APBN
APBN
Definisi APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1
Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban
APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Anggaran adalah alat
akuntanbilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen
kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan
stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. APBN merupakan inti pengurusan umum dan anggaran
negara. Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan
penerimaan/pembiayaan belanja suatu negara selam periode tertentu.
Pengertian anggaran negara dapat dibedakan dalam arti luas dan arti sempit.
Dalam arti luas, anggaran negara berarti jangka waktu perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Sedangkan dalam arti
sempit, anggaran negara berarti rencana pengeluaran dan penerimaan hanya
dalam kurun waktu satu tahun. Dalam arti luas, anggaran negara dapat berarti
suatu daur anggaran. Menurut UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, proses daur anggaran tersebut dikemukakan sebagai berikut :
1. Penyampaian pokok – pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
oleh pemerintah.
2. Pembahasan kerangka ekonomi makro dan kebijakan fiskal oleh DPR dan
pemerintah.
3. Penetapan kebijakan umum dan prioritas anggaran sebagai pedoman nagi
departemen lembaga.
4. Menteri/Pemimpin lembaga menyusun rancangan serta perkiraan anggaran
tahun berikutnya berdasarkan target prestasi yang henda dicapai.
5. Menteri/Pemimpin lembaga melakukan pembahasan dengan komisi DPR
mengenai rancangan anggaran, sesuai dengan pedoman dari mentri
keuangan dan hasilnya juga disampaikan kepada mentri keuangan.
6. Presiden menyampaikan RAPBN pada pertengahan Agustus.
7. Penetapan APBN dilakukan dua bulan sebelum awal tahun anggaran yang
bersangkutan agar dokumen pelaksanaan anggaran dapat diterbitkan tepat
1
waktu dan pemerintah daerah mempunyai waktu yang cukup untuk
menyusun dan menetapkan APBD.
8. Dalam membahas dan menetapkan anggaran, Undang – Undang Susunan
dan Kedudukan mengatur kewenangan panitia anggaran dan komisi –
komisi sektoral pada lembaga legislatif.
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi
dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan
mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini,
khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal
23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Bunyi Pasal 23 :
Ayat (1) : Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
2
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu
3
Inflasi adalah suatu gejala-gejala kenaikan harga barang-barang yang
sifatnya itu umum dan terus-menerus. Dapat disebut inflasi jika ada tiga
faktor yaitu :
- Kenaikan harga, Harga barang dapat di katakana naik jika harganya
menjadi tinggi dari harga sebelumnya.
- Bersifat umum, Kenaikan harga suatu barang tidak dapat di katakan
inflasi jika naiknya barang tersebut tidak menyebabkan harga-harga
secara umum .
- Berlangsung terus-menerus, Naiknya harga suatu barang tidak dapat di
katakana inflasi jika naiknya barang tersebut terjadinya hanya sesaat,
inflasi itu dilakukan dalam rentang minimal bulanan.
3. Asumsi Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar (kurs) adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari,
antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Pengertian lain
nilai tukar atau yang bisa disebutexchange rate adalah nilai tukar suatu
negara diukur dari perbandingan antara dari harga mata uang domestik
dengan harga dari mata uang internasional/negara lain (foreign
currency) dari suatu perekonomian. Melalui kebijakan moneter yang berhati-
hati, kita menjaga stabilitas ekonomi dan stabilitas tingkat nilai tukar rupiah
yang realistis. Untuk tahun 2018, pemerintah menggunakan asumsi rata-
rata nilai tukar adalah Rp13.400 per dolar AS.
4. Asumsi Suku Bunga
Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu
yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Pemerintah
akan terus menjaga kesehatan fundamental ekonomi dan fiskal, agar
instrumen Surat Utang Negara tetap memiliki daya tarik yang tinggi bagi
investor. Terkait dengan hal itu, asumsi rata-rata suku bunga Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, disusun pada tingkat 5,5 persen.
5. Asumsi Harga Minyak Mentah Indonesia
ICP atau harga minyak mentah Indonesia merupakan basis harga
minyak mentah yang digunakan dalam APBN. ICP ini juga merupakan
harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan sebagai dasar
monetisasi minyak Indonesia. ICP adalah harga rata-rata minyak mentah
Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan
4
bagi hasil minyak.Setelah mempertimbangkan berbagai faktor utama,
asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia untuk tahun 2018 sebesar
US$ 48 per barel.
