PENDAHULUAN
daerah mempunyai hak serta kewajiban untuk mengatur daerahnya sendiri tetapi
masih tetap dikontrol oleh pemerintah pusat serta sesuai dengan undang-undang.
dimiliki oleh suatu wilayah. Pemberian otonomi daerah pada dasarnya bertujuan
serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa. Salah satunya
daerah agar tercapai kinerja keuangan pemerintah daerah yang efektif dan efesien.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat
dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki atau dikuasai oleh negara
atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan peraturan
1
2
2014 Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat
dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah
tersebut.
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
kewenangan daerah seperti yang disebut di atas didanai dari dan atas beban
ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa, dalam rangka penyusunan RAPBD Satuan
kerja dan anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai.
dalam penyusunan APBD agar mampu menjadi dasar bagi kegiatan pengelolaan,
pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan standar
dicapai keuangan daerah adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya yang
(Performance) diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode
dan non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai
dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Pengukuran kinerja
tuntunan yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan
program selanjutnya.
hasil seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat diukur dengan dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan. Faktor kemampuan sumber daya aparatur
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Dalam
adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah,
undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut
Menurut J. Fred Weston dalam Kasmir (2015:106) Salah satu alat untuk
adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap APBD yang telah
antara lain :
keuangan daerah ini ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah
dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain,
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka ini menunjukkan tingginya tingkat
dapat terjadi ketika penentu-penentu endogen (faktor dari dalam daerah) maupun
eksogen (faktor dari luar daerah) bersangkutan serta berkombinasi. Pendekatan yang
pendapatan nasional adalah konsumsi (C) ditambah Investasi (I), Pembelian atau
Pengeluaran Pemerintah (G), dan Ekspor (X) dikurangi Impor (M) yang
Pendapat diatas juga didukung Menurut Sidik dalam Pertiwi (2016:101), Ada
keuangan daerah mengalami peningkatan yang cukup besar dan dialokasikan dengan
baik dan benar, maka ini akan berdampak pada dana yang dimiliki oleh daerah juga
akan semakin besar. Hal ini mengindikasikan bahwa akan meningkatkan kemandirian
suatu daerah sehingga ini akan membuat daerah semakin berinisiatif dalam menggali
lainnya.
Jawa Tengah.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja
keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi. Metode analisis
alokasi belanja modal berpengaruh oleh kinerja keuangan daerah, alokasi belanja
pertumbuhan ekonomi.
Kota Sungai Penuh merupakan salah satu daerah otonom yang ada di Provinsi
kinerja keuangan pemerintahannya sebagai salah satu tugas dan tanggung jawab
pemerintahannya sendiri. Berikut ini adalah data PDRB atas Harga konstan.
Tabel 1.1
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Kota Sungai Penuh Tahun 2010-2016
1 2010 2.592.952,19 -
2 2011 2.770.910,54 6,86
3 2012 2.967.371,60 7,09
4 2013 3.218.243,48 8,45
5 2014 3.460.943,21 7,54
6 2015 3.705.362,24 7,06
7 2016 3.946.467,11 6,51
Jumlah 22.662.250,37 43,51
Rata-rata 3.237.464,34 6,22
Sumber : BPS Kota Sungai Penuh Tahun 2016
Kota Sungai Penuh selama periode 2010-2016 sebesar 6,22%. Dimana pada tahun
9
sebesar 6,86%. Pada tahun 2012 meningkat sebesar 7,09%. pada tahun 2013
PDRB meningkat sebesar 8,45%. Pada tahun 2014 PDRB meningkat sebesar
7,54%. Pada tahun 2015 PDRB meningkat sebesar 7,06% dan pada tahun 2016
Selain data PDRB diatas, untuk menguatkan fenomena penelitian ini maka
penulis juga menambah data keuangan Pemerintah Kota Sungai Penuh pada tahun
Tabel 1.2
Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Sungai Penuh Tahun 2010-2016
Realisasi Pertumbuhan Realisasi Belanja Pertumbuhan
Tahun
Pendapatan (Rp) (%) (Rp) (%)
2010 366.230.042.063,95 - 297.156.747.883,23 -
