DASAR TEORI
FK = ..............................................................................(3.1)
11
Longsoran yang terjadi pada tanah dan pasir pada umumnya adalah
longsoran busur, sedangkan untuk batuan yang sifatnya lebih keras dengan kuat
tekan >10 Mpa, dan tidak mempunyai banyak bidang rekah terjadi longsoran lain
yaitu longsoran baji, longsoran bidang dan longsoran guling.
Pada Gambar 3.1 memperlihatkan suatu kriteria keruntuhan berdasarkan
kriteria Mohr-Coulomb. Kekuatan gesek material menurut morh-coulomb terdiri
dari dua komponen yaitu kohesi dan sudut gesek dalam.
Friction angle
Tegangan Geser, τ
Tegangan normal, σn
Tegangan Geser, τ
Kohesi, c
Tegangan normal, σn
Gambar 3.1
Sudut Gesek Dalam dan Kohesi
12
α = Kemiringan bidang
w = Gaya berat blok
maka :
w cos
τ =c+ tan .................................................................................( 3.3 )
Gambar 3.2 memperlihatkan gaya – gaya yang bekerja pada suatu blok
yang berada pada suatu bidang miring yang mempunyai sudut kemiringan sebesar
α.
W sin α
W cos α
W
α
Gambar 3.2
Mekanisme Luncuran Blok
Gaya geser yang bekerja (S) untuk menahan geseran pada dasar blok
dinotasikan sebagai ( S = τ A ), sehingga diperoleh persamaan :
S = c A + w cos α tan ϕ ................................................................................( 3.4 )
Benda dalam keadaan setimbang atau dalam keadaan kritis dapat
digambarkan sebagai berikut :
w sin α = c A + w cos α tan ϕ ..........................................................................( 3.5 )
13
Bila nilai kohesi (c) = 0, maka keadaan setimbang dapat dinyatakan :
α = ϕ ..................................................................................................................( 3.6)
Keterangan :
τ = kuat gesek (kN/m2)
σn = Tegangan normal (kN/m2)
= Sudut gesek dalam (°)
c = Kohesi (kN/m2)
Jadi, apabila blok yang berada pada suatu bidang dengan kemiringan α
dalam kondisi kering dan mempunyai nilai kohesi = 0, maka blok dalam keadaan
setimbang apabila α = ϕ
Keberadaan air pada massa batuan dapat berpengaruh terhadap
kesetimbangan pada batuan tersebut. Air akan memberikan tekanan sebesar u atau
gaya angkat air sebesar U = u.A dengan A adalah luas dasar blok (lihat gambar
3.3)
Water -fille
tension crack
d
V
S
U
W sin α
W cos α
α W
Gambar 3.3
Blok Berisi Air Diatas Bidang Miring
Gaya angkat air U dapat memperkecil tegangan normal pada bidang luncur
(σn = W cos α – U), maka persamaan 3.4 menjadi :
S = c.A + (W cos α – U) tan ...................................................... .........( 3.7 )
14
Pada kondisi batas setimbang, blok tersebut akan dikenakan gaya oleh gaya
dorong air sebesar V, sehingga akan memperbesar gaya penyebab longsor, yang
dapat dijabarkan sebagai berikut :
W sin α + V = c.A + (W cos α – U) tan ................................... .........( 3.8 )
Keterangan :
S = Gaya penahan
U = Gaya angkat air
u = Tekanan air pori
V = Gaya dorong air
15
b
Gambar 3.4
Gaya Yang Bekerja Pada Irisan
antara kuat geser tanah τf dengan gaya dorong tanah τ, atau perbandingan dari
SF = atau SF =
16
berdasarkan kesetimbangan dan gaya yang bekerja pada irisan, perbedaaan
pada setiap metode dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2
Tabel 3.1
Kesetimbangan Pada Setiap Metode
Kesetimbangan Kesetimbangan
Metode Momen Gaya
Bishop’s Simplified Ya Tidak
Spencer Ya Ya
Tabel 3.2
Gaya Antar Irisan Pada Setiap Metode
Spencer Ya Ya
17
Jika kuat gesek material pada irisan lereng adalah s, maka kekuatan untuk
s
mempertahankan kestabilan pada tiap irisan adalah :
F
sl
jika gaya pada dasar irisan adalah S maka : S
F
sl
Momen yang menahan keseluruhan irisan : R
F
sl
Momen yang menahan keseluruhan irisan : FR
R
:
F
sl
Persamaan momen gaya-gaya penggerak dan penahan adalah :
R
RW . sin sl
F
Sehingga
FK
sl ………………………………………..……….…..………(3.9)
W . sin
Untuk mendapatkan nilai Faktor Keamanan (FK) minimum dengan
lingkaran kritis, dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba.
