Anda di halaman 1dari 38

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Analisis Kestabilan Lereng


Kestabilan lereng dalam suatu pekerjaan yang diakibatkan oleh kegiatan
penggalian maupun kegiatan penimbunan merupakan masalah yang harus
diperhatikan. Hal ini sangat berkaitan dengan kerugian yang mungkin timbul jika
terjadi suatu kelongsoran.
Tingkat kestabilan pada suatu rancangan lereng perlu diukur dengan
menggunakan suatu standar yaitu Faktor Keamanan (FK). FK merupakan suatu
fungsi antara gaya yang menahan longsoran dan juga gaya yang menyebabkan
longsoran.

FK = ..............................................................................(3.1)

3.2 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran


Tanah dan batuan umumnya berada dalam keadaan setimbang, artinya
keadaan distribusi tegangan pada tanah atau batuan tersebut dalam keadaan tidak
terganggu. Apabila pada tanah atau batuan tersebut ada kegiatan penggalian,
penimbunan, penurunan, pengangkutan, erosi atau aktifitas lain, sehingga
menyebabkan keseimbangan terganggu, maka tanah atau batuan itu akan berusaha
untuk mencapai keseimbangan baru secara alamiah dengan cara pengurangan
beban, terutama dalam bentuk longsoran.
Dalam menganalisis stabilitas lereng, sistem tegangan yang bekerja pada
tanah atau batuan serta sifat fisik dan mekaniknya perlu diketahui terlebih dahulu.
Pengujian sifat fisik meliputi kadar air, bobot isi dan berat jenis, sedangkan
pengujian sifat mekanik antara lain uji geser langsung dan uji kuat tekan
uniaksial. Sifat fisik dan mekanik tanah atau batuan secara langsung dapat
mempengaruhi stabilitas dari suatu lereng.

11
Longsoran yang terjadi pada tanah dan pasir pada umumnya adalah
longsoran busur, sedangkan untuk batuan yang sifatnya lebih keras dengan kuat
tekan >10 Mpa, dan tidak mempunyai banyak bidang rekah terjadi longsoran lain
yaitu longsoran baji, longsoran bidang dan longsoran guling.
Pada Gambar 3.1 memperlihatkan suatu kriteria keruntuhan berdasarkan
kriteria Mohr-Coulomb. Kekuatan gesek material menurut morh-coulomb terdiri
dari dua komponen yaitu kohesi dan sudut gesek dalam.

Friction angle
Tegangan Geser, τ

Tegangan normal, σn

Tegangan Geser, τ

Kohesi, c

Tegangan normal, σn

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.1
Sudut Gesek Dalam dan Kohesi

Berdasarkan kriteria Mohr –Coulomb didapatkan persamaan :


τ = c + σn tan ϕ................................................................................................( 3.2 )
.
Keterangan :
P
σn =

w cos 
σn =

A = Luas dasar dari blok
P = Gaya normal efektif pada dasar irisan

12
α = Kemiringan bidang
w = Gaya berat blok
maka :
w cos 
τ =c+ tan  .................................................................................( 3.3 )

Gambar 3.2 memperlihatkan gaya – gaya yang bekerja pada suatu blok
yang berada pada suatu bidang miring yang mempunyai sudut kemiringan sebesar
α.

W sin α

W cos α
W
α

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.2
Mekanisme Luncuran Blok

Gaya geser yang bekerja (S) untuk menahan geseran pada dasar blok
dinotasikan sebagai ( S = τ A ), sehingga diperoleh persamaan :
S = c A + w cos α tan ϕ ................................................................................( 3.4 )
Benda dalam keadaan setimbang atau dalam keadaan kritis dapat
digambarkan sebagai berikut :
w sin α = c A + w cos α tan ϕ ..........................................................................( 3.5 )

13
Bila nilai kohesi (c) = 0, maka keadaan setimbang dapat dinyatakan :
α = ϕ ..................................................................................................................( 3.6)
Keterangan :
τ = kuat gesek (kN/m2)
σn = Tegangan normal (kN/m2)
 = Sudut gesek dalam (°)
c = Kohesi (kN/m2)
Jadi, apabila blok yang berada pada suatu bidang dengan kemiringan α
dalam kondisi kering dan mempunyai nilai kohesi = 0, maka blok dalam keadaan
setimbang apabila α = ϕ
Keberadaan air pada massa batuan dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan pada batuan tersebut. Air akan memberikan tekanan sebesar u atau
gaya angkat air sebesar U = u.A dengan A adalah luas dasar blok (lihat gambar
3.3)

Water -fille
tension crack
d

V
S
U

W sin α

W cos α
α W

Gambar 3.3
Blok Berisi Air Diatas Bidang Miring

Gaya angkat air U dapat memperkecil tegangan normal pada bidang luncur
(σn = W cos α – U), maka persamaan 3.4 menjadi :
S = c.A + (W cos α – U) tan  ...................................................... .........( 3.7 )

14
Pada kondisi batas setimbang, blok tersebut akan dikenakan gaya oleh gaya
dorong air sebesar V, sehingga akan memperbesar gaya penyebab longsor, yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
W sin α + V = c.A + (W cos α – U) tan  ................................... .........( 3.8 )
Keterangan :
S = Gaya penahan
U = Gaya angkat air
u = Tekanan air pori
V = Gaya dorong air

3.3 Analisis dengan Metode Kesetimbangan Batas


Salah satu metode yang dikembangkan dalam menganalisa kestabilan
suatu lereng adalah metode kesetimbangan batas. Metode kesetimbangan batas
merupakan suatu metode kesetimbangan antara gaya yang menahan longsor
terhadap gaya yang menyebabkan longsoran.
Metode kesetimbangan batas untuk kestabilan lereng membagi massa
bidang longsor menjadi irisan - irisan kecil. Gaya gesek yang bekerja pada irisan
diasumsikan mewakili seluruh bagian yang sama dari kuat gesek batuan atau
tanah dimana gaya gesek ini bekerja. Sedangkan gaya normal yang bekerja pada
suatu titik di lingkaran bidang longsor dipengaruhi oleh berat tanah di atas titik
tersebut. Penentuan angka keamanan lereng membutuhkan paling sedikit satu
asumsi yang berkenaan dengan gaya-gaya antar irisan (interslice force). Asumsi
yang paling umum dibuat adalah yang berkenaan dengan arah, besar dan titik
kerja (point of application) dari gaya-gaya antar irisan.
Pada Gambar 3.4 memperlihatkan satu irisan dengan gaya – gaya yang
bekerja, Gaya – gaya ini terdiri dari gaya gesek ( Xr dan X1 ) dan gaya normal
efektif ( Er dan E1 ) di sepanjang sisi irisan, dan juga resultan gaya gesek efektif
( Si ) dan resultan gaya normal efektif ( Pi ) yang bekerja di sepanjang dasar
irisan. Pada irisan, tekanan air pori U1 dan Ur bekerja di kedua sisinya, dan
tekanan air pori Ui bekerja pada dasar irisan.