2011 452.243.705.727,90 23,49 397.258.492.085,55 33,69
2012 472.331.609.627,58 4,44 464.215.014.378,01 16,85
2013 557.416.319.774,78 18,01 548.407.907.604,00 18,14
2014 598.264.229.650,30 7,33 546.099.421.759,83 -0,42
2015 626.260.069.030,84 4,68 630.159.025.238,00 15,39
2016 707.134.635.517,20 12,91 689.572.920.958,76 9,43
Jumlah 3.779.880.611.393 70,86 3.572.869.529.908 93,08
Rata-rata 539.982.944.485 10,12 510.409.932.844 13,29
pendapatan Kota Sungai Penuh selama periode 2010-2016 sebesar 10,12% dan
Realisasi belanja sebesar 13,29%. Dimana pada tahun 2010 Realisasi pendapatan
10
Kota Sungai Penuh sebesar Rp. 366,230,042,063.95 dan Realisasi belanja sebesar
Rp. 297,156,747,883.23. Pada tahun 2011 Realisasi pendapatan Kota Sungai Penuh
meningkat sebesar 23,49% dan Realisasi belanja sebesar 33,69%. Pada tahun
2012 Realisasi pendapatan Kota Sungai Penuh meningkat 4,44% dan Realisasi
belanja meningkat sebesar 16,85%. pada tahun 2013 Realisasi pendapatan Kota
Sungai Penuh meningkat sebesar 18,01% dan Realisasi belanja meningkat sebesar
18,14%. Pada tahun 2014 Realisasi pendapatan Kota Sungai Penuh meningkat
sebesar 7,33% dan Realisasi belanja mengalami penurunan sebesar -0,42%. Pada
tahun 2015 Realisasi pendapatan Kota Sungai Penuh mengalami kenaikan sebesar
4,68% dan Realisasi belanja juga meningkat sebesar 15,39%. dan pada tahun 2016
Realisai pendapatan Kota Sungai Penuh juga mengalami kenaikan sebesar 12,91%
Dari tabel 1.1 dan 1.2 diatas dapat kita bandingkan pertumbuhan PDRB Kota
pendapatan dan belanja Kota Sungai Penuh selama periode 2010-2016. Dilihat
dari rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Sungai Penuh sebesar 6,22% sedangkan
Sungai Penuh sebesar 13,29%. Dilihat dari tahun ke tahun yaitu pada tahun 2011
Realisasi pendapatan Kota Sungai Penuh sebesar 23,49% dan Realisasi belanja
Kota Sungai Penuh sebesar 33,69%. Pada tahun 2012 pertumbuhan PDRB Kota
Sungai Penuh sebesar 4,44% dan Realisasi belanja Kota Sungai Penuh sebesar
11
16,85%. Pada tahun 2013 pertumbuhan PDRB Kota Sungai Penuh sebesar 8,45%
dan belanja Kota Sungai Penuh sebesar 18,14%. Pada tahun 2014 pertumbuhan
pendapatan Kota Sungai Penuh sebesar 7,33% dan Realisasi belanja Kota Sungai
Penuh sebesar -0,42%. Pada tahun 2015 pertumbuhan PDRB Kota Sungai Penuh
sebesar 4,68% dan Realisasi belanja Kota Sungai Penuh 15,39%. Dan pada tahun
Sungai Penuh sebesar 13,29% dapat kita ketahui bahwa persentase pertumbuhan
Realisasi pendapatan dan belanja Kota Sungai Penuh jauh lebih besar
lanjut yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Analisis Kinerja
tahun 2010-2016 ?
tahun 2010-2016?
tahun 2010-2016 ?
tahun 2010-2016 ?
Penuh yang diukur dengan rasio kemndirian, rasio aktivitas, rasio efektivitas
2010-2016 ?
maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan
Menurut Halim (2012:4) Ada beberapa cara untuk mengukur Kinerja Keuangan
Daerah salah satunya yaitu dengan menggunakan Rasio Kinerja Keuangan Daerah.
Beberapa rasio yang bisa digunakan adalah : Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi
Keuangan Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan, Rasio Aktivitas dan Rasio
dengan kinerja keuangan yang terdiri dari rasio kemandirian, rasio aktivitas, rasio
efektivitas, dan rasio efesiensi. Keempat rasio ini dipilih karena lebih mudah
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari peneitian ini adalah
sebagai berikut :
tahun 2010-2016
tahun 2010-2016
14
tahun 2010-2016
tahun 2010-2016
Penuh yang diukur dengan rasio kemandirian, rasio aktivitas, rasio efektivitas
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah terutama aparat Dinas
BAB II
KAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
proses yang harmonis atau gardual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan
proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang
merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus menerus melalui serangkaian
16
kombinasi proses demi mencapai suatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan
meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi
Jadi berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa
panjang yang disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan
tersebut akan memberikan perubahan pada masyarakat, baik itu dari sisi
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
diperlukannya.
panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output perkapita dan jangka
ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu
dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu
sendiri.
