Anda di halaman 1dari 11

Case Study 1

SKENARIO 1

Seorang pasien perempuan berusia 18 tahun datang ke RSGM Unsoed


dengan keluhan gusi belakang kanan atas yang terasa sakit dan sering berdarah
terutama kertika menggosok gigi. Keluhan tersebut sudah dirasakan sejak lama
oleh pasien. Berdasarkan pemeriksaan intra oral terlihat gingiva berwarna
kemerahan, unstipling, interdental papila membulat pada gigi 15, 16 dan 17, BOP
(+), PD gigi 15 adalah 4mm, PD gigi 16 adalah 6 mm (pada sisi mesiobukal), PD
gigi 17 adalah 5 mm (pada sisi distobukal). Hasil plak indeks O’leary adalah 18%,
OHI = 2. Terlihat pada sisi bukal gigi 16 mengalami resesi gingiva ke arah apikal
sebesar 2mm. Berdasarkan pemeriksaan radiografis terlihat alveolar crest gigi
15,16,17 mengalami resorbsi vertikal. Riwayat penyakit sistemik disangkal oleh
pasien.

1. Pemeriksaan Subjektif
a. Identitas Pasien
1) Usia : 18 tahun
2) Jenis kelamin : perempuan
b. Anamnesa
1) Chief complain : gusi belakang kanan atas yang terasa sakit dan
sering berdarah terutama kertika menggosok gigi.
2) Present illness : pasien sudah mengalami sakit sejak lama
3) Past medical history : pasien tidak memiliki riwayat enyakit sistemik
4) Past dental history : tidak ada keterangan
5) Family history : tidak ada keterangan
6) Social history : tidak ada keterangan
2. Pemeriksaan Objektif
a. Keadaan umum pasien : compos mentis
b. Vital sign : tidak ada keterangan
c. Pemeriksaan ekstraoral : tidak ada keterangan
d. Pemeriksaan intraoral :
- gingiva berwarna kemerahan, unstipling, interdental papila membulat pada
gigi 15, 16 dan 17.
- BOP (+). PD gigi 15 adalah 4mm, PD gigi 16 adalah 6 mm (pada sisi
mesiobukal), PD gigi 17 adalah 5 mm (pada sisi distobukal
- Hasil plak indeks O’leary adalah 18%, OHI = 2.
- pada sisi bukal gigi 16 mengalami resesi gingiva ke arah apikal sebesar
2mm
e. Pemeriksaan radiografi: alveolar crest gigi 15,16,17 mengalami resorbsi
vertikal
3. Diagnosis
Pasien didiagnosa mengalami Generalized Agressive Periodontitis.
4. Definisi diagnosa kasus

suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang disebabkan oleh
mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada ligamen periodontal
dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis
agresif berbeda dari periodontitis kronis pada kecepatan perkembangan penyakitnya yang
sebaliknya terlihat pada individu yang sehat, tidak adanya akumulasi besar plak dan kalkulus, dan
riwayat periodontitis agresif pada keluarga

5. Etiologi dan Pembahasan tentang penentuan diagnosis


Karakteristik secara klinis pasien dengan gingivitis agresif :
 Pasien sehat secara klinis
 Attachment loss yang cepat dan destruksi tulang
 Besarnya deposit mikrobial inkonsisten/tidak sesuai dengan keparahan
penyakit
 Agregasi keluarga pada individu yang menderita
Karakteristik berikut umum tetapi tidak bersifat universal :
 Daerah yang terkena terinfeksi oleh Actinobacillus actinomycetemcomitans
 Abnormalitas fungsi fagosit
 Makrofag hiperresponsif, peningkatan produksi PGE2 dan IL-1β

Lebih jauh, periodontitis agresif dapat diklasifikasikan menjadi localized


dan generalized berdasarkan penampakan umumnya dan penampakan spesifik
sebagai berikut :
 Localized :
- Onset penyakit terjadi pada saat usia pubertas
- Localized pada molar pertama atau insisivus dengan proximal
attachment loss pada setidaknya dua gigi permanen yang salah satunya
adalah molar pertama
- Respon serum antibodi yang kuat pada agen penginfeksi
 Generalized :
- Biasanya pada individu berusia dibawah 30 tahun (namun dapat juga
lebih dari 30 tahun)
- Proximal attachment loss tergeneralisir setidaknya pada tiga gigi selain
molar pertama dan insisivus
- Destruksi periodontal episodik
- Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi

SKENARIO 2

Seorang pasien laki-laki berusia 45 tahun datang ke klinik saudara


mengeluhkan ada beberapa gigi yang goyah sehingga pasien merasa kurang
nyaman ketika digunakan untuk mengunyah. Berdasarkan pemeriksaan intraoral
terdapat kalkulus supragingiva dan sub gingiva pada hampir semua regio. Terlihat
gigi anterior rahang bawah berjejal sedang, gingiva berwarna kemerahan pada
hampir semua regio, terutama regio posterior kiri atas dan bawah, papila
interdental membulat, margin gingiva membulat, unstipling, BOP (+), PD gigi 24
= 4mm, gigi 25 = 5 mm, gigi 26 = 6 mm, gigi 27 = 5 mm, 37 = 6 mm. 36 = 6 mm,
35 = 5 mm, 34 = 5mm, 32 = 5mm, 31 = 5mm, 42 = 5mm, 41 = 6mm. Terdapat
luksasi derajat 2 pada gigi 36 dan gigi 41. Resesi margin gingiva kearah apikal
pada gigi 41 sebesar 3mm dan gigi 42 sebesar 2mm. Berdasarkan pemeriksaan
OPG terlihat alveolar crest gigi 24,25,26,27,37,36,35,32,31,41,42 mengalami
resorbsi horizontal. Gigi pasien terlihat lengkap kecuali M3. Riwayat penyakit
sistemik disangkal oleh pasien. Pasien mengaku sering merokok setiap hari.