15
b

Gambar 3.4
Gaya Yang Bekerja Pada Irisan

Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi, metode irisan


dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori
1. Metode yang tidak memenuhi kedua kesetimbangan gaya dan momen,
antara lain metode biasa, metode bishop disederhanakan (simplified bishop
method ) dan metode janbu disederhanakan (simplified janbu method )
2. Metode yang memenuhi kondisi kesetimbangan gaya dan momen , antara
lain metode spencer, metode morgenstern-price dan metode
kesetimbangan batas umum (Generalizid limit equilibrium method).

Setiap metode memiliki asumsi dasar yang berbeda dalam penentuan


angka keamanan stabilitas lereng. Prinsip dasar dihitung dari perbandingan

antara kuat geser tanah τf dengan gaya dorong tanah τ, atau perbandingan dari

momen tahan RM (Resisting Moment) dengan momen dorong DM (Driving


Moment)

SF = atau SF =

16
berdasarkan kesetimbangan dan gaya yang bekerja pada irisan, perbedaaan
pada setiap metode dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2
Tabel 3.1
Kesetimbangan Pada Setiap Metode

Kesetimbangan Kesetimbangan
Metode Momen Gaya
Bishop’s Simplified Ya Tidak

Janbu’s simplified Tidak Ya

Spencer Ya Ya

Tabel 3.2
Gaya Antar Irisan Pada Setiap Metode

Metode Gaya Normal Gaya Geser


Antar Irisan Antar Irisan
(E) (X)
Bishop’s Simplified Ya Tidak

Janbu’s simplified Ya Tidak

Spencer Ya Ya

3.3.1 Metode Bishop


Metode ini mengabaikan gaya gesek antar irisan dan kemudian
mengasumsikan bahwa gaya normal cukup untuk mendefinisikan gaya- gaya antar
irisan. (Bishop, 1955). Gaya normal di dasar dan tiap irisan ditentukan dengan
menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal. Pada Gambar 3.5, momen
penggerak irisan adalah : Wx
Dimana W adalah berat irisan dan x adalah jarak mendatar irisan ke pusat
radius lingkaran. Momen penggerak (Md) keseluruhan dari lereng adalah jumlah
dari seluruh irisan, yaitu :
Md =  Wx
=  WR sin 
= R  W sin 

17
Jika kuat gesek material pada irisan lereng adalah s, maka kekuatan untuk
s
mempertahankan kestabilan pada tiap irisan adalah :
F
sl
jika gaya pada dasar irisan adalah S maka : S 
F
sl
Momen yang menahan keseluruhan irisan : R
F
sl
Momen yang menahan keseluruhan irisan :  FR
R
:
F
 sl
Persamaan momen gaya-gaya penggerak dan penahan adalah :
R
RW . sin   sl
F

Sehingga

FK 
 sl ………………………………………..……….…..………(3.9)
W . sin 
Untuk mendapatkan nilai Faktor Keamanan (FK) minimum dengan
lingkaran kritis, dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba.
Pengaruh air dalam batuan atau tanah adalah timbulnya gaya angkat air
karena tekanan air pori yang berakibat berkurangnya gaya normal pada dasar
irisan, sehingga analisa kestabilan lereng dilakukan dalam kondisi tegangan
efektifnya.Untuk menyelesaikan perhitungan s diganti dengan c+   u  tan  ,
sehingga :
  c . l    . l  u . l  tan  
FK = ……………..………………......................(3.10)
 W sin 
sehingga persamaan FK menjadi :

FK 
 c.l  P  ul  tan   ……...........…………….....…...……...………(3.11)
W . sin 
Pada cara Bishop, besarnya P (gaya normal pada dasar irisan) diperoleh
dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada irisan dalam arah gaya berat
(W) atau semua resultan gaya pada batas vertikal irisan bekerja dalam arah
horizontal, untuk menghitung besarnya FK (dapat dilihat pada Gambar 3.5).

18
Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray,1981

Gambar 3.5
Gaya-Gaya yang bekerja pada irisan (Metode Bishop Simplified)

Perhitungannya adalah :
Kesetimbangan vertikal : P cos α + S sin α = W + Xn - Xn+1
Bila P’ = P-u.l maka :
tan  c.l sin 
(P-ul) cos α + u.l cos α + (P-ul) sin    W + Xn - Xn+1
F F
tan  c.l sin 
(P-ul) cos α + (P-u.l) sin   W  Xn - Xn  1   u.l cos α
F F
Jika Xn-Xn+1 dianggap sama dengan nol, maka :
c. sin 
W  l ([ ]  u. cos )
( P  ul )  F ……………………………………….(3.12)
tan 
cos  . sin  ]
F
b = l cos α …………………………………………………………………...(3.13)

19
Substitusi persamaan (3.12) dan (3.13) ke persamaan (3.11) Sehingga
didapatkan persamaan faktor keamanan :
 
1  c.b  W  b.u  tan  sec 
FK =   …………………………...(3.14)
 W sin   tan  . tan  
1
 F 
Atau :
 
 c.b  (W  u.b) tan  ' cos (1  tan  tan  / F 
1
 i  …………………(3.15)
FK 
W sin 
Dengan Mi = cos α ( 1 + tan  tan α / F ) jadi diperoleh :

 1 
 c.b  (W  u.b) tan  ' Mi 
FK 
W sin 
Keterangan :
S : kuat gesek efektif
s : kuat gesek yang ada
c : kohesi efektif
P’ : gaya normal efektif pada dasar irisan
 : sudut gesek dalam efektif
u : tekanan air pori
F : FK
l : panjang dasar irisan
W : berat irisan
b : lebar irisan
R : radius lingkaran bidang gelincir
Xn,Xn+1 : gaya-gaya vertikal pada batas irisan
En,En+1 : gaya-gaya horisontal pada batas irisan

Nilai F pada persamaan (3.14) terdapat pada sisi kiri dan kanan, karena itu
untuk menghitung besarnya nilai F harus digunakan metode trial and error yaitu

20
diambil nilai F sembarang sebagai percobaan, kemudian nilai F yang diperoleh
dimasukkan lagi pada ruas kanan dan seterusnya sampai didapat F ruas kanan
sama dengan ruas kiri. Untuk mempermudah hitungan, Gambar 3.6 dapat
digunakan untuk menentukan nilai fungsi Mi

1.6
Note:  is + when slope of failure arc is
in same quadrant as ground slope
1.0
1.4
0.8
Values of M i 

1.2
 0.6
----------
-tan
F 0.4
1.0
0 0.2
0.2
0.8
0.4  0
tan 
0.6 -----------
F
0.6 0.8