Pengaruh air dalam batuan atau tanah adalah timbulnya gaya angkat air
karena tekanan air pori yang berakibat berkurangnya gaya normal pada dasar
irisan, sehingga analisa kestabilan lereng dilakukan dalam kondisi tegangan
efektifnya.Untuk menyelesaikan perhitungan s diganti dengan c+ u tan ,
sehingga :
c . l . l u . l tan
FK = ……………..………………......................(3.10)
W sin
sehingga persamaan FK menjadi :
FK
c.l P ul tan ……...........…………….....…...……...………(3.11)
W . sin
Pada cara Bishop, besarnya P (gaya normal pada dasar irisan) diperoleh
dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada irisan dalam arah gaya berat
(W) atau semua resultan gaya pada batas vertikal irisan bekerja dalam arah
horizontal, untuk menghitung besarnya FK (dapat dilihat pada Gambar 3.5).
18
Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray,1981
Gambar 3.5
Gaya-Gaya yang bekerja pada irisan (Metode Bishop Simplified)
Perhitungannya adalah :
Kesetimbangan vertikal : P cos α + S sin α = W + Xn - Xn+1
Bila P’ = P-u.l maka :
tan c.l sin
(P-ul) cos α + u.l cos α + (P-ul) sin W + Xn - Xn+1
F F
tan c.l sin
(P-ul) cos α + (P-u.l) sin W Xn - Xn 1 u.l cos α
F F
Jika Xn-Xn+1 dianggap sama dengan nol, maka :
c. sin
W l ([ ] u. cos )
( P ul ) F ……………………………………….(3.12)
tan
cos . sin ]
F
b = l cos α …………………………………………………………………...(3.13)
19
Substitusi persamaan (3.12) dan (3.13) ke persamaan (3.11) Sehingga
didapatkan persamaan faktor keamanan :
1 c.b W b.u tan sec
FK = …………………………...(3.14)
W sin tan . tan
1
F
Atau :
c.b (W u.b) tan ' cos (1 tan tan / F
1
i …………………(3.15)
FK
W sin
Dengan Mi = cos α ( 1 + tan tan α / F ) jadi diperoleh :
1
c.b (W u.b) tan ' Mi
FK
W sin
Keterangan :
S : kuat gesek efektif
s : kuat gesek yang ada
c : kohesi efektif
P’ : gaya normal efektif pada dasar irisan
: sudut gesek dalam efektif
u : tekanan air pori
F : FK
l : panjang dasar irisan
W : berat irisan
b : lebar irisan
R : radius lingkaran bidang gelincir
Xn,Xn+1 : gaya-gaya vertikal pada batas irisan
En,En+1 : gaya-gaya horisontal pada batas irisan
Nilai F pada persamaan (3.14) terdapat pada sisi kiri dan kanan, karena itu
untuk menghitung besarnya nilai F harus digunakan metode trial and error yaitu
20
diambil nilai F sembarang sebagai percobaan, kemudian nilai F yang diperoleh
dimasukkan lagi pada ruas kanan dan seterusnya sampai didapat F ruas kanan
sama dengan ruas kiri. Untuk mempermudah hitungan, Gambar 3.6 dapat
digunakan untuk menentukan nilai fungsi Mi
1.6
Note: is + when slope of failure arc is
in same quadrant as ground slope
1.0
1.4
0.8
Values of M i
1.2
0.6
----------
-tan
F 0.4
1.0
0 0.2
0.2
0.8
0.4 0
tan
0.6 -----------
F
0.6 0.8
1.0
0.4
-40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60
Values of
Gambar 3.6
GRAPH FOR DETERMINATION OF M i
Diagram menentukan nilai Mi (Janbu dkk, 1956)
21
vertikal sedangkan janbu menurunkan angka faktor keamanan dari kesetimbangan
horizontal.
