kelompok Ekstrak Serbuk

dan p=0,545) didapatkan sebaran data Kontrol 0,009* 0,462


Ekstrak - 0,009*
normal. Pada glukosa hari ke 7 kelompok
*: perbedaan bermakna
kontrol, ekstrak dan serbuk didapatkan
Kadar glukosa hari ke 7 kelompok
data dalam sebaran normal (p=0,338,
kontrol dengan serbuk, kontrol dengan
p=0,957 dan p=0,681)
ekstrak dan glukosa hari ke 14 kelompok
Analisis data dengan uji Kruskal-
kontrol dengan serbuk didapatkan
Wallis dikarenakan terdapat data yang
perbedaan tidak bermakna (p=0,172,
tidak normal. Hasil uji Kruskal-Wallis
p=0,295 dan p=0,462). Sedangkan kadar
dapat dilihat pada Tabel 3.
glukosa darah pada hari ke 7 ekstrak
Tabel 3. Uji Kruskal-Wallis
Kelompok p (Kruskal-Wallis) dengan serbuk, hari ke 14 kontrol dengan

Glukosa 7 0,035* esktrak dan esktrak dengan serbuk


Glukosa 14 0,008* didapatkan perbedaan bermakna dengan
nilai (p=0,009).
*: p<0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa
glukosa hari ke 7 dan ke 14 antara kontrol, PEMBAHASAN

esktrak dan serbuk (p=0,035 dan p=0,008) Dari hasil penelitian yang telah

terdapat perbedaan kadar glukosa darah dilakukan didapatkan perbedaan bermakna

bermakna. Uji post-hoc dilakukan untuk kadar glukosa darah pada glukosa 7

menguji perbedaan bermakna glukosa kelompok ekstrak dan serbuk dan glukosa

darah hari ke 7 dan 14. Uji post-hoc 14 kelompok kontrol dan ekstrak serta

dilakukan dengan uji Mann Whitney dapat kelompok ekstrak dan serbuk dibandingan

dilihat di Tabel 4 dan Tabel 5. dengan kelompok lainnya. Hal ini

Tabel 4. Uji Mann Whitney Glukosa hari ke -7 dikarenakan menurut penelitian Frendy

Kelompok Ekstrak Serbuk dkk bahwa ekstrak daun pepaya dengan


Kontrol 0,295 0,172 dosis 170 mg/kgBB sudah menurunkan
Ekstrak - 0,009* kadar glukosa darah dibandingkan dosis
*: perbedaan bermakna 100 mg/kgBBB serta adanya kandungan

576 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

zat aktif dalam daun pepaya yaitu radikal hidroksil, mengurangi peningkatan
flavonoid, tannin, saponin, dan alkaloid permeabilitas vaskuler pada saat
yang berefek hipoglikemia. Selain itu, zat peradangan, memblokade jalur sorbitol,
aktif yang terkandung dalam daun pepaya menginhibisi aldose reduktase.9
juga berperan merangsang pelepasan Menurut penelitian Abdolmoatey
insulin dari sel beta pancreas dan bahwa senyawa alkaloid memiliki
pelepasan somatostatin tetapi menekan kemampuan untuk menghentikan reaksi
sekresi glukagon.7 rantai radikal bebas secara efisien.
Menurut penelitian Qurrota dan Senyawa radikal turunan dari senyawa
Salem bahwa analisis fitokimia daun amina ini memiliki tahap terminasi yang
pepaya mengandung senyawa metabolit sangat lama. Alkaloid dan tanin juga dapat
sekunder; alkaloid, triterpenoid, steroid, menghambat absorpsi glukosa di usus.
flavonoid, saponin, dan tannin. Flavonoid Sehingga adanya flavonoid, alkaloid dan
merupakan antioksidan yang dapat tannin memberikan efek yang
mencegah reaksi pembentukan rantai menguntungkan pada keadaan diabetes
advanced glycosylation end products melitus.10
(AGE) penyebab perubahan patologis pada Pada glukosa hari ke 7 kelompok
8,9
keadaan hiperglikemik. kontrol dan serbuk juga kelompok kontrol
Sifat antioksidan dari flavonoid dan ekstrak serta glukosa hari ke 14
berasal dari kemampuan untuk mentransfer kelompok kontrol dan serbuk tidak
sebuah elektron ke senyawa radikal bebas terdapat perbedaan bermakna dikarenakan
dan juga membentuk kompleks dengan terdapat kelompok kontrol dimana tidak
logam. Mekanisme kerja flavonoid dalam diberi perlakuan pemberian ekstrak
melindungi tubuh terhadap efek radikal ataupun serbuk daun pepaya hanya tikus
bebas adalah dengan mengurai oksigen dibuat menjadi diabetes melitus. Serbuk
radikal, melindungi sel dari peroksidasi dari daun pepaya yang masih dalam bentuk
lipid, memutuskan rantai reaksi radikal, simplisia, pembuatan mudah dan cepat
mengikat ion logam dari kompleks inert serta belum terdapat kandungan seperti
sehingga ion logam tersebut tidak dapat ekstrak yang diketahui kurang memberikan
berperan dalam proses konversi superoxide efek terhadap penurunan kadar glukosa
radicals dan hidrogen peroksida menjadi darah.