1.0
0.4
-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60
Values of 

Gambar 3.6
GRAPH FOR DETERMINATION OF M i 
Diagram menentukan nilai Mi (Janbu dkk, 1956)

3.3.2 Metode Janbu Yang Disederhanakan ( Simplified Janbu Method )


Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisa yang dapat
digunakan pada permukaan longsor yang berbentuk circular dan non circular.
Janbu merumuskan persamaan umum kesetimbangan dengan
menyelesaikan secara vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan dengan
memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya (Lihat gambar 3.7). Janbu juga
mengembangkan metode yang mirip dengan metode bishop sederhana (simplified
bishop method) yang dikenal dengan metode janbu sederhana (simplified janbu
method). Metode ini memiliki asumsi sama dengan metode bishop yang
mengasumsikan bahwa gaya normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya geser
antar irisan diabaikan atau bernilai nol (XL -XR = 0). Perbedaan antara metode
bishop sederhana dan metode janbu sederhana terletak pada penurunan angka
faktor keamanan. Bishop menurunkan angka faktor keamanan dari kesetimbangan

21
vertikal sedangkan janbu menurunkan angka faktor keamanan dari kesetimbangan
horizontal.

Er
Xl
El
Xr

S
P

Gambar 3.7
Gaya-gaya yang Bekerja pada Metode Janbu yang Disederhanakan

Perhitungannya adalah :
Kekuatan geser untuk menahan kestabilan lereng
, ( ) -.............................................................................(3.16)

Gaya normal pada dasar irisan Janbu memiliki kesamaan dengan gaya
normal pada metode bishop sederhana. Gaya normal di dasar dan tiap irisan
ditentukan dengan menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal (lihat persamaan
3.12)
Kesetimbangan gaya horizontal :
S+(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α ...............................................................(3.17)
(Er-El) cos a = (W-(Xr-Xl)) sin α – S
= (W -(Xr-Xl)) tan α - , ( ) - ............(3.18)

Subtitusikan persamaan (3.12) ke persamaan (3.18), sehingga diperoleh :

( ( – ) )
FK= ...........................................(3.19)

22
Menurut metode Janbu, faktor keamanan yang didapat harus dikoreksi
karena pengaruh geometri lereng dan parameter kuat geser tanah, dengan
persamaan :

FKJanbu = fo X FK.............................................................................................(3.20)

, ( ) ]................................................................................(3.21)

Nilai b1 merupakan fungsi dari jenis tanah


- Tanah cohesive ( C > 0 ) ; b1 = 0.69
- Tanah non cohesive ( θ > 0 ); b1 = 0.31
- Tanah C dan θ > 0 ; b1 = 0.5
Gambar 3.8 memperlihatkan definisi L dan d yang digunakan untuk
menentukan nilai fo pada suatu lereng.

Gambar 3.8
L dan d Pada koreksi metode janbu (Rocscience)

Nilai fo juga dapat dicari menggunakan kurva gambar 3.9 dimana kurva
yang dikemukakan oleh janbu tersebut merupakan kompensasi terhadap asumsi
peniadaan gaya geser antar irisan.

23
Gambar 3.9
Nilai koreksi fo pada metode janbu sederhana

3.3.3 Metode Spencer


Metode spencer merupakan metode yang dapat digunakan untuk
sembarang bentuk bidang longsor dan memenuhi semua kondisi kesetimbangan
gaya dan kesetimbangan momen pada setiap irisan. Spencer mengamsusikan
bahwa gaya-gaya yang bekerja disekitar bidang irisan adalah parallel sehingga
gaya-gaya tersebut memiliki sudut kemiringan yang sama yaitu :
.....................................................................................(3.22)

Dimana ϴ adalah sudut kemiringan resultan gaya antar irisan


Perhitungannya adalah :
Kekuatan untuk menahan kestabilan lereng :
S= ( ( ) )..........................................................................(3.23)

Kesetimbangan vertikal : P cos α + S sin α = W- (Xr-Xl)


Untuk turunan rumus kesetimbangan vertikal masih sama dengan metode
bishop dan janbu (Persamaan 3.12), Sehingga diperoleh :
c. sin 
W  l ([ ]  u. cos )
( P  ul )  F .............................................................(3.24)
tan 
cos  . sin  ]
F

24
Kesetimbangan momen :
ΣWR sin α = ΣSR.............................................................................................(3.25)

Subtitusi persamaan (3.24) dan (3.23), Kemudian hasil subtitusi


disubtitusikan kembali pada persamaan (3.25). Sehingga didapatkan
kesetimbangan momen: (Bishop’s method)

Kesetimbangan Horizontal :
S+(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α................................................................(3.27)

Berdasarkan kesetimbangan gaya horizontal, didapatkan FK gaya :


(Janbu’s method)

( ( – ) )
FK=

Untuk menghitung Er-El digunakan rumus kesetimbangan gaya, sehingga


diperoleh :
Σ(Er-El) = Σ(W-Xr-Xl) tan α – 1/Fm Σ (cl + P-ul) tan ϕ ) cos α....................(3.28)
Setelah didapatkan nilai Er-El, maka Xr-Xl dapat dihitung menggunakan
persamaan 3.22 dengan menentukan λ terlebih dahulu.
Keterangan :
S : kekuatan geser efektif
c : kohesi efektif
P’ : gaya normal efektif pada dasar irisan
 : sudut geser dalam efektif
u : tekanan air pori
F : FK
l : panjang dasar irisan
W : berat irisan
b : lebar irisan
XR,XL : gaya-gaya vertikal pada batas irisan

25
ER,EL : gaya-gaya horisontal pada batas irisan
λ : Skala dari sudut yang terbentuk oleh gaya normal dan gaya gesek pada
sisi irisan
Fm : Faktor Keamanan moment
Ff : Faktor Keamanan gaya
Pada metode Spencer, gaya antar irisan dan gaya normal tidak diabaikan,
tapi untuk mencari angka faktor keamanan pada iterasi pertama (Xr-Xl) dianggap
0 (nol) , sehingga (Er-El) dapat ditentukan. Untuk iterasi yang kedua terlebih
dahulu asumsikan nilai λ, kemudian cari nilai (Xr-Xl) dengan persamaan (3.22).
Nilai (Xr-Xl) yang telah didapatkan digunakan untuk menghitung nilai P kembali
untuk menentukan F berikutnya. Angka faktor keamanan yang tepat untuk analisis
dengan metode Spencer akan diperoleh ketika Ff = Fm. Untuk memperoleh nilai
Ff = Fm, diperlukan grafik perbandingan antara FK dengan pengaruh ϴ seperti
gambar 3.10.

