Anda di halaman 1dari 12

Nomor PD / /UKP/IV/2018

Revisi ke -
Berlaku Tgl 02 April 2018

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS


PUSKESMAS DORO I

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN


PUSKESMAS DORO I
Jl. A. Yani Doro Pekalongan Telp (0285) 4484783 Kode Pos 51191
Email: puskdorone@gmail.com
BAB I

1
DEFINISI
Manajemen risiko merupakan hal yang rutin dilakukan untuk meminimalkan
risiko terjadinya tuntutan hukum. Keberhasilan program manajemen risiko bagaimanapun
tergantung pada sistem pembuatan dan monitoring keselamatan yang dirancang untuk
mengurangi risiko dan meningkatkan kinerja sumber daya manusia.

Puskesmas memiliki sistem untuk pelaporan pasien jatuh, kematian karena


anestesia, pembedahan, persalinan, pertolongan terlambat, salah diagnosis, kesalahan
pengobatan, kesalahan identifikasi pasien dan yang lainnya yang merupakan bagian dari
‘gunung es’ yang tidak terlihat, belum diteliti dan dilaporkan sehingga dalam memberikan
pelayanan Puskesmas harus tetap mengoptimalkan upaya untuk meminimalisir terjadinya
risiko tersebut.

Keselamatan pasien Puskesmas adalah suatu sistem dimana Puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (Kemenkes RI, 2011).

Risiko Klinik adalah bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal - hal
yang merugikan pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang diberikan
kepadanya

Manajemen risiko klinis adalah suatu upaya sistematis Puskesmas dalam rangka
mengurangi risiko akibat pelaksanaan pelayanan medik. Manajemen risiko klinik secara
spesifik fokus pada peningkatan kualitas dan keselamatan pelayanan kesehatan dengan
cara mengidentifikasi faktor kemungkinan yang mengakibatkan pasien berisiko cedera dan
kemudian tindakan yang dilakukan untuk mengontrol risiko tersebut.

2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup manajemen resiko Puskesmas Doro I :

1. Resiko terhadap pasien terkait pelayanan

a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien

b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan

c. Perlindungan dari kelalian dan serangan

d. Pemberitahuan pasien terhadap resiko

e. Pengobatan yang non diskriminatif

f. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan

2. Resiko terhadap staff medis

a. Dilakukan kredensial terhadap staff medis

b. Tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur baku

c. Pasien dikelola dengan benar

d. Pelatihan staff medis

3. Resiko terhadap staff atau pegawai

a. Menjaga lingkungan yang aman

b. Kebijakan kesehatan pegawai

4. Resiko terhadap sarana prasana fasilitas atau aset puskesmas

a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll

b. Catatan rekaman medik pasien non elektronik, catatan keuangan dilindungi dari
kerusakan atau perusakan

c. Ikatan kerjasama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian

5. Resiko terhadap keuangan

6. Resiko lain-lain

a. Manajemen bahan berbahaya lain: kimia, radioaktif, bahan biologis menular,


manajemen limbah

b. Resiko terkait hukum dan peraturan

3
Dengan adanya panduan manajemen risiko klinis ini, Puskesmas Doro I
diharapkan mampu melaksanakan manajemen risiko klinis dengan memperhatikan 3 aspek
yaitu :

1. Pencegahan risiko klinis

2. Pengendalian risiko klinis

3. Penanganan jika sudah terjadi musibah klinis

Sasaran dari manajemen resiko klinis adalah:

1. Puskesmas
2. IGD, Rawat Inap, Poned
3. Puskesmas Pembantu / PKD
4. Posyandu

4
BAB III

TATA LAKSANA

Apabila terjadi adverse event atau insiden yang mengakibatkan cidera (harm),
kehilangan (loss), atau kerusakan (damage) maka potensi yang mungkin terjadi adalah :

1. Adanya kasus medikolegal dimana kasus adverse event atau yang dianggap sebagai
adverse event akibat asuhan klinis/medis, yang dibawa ke pengadilan oleh pasien
atau keluarga (biasanya diwakili oleh advokat) dengan klaim ganti rugi.

2. Dokter dapat dituduh melakukan malpraktek

3. Manajemen Puskesmas dapat dituduh lalai (negligence)

Untuk itu perlu dilakukan langkah untuk melakukan manajemen risiko klinis
sebagai berikut :

a. Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan


cedera, tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-
langkah yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut.