577 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

SIMPULAN DAN SARAN intervention on health behaviors,


Simpulan weight and blood glucose level among
Pada hari ke 7 kelompok kontrol patients with diabetes mellitus. J Nurs
dan serbuk serta kelompok control dan Educ Pract. 2014;4.
ekstrak tidak terdapat perbedaan kadar 3. Anani. Hubungan Antara Perilaku
glukosa darah bermakna secara statistik. Pengendalian Diaebetes dan Kadar
Sedangkan pada hari ke 7 kelompok Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan
ekstrak dan serbuk terdapat perbedaan Diabetes Melitus (Studi Kasus di
kadar glukosa darah bermakna secara RSUD Arjawinangun Kabupaten
statistik. Cirebon). Kesehat Masy. 2012;1:466–
Pada hari ke 14 kelompok kontrol 78.
dan serbuk tidak terdapat perbedaan kadar 4. Departemen Kesehatan Republik
glukosa darah bermakna secara statistik. Indonesia. Pedoman Pengendalian
Sedangkan pada hari ke 14 kelompok Diabetes Melitus dan Penyakit
kontrol dan ekstrak serta kelompok ekstrak Metabolik. Jakarta: Direktorat
dan serbuk terdapat perbedaan kadar Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
glukosa darah bermakna secara statistik. 2008.
Saran 5. Kementrian Kesehatan Republik
Perlu dilakukan penelitian lebh Indonesia . Laporan riset kesehatan
lanjut mengenai dosis serbuk daun pepaya dasar 2013. Jakarta: Pusat Data dan
sebagai penurun kadar glukosa darah dan Informasi; 2014.
lama waktu pemberian serbuk daun pepaya 6. Departemen Kesehatan Republik
sebagai penurun kadar glukosa darah. Indonesia . Kebijakan Obat Nasional.
Jakarta; 2007. 8-18 p.
DAFTAR PUSTAKA 7. Davis, S. N. & Granner DK. Insulin,
1. Departemen Kesehatan Republik oral hypoglicemic agents, and
Indonesia. Kebijakan dan Strategi thepharmacology of the endocrine
Nasional Pencegahan dan pancreas. In: 10th ed. New York:
Penanggulangan Penyakit Tidak McGraw-Hill; 2001.
Menular. Jakarta; 2009. 8. Qurrota A. & ANL. The
2. Mohammed SA. Effect of lifestyle Phytochemical Analysis of Papaya

578 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Yola Eka Putri Kurniasari, Dwi Retnoningrum, Prasetyowati Subchan

Leaf (Carica papaya L.). J Chem. Biochemistry Departement; 2009.


2015;20:134–7. 10. Abdelmoaty, M. A., Ibrahim, M. A.,
9. Salem AO. Experimental Diabetic Ahmed, N. S., & Abdelaziz M.
Nephropathy Can Be Prevented by Confirmatory Studies on the
Propolis: Effect on Metabolic Antioxidant and Antidiabetic Effect of
Distrubances & Renal Oxidative Quercetin in Rats. Clin Biochem J.
Parameters. In Cairo: Pharmacology & 2010;25:188–92.
Toxicology Departement &

579 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 572-579

Anda mungkin juga menyukai