Anda di halaman 1dari 12

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.

SOEDONO

SMF OBSTETRI – GINEKOLOGI

Jl. Dr. Soetomo 59. Telp. 0351-464326 pswt.150

LAPORAN KASUS
No. Rekam Medis : 673xxxx

I. IDENTITAS

 Nama : Nn. YT
 Umur : 23 tahun
 Pendidikan : SMK
 Pekerjaan : Pegawai toko
 alamat : Temboro, Karas Magetan

II. MASUK DAN KELUAR RUMAH SAKIT

 Masuk : 19 Desember 2018 pukul 12.50


 Keluar : 23 Desember 2018

III. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan mengalami perdarahan sejak


kurang lebih 5 hari yang lalu. Keluhan perdrahan seperti darah menstruasi. Selama 5
hari perdarahan dirasa biasa saja, tidak banyak dan menyebabkan nyeri perut. Awalnya
pasien mengira akibat nyeri perutnya karena sering mengangkat beban berat. Diketahui
bahwa pasien belum menikah tetapi pasien mengetahui sedang hamil 5 minggu,
dibuktikan 1 bulan yang lalu pasien melakukan tes urin dan hasilnya positif. Keluhan
saat ini perut bagian bawah terasa nyeri.
2. Riwayat Haid : Pertama saat usia 14 tahun, siklus 28-30 hari, teratur.

1
Lama Haid 5-7 hari, jumlah sedang, dismenore (+) sehari
sebelum haid sampai 2 hari selama haid. Sering keputihan
warna putih jernih, kadang bau dan gatal

Hari Pertama Haid Terakhir 9-10-2017

3. Riwayat Perkawinan :
 Status : belum kawin
4. Riwayat Kontrasepsi
Belum pernah menggunakan kontrasepsi
5. Riwayat Persalinan yang lalu
Hamil ini
6. Riwayat Persalinan sekarang
 Tgl. (-) jam (-) his mulai
 Tgl. (-) jam (-) ketuban pecah
 Tgl. 07-08-2012 jam 07.00 keluar darah/lendir
 HPHT : 9-10-2017
 HPL : 16-08-2018
 Umur Kehamilan : 10-11 minggu
7. Pemeriksaan Status Fisik Umum
 Kesadaran : 4-5-6 (Compos Mentis)
 Keadaan umum : Lemas
 Vital sign :
- TD : 80/60 mmHg
- Temp(Rect) : 36,6º C
- Nadi : 67 x/menit
- RR : 22 x/menit
 Kepala / Leher : Anemis (+/+), Ikterik (-/-), Sianosis (-), Dispneu (-)
 Kardiovaskuler : S1 S2 Tunggal, Bising (-)
 Respirasi : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Muskuloskeletal : Edema (-/-)
8. Pemeriksaan Status Fisik Ginekologi
 V/V : fluksus(+), fluor(-)
 P : tertutup, nyeri goyang (+)

2
 CU : anterofleksi, membesar sesuai usia kehamilan 10-11 minggu
 AP D/S : massa (-), nyeri (-)
 CD : tk ada kelainan
9. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : Hb: 9,2 g/dl, hitung leukosit: 21.630, hitung trombosit: 638.000,
hematokrit : 28,4 %. PPT (+)
 Imunoserologi : HIV (Non-Reaktif), HbsAg Rapid ( Negatif)
 USG (19-01-2018)  - Uterus normal, tidak ada jaringan intrauteri
- AP D : massa (-), nyeri (+)
- AP S : massa (-), nyeri (-)

ASSESMENT
Kehamilan Ektopik Terganggu

PLANNING
 KIE & Informed Concent pro laparatomi eksploratif

Tanggal : 19 Januari 2018 15.00

Persiapan akan operasi (Skirent, inj. Ceftriaxon 2gr I.V., Antasida 30cc)  masuk kamar
operasi untuk laparatomi.

Tanggal : 19 Januari 2018 16.50


Durante operasi : AP D : didapatkan ruptura kehamilan tuba pars ampularis dextra,
AP S : dbn
Diputuskan dilakukan salfingektomi dekstra.

3
Tanggal : 20 Januari 2018 06.00

SUBJECTIVE

Nyeri perut minimal

OBJECTIVE

STATUS UMUM
Keadaan umum : cukup
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 112x/menit
Suhu : 36,4º C
RR : 22 x/menit

STATUS GINEKOLOGI
 V/V : fluksus (-)

ASSESTMENT
Post laparatomi hari I a/i ruptur kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
 Minum sedikit-sedikit
 Inf. RL : D5 2:1 / 24 jam
 Inj. Ketorolac 3x1 amp IV
 Inj. Alinamin 3x1 amp IV
 Inj.Vitamin C 3x1 amp IV
 Inj. Asam Tranexamat 3 x 500mg IV

4
Tanggal 21 Januari 2018 06.10

SUBJECTIVE

Keluhan (-)

OBJECTIVE

STATUS UMUM
Keadaan umum : Baik
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
RR : 20x/menit
A/I/C/D : -/-/-/-

STATUS GYNECOLOGI
 V/V : Fluxus (-)
Fluor (-)

ASSESTMENT
Post Laparatomi hari II a/i ruptura kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
 Diet TKTP
 Inj. Ketorolac 3x1 amp IV
 Tab. Asam mefenamat 3x500mg

5
Tanggal : 22 Januari 2018 06.00

SUBJECTIVE

Keluhan (-)

OBJECTIVE

STATUS UMUM
Keadaan umum : Baik
GCS : 4 5 6 (Compos Mentis)
Vital Sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36 C
RR : 20x/menit

