Anda di halaman 1dari 16

16/03/2017

Bahan Bakar dan Pembakaran


Deskripsi singkat:
- Pokok bahasan ini memberikan gambaran singkat
tentang jenis, karakteristik dan keistimewaan utama dari
berbagai macam bahan bakar.
- Menjelaskan sifat-sifat bahan bakar agar dapat
membantu memilih bahan bakar yang tepat sesuai
dengan keperluan dan untuk penggunaan bahan bakar
yang efisien.
- Perhitungan nilai kalori bahan bakar
- Metode analisa bahan bakar (ultimate dan proximate
analyses)

Fuel  any material that can be burned to release


thermal energy
“segala jenis bahan yang dapat dibakar untuk
menghasilkan energi panas”
Bahan bakar pada umumnya mengandung dua unsur
utama: hydrogen dan carbon
 Hydrocarbon [ CnHm]
Jenis bahan bakar berdasarkan fase-nya:
1. Bahan Bakar Cair
 vegetable oil, minyak bumi (crude oil),  bensin, solar,
kerosene,
2. Bahan Bakar Gas
 LPG, H2, senyawa hidrokarbon
3. Bahan Bakar Padat
 Batubara, gambut (peat), kayu, serat, cangkang dll

Handout MKE-1, Adi Setiawan 1


16/03/2017

Klasifikasi bahan bakar berdasarkan proses


pembentukannya:

1. Bahan bakar primer (primary fuels)


Bahan bakar yang terbentuk secara alami sebagai bahan
bakar utama. Contohnya: kayu (wood), gambut (peat),
batubara (coal), minyak bumi (petroleum), dan gas alam
(natural gas) dll

2. Bahan bakar sekunder (secondary fuels)


 Bahan bakar yang dihasilkan dari turunan bahan bakar
primer (hasil pengolahan lanjutan bahan bakar utama).
Contohnya: arang (coke), charcoal, minyak tanah
(kerosene), coal gas, producer gas dll

Ciri-ciri Bahan Bakar yang baik:

 Nilai kalori yang tinggi (high caloric values)


 Kesesuaian (suitability)
 Temperatur pembakaran yang moderat (moderate ignition
temperature)
 Kandungan air yang rendah
 Kandungan abu yang rendah
 Kecepatan pembakaran yang moderat (moderate velocity
of combustion)
 Tidak menghasilkan produk pembakaran yang berbahaya
 Biaya yang murah
 Mudah dalam hal penyimpanan dan pengangkutan
 Mudah untuk dikendalikan

Handout MKE-1, Adi Setiawan 2


16/03/2017

1. BAHAN BAKAR CAIR

 Minyak bumi (petroleum) berasal dari kehidupan laut yang membusuk


sebagian.
 Senyawa karbohidrat dengan rumus kimia Cn(H2O)n, dihasilkan oleh
tanaman-tanaman hidup melalui proses fotosintesis dimana terjadi
perubahan secara langsung dari energi surya menjadi energi kimia.
Setelah tanaman mati, karbohidrat dirubah menjadi senyawa
hidrokarbon dengan rumus kimia CnHm oleh tekanan dan panas dan
proses yang sangat lama (ribuan/ jutaan tahun).
 Ada sejumlah senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai standar
bahan bakar bagi motor bakar. Bahan bakar bensin digolongkan
berdasarkan bilangan oktananya, sedangkan bahan bakar solar (diesel)
digolongkan berdasarkan bilangan cetananya. Besar bahan bakar
bensin (gasolin) yang paling banyak dipakai berkisar antara 85 hingga
95. Umumnya bahan bakar diesel mempunyai bilangan cetana antara
30 sampai 60.