1,10

Fs = 1,070

1,05

F Fm = 1,039

1,00

0,95

Ff = 0,936 ϴi = 22,5°

0 5 10 15 20 25
ϴ°

Gambar 3.10
Hubungan nilai ϴ terhadap faktor keamanan (Spencer, 1967)
3.4 Analisis dengan Program Rocscience Slide V5.0
Program yang digunakan dalam menganalisis nilai FK suatu rancangan
lereng adalah Slide V5.0 by Rocscience. Slide V5.0 merupakan suatu produk
software geoteknik yang menggunakan teori kesetimbangan batas untuk
menghitung faktor keamanan dari suatu lereng roman muka bumi dan batuan.

26
Formulasi yang komprehensif dari Slide V5.0 membuatnya mampu
menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun yang
kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan faktor
keamanannya. Slide V5.0 dapat diterapkan pada analisis dan pekerjaan
perancangan dalam bidang geoteknik, sipil dan penambangan.
Dalam menganalisis suatu lereng penambangan dengan software Slide
V5.0, maka dibutuhkan data masukan berupa hasil uji sifat fisik dan sifat mekanik
dari tanah atau batuan penyusun lereng tersebut yaitu berupa bobot isi kering,
bobot isi jenuh, kohesi, dan sudut geser dalam. Dari data-data masukan tersebut
kemudian diolah dengan bantuan Slide V5.0 sehingga dihasilkan data keluaran
yaitu faktor keamanan untuk lereng yang dianalisis.
3.4.1 Input Data Slide V5.0
1) Menentuka Project Setting berupa pengaturan metode analisis yang akan
dilakukan.
2) Memasukkan Boundaries lapisan material dan menentukan kondisi air
tanah lereng yang akan dianalisis.
3) Memasukkan Material Properties material yang akan dianalisis berupa
nilai bobot isi kering, bobot isi jenuh, kohesi, dan sudut geser dalam.
4) Menentukan Surface Type dengan memilih tipe Circular
5) Melakukan compute atau proses perhitungan terhadap lereng yang
dianalisis kemudian Interprate.
3.4.2 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Slide V5.0
Hasil pengolahan data menggunakan Slide V5.0 akan menampilkan model
lereng lengkap dengan nilai faktor keamanan minimumnya dan bentuk
longsoran yang berpotensi terjadi. Untuk mengetahui langkah cara
penggunaan slide lihat gambar 3.11.

27
Mulai

Membuat Boundaries
dalam Auto CAD, sesuai Menentukan surface
dengan geometri lereng
yang akan disimulasikan
Melakukan compute dan
interprate terhadap lereng
Import Boundaries
yang di analisis
ke dalam slide V5.0

Menentukan project setting &


analysis setting Output FK model

Add material boundary


Selesai

Memasukkan dan mengatur


material propertis penyusun
lereng ( c,ϒ,Ф)

Gambar 3.11
Diagram alir simulasi lereng menggunakan Slide V5.0

28
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Untuk mendapatkan analisis stabilitas lereng yang tepat, diperlukan studi


geoteknik dengan melakukan pengujian sifat fisik dan mekanik. Hasil pengujian
sifat fisik dan sifak mekanik tersebut akan digunakan untuk menganalisis
kemantapan lereng. Metode analisis yang digunakan adalah metode
kesetimbangan batas, sehingga perlu diketahui geometri lereng dan bentuk bidang
longsor lereng.
4.1 Kegiatan Laboratorium
Analisis kestabilan lereng dengan metode kesetimbangan batas, diperlukan
data sifat fisik dan sifat mekanik material. Pengujian sifat fisik dilakukan untuk
mendapatkan parameter bobot isi jenuh (γsat), bobot isi asli (γnat) dan bobot isi
kering (γdry). Pengujian sifat mekanik diperlukan untuk mendapatkan parameter
nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam ().
4.1.1 Uji sifat fisik (physical properties test)
Penentuan sifat fisik bertujuan untuk kepentingan penelitian karakteristik
batuan. Conto batuan dalam pengujian ini bisa berupa batuan utuh dari lapangan,
berupa bongkah batuan maupun berbentuk inti silinder yang didapat dari hasil
pengeboran dengan mata bor.
Pengujian sifat fisik merupakan pengujian yang tidak merusak perconto
atau bersifat non destructive test. Pengujian sifat fisik bertujuan untuk
mendapatkan nilai bobot isi baik pada kondisi kering, natural maupun jenuh. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui variasi beban lereng di lapangan. Selain itu, uji
sifat fisik dilakukan untuk mengetahui nilai kandungan air natural, derajat
kejenuhan, angka pori (void ratio) serta porositas batuan. Dalam hal ini, kondisi
porositas batuan perlu untuk diketahui karena dianggap sama dengan rekahan
yang telah ada (pre-existing cracks).
Penentuan sifat fisik batuan memerlukan peralatan sebagai berikut (lihat
Gambar 4.1):

29
1. Oven yang dapat mempertahankan temperatur selama 24 jam.
2. Wadah contoh yang terbuat dari material tidak korosif.
3. Desikator dengan besar yang dapat digunakan untuk merendam conto batuan
utuh di dalamnya.

Oven Desikator

Neraca Ohauss Pompa Vakum

Gambar 4.1
Peralatan pengujian sifat fisik (Lab. Mekanika Batuan UPN “Veteran” Yogja)

4. Pompa vakum desikator dengan tekanan vakum 800Pa selama 1 jam.


5. Wadah berukuran secukupnya yang diisi air untuk merendam conto batuan
yang dimasukkan kedalam wadah berongga dan dapat digantung bebas
sehingga berat conto batuan utuhnya dapat ditimbang untuk menentukan
berat jenuh.

30
6. Timbangan dengan ketepatan sebesar 0,001% dari berat conto
Tabel 4.1 adalah hasil dari pengujian sifat fisik yang dilakukan di
Laboratorium Mekanika Batuan UPN “Veteran” Yogyakarta.