Er
Xl
El
Xr
S
P
Gambar 3.7
Gaya-gaya yang Bekerja pada Metode Janbu yang Disederhanakan
Perhitungannya adalah :
Kekuatan geser untuk menahan kestabilan lereng
, ( ) -.............................................................................(3.16)
Gaya normal pada dasar irisan Janbu memiliki kesamaan dengan gaya
normal pada metode bishop sederhana. Gaya normal di dasar dan tiap irisan
ditentukan dengan menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal (lihat persamaan
3.12)
Kesetimbangan gaya horizontal :
S+(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α ...............................................................(3.17)
(Er-El) cos a = (W-(Xr-Xl)) sin α – S
= (W -(Xr-Xl)) tan α - , ( ) - ............(3.18)
( ( – ) )
FK= ...........................................(3.19)
22
Menurut metode Janbu, faktor keamanan yang didapat harus dikoreksi
karena pengaruh geometri lereng dan parameter kuat geser tanah, dengan
persamaan :
FKJanbu = fo X FK.............................................................................................(3.20)
, ( ) ]................................................................................(3.21)
Gambar 3.8
L dan d Pada koreksi metode janbu (Rocscience)
Nilai fo juga dapat dicari menggunakan kurva gambar 3.9 dimana kurva
yang dikemukakan oleh janbu tersebut merupakan kompensasi terhadap asumsi
peniadaan gaya geser antar irisan.
23
Gambar 3.9
Nilai koreksi fo pada metode janbu sederhana
24
Kesetimbangan momen :
ΣWR sin α = ΣSR.............................................................................................(3.25)
Kesetimbangan Horizontal :
S+(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α................................................................(3.27)
( ( – ) )
FK=
25
ER,EL : gaya-gaya horisontal pada batas irisan
λ : Skala dari sudut yang terbentuk oleh gaya normal dan gaya gesek pada
sisi irisan
Fm : Faktor Keamanan moment
Ff : Faktor Keamanan gaya
Pada metode Spencer, gaya antar irisan dan gaya normal tidak diabaikan,
tapi untuk mencari angka faktor keamanan pada iterasi pertama (Xr-Xl) dianggap
0 (nol) , sehingga (Er-El) dapat ditentukan. Untuk iterasi yang kedua terlebih
dahulu asumsikan nilai λ, kemudian cari nilai (Xr-Xl) dengan persamaan (3.22).
Nilai (Xr-Xl) yang telah didapatkan digunakan untuk menghitung nilai P kembali
untuk menentukan F berikutnya. Angka faktor keamanan yang tepat untuk analisis
dengan metode Spencer akan diperoleh ketika Ff = Fm. Untuk memperoleh nilai
Ff = Fm, diperlukan grafik perbandingan antara FK dengan pengaruh ϴ seperti
gambar 3.10.
1,10
Fs = 1,070
1,05
F Fm = 1,039
1,00
0,95
Ff = 0,936 ϴi = 22,5°
0 5 10 15 20 25
ϴ°
Gambar 3.10
Hubungan nilai ϴ terhadap faktor keamanan (Spencer, 1967)
3.4 Analisis dengan Program Rocscience Slide V5.0
Program yang digunakan dalam menganalisis nilai FK suatu rancangan
lereng adalah Slide V5.0 by Rocscience. Slide V5.0 merupakan suatu produk
software geoteknik yang menggunakan teori kesetimbangan batas untuk
menghitung faktor keamanan dari suatu lereng roman muka bumi dan batuan.