Sifat-sifat bahan bakar cair:

a. Densitas
 Densitas didefinisikan sebagai perbandingan
massa bahan bakar terhadap volum bahan bakar
pada suhu acuan 15°C.
 Densitas diukur dengan suatu alat yang disebut
hydrometer.
 Pengetahuan mengenai densitas ini berguna
untuk penghitungan kuantitatif dan pengkajian
kualitas penyalaan.
 Satuan densitas adalah kg/m3.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 3


16/03/2017

b. Specific gravity
 Didefinisikan sebagai perbandingan berat dari sejumlah
volum minyak bakar terhadap berat air untuk volume
yang sama pada suhu tertentu.
 Densitas bahan bakar, relatif terhadap air, disebut
specific gravity (specific gravity air = 1, dimensionless)
 Specific gravity digunakan dalam penghitungan yang
melibatkan berat dan volume.

Tabel 1. Specific gravity berbagai bahan bakar minyak (diambil dari


Thermax India Ltd.)

c. Viskositas
 Viskositas suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap
aliran
 Viskositas mempengaruhi derajat pemanasan awal yang diperlukan
untuk handling, penyimpanan dan atomisasi yang memuaskan
 Viskositas tergantung pada suhu dan berkurang dengan naiknya suhu
 Satuan viskositas: Stokes/ Centistokes, Engler, Saybolt atau Redwood.
 Tiap jenis minyak bakar memiliki hubungan suhu – viskositas tersendiri.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan suatu alat yang disebut
Viscometer.
 Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan dan
penggunaan bahan bakar minyak.
 Jika minyak terlalu kental, maka akan menyulitkan dalam pemompaan,
sulit untuk menyalakan burner, dan sulit dialirkan.
 Atomisasi yang jelek akam mengakibatkan terjadinya pembentukan
endapan karbon pada ujung burner atau pada dinding-dinding. Oleh
karena itu pemanasan awal penting untuk atomisasi yang tepat.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 4


16/03/2017

d. Titik Nyala
 temperatur terendah dimana cairan pada waktu uap yang keluar dari
permukaan cairan langsung akan menyala. Titik nyala untuk minyak
tungku/ furnace oil adalah 66 °C.

e. Titik Tuang
 temperatur terendah dimana bahan bakar akan tertuang atau
mengalir bila bahan bakar berada pada bawah kondisi ini. Ini
merupakan indikasi yang sangat kasar untuk suhu terendah dimana
bahan bakar minyak siap untuk dipompakan

f. Panas Jenis
 jumlah kcal yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kg minyak
sebesar 1 °C (satuan: kcal/kg °C). Panas jenis menentukan berapa
banyak steam atau energi listrik yang digunakan untuk memanaskan
minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak ringan memiliki panas jenis
yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat memiliki panas jenis
yang lebih tinggi.

g. Nilai Kalor
 Nilai kalor adalah total jumlah panas yang dilepas melalui pembakaran
sempurna per unit berat atau volume suatu bahan bakar
 Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan
diukur sebagai nilai kalor kotor (gross calorific value) atau nilai kalor
netto (nett calorific value)
 Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap air yang
dihasilkan selama proses pembakaran.
 Gross calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang
dihasilkan selama proses pembakaran sepenuhnya
terembunkan/terkondensasikan. Sedangkan nett calorific value (NCV)
mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan tidak
seluruhnya terembunkan.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 5


16/03/2017

Gross and net calorific Value

Gross Calorific Value


 It is the total amount of heat generated when a unit
quantity of fuel is completely burnt in oxygen and the
products of combustion are cooled down to the room
temperature.
 As the products of combustion are cooled down to room
temperature, the steam gets condensed into water and
latent heat is evolved. Thus in the determination of gross
calorific value, the latent heat also gets included in the
measured heat. Therefore, gross calorific value is also
called the higher calorific value.The calorific value which is
determined by Bomb calorimeter gives the higher calorific
value (HCV)

Net Calorific Value:


 It is defined as the net heat produced when a unit quantity of
fuel is completely burnt and the products of combustion are
allowed to escape.
 The water vapour do not condense and escape with hot
combustion gases. Hence, lesser amount than gross calorific
value is available. It is also known as lower calorific value
(LCV).