Tabel 4.1
Hasil Uji Sifat Fisik Batu Tuff

Jenis Conto
Tuff 1 Tuff 2 Tuff 3
Sifat Fisik
Berat Asli (gr) 46,70 88,00 85,10
Berat Jenuh (gr) 52,60 96,00 96,60
Berat Tergantung (gr) 22,70 44,00 42,20
Berat Kering (gr) 38,60 71,90 69,60
Bobot Isi Asli (gr/cm3) 1,56 1,69 1,56
Bobot Isi Jenuh (gr/cm3) 1,75 1,85 1,78
Bobot Isi Kering (gr/cm3) 1,29 1,38 1,28
Apparent SG 1,29 1,38 1,28
True SG 2,43 2,58 2,54
Kadar Air Asli (%) 20,98 22,39 22,27
Kadar Air Jenuh (%) 36,27 33,52 38,79
Derajat Kejenuhan (%) 57,86 66,80 57,41
Porositas (%) 46,82 46,35 49,63
Void Ratio 0,88 0,86 0,99

4.1.2 Uji Cepat Rambat Gelombang Ultrasonik (Ultrasonic Velocity)


Salah satu sifat dinamik batuan adalah cepat rambat gelombang ultrasonik.
Uji cepat rambat gelombang ultrasonik dilakukan di Laboratorium Geomekanika
dan Peralatan Tambang Institut Teknologi Bandung. Pengujian cepat rambat
gelombang ultrasonik merupakan pengujian yang tidak merusak perconto atau
bersifat non destructive test. Pengujian ini dilakukan pada conto batuan yang akan
digunakan untuk pengujian kuat tekan uniaksial dan dilakukan sebelum pengujian
kuat tekan uniaksial dilakukan. Pengujian ultrasonik bertujuan untuk mengukur
waktu yang ditempuh gelombang untuk merambat melalui conto batuan.
4.1.2.1 Preparasi

31
Conto yang didapat dari hasil pengeboran inti dengan diameter sekitar 4,5
cm. Conto batuan dipotong sesuai ukuran conto untuk pengujian kuat tekan
uniaksial. Dipotong dengan mesin potong untuk mendapatkan ukuran tinggi dua
kali diameternya. Hal tersebut sesuai standar ISRM (1981) yakni 2 < L/D < 2,5
dengan L adalah tinggi dan D adalah diameter conto.
Setelah itu permukaan conto dihaluskan dengan menggunakan amplas
sehingga rata tegak lurus sumbu aksial. Validasi kerataan permukaan conto
dilakukan dengan waterpass manual (lihat Gambar 4.2) dan alat polishing. Setelah
itu conto batuan tersebut diukur diameter sebanyak tiga kali pada penampang atas,
tengah, dan bawah conto. Masing - masing dalam kedudukan saling tegak lurus.
Demikian pula dengan tinggi conto diukur masing-masing sejajar sumbu aksial
dan saling tegak lurus.

Gambar 4.2
Penggunaan waterpass untuk mengukur kerataan sampel (Lab.
Geomekanika dan Peralatan Tambang ITB)
4.1.2.2 Pengujian
Pengujian cepat rambat gelombang ultrasonik dilakukan dengan
menggunakan alat PUNDIT (Portable Unit Non-destructive Digital Testes), lihat
Gambar 4.3. Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan pulsa pada salah
satu ujung conto batuan dengan transduser kristal piezoelektrik dan getaran
diterima oleh transduser kristal kedua pada ujung lainnya dari conto batuan (lihat
Gambar 4.4). Kemudian hasil pembacaan cepat rambat tinggal dibaca di PUNDIT
sampai nilai cepat rambatnya konstan atau stabil.

32
Gambar 4.3
PUNDIT (Portable Unit Non-destructive Digital Testes), (Lab.
Geomekanika dan Peralatan Tambang ITB)

Transduser kristal

Sampel

Transduser kristal

Gambar 4.4
Transduser kristal pada ujung sampel batuan tuff (Lab. Geomekanika dan
Peralatan Tambang ITB)
Hasil pengujian cepat rambat gelombang ultrasonik dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dibawah ini
Tabel 4.2

33
Hasil Uji Ultrasonik Batuan tuff

4.1.3 Uji Kuat Tekan Uniaksial


Pengujian kuat tekan uniaksial bertujuan untuk mengukur nilai kuat tekan

Tinggi Waktu Nilai Pembacaan Uji


Kode Diameter
L Tp Vp
Sampel
(mm) (mm) (s) (m/s)
UCS 1 45,56 93,50 38,20 2447,64
UCS 2 45,53 93,33 32,80 2845,43
UCS 3 45,26 101,00 32,30 3126,93
uniaksial (UCS Test) sebuah contoh batuan dalam geometri yang beraturan, baik
dalam bentuk silinder, balok atau prisma. Uji ini menggunakan mesin kuat tekan
(compression machine), lihat Gambar 4.5

Gambar 4.5
Mesin Kuat Tekan (Compression Machine), (Lab. Geomekanika dan
Peralatan Tambang ITB)
Tujuan utama pengujian ini adalah untuk klasifikasi kekuatan dan
karakterisasi batuan utuh. Hasil uji ini menghasilkan beberapa informasi yaitu
kurva tegangan regangan, kuat tekan uniaksial, Modulus Young, dan Nisbah

34
Poison. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Geomekanika dan Peralatan
Tambang Institut Teknologi Bandung. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.3.
Pengujian ini merupakan pengujian yang bersifat merusak conto batuan
atau destructive test. Pengujian kuat tekan uniaksial dilakukan setelah pengujian
cepat rambat gelombang ultrasonik dilakukan. Conto batuan yang digunakan
adalah conto batuan yang digunakan untuk pengujian cepat rambat gelombang
ultrasonik. Preparasi conto batuan dilakukan seperti pada bagian 4.1.2.1
Pembacaan gaya tekan ataupun perpindahan aksial lateral dilakukan
sampai sampel mengalami pecah, mengalami rekahan, atau dial manometer gauge
(dalam pengujian ini menggunakan sistem komputerisasi) sudah mengalami
penurunan.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kuat Tekan Uniaksial Batuan tuff
Kuat Modulus Batas
Kode Nisbah
No. Tekan Young Elastik
Sampel ( MPa ) ( MPa ) Poison ( MPa )
1 Tuff UCS 1 4,22 1125 0,27 3,68
3 Tuff UCS 2 4,72 1333,33 0,19 4,04
2 Tuff UCS 3 4,23 833,33 0,17 3,69

4.1.4 Uji Kuat Geser


Kuat geser batuan merupakan perlawanan internal batuan terhadap
tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser dalam batuan tersebut, yang
dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik dan faktor eksternal. Untuk mengetahui
kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu diperlukan uji geser yang
menggunakan conto uji paling tidak sebanyak 3 buah. Kuat geser batuan sangat
berguna sebagai parameter rancangan kestabilan lereng pada tambang terbuka.
Oleh karena itu, sebelum mendesain lereng tambang, kita perlu mengetahui
parameter-parameter kuat geser batuan, yaitu kohesi (c) dan sudut gesek dalam
(ɸ) yang diperoleh dengan melakukan pengujian uji geser langsung di
laboratorium. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Hasil uji kuat geser langsung

35
Kuat Geser
Kohesi Sudut Gesek
No. Kode Sampel Rata-rata
(kPa) Dalam ( º )
(kPa)
1 Tuff 1 312,29 42,6 47
2 Tuff 2 159,37 90,85 33,01
3 Tuff 3 106,611 46,65 25,09