26
Formulasi yang komprehensif dari Slide V5.0 membuatnya mampu
menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun yang
kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan faktor
keamanannya. Slide V5.0 dapat diterapkan pada analisis dan pekerjaan
perancangan dalam bidang geoteknik, sipil dan penambangan.
Dalam menganalisis suatu lereng penambangan dengan software Slide
V5.0, maka dibutuhkan data masukan berupa hasil uji sifat fisik dan sifat mekanik
dari tanah atau batuan penyusun lereng tersebut yaitu berupa bobot isi kering,
bobot isi jenuh, kohesi, dan sudut geser dalam. Dari data-data masukan tersebut
kemudian diolah dengan bantuan Slide V5.0 sehingga dihasilkan data keluaran
yaitu faktor keamanan untuk lereng yang dianalisis.
3.4.1 Input Data Slide V5.0
1) Menentuka Project Setting berupa pengaturan metode analisis yang akan
dilakukan.
2) Memasukkan Boundaries lapisan material dan menentukan kondisi air
tanah lereng yang akan dianalisis.
3) Memasukkan Material Properties material yang akan dianalisis berupa
nilai bobot isi kering, bobot isi jenuh, kohesi, dan sudut geser dalam.
4) Menentukan Surface Type dengan memilih tipe Circular
5) Melakukan compute atau proses perhitungan terhadap lereng yang
dianalisis kemudian Interprate.
3.4.2 Hasil Pengolahan Data Menggunakan Slide V5.0
Hasil pengolahan data menggunakan Slide V5.0 akan menampilkan model
lereng lengkap dengan nilai faktor keamanan minimumnya dan bentuk
longsoran yang berpotensi terjadi. Untuk mengetahui langkah cara
penggunaan slide lihat gambar 3.11.
27
Mulai
Membuat Boundaries
dalam Auto CAD, sesuai Menentukan surface
dengan geometri lereng
yang akan disimulasikan
Melakukan compute dan
interprate terhadap lereng
Import Boundaries
yang di analisis
ke dalam slide V5.0
Gambar 3.11
Diagram alir simulasi lereng menggunakan Slide V5.0
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
29
1. Oven yang dapat mempertahankan temperatur selama 24 jam.
2. Wadah contoh yang terbuat dari material tidak korosif.
3. Desikator dengan besar yang dapat digunakan untuk merendam conto batuan
utuh di dalamnya.
Oven Desikator
Gambar 4.1
Peralatan pengujian sifat fisik (Lab. Mekanika Batuan UPN “Veteran” Yogja)
30
6. Timbangan dengan ketepatan sebesar 0,001% dari berat conto
Tabel 4.1 adalah hasil dari pengujian sifat fisik yang dilakukan di
Laboratorium Mekanika Batuan UPN “Veteran” Yogyakarta.
Tabel 4.1
Hasil Uji Sifat Fisik Batu Tuff
Jenis Conto
Tuff 1 Tuff 2 Tuff 3
Sifat Fisik
Berat Asli (gr) 46,70 88,00 85,10
Berat Jenuh (gr) 52,60 96,00 96,60
Berat Tergantung (gr) 22,70 44,00 42,20
Berat Kering (gr) 38,60 71,90 69,60
Bobot Isi Asli (gr/cm3) 1,56 1,69 1,56
Bobot Isi Jenuh (gr/cm3) 1,75 1,85 1,78
Bobot Isi Kering (gr/cm3) 1,29 1,38 1,28
Apparent SG 1,29 1,38 1,28
True SG 2,43 2,58 2,54
Kadar Air Asli (%) 20,98 22,39 22,27
Kadar Air Jenuh (%) 36,27 33,52 38,79
Derajat Kejenuhan (%) 57,86 66,80 57,41
Porositas (%) 46,82 46,35 49,63
Void Ratio 0,88 0,86 0,99
31
Conto yang didapat dari hasil pengeboran inti dengan diameter sekitar 4,5
cm. Conto batuan dipotong sesuai ukuran conto untuk pengujian kuat tekan
uniaksial. Dipotong dengan mesin potong untuk mendapatkan ukuran tinggi dua
kali diameternya. Hal tersebut sesuai standar ISRM (1981) yakni 2 < L/D < 2,5
dengan L adalah tinggi dan D adalah diameter conto.