6. Asumsi Lifting Minyak Mentah dan Lifting Gas Bumi
Pengertian lifting minyak bumi adalah sejumlah minyak mentah dan
atau gas bumi yang dijual atau dibagi dititik penyerahan (custody transfer
point atau point of sales) atau kepemilikan sebuah perusahaan secara fisik
dan legal atas hak minyak mentah yang dalam kontrak biasanya
mengandung dua komponen yang terdiri atas: biaya dan keuntungan,
produksi minyak hasil tambang siap jual, atau tingkat produksi hasil
tambang minyak. Asumsi lifting minyak bumi tersebut dalam APBN
difungsikan sebagai dasar perhitungan penerimaan PNBP (Penerimaan
Negara Bukan Pajak) migas.
D. Struktur APBN
Sebagai suatu sumber pendanaan negara, APBN tentu mempunyai
struktur yang sangat berguna untuk menjalankan setiap program kerja yang
sudah ditetapkan. Struktur APBN ini meliputi berbagai sektor, seperti
pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer APBN,
surplus/defisit anggaran APBN, serta pembiayaan APBN.
Struktur APBN yang sudah jelas dan terperinci tersebut sangat membantu bagi
pelaksana APBN agar mampu mengalokasikan dana dengan baik. Semua
pihak dapat mengetahui dari mana asal APBN tersebut dan menjadi mampu
dalam menggunakan dana tersebut dengan baik.
1. Pendapatan Negara
5
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Penerimaan Perpajakan
Pendapatan Pajak Dalam Negeri:
1. Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak
penjualan atas barang mewah
3. Pendapatan pajak bumi dan bangunan
4. Pendapatan cukai
5. Pendapatan pajak lainnya
Pendapatan Pajak Internasional:
1. Pendapatan bea masuk
2. Pendapatan bea keluar
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Penerimaan sumber daya alam:
1. Penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi
(SDA migas)
2. Penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi
(SDA nonmigas)
Pendapatan bagian laba BUMN:
1. Pendapatan laba BUMN perbankan
2. Pendapatan laba BUMN non perbankan
6
PNBP lainnya:
1. Pendapatan dari pengelolaan BMN
2. Pendapatan jasa
3. Pendapatan bunga
4. Pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana
korupsi
5. Pendapatan pendidikan
6. Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. Pendapatan iuran dan denda
Pendapatan BLU:
1. Pendapatan jasa layanan umum
2. Pendapatan hibah badan layanan umum
3. Pendapatan hasil kerja sama BLU
4. Pendapatan BLU lainnya
2. Belanja Negara
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Asumsi dasar makro ekonomi;
Kebutuhan penyelenggaraan negara;
Kebijakan pembangunan;
Risiko (bencana alam, dampak kirisi global)
Kondisi dan kebijakan lainnya.
7
10. Fungsi pendidikan
11. Fungsi perlindungan sosial
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Pembayaran bunga utang
5. Subsidi
6. Belanja hibah
7. Bantuan social
8. Belanja lain-lain
b. Transfer ke Daerah
Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :
Dana Perimbangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
3. Keseimbangan Primer
Keseimbangan primer adalah penerimaan negara dikurangi belanja,
di luar pembayaran bunga utang.
4. Surplus/Defisit Anggaran
Defisit/surplus APBN, pengurangan pendapatan terhadap belanja negara.
5. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Asumsi dasar makro ekonomi;
Kebijakan pembiayaan;
Kondisi dan kebijakan lainnya.