4.2 Analisis Stabilitas Lereng


Metode yang digunakan untuk menganalis kestabilan lereng adalah
kesetimbangan batas. Secara prinsip gaya geser yang diperlukan untuk
mempertahankan kestabilan lereng akan dibandingkan dengan gaya yang
menyebabkan kelongsoran. Perbandingan kedua gaya ini akan didapatkan nilai
faktor keamanan (FK), apabila gaya untuk mempertahankan kemantapan lebih
besar dari gaya yang menyebabkan kelongsoran, maka nilai FK > 1, lereng
dikategorikan aman dan tidak terjadi longsor, dan apabila gaya yang
menyebabkan kelongsoran lebih besar dari gaya untuk mempertahankan
kemantapan maka nilai FK < 1, sehingga lereng di kategorikan tidak aman dan
berpotensi longsor.
Geometri lereng yang akan digunakan pada penelitian ini adalah lereng
tunggal yang disimulasikan dengan ketinggian 10 m dan sudut lereng 60° (lihat
gambar 4.6). Contoh kasus properti material pada lereng yang akan dianalisis
adalah :
- Tuff 1 = ϒ : 17,5 kN/m3 ; ϕ : 47 ° ; c : 42,6 kPa
- Tuff 2 = ϒ : 18,5 kN/m3 ; ϕ : 33,01° ; c : 90,85 kPa
- Tuff 2 = ϒ : 17,8 kN/m3 ; ϕ : 25,09° ; c : 46,65 kPa
Cara penyelesaian FK dengan metode Bishop, Janbu dan Spencer akan
dicontohkan pada contoh kasus properti material Tuff 1 seperti penyelesaiian
dibawah.

36
10 m
60

Gambar 4.6
Model Lereng

Langkah pertama untuk menentukan kestabilan lereng dengan metode


kesetimbangan batas adalah menentukan terlebih dahulu geometri bidang longsor
dan banyak jumlah irisan yang digunakan pada bidang longsor (lihat gambar 4.7).
Data irisan pada gambar diatas dapat dilihat pada tabel 4.5, dan variabel geometri
tiap irisan dapat dilihat pada gambar 4.8. Tabulasi data irisan tetap digunakan
untuk menghitung FK Bishop, FK Janbu dan FK Spencer.

● Metode Bishop
Rumusan yang digunakan :
 
 c.b  (W  u.b) tan  ' cos (1  tan  tan  / F 
1

-F =  i 

W sin 
- Mi = cos α ( 1 + tan  tan α / F )

 1 
 c.b  (W  u.b) tan  ' Mi 
-F =
W sin 

37
R = 16,59

Xi 5 = 10,17 m

Gambar 4.7
Pembagian Bidang Longsor dalam Bentuk Irisan pada Contoh Properti
Material Tuff 1

R = 16,59 m
b=0.94 m
α

Xi5 = 10,17 m l

Gambar 4.8
Model Irisan 5

38
Tabel 4.5
Data-data Tiap Irisan pada Contoh Properti Material Tuff 1

irisan b (m) R xi h (m) α (º)


1 0,94 16,59 6,85 0,74 24,387
2 0,94 16,59 7,79 1,78 28,006
3 0,94 16,59 8,73 2,91 31,750
4 0,94 16,59 9,67 3,88 35,653
5 0,94 16,59 10,17 4,76 39,132
6 0,94 16,59 11,56 5,59 44,171
7 0,94 16,59 12,5 5,69 48,892
8 0,94 16,59 13,44 4,43 54,108
9 0,94 16,59 14,38 3,07 60,087
10 0,94 16,59 15,32 1,32 67,435

Cara Perhitungan ( Contoh irisan 5 ) :


- Xi5 = Jarak mendatar R ke pusat irisan 5

- α5 = sin-1, -

= 39,132°
- Tidak ada permukaan air tanah, maka u = 0
- C.b = 42,6 x 0,94
= 40,044
Hasil perhitungan dan penggunaan rumus untuk menghitung FK Bishop
telah ditabulasikan pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6
Tabulasi Perhitungan Mi

F 0,8
slide θ α cos α tan α tan θ Mi
1 47 24,387 0,911 0,453 1,072 1,464
2 47 28,006 0,883 0,532 1,072 1,512
3 47 31,750 0,850 0,619 1,072 1,556
4 47 35,653 0,813 0,717 1,072 1,594
5 47 37,808 0,790 0,776 1,072 1,612
6 47 44,171 0,717 0,971 1,072 1,651
7 47 48,892 0,657 1,146 1,072 1,667
8 47 54,108 0,586 1,382 1,072 1,672
9 47 60,087 0,499 1,738 1,072 1,661
10 47 67,435 0,384 2,407 1,072 1,622

39
Tabel 4.7
Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan Dengan Metode Bishop pada Contoh
Properti Material Tuff 1

irisan b (m) R xi h (m) α (º) sin α tan θ W (kN)


1 0,94 16,59 6,85 0,74 24,387 0,413 1,072 12,17
2 0,94 16,59 7,79 1,78 28,006 0,470 1,072 29,28
3 0,94 16,59 8,73 2,91 31,750 0,526 1,072 47,87
4 0,94 16,59 9,67 3,88 35,653 0,583 1,072 63,83
5 0,94 16,59 10,47 4,76 39,132 0,631 1,072 78,30
6 0,94 16,59 11,56 5,59 44,171 0,697 1,072 91,96
7 0,94 16,59 12,5 5,69 48,892 0,753 1,072 93,60
8 0,94 16,59 13,44 4,43 54,108 0,810 1,072 72,87
9 0,94 16,59 14,38 3,07 60,087 0,867 1,072 50,50
10 0,94 16,59 15,32 1,32 67,435 0,923 1,072 21,71

RM DM
u.l (Kn) c.b(kN) Mi {c.b+(w-ub) tan Ф}/ 1/Mi ΣW sin α
0 40,044 1,464 36,263 5,03
0 40,044 1,512 47,241 13,75
0 40,044 1,556 58,736 25,19
0 40,044 1,594 68,066 37,20
0 40,044 1,612 76,941 48,00
0 40,044 1,651 83,967 64,08
0 40,044 1,667 84,210 70,52
0 40,044 1,672 70,680 59,04
0 40,044 1,661 56,728 43,77
0 40,044 1,622 39,054 20,05
621,885 386,63
8854,65048 5529,336
F Baru 1,601

Cara Perhitungan ( Contoh irisan 5 )


- F awal diasumsikan bernilai 0,8
- W5 =bxhxϒ
= 0,94 x 4,76 x 17,5
= 78,30 kN

- Mi5 = cos α ( )

= 0,776 . ( )