Setelah itu permukaan conto dihaluskan dengan menggunakan amplas
sehingga rata tegak lurus sumbu aksial. Validasi kerataan permukaan conto
dilakukan dengan waterpass manual (lihat Gambar 4.2) dan alat polishing. Setelah
itu conto batuan tersebut diukur diameter sebanyak tiga kali pada penampang atas,
tengah, dan bawah conto. Masing - masing dalam kedudukan saling tegak lurus.
Demikian pula dengan tinggi conto diukur masing-masing sejajar sumbu aksial
dan saling tegak lurus.
Gambar 4.2
Penggunaan waterpass untuk mengukur kerataan sampel (Lab.
Geomekanika dan Peralatan Tambang ITB)
4.1.2.2 Pengujian
Pengujian cepat rambat gelombang ultrasonik dilakukan dengan
menggunakan alat PUNDIT (Portable Unit Non-destructive Digital Testes), lihat
Gambar 4.3. Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan pulsa pada salah
satu ujung conto batuan dengan transduser kristal piezoelektrik dan getaran
diterima oleh transduser kristal kedua pada ujung lainnya dari conto batuan (lihat
Gambar 4.4). Kemudian hasil pembacaan cepat rambat tinggal dibaca di PUNDIT
sampai nilai cepat rambatnya konstan atau stabil.
32
Gambar 4.3
PUNDIT (Portable Unit Non-destructive Digital Testes), (Lab.
Geomekanika dan Peralatan Tambang ITB)
Transduser kristal
Sampel
Transduser kristal
Gambar 4.4
Transduser kristal pada ujung sampel batuan tuff (Lab. Geomekanika dan
Peralatan Tambang ITB)
Hasil pengujian cepat rambat gelombang ultrasonik dapat dilihat pada
Tabel 4.2 dibawah ini
Tabel 4.2
33
Hasil Uji Ultrasonik Batuan tuff
Gambar 4.5
Mesin Kuat Tekan (Compression Machine), (Lab. Geomekanika dan
Peralatan Tambang ITB)
Tujuan utama pengujian ini adalah untuk klasifikasi kekuatan dan
karakterisasi batuan utuh. Hasil uji ini menghasilkan beberapa informasi yaitu
kurva tegangan regangan, kuat tekan uniaksial, Modulus Young, dan Nisbah
34
Poison. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Geomekanika dan Peralatan
Tambang Institut Teknologi Bandung. Hasil uji dapat dilihat pada tabel 4.3.