LCV = HCV - Latent heat of water vapours formed


Since 1 part by weight of hydrogen gives nine parts by weight
of water i.e.
H2 + ½O2 → H2O

Therefore, LCV = HCV - weight of hydrogen x 9 x latent heat


of steam
LCV = HCV-weight of hydrogen x 9 x 587

Handout MKE-1, Adi Setiawan 6


16/03/2017

h. Kadar Sulfur
 Jumlah kadar sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada
sumber minyak mentah dan pada proses penyulingannya. Kandungan
normal sulfur untuk residu bahan bakar minyak (minyak furnace) berada
pada 2 - 4 %.
 Kerugian utama dari adanya sulfur adalah resiko korosi oleh asam sulfat
yang terbentuk selama dan sesudah pembakaran, dan pengembunan di
cerobong asap, pemanas awal udara dan economizer

i. Kadar Abu
 Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam
bahan bakar minyak. Kadar abu pada distilat bahan bakar diabaikan.
 Residu bahan bakar memiliki kadar abu yang tinggi. Garam-garam
tersebut mungkin dalam bentuk senyawa sodium, vanadium, kalsium,
magnesium, silikon, besi, alumunium, nikel, dll.
 Umumnya, kadar abu berada pada kisaran 0,03 – 0,07 %. Abu yang
berlebihan dalam bahan bakar cair dapat menyebabkan pengendapan
kotoran pada peralatan pembakaran.
 Abu memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan
pada refraktori pada suhu tinggi dapat meningkatkan korosi suhu tinggi
dan penyumbatan peralatan.

j. Residu Karbon
 Residu karbon memberikan kecenderungan pengendapan residu padat
karbon pada permukaan panas, seperti burner atau nozzle injeksi, bila
kandungan yang mudah menguapnya menguap. Residu minyak
mengandung residu karbon 1 persen atau lebih.

k. Kadar Air
 Kadar air minyak tungku/furnace pada saat pemasokan umumnya sangat
rendah sebab produk disuling dalam kondisi panas. Batas maksimum
1% ditentukan sebagai standar.
 Air dapat berada dalam bentuk bebas atau emulsi dan dapat
menyebabkan kerusakan dibagian dalam permukaan tungku selama
pembakaran terutama jika mengandung garam terlarut.
 Air juga dapat menyebabkan percikan nyala api di ujung burner, yang
dapat mematikan nyala api, menurunkan suhu nyala api atau
memperlama penyalaan.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 7


16/03/2017

2. BAHAN BAKAR GAS

 Bahan bakar gas merupakan bahan bakar yang sangat memuaskan


sebab hanya memerlukan sedikit handling dan sistim burner nya sangat
sederhana dan hampir bebas perawatan.
 Gas dikirimkan melalui jaringan pipa distribusi sehingga cocok untuk
wilayah yang berpopulasi tinggi atau padat industri. Walau begitu,
banyak pemakai perorangan yang besar memiliki penyimpan gas,
bahkan beberapa diantara mereka memproduksi gasnya sendiri
 Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas petroleum
cair (LPG), gas alam, gas hasil produksi, gas blast furnace, gas dari
pembuatan kokas, dll.
 Nilai panas bahan bakar gas dinyatakan dalam Kilokalori per normal
meter kubik (kKal/Nm3) ditentukan pada suhu normal (20 °C) dan
tekanan normal (760 mm Hg).