8
Pembiayaan nonperbankan dalam negeri :
1. Hasil pengelolaan aset
2. Surat berharga negara neto
3. Pinjaman dalam negeri neto
4. Dana investasi pemerintah
5. Kewajiban penjaminan
E. Fungsi APBN
a. Fungsi Alokasi, yaitu sebagai alat dalam mengetahui alokasi yang
diperlukan untuk masing-masing sektor pembangunan dan sebagai alat
untuk mengatasi sasaran dan prioritas pembangunan yang kemudian
dilaksanakan pemerintah
b. Fungsi Stabilitasi, yaitu sebagai panduan keteraturan pendapatan dan
belanja Negara, sebagai alat untuk menjaga stabilitas perekonomian negara
dan sebagai alat untuk mencegah dalam terjadinya inflasi dan deflasi yang
tinggi
c. Fungsi Regulasi, yaitu sebagai alat untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
d. Fungsi Distribusi, yaitu semua penerimaan-penerimaan negara
didistribusikan ke pos-pos pengeluaran yang telah direncanakan dan
sebagai alat dalam pemerataan pengeluaran untuk tidak terpusat di salah
satu sektor saja
F. Siklus APBN
1. Perencanaan dan Penganggaran APBN
APBN sangatlah penting bagi negara untuk menjalankan setiap
program yang dicanangkan. Peran APBN ini sangat penting dan
diharapkan perencanaan hingga pelaporan yang dikenal dengan siklus
9
APBN dapat dijalankan dengan baik tanpa ada hambatan. Setiap pihak
yang terlibat harus berupaya menghasilkan APBN yang terpadu dan tepat
dalam alokasinya. Berkaitan dengan hal tersebut, proses perencanaan dan
penganggaran APBN harus dijalankan dengan baik. Setiap pihak yang
berperan dalam proses ini harus merencanakan bagaimana perolehan
sumber pendapatan negara, jenis, program alokasi dana, hingga rincian
penganggarannya seperti apa. Framework dengan pendekatan
penyusunan anggaran berdasarkan riset juga mampu menjamin
keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran. Siklus ini
menghasilkan RAPBN yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Keuangan.
2. Penetapan/Persetujuan APBN
Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar
bulan Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan
Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta
penetapannya oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR,
Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN
ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN sebagai
lampiran UU APBN dimaksud.
10
Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan
diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Segera setelah
suatu tahun anggaran dimulai (1 Januari), maka DIPA harus segera
diterbitkan untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna
anggaran pada kementerian/lembaga. Seperti pada pemerintah pusat,
pada pemerintah daerah juga harus menempuh cara yang sama dengan
sedikit tambahan prosedur. Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD,
SKPD wajib menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Dengan
demikian maka fleksibilitas penggunaan anggaran diberikan kepada
Pengguna Anggaran. DPA disusun secara rinci menurut klasifikasi
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja disertai indikator
kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana penarikan dana untuk
mendanai kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut menghasilkan
pendapatan maka rencana penerimaan kas (pendapatan) juga harus
dilampirkan. Jika DIPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat dijadikan
dokumen untuk segera melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada
pemerintah daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD
merupakan suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk
melaksanakan kegiatan. SPD ini diperlukan untuk memastikan bahwa dana
yang diperlukan melaksanakan kegiatan sudah tersedia pada saat kegiatan
berlangsung. Setelah DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan
kerja wajib melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja, ada dua sistem
yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan dan
sistem pembayaran.
a. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh
satuan kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto). Oleh karena itu,
penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum selambat-lambatnya
pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat penerimaan pendapatan,
Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD) dapat membuka rekening
penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan wajib menyetorkan
penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
11
b. Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran negara/daerah setelah barang/jasa diterima.
Oleh karena itu terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem
pembayaran. Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait,
yaitu Pengguna Anggaran/Barang dan BUN/BUD.
Tahap pelaksanaan:
12
Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN)
terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Penanggung jawab kegiatan mengajukan dana dengan menerbitkan
Surat Pemerintah Membayar (SPM) kepada kuasa BUN.
Pemerintah menyusun laporan realisasi semester I APBN dan
prognosis dan disampaikan ke DPR selambat-lambatnya akhir juli
tahun anggaran yang bersangkutan.
Jika ada penyesuaian pemerintah pusat mengajukan RUU perubahan
APBN.
4. Pelaporan dan Pencatatan APBN
Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan
dengan tahap pelaksanaan APBN, yaitu pada 1 Januari – 31 Desember.
Laporan keuangan pemerintah dihasilkan melalui proses akuntansi, dan
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah yang
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Neraca, Laporan
Arus Kas, serta Catatan atas Laporan Keuangan.
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi
mengenai anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan.
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran karena menyediakan informasi-informasi sebagai berikut:
- Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan
cara menyajikan laporan secara komparatif.
- Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
efisiensi dan efektivitas sesuai dengan anggarannya dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
13
pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada
basis kas.
1) Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik
pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang
digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran diselenggarakan
sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
2) Akuntansi Pendapatan-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat uang diterima pada
Rekening Kas Umum Negara, yang mana pencatatan
pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
mencatat jumlah bruto penerimaan, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
3) Akuntansi Belanja
Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi
kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga
dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian bagi
manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi belanja
tersebut. Pengeluaran untuk belanja dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu secara langsung dikeluarkan oleh Bendahara Umum
Negara atau melalui Bendahara Pengeluaran.
Jika pengeluaran dilakukan oleh BUN, maka belanja
diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara, sedangkan jika pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran, maka pengakuan belanja dilakukan pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan.
4) Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA.
Surplus-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA selama suatu
periode lebih besar daripada jumlah belanja pada periode
tersebut. Begitupula sebaliknya, defisit-LRA terjadi jika jumlah
14
pendapatan-LRA lebih kecil dari jumlah belanja selama satu
periode pelaporan tersebut.
5) Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu
dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan
atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan
diakui pada saat uang diterima pada Rekening Kas Umum
Negara dan dicatat berdasarkan azas bruto. Sedangkan
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara.
6) Akuntansi Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran (SiLPA/SiKPA)
SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran selama satu periode pelaporan
atau selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan
penerimaan pembiayaan dengan belanja dan pengeluaran
pembiayaan selama satu periode pelaporan. Nilai SilPA/SiKPA
pada akhir periode pelaporan inilah yang nantinya dipindahkan
ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Apabila dalam LRA terdapat transaksi mata uang asing
maka harus dicatat/dibukukan dalam mata uang rupiah atau
dikonversi terlebih ke rupiah.
b. Laporan Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
tertentu. Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan
setara kas; (2) investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan
pajak; (4) persediaan; (5) investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7)
kewajiban jangka pendek; (8) kewajiban jangka panjang; dan (9)
ekuitas.
15
Secara garis besar tentang jenis-jenis aset, kewajiban dan
ekuitas serta pengakuan dan pengukurannya pada neraca dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Aset
Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai
dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di
masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam
neraca aset terbagi atas 2, yaitu:
a) Aset Lancar
Aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika:
- Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau
dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pelaporan.
- Berupa kas dan setara kas (Aset lancar meliputi kas dan
setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan).
b) Aset Nonlancar
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka
panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
2) Kewajiban
Kewajiban pemerintah merupakan utang yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Kewajiban pemerintah
terbagi 2 jenis, yaitu:
a) Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka pendek seperti bunga pinjaman, utang
16
jangka pendek dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak
ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
b) Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang merupakan kewajiban
yang diharapkan dibayar dalam waktu diatas 12 (dua
belas) bulan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal
dalam rupiah, sementara kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca.
3) Ekuitas
Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada
tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir
ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
17
(PNBP); Penerimaan Hibah; Penerimaan Bagian Laba
perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; Penerimaan
Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan
Penerimaan Transfer.
Sedangkan arus keluar kas untuk aktivitas operasi
terutama digunakan untuk: Pembayaran Pegawai; Pembayaran
Barang; Pembayaran Bunga; Pembayaran Subsidi; Pembayaran
Hibah; Pembayaran Bantuan Sosial; Pembayaran Lain-
lain/Kejadian Luar Biasa; dan Pembayaran Transfer.
2) Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan
dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada
masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
Penjualan Aset Tetap; Penjualan Aset Lainnya; Pencairan Dana
Cadangan; Penerimaan dari Divestasi; Penjualan Investasi
dalam bentuk Sekuritas. Sedangkan arus keluar kas dari
aktivitas investasi terdiri dari: Perolehan Aset Tetap; Perolehan
Aset Lainnya; Pembentukan Dana Cadangan; Penyertaan Modal
Pemerintah; Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3) Aktivitas Pendanaan
Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan
perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
Penerimaan utang luar negeri; Penerimaan dari utang obligasi;
Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
Sedangkan Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
Pembayaran pokok utang luar negeri; Pembayaran pokok utang
obligasi; Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah
daerah; Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan
negara.
18
4) Aktivitas Transitoris
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak
mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain
pemberian/penerimaan kembali uang persediaan kepada/dari
bendahara pengeluaran, serta kiriman uang.
19
- Informasi yang diharuskan oleh pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam laporan keuangan
lainnya.
- Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
5. Pertanggujawaban APBN
Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan
pertanggungjawaban yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan
berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari - Juli. Contoh, jika APBN
dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan
pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini
dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Untuk
pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara
keseluruhan selama satu tahun anggaran, selambat-lambatnya 6 bulan
setelah anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan
Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Laporan Keuangan meliputi :
a. Laporan realisasi APBN
b. Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan Laporan
Keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.