Pengujian ini merupakan pengujian yang bersifat merusak conto batuan
atau destructive test. Pengujian kuat tekan uniaksial dilakukan setelah pengujian
cepat rambat gelombang ultrasonik dilakukan. Conto batuan yang digunakan
adalah conto batuan yang digunakan untuk pengujian cepat rambat gelombang
ultrasonik. Preparasi conto batuan dilakukan seperti pada bagian 4.1.2.1
Pembacaan gaya tekan ataupun perpindahan aksial lateral dilakukan
sampai sampel mengalami pecah, mengalami rekahan, atau dial manometer gauge
(dalam pengujian ini menggunakan sistem komputerisasi) sudah mengalami
penurunan.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kuat Tekan Uniaksial Batuan tuff
Kuat Modulus Batas
Kode Nisbah
No. Tekan Young Elastik
Sampel ( MPa ) ( MPa ) Poison ( MPa )
1 Tuff UCS 1 4,22 1125 0,27 3,68
3 Tuff UCS 2 4,72 1333,33 0,19 4,04
2 Tuff UCS 3 4,23 833,33 0,17 3,69
35
Kuat Geser
Kohesi Sudut Gesek
No. Kode Sampel Rata-rata
(kPa) Dalam ( º )
(kPa)
1 Tuff 1 312,29 42,6 47
2 Tuff 2 159,37 90,85 33,01
3 Tuff 3 106,611 46,65 25,09
36
10 m
60
Gambar 4.6
Model Lereng
● Metode Bishop
Rumusan yang digunakan :
c.b (W u.b) tan ' cos (1 tan tan / F
1
-F = i
W sin
- Mi = cos α ( 1 + tan tan α / F )
1
c.b (W u.b) tan ' Mi
-F =
W sin
37
R = 16,59
Xi 5 = 10,17 m
Gambar 4.7
Pembagian Bidang Longsor dalam Bentuk Irisan pada Contoh Properti
Material Tuff 1
R = 16,59 m
b=0.94 m
α
Xi5 = 10,17 m l
Gambar 4.8
Model Irisan 5
38
Tabel 4.5
Data-data Tiap Irisan pada Contoh Properti Material Tuff 1
- α5 = sin-1, -
= 39,132°
- Tidak ada permukaan air tanah, maka u = 0
- C.b = 42,6 x 0,94
= 40,044
Hasil perhitungan dan penggunaan rumus untuk menghitung FK Bishop
telah ditabulasikan pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
Tabel 4.6
Tabulasi Perhitungan Mi
F 0,8
slide θ α cos α tan α tan θ Mi
1 47 24,387 0,911 0,453 1,072 1,464
2 47 28,006 0,883 0,532 1,072 1,512
3 47 31,750 0,850 0,619 1,072 1,556
4 47 35,653 0,813 0,717 1,072 1,594
5 47 37,808 0,790 0,776 1,072 1,612
6 47 44,171 0,717 0,971 1,072 1,651
7 47 48,892 0,657 1,146 1,072 1,667
8 47 54,108 0,586 1,382 1,072 1,672
9 47 60,087 0,499 1,738 1,072 1,661
10 47 67,435 0,384 2,407 1,072 1,622
39
Tabel 4.7
Tabulasi Perhitungan Faktor Keamanan Dengan Metode Bishop pada Contoh
Properti Material Tuff 1
RM DM
u.l (Kn) c.b(kN) Mi {c.b+(w-ub) tan Ф}/ 1/Mi ΣW sin α
0 40,044 1,464 36,263 5,03
0 40,044 1,512 47,241 13,75
0 40,044 1,556 58,736 25,19
0 40,044 1,594 68,066 37,20
0 40,044 1,612 76,941 48,00
0 40,044 1,651 83,967 64,08
0 40,044 1,667 84,210 70,52
0 40,044 1,672 70,680 59,04
0 40,044 1,661 56,728 43,77
0 40,044 1,622 39,054 20,05
621,885 386,63
8854,65048 5529,336
F Baru 1,601
- Mi5 = cos α ( )
= 0,776 . ( )
= 1,612
40
- RM5 ( Resisiting Moment )
= * ( ) +
= * ( ) +
= 76,941 kN
- DM5 ( Driving Moment )
= w sin α
= 78,3 x 0,613
= 47,99 kN
- Panjang Busur =
= 14,16
- FK = =
= 1,601
Tabulasi diatas hanya menerangkan untuk penentuan FK pertama, untuk
mendapatkan hasil FK yang tepat dengan metode bishop, gunakan metode iterasi
dengan menggantikan asumsi F=0,8 dengan F=FK hingga didapat FK-F ≤ 0,001.
Lihat tabel 4.8 sebagai hasil contoh iterasi.