Instrumen yang diperlukan :

1. Keluhan Pasien

Data keluhan pasien ini dapat diperoleh dari keluhan tertulis pada lembar kotak
saran yang disediakan di Puskesmas Doro I maupun dari keluhan secara lisan
yang dicatat oleh petugas

2. Laporan Insiden (Incident Report)

Laporan insiden (incident report) terdiri atas :

a. Pelaporan setiap masalah atau kejadian yang menyimpang dari yang


direncanakan atau secara normal seharusnya tidak terjadi dan berdampak pada
keselamatan pasien

b. Pelaporan atas masalah / kejadian yang menghadapkan pasien pada keadaan


beresiko

c. Pelaporan atas masalah / kejadian yang bertendensi / berpotensi


menghadapkan rumah sakit pada tuntutan hukum

d. Masalah / kejadian tidak harus selalu sudah menyebabkan cedera. Tetapi


termasuk juga suatu keadaan yang potensial menyebabkan cedera.

5
e. Pelaporan atas masalah / kejadian yang dapat dijadikan pelajaran untuk
mengeliminasi atau menurunkan risiko

f. Pelaporan dari masalah / kejadian yang mempunyai dampak terhadap anggaran


dan risiko ketersediaan keuangan, peralatan maupun supplies.

3. Audit Internal, diselenggarakan oleh Tim Audit Internal .

a. Analisa Risiko

Analisa risiko merupakan upaya untuk menentukan estimasi risiko secara


kuantitatif atau kualitatif berdasarkan tehnik-tehnik evaluasi maupun matematis.
Dan merupakan proses untuk mengenali bahaya yang mungkin terjadi dan
bagaimana potensi kegawatan dari bahaya tersebut. Analisa risiko dilaksanakan
untuk menentukan :

1) Risiko apa yang dapat terjadi.

2) Kapan risiko tersebut dapat terjadi.

3) Faktor yang berhubungan dengan risiko.

Instrumen yang diperlukan :

1) Severity Assessment

Memilih kejadian untuk dilakukan investigasi.

2) Root Cause Analysis (RCA)

RCA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Investigasi kejadian

o Menentukan masalah

o Mengumpulkan bukti-bukti yang nyata

o Melakukan wawancara

o Meneliti lingkungan kejadian

o Mengenali faktor-faktor yang berkontribusi terhadap timbulnya kejadian

o Menggambarkan rantai terjadinya kejadian

b) Rekonstruksi kejadian

o Mengenali kejadian-kejadian yang mengawali terjadinya adverse event


ataupun near miss

6
o Melakukan analisis dengan menggunakan pohon masalah untuk
mengetahui kegiatan atau kondisi yang menyebabkan timbul kejadian

o Lanjutkan sehingga dapat dikenali sistem yang melatarbelakangi


timbulnya kejadian atau sampai tidak beralasan lagi untuk melanjutkan

c) Analisis sebab

o Mengidentifikasi akar-akar penyebab yang dapat bersumber dari :

i. Manusia

- Kelelahan

- Kurang terlatih

- Komunikasi yang buruk

- Kekuasaan / pengendalian

- Keterbatasan waktu

- Poor Judgement

- Keraguan (heuristic)

- Logic error

- Over confidence

ii. Organisasi

- Rancang bangun ruang kerja

- Perencanaan kebijakan

- Administrasi / pembiayaan

- Insentif / dinsentif / kepemimpinan

- Manajemen suplai

- Supervisi / umpan balik

- Ketidakjelasan tugas

- Salah menempatkan personil

iii. Teknikal

- Poor automation

- Peralatan yang buruk

- Keterbatasan peralatan

7
- Tidak memiliki decision support

- Kompleksitas

- Kurang terintegrasi

- Terlalu banyak informasi

- Tidak menggunakan checklist

o Rumuskan pernyataan akar masalah

d) Menyusun rencana tindakan

o Menetapkan strategi yang tepat untuk mengatasi penyebab yang


diidentifikasi, dan dapat diterima oleh pihak yang terkait dengan
kejadian.

o Rencana tindakan disusun untuk tiap akar penyebab kejadian dan


pengukuran untuk menilai efektifitas tindakan terhadap akar penyebab

o Dapatkan persetujuan dari kepemimpinan dalam organisasi

e) Melaporkan proses analisis dan temuan

o Catat proses dan alat yang digunakan

o Biaya yang dibutuhkan

o Ringkasan kejadian

o Proses investigasi dan analisis

o Temuan

3) Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)

FMEA adalah Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci,
dan mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan/kegagalan,
dengan mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari
kegagalan/kesalahan, dan mencari solusi dengan melakukan perubahan
disain/prosedur.

