Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GAGAL GINJAL

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliative care
Yang dibina oleh Ibu Dewi Prasetyani, Ns., M.Kep

Disusun oleh:
1. Dewi Nur Oktaviani (108116039)
2. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
3. Vivi Nurafni Septiana (108116051)
4. Anis Isfatun Khoiriyyah (108116055)
5. Novan Gumregah (108116064)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang GAGAL
GINJAL sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-
ketentuan yang ada.
Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal Dan
Paliative Care yang memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan
makalah ini, dan tidak lupa kepada teman-teman semua yang telah ikut
berpartisipasi membantu penyusun dalam upaya penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Cilacap, 16 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.2 Latar Belakang ....................................................................................... 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronis ................................................................. 5
2.2 Kegawatan Yang Muncul .................................................................... 10
2.3 Penatalaksanaan Penyakit ................................................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1 Simpulan ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif
dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal
ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang
menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga
kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001).
Di Amerika Serikat insiden penyakit GGK diperkirakan 100 kasus per 4 juta
penduduk pertahun dan akan meningkat sekitar 8% setiap tahunnya. Di Indonesia
jumlah penderita gagal ginjal kronik terus meningkat dan diperkirakan
pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Saat ini belum ada penelitian
epidemiologi tentang prevalensi penyakit ginjal kronik di Indonesia. Dari data di
beberapa pusat nefrologi di Indonesia diperkirakan prevalensi penyakit ginjal
kronik masing-masing berkisar 100-150/ 1 juta penduduk (Suwitra, 2006).
Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan
palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan
penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita
penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti mata kuliah palliative care dan mendapatkan penjelasan
tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami
perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep palliative care.
b. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik.
c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan
palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronis


a. Definisi Gagal Ginjal Kronis
Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal yang hampir
selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam. Uremia adalah istilah
yang sudah lama dipakai yang menggambarkan suatu gambaran klinik sebagai
akibat gagal ginjal. Sebenarnya pada dewasa ini sudah dipahami bahwa retensi
urea di dalam darah bukanlah penyebab utama gejala gagal ginjal bahkan
binatang percobaan yang diberi banyak urea secara intravena, tidak
menunjukkan gejala-gejala uremia.
Meskipun ukurannya kecil, organ ginjal bersifat sangat vital. Ginjal
berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan
komposisi cairan di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk membersihkan
darah dan berbagai zat hasil metabolisme serta racun di dalam tubuh. Sampah
dari dalam tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin). Air seni
diproduksi terus menerus di ginjal, lalu dialirkan melalui saluran kemih ke
kandung kemih. Bila cukup banyak urin di dalam kandung kemih, maka akan
timbul rangsangan untuk buang air kecil. Jumlah urin yang dikeluarkan setiap
hari sekitar 1-2 liter. Selain itu, ginjal juga berperan untuk mempertahankan
volume dan tekanan darah, mengatur kalsium pada tulang, mengatur produksi
sel darah merah, dan menghasilkan hormon seperti erythropoetin, renin, dan
vitamin D.
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal
ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al,
2001).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
(Smeltzer & Bare, 2001).
b. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis).
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis
sitemik).
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal).
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).
7. Nefropati toksik.
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).
9. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah.
10. Peningkatan ureum atau kreatinin. (Price & Wilson, 1994)

c. Manifestasi Klinis (Smeltzer & Bare, 2001)


a) Kardiovaskuler
1. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis.
2. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum).
3. Edema periorbital.
4. Friction rub pericardial.
5. Pembesaran vena leher.
b) Dermatologi
1. Warna kulit abu-abu mengkilat.
2. Kulit kering bersisik.
3. Pruritus.
4. Ekimosis.
5. Kuku tipis dan rapuh.
6. Rambut tipis dan kasar.
c) Pulmoner
1. Krekels
2. Sputum kental dan liat
3. Nafas dangkal
4. Pernafasan kussmaul
d) Gastrointestinal
1. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
2. Nafas berbau ammonia
3. Ulserasi dan perdarahan mulut
4. Konstipasi dan diare
5. Perdarahan saluran cerna
e) Neurologi
1. Tidak mampu konsentrasi
2. Kelemahan dan keletihan
3. Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
4. Disorientasi
5. Kejang
6. Rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan perilaku
f) Muskuloskeletal
1. Kram otot
2. Kekuatan otot hilang
3. Kelemahan pada tungkai
4. Fraktur tulang
5. Foot drop

d. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR.
Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration
Rate) yang tersisa dan mencakup :
1) Penurunan cadangan ginjal:
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi.
2) Insufisiensi ginjal:
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic
dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi.
Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat
insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR,
sehingga perlu pengobatan medis.
3) Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4) Penyakit gagal ginjal stadium akhir:
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut
dan atrofi tubulus. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti
ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau
penggantian ginjal. (Corwin, 1994).
Perjalanan Penyakit
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium:
1) Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % - 75 %). Tahap inilah
yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita
ini belum merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal
ginjal masih dalam masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin
serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan
penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat
diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes
pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang
teliti.
2) Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi
ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal
mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan
pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal.
Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat
mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda
beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % - 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi
ginjaL menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal
mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan
pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal.
Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat
mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih
dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda
beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang
lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal
dengan faal ginjal diantara 5 % - 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun
dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, ,
aktifitas penderita mulai terganggu.
3) Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %) Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan
tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain
mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala,
air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90
% dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan
normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal
tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan elektrolit
dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih)
kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang
tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang
dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali ia
mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