Tabel 4.8
Tabulasi Angka Faktor Keamanan dari Hasil Iterasi untuk Penyelesaian Angka
Keamanan Menurut Metode Bishop
Iterasi FK
0 0,8
1 1,601
2 2,235
3 2,525
4 2,626
5 2,657
6 2,667
7 2,67
8 2,671
9 2,671
41
● Metode Janbu
Rumusan yang digunakan :
a. Janbu Simplified
( ( – ) )
F=
b. Janbu Corrected
-F = fo X Fj.simplified
- fo = , ( )]
42
Cara Perhitungan ( contoh irisan 5 )
- Xi5 = Jarak mendatar R ke pusat irisan 5
- α5 = sin-1, -
= 39,13°
- Tidak ada permukaan air tanah, maka u = 0
- W5 =bxhxϒ
= 0,94 x 4,76 x 17,5
= 78,3 kN
- F awal diasumsikan bernilai 0,8
- Mi5 =1+ ( )
=1+( )
= 2,09
( ( – ) )
- F = =
= 1,550
Setelah FK janbu pertama diperoleh, metode iterasi diperlukan untuk
menyamakan F pada ruas kiri dan kanan. Hasil iterasi dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 4.10
Tabulasi Angka Faktor Keamanan dari Hasil Iterasi untuk Penyelesaian Angka
Keamanan dengan Metode Janbu Simplified
Iterasi FK
0 0,8
1 1,55
2 2,171
3 2,484
4 2,604
5 2,644
6 2,658
7 2,662
8 2,663
9 2,664
10 2,664
43
● Metode Janbu Corrected
Rumusan yang digunakan :
-F = fo X Fj.simplified
- fo = , ( )]
L( )= 13,73
m
d( ) = 1,61 m
Gambar 4.9
Model Lereng Janbu Corrected
Fo = , . / -
= 1 + 0,5 [( ( )]
● Metode Spencer
Rumusan yang digunakan :
- = konstan = tan ϴ = λ
44
- FKspencer dihitung dengan menggabungkan 2 kesetimbangan, yaitu
kesetimbangan momen dan kesetimbangan gaya. Rumusan kesetimbangan
gaya mengikuti metode Janbu, dan kesetimbangan moment mengikuti metode
Bishop.
- Σ(Er-El) = Σ(P-ul) sin α – 1/Fm Σ (C.l + (P-u.l) tan Ф) cos α
c. sin
W ( Xr Xl) l ([ ] u. cos )
- (P-ul) = F
tan
cos . sin ]
F
1
c.b (W {Xr Xl} u.b) tan ' Mi
- Fmoment =
W sin
- Mi = 1 +( tan tan α / F )
( ( ( )– ) )
- Fgaya=
( )
- F awal untuk iterasi pertama bernilai 0,8, Tabulasi perhitungan FK moment
dapat dilihat pada tabel 4.11 dan F gaya pada tabel 4.12
- Untuk mendapatkan nilai Xr-Xl , λ terlebih dahulu diasumsikan.
Tabel 4.11
Tabulasi Perhitungan FKmoment ( λ = 0 )
irisan b (m) R xi h (m) α (º) sin α tan θ W (kN)
1 0,94 16,59 6,85 0,74 24,387 0,413 1,072 12,17
2 0,94 16,59 7,79 1,78 28,006 0,470 1,072 29,28
3 0,94 16,59 8,73 2,91 31,750 0,526 1,072 47,87
4 0,94 16,59 9,67 3,88 35,653 0,583 1,072 63,83
5 0,94 16,59 10,47 4,76 39,132 0,631 1,072 78,30
6 0,94 16,59 11,56 5,59 44,171 0,697 1,072 91,96
7 0,94 16,59 12,5 5,69 48,892 0,753 1,072 93,60
8 0,94 16,59 13,44 4,43 54,108 0,810 1,072 72,87
9 0,94 16,59 14,38 3,07 60,087 0,867 1,072 50,50