= 1,612

40
- RM5 ( Resisiting Moment )
= * ( ) +

= * ( ) +

= 76,941 kN
- DM5 ( Driving Moment )
= w sin α
= 78,3 x 0,613
= 47,99 kN

- Panjang Busur =

= 14,16

- FK = =

= 1,601
Tabulasi diatas hanya menerangkan untuk penentuan FK pertama, untuk
mendapatkan hasil FK yang tepat dengan metode bishop, gunakan metode iterasi
dengan menggantikan asumsi F=0,8 dengan F=FK hingga didapat FK-F ≤ 0,001.
Lihat tabel 4.8 sebagai hasil contoh iterasi.
Tabel 4.8
Tabulasi Angka Faktor Keamanan dari Hasil Iterasi untuk Penyelesaian Angka
Keamanan Menurut Metode Bishop

Iterasi FK
0 0,8
1 1,601
2 2,235
3 2,525
4 2,626
5 2,657
6 2,667
7 2,67
8 2,671
9 2,671

41
● Metode Janbu
Rumusan yang digunakan :
a. Janbu Simplified

( ( – ) )
F=

b. Janbu Corrected
-F = fo X Fj.simplified

- fo = , ( )]

Rumusan diatas ditabulasikan pada tabel 4.9 untuk mempermudah


hitungan dalam menentukan FK janbu simplified.
Tabel 4.9
Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan Menggunakan Metode Janbu’s Simplified

Irisan b (m) h (m) xi α l w cos α


1 0,94 0,74 6,85 24,39 1,03 12,17 0,91
2 0,94 1,78 7,79 28,01 1,06 29,28 0,88
3 0,94 2,91 8,73 31,75 1,11 47,87 0,85
4 0,94 3,88 9,67 35,65 1,16 63,83 0,81
5 0,94 4,76 10,47 39,13 1,21 78,30 0,78
6 0,94 5,59 11,56 44,17 1,31 91,96 0,72
7 0,94 5,69 12,5 48,89 1,43 93,60 0,66
8 0,94 4,43 13,44 54,11 1,60 72,87 0,59
9 0,94 3,07 14,38 60,09 1,88 50,50 0,50
10 0,94 1,32 15,32 67,44 2,45 21,71 0,38

tan α sec a tan Φ c.b Mi RF DF


0,45 1,10 1,07 40,04 1,61 39,82 5,52
0,53 1,13 1,07 40,04 1,71 53,51 15,57
0,62 1,18 1,07 40,04 1,83 69,07 29,62
0,72 1,23 1,07 40,04 1,96 83,77 45,79
0,81 1,29 1,07 40,04 2,09 98,58 63,71
0,97 1,39 1,07 40,04 2,30 117,07 89,33
1,15 1,52 1,07 40,04 2,54 128,08 107,26
1,38 1,71 1,07 40,04 2,85 120,56 100,70
1,74 2,01 1,07 40,04 3,33 113,76 87,78
2,41 2,61 1,07 40,04 4,23 101,78 52,26
Total 925,99 597,54
F 1,550

42
Cara Perhitungan ( contoh irisan 5 )
- Xi5 = Jarak mendatar R ke pusat irisan 5

- α5 = sin-1, -

= 39,13°
- Tidak ada permukaan air tanah, maka u = 0
- W5 =bxhxϒ
= 0,94 x 4,76 x 17,5
= 78,3 kN
- F awal diasumsikan bernilai 0,8

- Mi5 =1+ ( )

=1+( )

= 2,09

( ( – ) )
- F = =

= 1,550
Setelah FK janbu pertama diperoleh, metode iterasi diperlukan untuk
menyamakan F pada ruas kiri dan kanan. Hasil iterasi dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 4.10
Tabulasi Angka Faktor Keamanan dari Hasil Iterasi untuk Penyelesaian Angka
Keamanan dengan Metode Janbu Simplified

Iterasi FK
0 0,8
1 1,55
2 2,171
3 2,484
4 2,604
5 2,644
6 2,658
7 2,662
8 2,663
9 2,664
10 2,664

43
● Metode Janbu Corrected
Rumusan yang digunakan :
-F = fo X Fj.simplified

- fo = , ( )]

Untuk menentukan nilai L dan d, perlu dibuat permodelan lereng seperti


gambar 4.9

L( )= 13,73
m
d( ) = 1,61 m

Gambar 4.9
Model Lereng Janbu Corrected

Fo = , . / -

= 1 + 0,5 [( ( )]

= 1 + 0,5 (0,117- 0,019)


= 1,049
Fkoreksi = F x Fo
= 2,664 x 1,049
= 2,795

● Metode Spencer
Rumusan yang digunakan :

- = konstan = tan ϴ = λ

44
- FKspencer dihitung dengan menggabungkan 2 kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan momen dan kesetimbangan gaya. Rumusan kesetimbangan
gaya mengikuti metode Janbu, dan kesetimbangan moment mengikuti metode
Bishop.
- Σ(Er-El) = Σ(P-ul) sin α – 1/Fm Σ (C.l + (P-u.l) tan Ф) cos α
c. sin 
W  ( Xr  Xl)  l ([ ]  u. cos )
- (P-ul) = F
tan 
cos  . sin  ]
F
 1 
 c.b  (W  {Xr  Xl}  u.b) tan  ' Mi 
- Fmoment =
W sin 
- Mi = 1 +( tan  tan α / F )

( ( ( )– ) )
- Fgaya=
( )
- F awal untuk iterasi pertama bernilai 0,8, Tabulasi perhitungan FK moment
dapat dilihat pada tabel 4.11 dan F gaya pada tabel 4.12
- Untuk mendapatkan nilai Xr-Xl , λ terlebih dahulu diasumsikan.
Tabel 4.11
Tabulasi Perhitungan FKmoment ( λ = 0 )
irisan b (m) R xi h (m) α (º) sin α tan θ W (kN)
1 0,94 16,59 6,85 0,74 24,387 0,413 1,072 12,17
2 0,94 16,59 7,79 1,78 28,006 0,470 1,072 29,28
3 0,94 16,59 8,73 2,91 31,750 0,526 1,072 47,87
4 0,94 16,59 9,67 3,88 35,653 0,583 1,072 63,83
5 0,94 16,59 10,47 4,76 39,132 0,631 1,072 78,30
6 0,94 16,59 11,56 5,59 44,171 0,697 1,072 91,96
7 0,94 16,59 12,5 5,69 48,892 0,753 1,072 93,60
8 0,94 16,59 13,44 4,43 54,108 0,810 1,072 72,87
9 0,94 16,59 14,38 3,07 60,087 0,867 1,072 50,50
10 0,94 16,59 15,32 1,32 67,435 0,923 1,072 21,71
RM DM
u.l (Kn) c.b(kN) Mi {c.b+(w-ub) tan Ф}/ 1/Mi ΣW sin α
0 40,044 1,464 36,263 5,03
0 40,044 1,512 47,241 13,75
0 40,044 1,556 58,736 25,19

