Table of Contents
DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar Belakang...............................................................................................2
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
BAB III.................................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
BAB IV.................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada
anak-anak di bawah usia 5 tahun dan hampir selalu terjadi di rumah. Bagian
terbesar dari kasus ini adalah menelan racun. Untungnya kasus ini sudah menurun
dengan adanya kemasan produk yang baik dan banyaknya pusat-pusat pengendali
keracuna (National Safety Council, 2006)).
2
sering terjadi ketika anak ditinggal seorang diri dan apabila bahan beracun lupa
disimpan dengan benar.
B. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi keracunan
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap kedalam kulit
(misalnya, dari tanaman) atau tersuntikkan (misalnya dari serangan serangga) bisa
menyebabkan penyakit, kerusakan dan kadang-kadang kematian.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering terjadi pada
anak-anak dibawah usia 5 tahun. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan
racun.
4
Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia
B. Etiologi keracunan
C. Patofisiologi Keracunan
5
terhadap tubuh. Mual dan muntah terjadi disebabkan karena adanya iritasi pada
lambung sehingga asam lambung meningkat. Makanan yang mengandung bahan
kimia beracun (IFO) dapat menghambat atau menginaktivasi enzim tubuh yaitu
kolinesterase (KhE). Dalam keadaan normal, KhE ini bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (Akh) dengan jalan mengikat Akh-KhE yang bersifat
inaktivasi. Bila konsentrasi racun lebih tinggi dengan ikatan IFO-KhE lebih
banyak terjadi, maka akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat-tempat
tertentu, sehingga timbul gejala-gejala rangsangan Akh yang berlebihan dan pada
akhirnya akan menimbulkan efek muskarinik, nikotinik, dan SSP (menimbulkan
stimulasi dan kemudian depresi SSP).
D. Pemeriksaan penunjang .
6
normal meskipun ada defisiensi oksihemoelobin yang nyata dalam
darah.
3) Uji Fungsi Ginjal : Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik;
dalam kasus lain, gagal ginjal merupakan akibat syok, koagulasi
intravaskular yang menyebar (disseminated irrtravascular coagulation,
DTC), atau mioglohinuria. Tingkat kadar nitrogen urea darah dan
kreatinin harus diukur dan dilakukan urinalisis.
4) Osmolalitas Serum : Perhitungan osmolalitas serum terutama
bergantung pada natrium serum, glukosa serum serta nitrogen urea
darah.
5) Elektrokardiogram : Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar
dari 0,1 detik adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan
kuinidin.
6) CT-Scan : fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa
tablet, khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto
toraks dapat menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia
hidrokarbon, atau edema paru. Bila dicurigai adanya trauma kapitis,
dianjurkan untuk pemeriksaan CT-scan.
E. Penatalaksanaan
1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu dan
norit.
Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4
jam) dengan cara dimuntahkan dan bilas lambung.
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
Pakaian yang terkena racun dilepas.
Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
Hati-hati : penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
7
Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang
segar.
Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun
yang terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut
arteri bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit
selama 1 menit.
Beri epinefrin 1/1000 dosis : 0,3-0,4 mg subkutan/im.
Beri kompres dingin di tempat suntikan.
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Diuretic : lasix, manitol
Dialisa
Transfusi exchange
3. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala
Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP.
Gangguan sistem susunan saraf pusat:
Kejang : beri diazepam atau fenobarbital
Odem otak : beri manitol atau dexametason.
F. Komplikasi
1. Henti nafas
2. Henti jantung
3. Korosi esophagus/trakea jika substansi penyebabnya teringesti
4. Syok, sindrom gawat pernafasan akut
5. Edema serebral, konvulsi.
G. Asuhan kebidanan pada anak
1. Pengkajian
a. Pengkajian riwayat yang terperinci (agen yang tertelan, dosis,
waktu kejadian, masalah anak yang mendasari, usia dan berat
badan anak, tanda dan gejala yang ditimbulkan, pertolongan
pertama yang telah diberikan).
8
b. Pengkajian lengkap semua system.
c. Setelah anak stabil/selama kunjungan anak sehat sekitar usia 6
bulan, kaji data keadaan rumah anak.
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi Ansietas
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Ansietas b/d pemajanan toksik
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi tabung secara eksplisit tidak terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadits,
sehingga dalam mengantisipasi masalah tersebut, syari’ah islam memberikan
kriteria, baik kehalalan atau keharamannya sebagai berikut:
B. Saran
Sebagai manusia sudah sepatutnya harus mengetahui tentang konsep diri dan
menyadari akan kelebihan dan kekurangan diri sendiri sehingga dalam kehidupan
bermasyarakat tidak terjadi kesalah pahaman antara individu yang satu dengan
individu yang lain.
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawtan Klinis Kozier &
Erb. Jakarta:EGC Cecily, Lynn Betz. 2009.
Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:EGC Hidayat, Alimul Aziz.
2008.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2 cetakan 3 jilid 2. Jakarta : Salemba
Medika. Kisanti, Annia. 2012.
Panduan Lengkap Pertolongan Pertama pada Darurat Klinis. Yogyakarta :
Araska. Katzung, BG. 2004.
Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salwmba Medika. National
Safety Council. 2006.
Pertolongna Pertama dan RJP pada Anak. Jakarta:Arcan. Pudjiadi, Solihin.
2000.
Ilmu Gizi Klinis pada Anak Ed.4. Jakarta. Gaya Baru. Sartono. 2002.
Racun dan Keracunan cetakan 1. Jakarta : Widya Medika. Smeltzer,
Suzanne. 2002.
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah volume 3 . Jakarta : EGC. Wong,
Donna L. 2008.
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong . Jakarta:EGC.
11