Handout MKE-1, Adi Setiawan 8


16/03/2017

Jenis-jenis bahan bakar gas

 Bahan bakar yang secara alami didapatkan dari alam:


Gas alam
Metan dari penambangan batubara

 Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat


- Gas yang terbentuk dari batubara
- Gas yang terbentuk dari limbah dan biomasa
- Dari proses industri lainnya (gas blast furnace)

 Gas yang terbuat dari minyak bumi


- Gas Petroleum cair (LPG)
- Gas hasil penyulingan
- Gas dari gasifikasi minyak

 Gas-gas dari proses fermentasi

Sifat-sifat bahan bakar gas


• Karena hampir semua peralatan pembakaran gas tidak
dapat menggunakan kadungan panas dari uap air, maka
perhatian terhadap nilai kalor kotor (GCV) menjadi
kurang. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan
nilai kalor netto (NCV). Hal ini benar terutama untuk gas
alam, dimana kadungan hidrogen akan meningkat tinggi
karena adanya reaksi pembentukan air selama
pembakaran.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 9


16/03/2017

LPG
LPG terdiri dari campuran utama propan dan Butan dengan sedikit
persentase hidrokarbon tidak jenuh (propilen dan butilene) dan beberapa
fraksi C2 yang lebih ringan dan C5 yang lebih berat. Senyawa yang
terdapat dalam LPG adalah propan (C3H8), Propilen (C3H6), normal dan
iso-butan (C4H10) dan Butilen (C4H8). LPG merupakan campuran dari
hidrokarbon tersebut yang berbentuk gas pada tekanan atmosfir, namun
dapat diembunkan menjadi bentuk cair pada suhu normal, dengan tekanan
yang cukup besar. Walaupun digunakan sebagai gas, namun untuk
kenyamanan dan kemudahannya, disimpan dan ditransport dalam bentuk
cair dengan tekanan tertentu. LPG cair, jika menguap membentuk
gas dengan volum sekitar 250 kali.

Gas alam
 Metan merupakan kandungan utama gas alam yang mencapai jumlah
sekitar 95% dari volum total. Komponen lainnya adalah: Etan, Propan,
Pentan, Nitrogen, Karbon Dioksida, dan gasgas lainnya dalam jumlah
kecil. Sulfur dalam jumlah yang sangat sedikit juga ada. Karena metan
merupakan komponen terbesar dari gas alam, biasanya sifat metan
digunakan untuk membandingkan sifat-sifat gas alam terhadap bahan
bakar lainnya.
 Gas alam merupakan bahan bakar dengan nilai kalor tinggi yang tidak
memerlukan fasilitas penyimpanan. Gas ini bercampur dengan udara
dan tidak menghasilkan asap atau jelaga. Gas ini tidak juga
mengandung sulfur, lebih ringan dari udara dan menyebar ke udara
dengan mudahnya jika terjadi kebocoran. Perbandingan kadar karbon
dalam minyak bakar, batubara dan gas diberikan dalam tabel dibawah.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 10


16/03/2017

PROSES PEMBAKARAN
 Combustion is the conversion of
a substance called a fuel into
chemical compounds known as
products of combustion by
combination with an oxidizer.
 The combustion process is an
exothermic chemical reaction,
i.e., a reaction that releases
energy as it occurs.
 Combustion may be represented
symbolically by:
Fuel + Oxidizer  Products of combustion + Energy

Prinsip-prinsip Pembakaran
Proses pembakaran
Pembakaran merupakan oksidasi cepat bahan bakar disertai dengan
produksi panas, atau panas dan cahaya.
Pembakaran sempurna bahan bakar terjadi hanya jika ada pasokan
oksigen yang cukup.
Oksigen (O2) merupakan salah satu elemen bumi paling umum yang
jumlahnya mencapai 20.9% dari udara. Bahan bakar padat atau cair
harus diubah ke bentuk gas sebelum dibakar. Biasanya diperlukan
panas untuk mengubah cairan atau padatan menjadi gas. Bahan
bakar gas akan terbakar pada keadaan normal jika terdapat udara
yang cukup.
Hampir 79% udara (tanpa adanya oksigen) merupakan nitrogen, dan
sisanya merupakan elemen lainnya. Nitrogen dianggap sebagai
pengencer yang menurunkan suhu yang harus ada untuk mencapai
oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 11