10 0,94 16,59 15,32 1,32 67,435 0,923 1,072 21,71
RM DM
u.l (Kn) c.b(kN) Mi {c.b+(w-ub) tan Ф}/ 1/Mi ΣW sin α
0 40,044 1,464 36,263 5,03
0 40,044 1,512 47,241 13,75
0 40,044 1,556 58,736 25,19
45
0 40,044 1,594 68,066 37,20
0 40,044 1,612 76,941 48,00
0 40,044 1,651 83,967 64,08
0 40,044 1,667 84,210 70,52
0 40,044 1,672 70,680 59,04
0 40,044 1,661 56,728 43,77
0 40,044 1,622 39,054 20,05
621,885 386,63
8854,65048 5529,336
F Baru 1,601
Tabel 4.12
Tabulasi Perhitungan FKgaya (λ=0 atau tan ϴ = 0)
Irisan b (m) h (m) xi α l w cos α
1 0,94 0,74 6,85 24,39 1,03 12,17 0,91
2 0,94 1,78 7,79 28,01 1,06 29,28 0,88
3 0,94 2,91 8,73 31,75 1,11 47,87 0,85
4 0,94 3,88 9,67 35,65 1,16 63,83 0,81
5 0,94 4,76 10,47 39,13 1,21 78,30 0,78
6 0,94 5,59 11,56 44,17 1,31 91,96 0,72
7 0,94 5,69 12,5 48,89 1,43 93,60 0,66
8 0,94 4,43 13,44 54,11 1,60 72,87 0,59
9 0,94 3,07 14,38 60,09 1,88 50,50 0,50
10 0,94 1,32 15,32 67,44 2,45 21,71 0,38
46
- Untuk menentukan FK selanjutnya, Er-El dihitung terlebih dahulu dengan
rumusan :
(Er-El)5 = (P-ul) sin α – 1/Fm (C.l + (P-u.l) tan ϴ) cos α,
- Lihat tabel 4.13 untuk tabulasi perhitungan Er-El
Tabel 4.13
Tabulasi Perhitungan Er-El ( λ = 0 )
Slide tan Φ c.l u.l P -ul (Cl+ P*tanФ)cosα Xr-Xl Er-El w+Xr-Xl DF RF
1 1,07 40,04 0 -6,54 30,08 0 -22,11 12,17 5,52 39,82
2 1,07 21,29 0 1,55 20,27 0 -12,35 29,28 15,57 53,51
3 1,07 22,11 0 9,23 27,22 0 -12,71 47,87 29,62 69,07
4 1,07 23,14 0 14,23 31,20 0 -11,84 63,83 45,79 83,77
5 1,07 24,24 0 17,97 33,75 0 -10,44 78,30 63,71 98,58
6 1,07 26,21 0 18,82 33,28 0 -8,36 91,96 89,33 117,07
7 1,07 28,59 0 14,29 28,87 0 -7,87 93,60 107,26 128,08
8 1,07 32,07 0 1,30 19,62 0 -11,61 72,87 100,70 120,56
9 1,07 37,70 0 -10,96 12,94 0 -17,85 50,50 87,78 113,76
10 1,07 48,99 0 -23,37 9,18 0 -27,50 21,71 52,26 101,78
Total 0 -142,63 597,54 925,99
Ff 1,550
Cara Perhitungan :
c. sin
W ( Xr Xl) l ([ ] u. cos )
( P ul) F
.Mi
Mi5 =1+ ( )
=1+( )
= 2,09
42,6.0,63
78,3 0 1,21([ ] 0.0,78)
0,8
( P ul)5
2,09
= 17,97
(Er-El)5 = (P-ul) sin α – 1/Fm (C.l + (P-u.l) tan ϴ) cos α
= 17,97 . 0,631 – 1/1,601 (33,75)
= -10,44
1. Nilai dari Er-El didapatkan dengan menggunakan hasil FK pertama, FK
yang digunakan adalah FKmomen
Asumsikan nilai tan ϴ atau λ
47
λ = Skala dari sudut yang terbentuk oleh gaya normal dan gaya gesek
pada sisi irisan
Setelah nilai Er-El didapatkan dan λ atau tan ϴ telah diasumsikan,
maka nilai Xr-Xl dapat dihitung dengan rumusan dasar spencer yaitu :
= konstan = tan ϴ = λ
48