Revisi ke -
Berlaku Tgl 02 April 2018
1
DEFINISI
Manajemen risiko merupakan hal yang rutin dilakukan untuk meminimalkan
risiko terjadinya tuntutan hukum. Keberhasilan program manajemen risiko bagaimanapun
tergantung pada sistem pembuatan dan monitoring keselamatan yang dirancang untuk
mengurangi risiko dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia.
Risiko Klinik adalah bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal - hal
yang merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang diberikan
kepadanya
Manajemen risiko klinis adalah suatu upaya sistematis Puskesmas dalam rangka
mengurangi risiko akibat pelaksanaan pelayanan medik. Manajemen risiko klinik secara
spesifik fokus pada peningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan dengan
cara mengidentifikasi faktor kemungkinan yang mengakibatkan pasien berisiko cedera dan
kemudian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol risiko tersebut.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup manajemen resiko Puskesmas Doro I :
b. Catatan rekaman medik pasien non elektronik, catatan keuangan dilindungi dari
kerusakan atau perusakan
6. Resiko lain-lain
3
Dengan adanya panduan manajemen risiko klinis ini, Puskesmas Doro I
diharapkan mampu melaksanakan manajemen risiko klinis dengan memperhatikan 3 aspek
yaitu :
1. Puskesmas
2. IGD, Rawat Inap, Poned
3. Puskesmas Pembantu / PKD
4. Posyandu
4
BAB III
TATA LAKSANA
Apabila terjadi adverse event atau insiden yang mengakibatkan cidera (harm),
kehilangan (loss), atau kerusakan (damage) maka potensi yang mungkin terjadi adalah :
1. Adanya kasus medikolegal dimana kasus adverse event atau yang dianggap sebagai
adverse event akibat asuhan klinis/medis, yang dibawa ke pengadilan oleh pasien
atau keluarga (biasanya diwakili oleh advokat) dengan klaim ganti rugi.
Untuk itu perlu dilakukan langkah untuk melakukan manajemen risiko klinis
sebagai berikut :
a. Identifikasi Risiko
1. Keluhan Pasien
Data keluhan pasien ini dapat diperoleh dari keluhan tertulis pada lembar kotak
saran yang disediakan di Puskesmas Doro I maupun dari keluhan secara lisan
yang dicatat oleh petugas
5
e. Pelaporan atas masalah / kejadian yang dapat dijadikan pelajaran untuk
mengeliminasi atau menurunkan risiko
a. Analisa Risiko
1) Severity Assessment
a) Investigasi kejadian
o Menentukan masalah
o Melakukan wawancara
b) Rekonstruksi kejadian
6
o Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah untuk
mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian
c) Analisis sebab
i. Manusia
- Kelelahan
- Kurang terlatih
- Kekuasaan / pengendalian
- Keterbatasan waktu
- Poor Judgement
- Keraguan (heuristic)
- Logic error
- Over confidence
ii. Organisasi
- Perencanaan kebijakan
- Administrasi / pembiayaan
- Manajemen suplai
- Ketidakjelasan tugas
iii. Teknikal
- Poor automation
- Keterbatasan peralatan
7
- Tidak memiliki decision support
- Kompleksitas
- Kurang terintegrasi
o Ringkasan kejadian
o Temuan
FMEA adalah Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci,
dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan,
dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan
disain/prosedur.
8
d. Gambarkan alur proses yang ada sekarang
2. Kekeliruan Diagnostik
- Misdiagnosis
- Late diagnosis
3. Kekeliruan Terapi
4. Kekeliruan Pencegahan
5. Lainnya
- Kegagalan peralatan
9
- Kegagalan sistem lainnya
b. Pembahasan
1. Merespons terhadap kebutuhan segera dari pasien dan pihak-pihak lain yang terlibat,
termasuk staf.
3. Semua bahan bukti dibiarkan sebagaimana adanya dan segera diamankan untuk
pemeriksaan kemudian. Semua obat dan alat yang rusak dihentikan penggunaannya
dan juga diamankan.
4. Berkomunikasi dengan pasien atau keluarga, mereka yang mengurus pasien, teman,
dll tentang apa yang sudah terjadi dalam waktu yang tepat.
10
5. Berkomunikasi secara lisan dan melalui laporan tertulis dengan pejabat kesehatan
setempat sesuai dengan asas positif dan bukan untuk menghukum siapapun (non-
punitive).
6. Berkomunikasi dengan dokter keluarga atau dokter spesialis yang mengirim pasien.
9. Belajar dari musibah agar kejadian yang sama tidak lagi terulang, dengan melakukan
analisis mendalam (root cause analysis) untuk mencari penyebab sebenarnya dari
adverseevent yang telah terjadi. Menyusun strategi dan rencana kegiatan (baru)
untuk perbaikan.
11. Membangun ‘budaya melapor’ pada pasien dan staf tentang adverse incidents,
adverse events, dan near misses yang dialami, agar dapat dilakukan analisis
mendalam tentang kejadian-kejadian tertentu itu.
11
BAB IV
DOKUMENTASI
12