16/03/2017

Nitrogen mengurangi efisiensi pembakaran dengan cara menyerap


panas dari pembakaran bahan bakar dan mengencerkan gas buang.
Nitrogen juga mengurangi transfer panas pada permukaan alat
penukar panas, juga meningkatkan volume hasil samping
pembakaran, yang juga harus dialirkan melalui alat penukar panas
sampai ke cerobong.
Nitrogen ini juga dapat bergabung dengan oksigen (terutama pada suhu
nyala yang tinggi) untuk menghasilkan oksida nitrogen (NOx), yang
merupakan pencemar beracun. Karbon, hidrogen dan sulfur dalam
bahan bakar bercampur dengan oksigen di udara membentuk karbon
dioksida, uap air dan sulfur dioksida, melepaskan panas masing-
masing 8.084 kkal, 28.922 kkal dan 2.224 kkal. Pada kondisi tertentu,
karbon juga dapat bergabung dengan oksigen membentuk karbon
monoksida, dengan melepaskan sejumlah kecil panas (2.430 kkal/kg
karbon). Karbon terbakar yang membentuk CO2 akan menghasilkan
lebih banyak panas per satuan bahan bakar daripada bila
menghasilkan CO atau asap.
Setiap kilogram CO yang terbentuk berarti kehilangan panas 5654 kKal
(8084 – 2430).

C + O2 → CO 2 + 8.084 kkal/kg Karbon


2C + O2 → 2 CO + 2.430 kkal/kg Karbon
2H2 + O2 → 2H2O + 28.922 kkal/kg Hidrogen
S + O2 → SO2 + 2.224 kkal/kg Sulfur

Pembakaran Tiga T
Tujuan dari pembakaran yang baik adalah melepaskan seluruh panas
yang terdapat dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan
pengontrolan “tiga T” pembakaran yaitu
(1) Temperature/ suhu yang cukup tinggi untuk menyalakan dan
menjaga penyalaan bahan bakar,
(2) Turbulence/ Turbulensi atau pencampuran oksigen dan bahan
bakar yang baik,
(3) Time/ Waktu yang cukup untuk pembakaran yang sempurna.

Bahan bakar yang umum digunakan seperti gas alam dan propan
biasanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Uap air merupakan
produk samping pembakaran hidrogen, yang dapat mengambil
panas dari gas buang, yang mungkin dapat digunakan untuk
transfer panas lebih lanjut.

Gas alam mengandung lebih banyak hidrogen dan lebih sedikit karbon
per kg daripada bahan bakar minyak, sehingga akan memproduksi
lebih banyak uap air. Sebagai akibatnya, akan lebih banyak panas
yang terbawa pada pembuangan saat membakar gas alam.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 12


16/03/2017

Terlalu banyak, atau terlalu sedikit nya bahan bakar pada jumlah udara
pembakaran tertentu, dapat mengakibatkan tidak terbakarnya bahan bakar dan
terbentuknya karbon monoksida. Jumlah O2 tertentu diperlukan untuk
pembakaran yang sempurna dengan tambahan sejumlah udara (udara berlebih)
diperlukan untuk menjamin pembakaran yang sempurna. Walau demikian, terlalu
banyak udara berlebih akan mengakibatkan kehilangan panas dan efisiensi.
Tidak seluruh bahan bakar diubah menjadi panas dan diserap oleh peralatan
pembangkit. Biasanya seluruh hidrogen dalam bahan bakar terbakar. Saat ini,
hampir seluruh bahan bakar untuk boiler, karena dibatasi oleh standar polusi,
sudah mengandung sedikit atau tanpa sulfur. Sehingga tantangan utama dalam
efisiensi pembakaran adalah mengarah ke karbon yang tidak terbakar (dalam
abu atau gas yang tidak terbakar sempurna), yang masih menghasilkan CO
selain CO2.

Handout MKE-1, Adi Setiawan 13


16/03/2017

Handout MKE-1, Adi Setiawan 14


16/03/2017

Handout MKE-1, Adi Setiawan 15


16/03/2017

Handout MKE-1, Adi Setiawan 16

Anda mungkin juga menyukai