Jadi berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa
diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Teori ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, Malthus, dan
John Stuart Mill. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh
empat faktor, yaitu jumlah penduduk, jumlah barang modal, luas tanah dan
ekonomi. Mereka asumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta teknologi
penduduk optimal.
perkapita mencapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada waktu itu
Teori ini dikembangkan hampir pada waktu yang bersamaan oleh Roy
mengemukakan ide yang sama dan disebut teori Harrod-Domar. Teori ini
asumsi :
scale).
20
Asumsi yang dimaksud di sini adalah kondisi dimana barang modal telah
(Y = C + I).
mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa
g=K=n
Dimana :
adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan
antara tenaga kerja dan modal. Hal ini berarti ada fleksibilitas dalam rasio
orang, barang, dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal,
kembali.
4. Teori Schumpeter
rendah.
ekonomi, juga dalam kehidupan politik dan hubungan sosial dalam suatu
masyarakat yang:
masih sangat terbatas. Oleh sebab itu sebagian besar dari sumber-
sedikit sekali.
Tahap ini adalah tahap sebagai suatu masa transisi pada saat
tahap prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini,
mengalami perubahan.
jasa. Pada periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk
politis, yaitu:
negara-negara lain.
barang mewah.
28
Statistik (2002) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah
usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Untuk menghitung
PDRB yang dihasilkan suatu wilayah ada empat pendekatan yang digunakan,
yaitu :
suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang
menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi:
1. Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swasta yang
2. Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto.
3. Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto.
29
atas, sehingga dipakai metode alokasi atau metode tidak langsung. Sedangkan
1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai PDRB.
2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, yaitu semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun
atau inflasi. Dalam penelitian ini PDRB yang digunakan untuk penelitian
Harga Konstan.
Menurut Badan Pusat Statistik 2016, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa
dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai
terdiri dari tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tertier. sektor
30
pimer yang biasanya berupa sektor pertanian dan sejenisnya serta sektor
tersier berupa perdagangan dan jasa. Sektor perbankan masuk ke dalam sektor ini.
Lebih rinci lagi ketiga sektor yang masuk dalam komponen PDRB tersebut dibagi
3. Industri pengolahan
5. Pengadaan air
6. Konstruksi
7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor
Dari 17 sektor tersebut di atas, terlihat bahwa sektor jasa dan perdagangan
(tersier) banyak ragamnya. Mulai dari Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan
perawatan mobil dan sepeda motor sampa jasa lainnya. Hal ini menunjukkan
untuk dibagi-bagi menjadi sektor tersendiri untuk bisa menghasilkan data PDB
merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) dalam
dan Belanja Daerah adalah instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah. Menurut Undang Undang Nomor 23 tahun 2014 Keuangan Daerah adalah
semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala
sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
32
kewenangan daerah seperti yang disebut di atas didanai dari dan atas beban
ayat (1) dan (2) menyebutkan bahwa, dalam rangka penyusunan RAPBD Satuan
kerja dan anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai.
dan kewajiban pemerintah daerah dalam bentuk uang (rupiah) yang dimanfaatkan
Daerah haruslah diolah oleh Pemerintah Daerah dalam rangka otonomi daerah
pengawasan keuangan daerah. Dari pengertian tersebut diatas dapat dilihat bahwa
arti bahwa setiap daerah otonom dapat mengurus dan mengatur keuangannya
lain.
a) Transparansi
Masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk menegtahui proses
b) Akuntabilitas
penggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu ada harga yang
Pendapatan Daerah adalah: “Semua penerimaan kas daerah dalam periode tahun
bersangkutan”
Dan definisi pendapatan daerah menurut IASC Frame Work dalam bukunya
selain penambahan ekuitas dana yang berasal dari kontribusi beserta ekuitas
dana.”
yang dapat ditinjau dari tingkat kenaikan aktiva ataupun penurunan utang yang
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
dari sumber ekonomi asli daerah. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004
A. Pajak daerah
daerah-daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
1. Pajak hotel,
2. Pajak restoran,
3. Pajak hiburan,
4. Pajak reklame,
7. Pajak parkir,
B. Retribusi daerah
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk
penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan
objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada
termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
38
2. Dana Perimbangan
2004 Pasal 1 Ayat 18 tentang Perimbangan antar Keuangan Pemerintah Pusat dan
desentralisasi.