2.2 Kegawatan Yang Muncul


Tanda-tanda dan gejala berikut mewakili kemungkinan komplikasi penyakit
ginjal kronis yang berat dan harus segera pergi ke gawat darurat rumah sakit
terdekat.
1. Perubahan tingkat kesadaran disertai rasa kantuk ekstrem atau sulit untuk
dibangunkan.
2. Kelelahan parah.
3. Sakit dada.
4. Sulit bernapas.
5. Mual dan muntah.
6. Pendarahan hebat (dari sumber manapun).
7. Kelemahan otot.
Komplikasi penyakit ginjal kronik dapat memerlukan perawatan medis seperti:
1. Retensi cairan sering terjadi pada penyakit ginjal dengan efek
pembengkakan pada tubuh. Pada fase akhir, cairan dapat terkumpul di paru-
paru dan menyebabkan sesak napas.
2. Anemia sering terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal kronik. Dua
penyebab paling umum dari anemia dengan penyakit ginjal adalah
kekurangan zat besi dan kurangnya eritropoetin. Jika seseorang anemia,
dokter akan menjalankan pemeriksaan untuk menentukan apakah anemia
merupakan anemia sekunder karena penyakit ginjal atau karena penyebab
lainnya.
3. Penyakit tulang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal. Ginjal
bertanggung jawab untuk membuang fosfor dari tubuh dan mengolah
vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Kadar fosfor yang tinggi dan
kekurangan vitamin D menyebabkan kalsium darah menurun, menyebabkan
aktivasi hormon paratiroid (PTH). Kondisi ini dan beberapa perubahan yang
kompleks pada tubuh menyebabkan perkembangan penyakit tulang
metabolik. Pengobatan penyakit tulang metabolik bertujuan untuk
mengelola kadar serum kalsium, fosfor, dan hormon paratiroid.
4. Asidosis metabolik dapat terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal.
Asidosis dapat menyebabkan kerusakan protein, peradangan, dan penyakit
tulang. Jika asidosis signifikan, dokter dapat menggunakan obat-obatan
seperti natrium bikarbonat (baking soda) untuk memperbaiki masalah

2.3 Penatalaksanaan Penyakit


Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
a) Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
b) Obat-obatan: diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila
terjadi anemia.
c) Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis
memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan
perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.
d) Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
e) Penanganan hiperkalemia; Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan
masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang
paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit
serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi
puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti
resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui
retensi enema.
f) Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan keseimbanagan
cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral,
konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status
klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase
lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai
dasar untuk terapi penggantia cairan.
Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin).
2. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT.
b) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c) Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate.
d) Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan
Ginjal kronik adalah suatu kerusakan kekurangan fungsi ginjal yang hampir
selalu tidak reversibel dan sebabnya bermacam-macam. Uremia adalah istilah yang
sudah lama dipakai yang menggambarkan suatu gambaran klinik sebagai akibat
gagal ginjal. Sebenarnya pada dewasa ini sudah dipahami bahwa retensi urea di
dalam darah bukanlah penyebab utama gejala gagal ginjal bahkan binatang
percobaan yang diberi banyak urea secara intravena, tidak menunjukkan gejala-
gejala uremia.
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : Infeksi saluran kemih
(pielonefritis kronis), penyakit peradangan (glomerulonefritis), penyakit vaskuler
hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis), gangguan jaringan penyambung
(SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik), penyakit kongenital dan herediter
(penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal), penyakit metabolik (DM, gout,
hiperparatiroidisme), nefropati toksik, nefropati obstruktif (batu saluran kemih),
BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah,peningkatan ureum atau
kreatinin. (Price & Wilson, 1994). Manifestasi Klinis : Kardiovaskuler,
dermatologi, pulmoner, gastrointestinal, neurologi, muskuloskeletal
DAFTAR PUSTAKA

Di unggah oleh elly , pada tanggal 16 April 2019 pukul 13.00 ,Tersedia :
https://id.scribd.com/doc/290956458/keperawatan-paliatif-Gagal-Ginjal-Kronik

Di unggah pada tanggal 16 April 2019 pukul 17.00


https://doktersehat.com/kegawatan-dan-komplikasi-penyakit-ginjal-kronis/

Anda mungkin juga menyukai