FMEA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Bentuk tim FMEA : orang-orang yang terlibat dalam suatu proses

b. Tetapkan tujuan, keterbatasan, dan jadual tim

c. Tetapkan peran dari tiap anggota tim

8
d. Gambarkan alur proses yang ada sekarang

e. Kenalilah Failure modes pada proses tersebut

Tipe medical eror :

1. Kekeliruan konsep meliputi :

- Wrong concept of disease (Kekeliruan konsep penyakit)

- Wrong concept of treatment (Kekeliruan konsep perawatan)

2. Kekeliruan Diagnostik

- Misdiagnosis

- Late diagnosis

- Gagal melakukan prosedur diagnosis

- Menggunakan prosedur yang usang

- Gagal melakukan pemantauan dan follow-up hasil pemeriksaan


penunjang

3. Kekeliruan Terapi

- Kesalahan melakukan tindakan medik / operasi

- Kekeliruan dalam memberikan terapi

- Kekeliruan dalam menetapkan dosis

- Kekeliruan dalam menetapkan cara pemberian obat

- Terlambat memberikan terapi padahal indikasi berdasarkan hasil


diagnostik sudah jelas

- Melakukan tindakan medik tidak adekuat dan tanpa indikasi

- Teknik yang keliru

4. Kekeliruan Pencegahan

- Gagal melakukan terapi pencegahan sesuai yang diperlukan

- Tidak adekuat melakukan pemantauan hasil terapi

5. Lainnya

- Gagal dalam berkomunikasi dengan pasien atau tenaga kesehatan


lainnya

- Kegagalan peralatan

9
- Kegagalan sistem lainnya

f. Kenalilah penyebab terjadinya failure untuk tiap model


kesalahan/kegagalan

g. Kenalilah apa akibat dari adanya failure untuk tiap model


kesalahan/kegagalan

h. Lakukan penilaian untuk tiap model kesalahan/kegagalan:

 Sering tidaknya terjadi (occurrence): (Occ)

0 : tidak pernah, 10 sangat sering

 Kegawatannya (severity): (SV)

0 : tidak gawat, 10 sangat gawat

 Kemudahan untuk terdeteksi: (DT)

0 : mudah dideteksi, 10 : sangat sulit dideteksi

i. Hitung Risk Priority Number (RPN) dengan mengkalikan: Occ x SV x DT

j. Tentukan batasan (cut-off point) RPN yang termasuk prioritas

k. Tentukan kegiatan untuk mengatasi (design action/solution)

l. Tentukan cara memvalidasi apakah solusi tersebut berhasil

m.Gambarkan alur yang baru dengan adanya solusi tersebut

b. Pembahasan

Pembahasan berupa diskusi event-event yang berisiko yang ada di Puskesmas


dan memilih mana yang paling prioritas. Yang terlibat dalam pembahasan
manajemen risiko klinis adalah Tim Audit Internal, Koordinator UKP, Dokter yang
terkait, dan Tim Manajemen Mutu.

Jika terjadi adverse event, hal yang harus dilakukan adalah :

1. Merespons terhadap kebutuhan segera dari pasien dan pihak-pihak lain yang terlibat,
termasuk staf.

2. melakukan tindakan koreksi untuk menciptakan kembali suasana yang aman.

3. Semua bahan bukti dibiarkan sebagaimana adanya dan segera diamankan untuk
pemeriksaan kemudian. Semua obat dan alat yang rusak dihentikan penggunaannya
dan juga diamankan.

4. Berkomunikasi dengan pasien atau keluarga, mereka yang mengurus pasien, teman,
dll tentang apa yang sudah terjadi dalam waktu yang tepat.
10
5. Berkomunikasi secara lisan dan melalui laporan tertulis dengan pejabat kesehatan
setempat sesuai dengan asas positif dan bukan untuk menghukum siapapun (non-
punitive).

6. Berkomunikasi dengan dokter keluarga atau dokter spesialis yang mengirim pasien.

7. Memberi informasi kepada stakeholder eksternal yang relevan.

8. Menghadapi pers dengan baik.

9. Belajar dari musibah agar kejadian yang sama tidak lagi terulang, dengan melakukan
analisis mendalam (root cause analysis) untuk mencari penyebab sebenarnya dari
adverseevent yang telah terjadi. Menyusun strategi dan rencana kegiatan (baru)
untuk perbaikan.

10. Memantau dan mengevaluasi efektifitas tindakan-tindakan perbaikan yang


dilakukan.

11. Membangun ‘budaya melapor’ pada pasien dan staf tentang adverse incidents,
adverse events, dan near misses yang dialami, agar dapat dilakukan analisis
mendalam tentang kejadian-kejadian tertentu itu.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi manajemen resiko klinis yaitu:

1. Buku bantu laporan identifikasi resiko di unit pelayanan klinis


2. Laporan bulanan identifikasi resiko

12

Anda mungkin juga menyukai