20
BAB II
KASUS
21
penganggaran dalam APBN-P 2018. Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menunjukkan barang bukti sitaan saat konferensi pers terkait Operasi Tangkap Tangan
(OTT) terhadap anggota DPR Komisi XI Fraksi Demokrat Amin Santono dapil Jawa
Barat X bersama delapan orang lainnya di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta
Timur, di Gedung KPK, Jakarta.
Awalnya, penyidik KPK sedang menyelidiki dugaan wakil rakyat menerima suap
dari pengusaha di Kabupaten Sumedang, Desember 2017 lalu. Terdapat dua rencana
proyek di Kabupaten Sumedang. Rencana proyek itu bersumber pada alokasi Dana
Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) APBN Perubahan 2018
mendatang. Proyek pertama, berada di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan di Kabupaten Sumedang senilai Rp 4 miliar. Proyek kedua, berada di
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Kabupaten Sumedang senilai Rp
21.850 miliar. Total nilai kedua proyek sebesar Rp 25 miliar.
Komisioner KPK Saut Situmorang menjelaskan, agar dua proyek itu berjalan,
Ahmad Ghaist selaku pihak swasta, mengumpulkan uang dari para kontraktor di
Sumedang. Uang itu untuk menyuap anggota DPR RI dan pejabat di Kementerian
Keuangan agar dua proyek itu masuk ke dalam RAPBN Perubahan 2018 yang baru
akan dibahas pada pertengahan 2018 mendatang.
Komisi 7 persen
Amin Santono, anggota DPR RI Komisi IX Fraksi Partai Demokrat kemudian
meminta komisi sebesar 7 persen dari total proyek kepada Ahmad Ghaist. Nilai 7
persen dari Rp 25 miliar adalah sebesar Rp 1,7 miliar. Adapun, yang diduga menjadi
perantara Ahmad dengan Amin adalah seorang pengusaha bernama Eka Kamaludin.
"Jadi, sumber dananya ini diduga berasal dari para kontraktor di lingkungan
Pemkab Sumedang. AG (Ahmad Ghaist) berperan sebagai koordinator atau pengepul
dana untuk memenuhi permintaan AMS (Amin Santono)," ujar Saut. KPK tidak
mengungkap bagaimana proses Amin meminta komisi itu kepada Ahmad Ghaist.
Amin, Eka dan Ahmad kemudian sepakat untuk bertemu di salah satu rumah makan di
Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada 4 Mei 2018. Hadir pula Yaya
Purnomo di sana. Dalam pertemuan tersebut, Ahmad Ghaist memberi uang tunai
sebesar Rp 400 juta kepada Amin. Uang itu diduga sebagai bagian dari komisi 7
persen yang dijanjikan. Ahmad juga memberikan uang tunai sebesar Rp 100 juta
kepada Eka atas jasanya sebagai perantara.
KPK belum mengetahui apakah uang yang diberikan Ahmad Ghaist itu sebagai
pemberian tahap pertama (down payment) atau justru pembayaran tahap terakhir alias
22
pelunasan. Penyidik masih melaksanakan penyidikan. Ditangkap KPK Kini, penyidik
masih memeriksa Amin, Eka, Yaya dan Ahmad. Saut pun berharap Yaya mengajukan
diri sebagai justice collaborator agar kasus suap tersebut terungkap dengan tuntas.
"Akan kami dalami, biasanya kalau sudah di dalam, yang bersangkutan menawarkan
jadi justice collaborator dan itu akan lebih banyak lagi informasi terbuka," kata dia.
Sebagai penerima, Amin, Eka dan Yaya disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau
huruf b atau Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Adapun, sebagai pemberi, Ahmad disangkakan
melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b atau Pasal 13 UU UU Nomor 20 Tahun
2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kuwado, Febian Januarius. 2018. OTT Amin Santono dan Peran Pejabat
Kemenkeu dalam Dugaan Suap APBN-P 2018. Diakses pada 28 Oktober 2018.
(https://nasional.kompas.com/read/2018/05/06/06060051/ott-amin-santono-dan-peran-
pejabat-kemenkeu-dalam-dugaan-suap-apbn-p-)
24