STATUS GYNECOLOGI
 V/V : Fluxus (-)
Fluor (-)
ASSESTMENT
Post Laparatomi hari ke III a/i ruptura kehamilan tuba pars ampula dextra
PLANNING
 Tab. Cefixime 2x100 mg
 Tab. Asam mefenamat 3x500 mg
 Rawat luka
 ACC KRS

6
TINJAUAN PUSTAKA

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

A. DEFINISI

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya


buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim Sedangkan yang
disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba.1

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi 5 berikut
ini :2
1. Kehamilan tuba, meliputi (> 95 %) yang terdiri atas :
- Pars ampularis (55%)
- Pars ismika (25%)
- Pars fimbriae (17%)
- Pars isterstisialis (2%)
2. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus, ovarium, atau
abdominal. Untuk kehamilan abdominal lebih sering merupakan kehamilan
abdominal sekunder dimana semula merupakan kehamilan tuba yang kemudian
abortus dan meluncur ke abdomen dari ostium tuba pars abdominalis (abortus
tubaria) yang kemudian embrio mengalami reimplantasi di kavum abdomen,
misalnya di mesenterium/mesovarium atau di omentum.
3. Kehamilan intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit
4. Kehamilan hererotopik, merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada di
kavum uteri sedangkan yang lain merupakan kehamilan ektopik.
5. Kehamilan ektopik bilateral.

7
Lokasi kejadian kehamilan ektopik

C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke
endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik. Faktor-faktor yang disebutkan adalah
sebagai berikut :1
1. Faktor tuba : adanya infeksi atau peradangan pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu. Adanya tumor disekitar tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba.
2. Faktor abnormalitas dari zigot : zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran
besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3. Faktor ovarium : bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu lebih panjang sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
4. Faktor hormonal : pil KB yang mengandung progesteron dapat menyebabkan
pergerakan tuba melambat, bila terjadi pembuahan dapat menyebabkan kehamilan
ektopik.
5. Faktor lain : pemakai IUD dimana proses peradangan yang dapat timbul pada
endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.

D. PATOLOGI
Karena tuba bukan merupakan suatu media yang baik untuk pertumbuhan embrio,
maka pertumbuhan dapat mengalami perubahan dalam bentuk berikut ini :2

8
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi : ovum yang dibuahi cepat mati karena
vaskularisasinya kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba (abortus tubaria) : perdarahan terjadi karena pembukaan
pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama dengan robeknya pseudokapsularis.
Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba
dan didorong ke arah ostium tuba pars abdominalis. Abortus ke lumen tuba sering
terjadi pada kehamilan pars ampularis. Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak
sempurna, perdarahan terus berlangsung menyebabkan tuba membesar dan kebiruan
(hematosalping), kemudian darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba dan
berkumpul di kavum Douglasi membentuk hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba : sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Faktor utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan vili
korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Bila pseudokapsularis
ikut pecah, maka terjadi perdarahan lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga
perut melalui ostium tuba abdominal. Darah tertampung dalam rongga perut akan
mengalir ke kavum Douglasi makin lama bisa memenuhi rongga abdomen.

E. GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas, umumnya
penderita menunjukkan gejala-gejala kehamilan muda mungkin rasa nyeri diperut bagian
bawah. Apabila kehamilan ektopik mengalami penyulit atau terjadi ruptur pada tuba
tempat lokasi nidasi akan memberikan gejala khas yaitu nyeri perut mendadak kemudian
disusul syok dan pingsan.2
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan berarti gangguan pembentukan human chorionic
gonadotropin. Amenore merupakan tanda penting kehamilan ektopik.2
Pada kehamilan ektopik terganggu ditemukan pada pemeriksaan vaginal, terdapat
nyeri goyang serviks uteri atau slinger pijn. Kavum Douglasi menonjol dan nyeri perabaan
oleh karena terisi darah.2
Pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran uterus yang tidak ada kantong
gestasinya dan gambaran kantong gestasi yang berisi mudigah diluar uterus. Apabila sudah
9
ruptur maka kantong gestasi sudah tidak jelas, tetapi akan mendapatkan gambaran
hiperekoik yang tidak beraturan, tidak berbatas tegas, dan sekitarnya didapati cairan bebas
(gambaran darah intraabdominal). Diagnosis dapat dibantu dengan melakukan
pemeriksaan punsi kavum Douglasi (kuldosentesis) dimana jendalan darah di kavum
Douglasi akan terisap saat dilakukan pungsi.2

F. DIAGNOSIS
Alat diagnosis yang dapat digunakan adalah ultrasonografi, laparaskopi,
kuldosintesis. Selain dari alat bantu diagnosis juga dibutuhkan data anamnesis dari pasien.
Haid biasanya terlambat untuk beberapa hari. Nyeri perut bagian bawah , perdarahan
pervaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan laboratorium dengan
pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah. Kuldosintesis adalah untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglasi ada darah. Teknik kuldosintesis bila
didapatkan darah segar berwarna merah dalam beberapa menit akan membeku, darah ini
berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. Bila darah tua berwarna kecoklatan sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil-kecil, darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.2

G. PENANGANAN

Tindakan konservatif medik dilakukan dengan pemberian methotrexate.


Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan,
termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan
merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik,
methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi
kehamilan tersebut. Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis
multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis
multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3,
5, dan hari ke-7.2

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi


perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi
sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga
10
perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung
terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Penanganan pada
kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada
infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di
rumah sakit.3

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. 2007. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
2. Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan edisi pertama cetakan kedelapan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2010.
3. Mochtar R, Sinopsis Obstetri Edisi Kedua, Jakarta: EGC, 1999: 75-82, 323-328

12

Anda mungkin juga menyukai