45
0 40,044 1,594 68,066 37,20
0 40,044 1,612 76,941 48,00
0 40,044 1,651 83,967 64,08
0 40,044 1,667 84,210 70,52
0 40,044 1,672 70,680 59,04
0 40,044 1,661 56,728 43,77
0 40,044 1,622 39,054 20,05
621,885 386,63
8854,65048 5529,336
F Baru 1,601
Tabel 4.12
Tabulasi Perhitungan FKgaya (λ=0 atau tan ϴ = 0)
Irisan b (m) h (m) xi α l w cos α
1 0,94 0,74 6,85 24,39 1,03 12,17 0,91
2 0,94 1,78 7,79 28,01 1,06 29,28 0,88
3 0,94 2,91 8,73 31,75 1,11 47,87 0,85
4 0,94 3,88 9,67 35,65 1,16 63,83 0,81
5 0,94 4,76 10,47 39,13 1,21 78,30 0,78
6 0,94 5,59 11,56 44,17 1,31 91,96 0,72
7 0,94 5,69 12,5 48,89 1,43 93,60 0,66
8 0,94 4,43 13,44 54,11 1,60 72,87 0,59
9 0,94 3,07 14,38 60,09 1,88 50,50 0,50
10 0,94 1,32 15,32 67,44 2,45 21,71 0,38

tan α sec a tan Φ c.b Mi RF DF


0,45 1,10 1,07 40,04 1,61 39,82 5,52
0,53 1,13 1,07 40,04 1,71 53,51 15,57
0,62 1,18 1,07 40,04 1,83 69,07 29,62
0,72 1,23 1,07 40,04 1,96 83,77 45,79
0,81 1,29 1,07 40,04 2,09 98,58 63,71
0,97 1,39 1,07 40,04 2,30 117,07 89,33
1,15 1,52 1,07 40,04 2,54 128,08 107,26
1,38 1,71 1,07 40,04 2,85 120,56 100,70
1,74 2,01 1,07 40,04 3,33 113,76 87,78
2,41 2,61 1,07 40,04 4,23 101,78 52,26
Total 925,99 597,54
F 1,550
- Cara perhitungan FKmoment dan FKgaya sama dengan perhitungan pada
metode Bishop dan metode Janbu. Untuk iterasi pertama Xr-Xl dianggap
sama dengan nol.

46
- Untuk menentukan FK selanjutnya, Er-El dihitung terlebih dahulu dengan
rumusan :
(Er-El)5 = (P-ul) sin α – 1/Fm (C.l + (P-u.l) tan ϴ) cos α,
- Lihat tabel 4.13 untuk tabulasi perhitungan Er-El
Tabel 4.13
Tabulasi Perhitungan Er-El ( λ = 0 )
Slide tan Φ c.l u.l P -ul (Cl+ P*tanФ)cosα Xr-Xl Er-El w+Xr-Xl DF RF
1 1,07 40,04 0 -6,54 30,08 0 -22,11 12,17 5,52 39,82
2 1,07 21,29 0 1,55 20,27 0 -12,35 29,28 15,57 53,51
3 1,07 22,11 0 9,23 27,22 0 -12,71 47,87 29,62 69,07
4 1,07 23,14 0 14,23 31,20 0 -11,84 63,83 45,79 83,77
5 1,07 24,24 0 17,97 33,75 0 -10,44 78,30 63,71 98,58
6 1,07 26,21 0 18,82 33,28 0 -8,36 91,96 89,33 117,07
7 1,07 28,59 0 14,29 28,87 0 -7,87 93,60 107,26 128,08
8 1,07 32,07 0 1,30 19,62 0 -11,61 72,87 100,70 120,56
9 1,07 37,70 0 -10,96 12,94 0 -17,85 50,50 87,78 113,76
10 1,07 48,99 0 -23,37 9,18 0 -27,50 21,71 52,26 101,78
Total 0 -142,63 597,54 925,99
Ff 1,550
Cara Perhitungan :
c. sin 
W  ( Xr  Xl)  l ([ ]  u. cos )
( P  ul)  F
.Mi
Mi5 =1+ ( )

=1+( )

= 2,09
42,6.0,63
78,3  0  1,21([ ]  0.0,78)
0,8
( P  ul)5 
2,09
= 17,97
(Er-El)5 = (P-ul) sin α – 1/Fm (C.l + (P-u.l) tan ϴ) cos α
= 17,97 . 0,631 – 1/1,601 (33,75)
= -10,44
1. Nilai dari Er-El didapatkan dengan menggunakan hasil FK pertama, FK
yang digunakan adalah FKmomen
 Asumsikan nilai tan ϴ atau λ

47
λ = Skala dari sudut yang terbentuk oleh gaya normal dan gaya gesek
pada sisi irisan
 Setelah nilai Er-El didapatkan dan λ atau tan ϴ telah diasumsikan,
maka nilai Xr-Xl dapat dihitung dengan rumusan dasar spencer yaitu :

= konstan = tan ϴ = λ

2. Nilai Xr-Xl digunakan untuk menghitung FK selanjutnya. Input Xr-Xl


kedalam rumusan (P-ul), FKgaya dan FKmomen. Gunakan metode iterasi untuk
menentukan FK gaya dan FK momen.
3. Jika dari hasil perhitungan FKgaya ≠ FKmomen, hitung kembali nilai FK gaya
dan FK momen. Hitung nilai Er-El dengan FK dan gaya normal yang sama
seperti point 1, dan gunakan asumsi λ lainnya (lihat tabel 4.14)
Tabel 4.14
Tabulasi Hubungan nilai ϴ terhadap faktor keamanan

No Xr-Xl Er-El tan ϴ Ff Fm


1 0 -144,82 0 2,664 2,671
2 -12,67 -144,82 5,00 2,479 2,614
3 -25,536 -144,82 10 2,305 2,557
4 -38,804 -144,82 15 2,143 2,501
5 -52,71 -144,82 20 1,99 2,445
6 -67,531 -144,82 25 1,816 2,376

Hasil perhitungan faktor keamanan dengan metode Bishop, Janbu dan


Spencer pada semua contoh kasus dapat dilihat pada tabel 4.15.
Tabel 4.15
Tabulasi Hasil Faktor Keamanan Masing-masing Metode dengan
Menggunakan Perhitungan Manual
No Contoh kasus Faktor Keamanan
Bishop's Janbu 's simplified Janbu's Corrected Spencer's
Method Method Method Method
1 Tuff 1 2,671 2,664 2,795 2,69
2 Tuff 2 3,541 3,641 3,821 3,799
3 Tuff 3 2,028 2,293 2,413 2,153

48

Anda mungkin juga menyukai