SOEDONO
LAPORAN KASUS
No. Rekam Medis : 673xxxx
I. IDENTITAS
Nama : Nn. YT
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pegawai toko
alamat : Temboro, Karas Magetan
III. ANAMNESIS
1
Lama Haid 5-7 hari, jumlah sedang, dismenore (+) sehari
sebelum haid sampai 2 hari selama haid. Sering keputihan
warna putih jernih, kadang bau dan gatal
3. Riwayat Perkawinan :
Status : belum kawin
4. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi
5. Riwayat Persalinan yang lalu
Hamil ini
6. Riwayat Persalinan sekarang
Tgl. (-) jam (-) his mulai
Tgl. (-) jam (-) ketuban pecah
Tgl. 07-08-2012 jam 07.00 keluar darah/lendir
HPHT : 9-10-2017
HPL : 16-08-2018
Umur Kehamilan : 10-11 minggu
7. Pemeriksaan Status Fisik Umum
Kesadaran : 4-5-6 (Compos Mentis)
Keadaan umum : Lemas
Vital sign :
- TD : 80/60 mmHg
- Temp(Rect) : 36,6º C
- Nadi : 67 x/menit
- RR : 22 x/menit
Kepala / Leher : Anemis (+/+), Ikterik (-/-), Sianosis (-), Dispneu (-)
Kardiovaskuler : S1 S2 Tunggal, Bising (-)
Respirasi : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Muskuloskeletal : Edema (-/-)
8. Pemeriksaan Status Fisik Ginekologi
V/V : fluksus(+), fluor(-)
P : tertutup, nyeri goyang (+)
2
CU : anterofleksi, membesar sesuai usia kehamilan 10-11 minggu
AP D/S : massa (-), nyeri (-)
CD : tk ada kelainan
9. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : Hb: 9,2 g/dl, hitung leukosit: 21.630, hitung trombosit: 638.000,
hematokrit : 28,4 %. PPT (+)
Imunoserologi : HIV (Non-Reaktif), HbsAg Rapid ( Negatif)
USG (19-01-2018) - Uterus normal, tidak ada jaringan intrauteri
- AP D : massa (-), nyeri (+)
- AP S : massa (-), nyeri (-)
ASSESMENT
Kehamilan Ektopik Terganggu
PLANNING
KIE & Informed Concent pro laparatomi eksploratif
Persiapan akan operasi (Skirent, inj. Ceftriaxon 2gr I.V., Antasida 30cc) masuk kamar
operasi untuk laparatomi.
3
Tanggal : 20 Januari 2018 06.00
SUBJECTIVE
OBJECTIVE
STATUS UMUM
Keadaan umum : cukup
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 112x/menit
Suhu : 36,4º C
RR : 22 x/menit
STATUS GINEKOLOGI
V/V : fluksus (-)
ASSESTMENT
Post laparatomi hari I a/i ruptur kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
Minum sedikit-sedikit
Inf. RL : D5 2:1 / 24 jam
Inj. Ketorolac 3x1 amp IV
Inj. Alinamin 3x1 amp IV
Inj.Vitamin C 3x1 amp IV
Inj. Asam Tranexamat 3 x 500mg IV
4
Tanggal 21 Januari 2018 06.10
SUBJECTIVE
Keluhan (-)
OBJECTIVE
STATUS UMUM
Keadaan umum : Baik
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit
A/I/C/D : -/-/-/-
STATUS GYNECOLOGI
V/V : Fluxus (-)
Fluor (-)
ASSESTMENT
Post Laparatomi hari II a/i ruptura kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
Diet TKTP
Inj. Ketorolac 3x1 amp IV
Tab. Asam mefenamat 3x500mg
5
Tanggal : 22 Januari 2018 06.00
SUBJECTIVE
Keluhan (-)
OBJECTIVE
STATUS UMUM
Keadaan umum : Baik
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 C
RR : 20x/menit
STATUS GYNECOLOGI
V/V : Fluxus (-)
Fluor (-)
ASSESTMENT
Post Laparatomi hari ke III a/i ruptura kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
Tab. Cefixime 2x100 mg
Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
Rawat luka
ACC KRS
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut
ini :2
1. Kehamilan tuba, meliputi (> 95 %) yang terdiri atas :
- Pars ampularis (55%)
- Pars ismika (25%)
- Pars fimbriae (17%)
- Pars isterstisialis (2%)
2. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau
abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan kehamilan
abdominal sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba yang kemudian
abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars abdominalis (abortus
tubaria) yang kemudian embrio mengalami reimplantasi di kavum abdomen,
misalnya di mesenterium/mesovarium atau di omentum.
3. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit
4. Kehamilan hererotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada di
kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
5. Kehamilan ektopik bilateral.
7
Lokasi kejadian kehamilan ektopik
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke
endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik. Faktor-faktor yang disebutkan adalah
sebagai berikut :1
1. Faktor tuba : adanya infeksi atau peradangan pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Adanya tumor disekitar tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba.
2. Faktor abnormalitas dari zigot : zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran
besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor ovarium : bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal : pil KB yang mengandung progesteron dapat menyebabkan
pergerakan tuba melambat, bila terjadi pembuahan dapat menyebabkan kehamilan
ektopik.
5. Faktor lain : pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
D. PATOLOGI
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio,
maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam bentuk berikut ini :2
8
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi : ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasinya kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba (abortus tubaria) : perdarahan terjadi karena pembukaan
pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama dengan robeknya pseudokapsularis.
Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba
dan didorong ke arah ostium tuba pars abdominalis. Abortus ke lumen tuba sering
terjadi pada kehamilan pars ampularis. Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak
sempurna, perdarahan terus berlangsung menyebabkan tuba membesar dan kebiruan
(hematosalping), kemudian darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba dan
berkumpul di kavum Douglasi membentuk hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba : sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Bila pseudokapsularis
ikut pecah, maka terjadi perdarahan lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga
perut melalui ostium tuba abdominal. Darah tertampung dalam rongga perut akan
mengalir ke kavum Douglasi makin lama bisa memenuhi rongga abdomen.
E. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, umumnya
penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda mungkin rasa nyeri diperut bagian
bawah. Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba
tempat lokasi nidasi akan memberikan gejala khas yaitu nyeri perut mendadak kemudian
disusul syok dan pingsan.2
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic
gonadotropin. Amenore merupakan tanda penting kehamilan ektopik.2
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal, terdapat
nyeri goyang serviks uteri atau slinger pijn. Kavum Douglasi menonjol dan nyeri perabaan
oleh karena terisi darah.2
Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong
gestasinya dan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah diluar uterus. Apabila sudah
9
ruptur maka kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi akan mendapatkan gambaran
hiperekoik yang tidak beraturan, tidak berbatas tegas, dan sekitarnya didapati cairan bebas
(gambaran darah intraabdominal). Diagnosis dapat dibantu dengan melakukan
pemeriksaan punsi kavum Douglasi (kuldosentesis) dimana jendalan darah di kavum
Douglasi akan terisap saat dilakukan pungsi.2
F. DIAGNOSIS
Alat diagnosis yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, laparaskopi,
kuldosintesis. Selain dari alat bantu diagnosis juga dibutuhkan data anamnesis dari pasien.
Haid biasanya terlambat untuk beberapa hari. Nyeri perut bagian bawah , perdarahan
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Kuldosintesis adalah untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada darah. Teknik kuldosintesis bila
didapatkan darah segar berwarna merah dalam beberapa menit akan membeku, darah ini
berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. Bila darah tua berwarna kecoklatan sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.2
G. PENANGANAN
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
2. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama cetakan kedelapan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2010.
3. Mochtar R, Sinopsis Obstetri Edisi Kedua, Jakarta: EGC, 1999: 75-82, 323-328
12