pendapatan daerah yang berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah” pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
“Lain-lain penerimaan yang sah merupakan jenis penerimaan daerah yang terdiri
dari: lain-lain penerimaan yang sah, penerimaan dari propinsi, penerimaan dari
(2006:165), dalam “Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
pendapatan daerah dapat mengarah pada fungsi keuangan Negara yaitu sebagai
berukut:
1. Fungsi Alokasi
Proses dimana sumber daya (resources) nasional dipergunakan untuk barang
privat dan barang publik dimana keduanya sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Fungsi Retribusi
Peranan keuangan negara dalam hal ini anggaran dalam rangka pembagian
faktor produksi.
3. Fungsi Stabilitas
Anggaran negara merupakan alat kebijaksanan makro pemerintah. Bila
pajak maka konsumsi rumah tangga akan lebih tinggi dan pengeluaran agrerat
40
menjadi lebih besar yang pada giliranya akan meningkatkan out put
(pendapatan nasional).
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam
satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
Keuangan Daerah tidak merinci tentang klasifikasi belanja menurut urusan wajib,
urusan pilihan, dan klasifikasi menurut organisasi, fugsi, program kegiatan, serta
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”. Istilah
1) Belanja Pegawai,
41
2) Belanja Barang,
3) Subsidi,
4) Hibah,
5) Bantuan Sosial.
aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset
terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
pusat/daerah.
anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang
42
Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah
1) Belanja Pegawai,
3) Belanja Modal
1) Belanja Pegawai,
2) Belanja bunga,
3) Belanja subsidi,
4) Belanja hibah,
desa.
dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian
atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
Pendapatan Asli Daerah maupun dari dana perimbangan tentunya digunakan oleh
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil secara kualitas dan kuantitas yang
Mangku (2002:22) menyatakan kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas
maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai
tanggung jawab yang diberikan. Rivai dan Bari (2005:50) Mengemukakan Kinerja
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
misi dan visi organisasi”. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
(Performance) diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode
dan non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai
dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi. Pengukuran kinerja
tuntunan yang harus dipenuhi, data pengukuran kinerja dapat menjadi peningkatan
program selanjutnya.
hasil seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat diukur dengan dibandingkan
dengan standar yang telah ditentukan. Faktor kemampuan sumber daya aparatur
45
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial. Dalam
adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah,
undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut
sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian
sistem keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau
hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu uit organisasi.
Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil
kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi peneriman dan belanja daerah
pengukuran kinerja tersebut berupa rasio keuangan yang terbentuk dari sistem
Menurut Halim (2002 :126) hasil análisis rasio keuangan ini bertujuan untuk:
otonomi daerah.
pendapatan daerahnya.
pendapatan daerah.
digunakan dalam memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan
keuangan. Menurut Abdul Halim (2012:4), Penggunaan analisis rasio pada sektor
publik khususnya terhadap APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori
belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kiadah pengukurannya.
jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu
47
membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode
itu dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang
dimiliki suatu pemerintah daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang
terdekat ataupun yang potensi daerahnya relatif sama untuk dilihat bagaimana posisi
Menurut Halim (2012:4), Ada beberapa cara untuk mengukur Kinerja Keuangan
Daerah salah satunya yaitu dengan menggunakan Rasio Kinerja Keuangan Daerah.
Beberapa rasio yang bisa digunakan adalah : Rasio Efektivitas PAD, Rasio Efisiensi
Keuangan Daerah, Rasio Keserasian, Rasio Pertumbuhan, Rasio Aktivitas dan Rasio
bantuan pihak eksternal (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah.
tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
b) Rasio Aktivitas
secara optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja
rutin berarti persentase belanja pembangunan untuk sarana dan prasarana ekonomi
ekonomi bila rasio belanja pemerintah lebih banyak dialokasikan untuk belanja
c) Rasio Efektivitas
daerah yang semakin baik. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
efektivitas adalah :
besarnya total realisasi belanja daerah dengan total realisasi penerimaan daerah.
dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau di bawah
100%. Semakin kecil Rasio Efisiensi Keuangan Daerah berarti Kinerja Keuangan
(2013:112) yang menyatakan bahwa bila semakin kecil rasio efisien berarti kinerja
pemerintah daerah semakin baik. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
efesiensi adalah :
e) Rasio Keserasian
secara optimal. Menurut Halim (2012:236) semakin tinggi persentase dana yang
masyarakat cenderung semakin kecil. Ada 2 perhitungan dalam Rasio Keserasian ini,
dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga sifatnya jangka pendek dan
dalam hal tertentu sifatnya rutin atau berulang. Pada umumya proporsi Belanja
yang tinggi cenderung memiliki porsi belanja operasi yang lebih tinggi
modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan
modal memberikan manfaat jangka menegah dan panjang juga bersifat rutin.
f) Rasio Pertumbuhan
dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama periode anggaran, Kinerja Keuangan
meningkat. Sebaliknya jika terjadi pertumbuhan yang negatif, maka hal itu akan
pertumbuhan berguna untuk melihat kemampuan atas pengelolaan dimasa yang lalu.
apakah pemerintah daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa
yang semakin tinggi nilai Total Pendapatan Daerah, PAD, dan Belanja Modal yang
positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan
adalah :
Pendapatan t1−t0
Rasio Pertumbuhan = x 100%..........................................(7)
Pendapatan t0
52
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan
pemerintah daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio ini, maka
pula sebaliknya.
otonomi daerah.
Jika Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menurun maka, hal ini
bantuan dan sumbangan. Semakin sedikit sumbangan dari pusat, semakin tinggi
pemerintah pusat.
jauh penerimaan yang berasal dari daerah dalam memenuhi kebutuhan daerah)
akan terlihat kinerja keuangan daerah secara utuh. Secara umum, semakin tinggi
kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk
positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai
pembangunan atau belanja modal daripada belanja rutin atau belanja operasional.
potensi rill daerah. Rasio efektivitas bertujuan untuk mengukur sejauh mana
PAD, maka dapat dikatakan semakin efektif, begitu pula sebaliknya. Semakin
sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
daerah. Rasio ini digunakan untuk mengetahui tingkat penghematan atau tingkat
efisiensi anggran suatu daerah. Semakin rendah tingkat rasio efisiensi suatu
daerah maka dapat dikatakan daerah tersebut semakin kecil terjadi adanya
pemborosan.
ekonomi. Semakin kecil rasio ini, maka semakin efesien, begitu pula sebaliknya.
Pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
(output) dengan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh
Tengah.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja keuangan
terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi. Metode analisis data
belanja modal berpengaruh oleh kinerja keuangan daerah, alokasi belanja modal
keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi terhadap
Hamzah (2008) adalah rasio kemandirian dan rasio efisiensi berpengaruh positif
kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi
kinerja keuangan berupa rasio kemandirian, rasio efektivitas, dan rasio efisiensi
ekonomi.
Tabel 2.3
Mapping Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel
Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian X Y
ekonomi dan
pertumbuhan
langsung dipengaruhi
daerah.
pertumbuhan
ekonomi.
ekonomi, terhadap
pertumbuhan
ekonomi, sedangkan
berpengaruh negatif
terhadap
59
pertumbuhan
ekonomi.
pertumbuhan (X3)
ekonomi,
konsumsi (C) ditambah Investasi (I), Pembelian atau Pengeluaran Pemerintah (G),
dan Ekspor (X) dikurangi Impor (M) yang dirumuskan dengan persamaan Y = C
Menurut Sidik dalam Pertiwi (2016:101), Ada hubungan antara keuangan daerah
peningkatan yang cukup besar dan dialokasikan dengan baik, maka ini akan
berdampak pada dana yang dimiliki oleh daerah juga akan semakin besar. Hal ini
akan membuat daerah semakin berinisiatif dalam menggali potensi daerahnya untuk
Kinerja keuangan pemerintah daerah yang diukur dengan rasio keuagan yaitu,
rasio kemandirian, rasio efektifitas dan rasio efesiensi. Dengan melihat hasil
pertumbuhan ekonomi.
PAD, maka dapat dikatakan semakin efektif, begitu pula sebaliknya. Semakin
sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
ekonomi. Semakin kecil rasio ini, maka semakin efesien, begitu pula sebaliknya.
Pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
(output) dengan biaya (input) yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh
sebagai berikut :
Rasio Kemandirian
Keuangan Daerah
(X1)
Rasio Aktivitas
(Y)
Rasio Efektivitas PAD
(X3)
(X4)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2010-2016
2016
2016
2016
64
tahun 2010-2016
ekonomitahun 2010-2016.
65
BAB III
METODE PENELITIAN
variabel terikat. Variabel terikat merupakan faktor-faktor yang diamati dan diukur
oleh peneliti dalam sebuah penelitian, untuk menentukan ada tidaknya pengaruh
dari variabel bebas. Lamanya penelitian ini dilakukan dari Tanggal 15 Maret 2019
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari literatur, studi
penelitian ini.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
mendapat data sekunder dan mempelajari beberapa literatur, jurnal -jumal dan
1. Rasio kemandirian
Rasio kemandirian keuangan daerah atau sering disebut sebagai otonomi fiskal
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang di perlukan daerah
2. Rasio Aktivitas
dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase
3. Rasio efektivitas
67
4. Rasio efesiensi
Dalam hal ini rasio yang dimaksudkan adalah rasio efesiensi belanja. Rasio
5. Pertumbuhan ekonomi
disini adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah provinsi dan
kabupaten/kota. Khsusunya pada Kota Sungai Penuh pada tahun 2010-2016 dan
berikut:
karakteristik individu atau kelompok. Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-
karakteristik individu atau kelompok. Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-
Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio
yang terdiri dari rasio kemandirian, rasio efektifitas dan rasio efesiensi, analisis
Salah satu alat untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah adalah
dengan analisis rasio terhadap APBD. Ada beberapa jenis rasio yang dapat
lain:
berasal dari sumber yang lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun
dari pinjaman.
69
pusat.
utuh. Secara umum, semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan
maka akan menunjukkan kinerja keuangan yang positif. Dalam hal ini,
kurang dari 1 (satu) atau di bawah 100%. Semakin kecil Rasio Efisiensi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
regresi linear berganda serta model yang dimodifikasi. Analisis regresi linear
dependen, bila dua atau lebih variable dependen sebagai faktor predictor dinaik
turunkan nilainya.
Secara matematis bentuk persamaan dari regresi linier berganda adalah sebagai
berikut:
Rumus : Y = ß0 + ß1 X1 + ß2 X2 + ß3 X3 + ß4 X4 +
e...............................................................................................................(12)
Dimana :
B0 = Konstanta
X1 = Rasio Kemandirian
X2 = Rasio Aktivitas
X3 = Rasio Efektivitas
X4 = Rasio Efesiensi
e = Error term
e................................................................................................................(13)
Dimana :
B0 = Konstanta
e = Error term
adalah nol dan satu. Nilai R yang kecil berate kemampuan variabel variabel
Kd = r2 x 100%....................................................................................................(14)
Keterangan :
Kd = Koefesien Determinasi
R = Koefesien Korelasi
Penelitian ini juga menggunakan uji hipotesis. Data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data diatas dapat diproses sesuai dengan jenis data kemudian
disajikan dalam bentuk tabel dan angka metode statisti sebagai berikut :
74
1. Uji t (Parsial)
Uji t adalah bagian uji statistik yang merupakan uji koefisien korelasi
𝑟 √𝑛−2
t= ……………………………………………….....….......................(15)
√1−𝑟 2
Keterangan:
r = Korelasi Parsial
n = Jumlah anggota sampel
Dengan tingkat signifikansi α = 5% dan kriteria pengujian sebagai berikut :
Pertumbuhan Ekonomi.
terdapat
terdapatpengaruh
pengaruh
secara
secara
parsial
parsial
antara
antara
rasio
Karakteristik
kemandirian,
Pekerjaan,
Aktivitas,Penempatan
Efektivitas Dan
Dan
Kepemimpinan
Efesiensi Terhadap
Terhadap Pertumbuhan
Kinerja Pegawai
Ekonomi.
Di Kantor Camat Kota Sungai Penuh.
75
Kriteria Df
Df = n – k
Dimana :
n = Banyaknya observasi
k = banyaknya variabel(bebas+terikat)
2. Uji F (Simultan)
F sebagai berikut:
R2 / k
𝐹= ………………….......……………………..………..(16)
(1− R2 )/ (n−k−1)
Keterangan:
Jika Fhitung < Ftabel Maka Ho diterima dan Ha ditolakartinya, tidak terdapat
Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi.
Df1 = k - 1
Df2 = n - 1
Keterangan :
DAFTAR PUSTAKA