1. Pemeriksaan Subjektif
c. Identitas Pasien
3) Usia : 45 tahun
4) Jenis kelamin : laki-laki
d. Anamnesa
7) Chief complain : gigi goyang .
8) Present illness : pasien merasa kurang nyaman ketika digunakan untuk
mengunyah
9) Past medical history : pasien tidak memiliki riwayat enyakit sistemik
10) Past dental history : tidak ada keterangan
11) Family history : tidak ada keterangan
12) Social history : merokok setiap hari
2. Pemeriksaan Objektif
f. Keadaan umum pasien : compos mentis
g. Vital sign : tidak ada keterangan
h. Pemeriksaan ekstraoral : tidak ada keterangan
i. Pemeriksaan intraoral :
- kalkulus supragingiva dan sub gingiva pada hampir semua regio
- Terlihat gigi anterior rahang bawah berjejal sedang
- gingiva berwarna kemerahan pada hampir semua regio, terutama regio
posterior kiri atas dan bawah
- papila interdental membulat, margin gingiva membulat, unstipling.
- BOP (+), PD gigi 24 = 4mm, gigi 25 = 5 mm, gigi 26 = 6 mm, gigi 27 = 5
mm, 37 = 6 mm. 36 = 6 mm, 35 = 5 mm, 34 = 5mm, 32 = 5mm, 31 =
5mm, 42 = 5mm, 41 = 6mm.
- Terdapat luksasi derajat 2 pada gigi 36 dan gigi 41. Resesi margin gingiva
kearah apikal pada gigi 41 sebesar 3mm dan gigi 42 sebesar 2mm
j. Pemeriksaan radiografi: alveolar crest gigi 24,25,26,27,37,36,35,32,31,41,42
mengalami resorbsi horizontal. Gigi pasien terlihat lengkap kecuali M3
3. Diagnosis
a. Generalisata Periodontal kronis et regio rahang atas kiri
b. Generalisata periodontal kronis et region rahang bawah kiri
c. Lokalisata periodontal kronis et region rahang bawah kanan
4. Definisi diagnosa kasus
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif
pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau
keduanya
5. Etiologi dan Pembahasan tentang penentuan diagnosis

Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi


yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan
progresif pada ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan
poket, resesi atau keduanya.”
 Hal ini disebabkan oleh bakteri plak, periodontal inflammation
(pembengkakan gingiva, BOP).
 Ditandai dengan adanya rasa sakit, berdarah saat melakukan procedure OHI
dan makan.
Karakteristik berikut ditemukan pada pasien dengan periodontitis kronis
 Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada anak-anak
 Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
 Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
 Ditemukan kalkulus subgingiva
 Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan kemungkinan
periode perkembangan yang cepat
 Dapat dimodifikasi atau berhubungan dengan : penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus dan infeksi HIV faktor lingkungan seperti merokok dan
stress emosional.
- peridontitis kronis dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized
dan generalized dan dibagi menjadi ringan, sedang atau berat
berdasarkan penampakannya, sebagai berikut:
 Localized : < 30% daerah yang terlibat
 Generalized : > 30% daerah yang terlibat
 Ringan : clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm 
Sedang : clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm
 Berat : clinical attachment loss (CAL) ≥ 5 mm
Sedangkan tanda klinis dari periodontitis kronis adalah
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status
kebersihan mulut; bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi
pendarahan waktu penyikatan atau bahkan pendarahan spontan.
2. Poket Secara teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket
sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari
epithelium krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi sangat sering
mengenai individu usia muda sehingga poket sedalam 3-4 mm dapat
seluruhnya merupakan poket gingiva atau poket ‘palsu’. Poket sedalam
4 mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal
3. Resesi gingiva Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai
periodontitis kronis tetapi tidak selalu merupakan tanda dari penyakit.
Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan
cerminan sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
4. Mobilitas gigi Derajat mobilitas gigi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
 Grade 1. Hanya dirasakan
 Grade 2 mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm
 Grade 3 pergeseran labiolingual lebih 1 mm, mobilitas dari gigi ke
atas dan ke bawah pada arah aksial
5. Migrasi gigi Gerakan gigi (atau gigi-geligi) keluar dari posisi
sebenarnya di dalam lengkung rahang merupakan tanda umum dari
penyakit periodontal dan salah satu penyebab yang membuat pasien
cemas. Posisi gigi pada keadaan sehat dapat dipertahankan oleh
keseimbangan lidah, bibir dan tekanan oklusal. Bila jaringan penopang
rusak, tekanan ini menentukan pola migrasi gigi.
6. Nyeri Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah
absennya nyeri dan sakit kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh
inflamasi. Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya
inflamasi aktif dari jaringan penopang, yang paling akut bila ada
pembentukan abses dimana gigi sangat sensitif terhadap sentuhan.
7. Kerusakan tulang alveolar Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan
ligamen periodontal adalah tanda paling penting dari periodontitis
kronis dan merupakan salah satu penyebab lepasnya gigi. Tanda
radiografi yang pertama dari kerusakan periodontal adalah hilangnya
densitas tepi alveolar
8. Halitosis dan rasa tidak enak Rasa dan bau yang mengganggu sering
menyertai penyakit periodontal terutama bila kebersihan mulut buruk.
Inflamasi akut, dengan produksi nanah yang keluar dari poket bila
poket ditekan juga menyebabkan halitosis

SKENARIO 3

Pasien pria 25 tahun datang ke klinik periodontologi dengan keluhan nyeri


oral hebat dan persisten, perdarahan gusi, dan bau mulut selama 2 minggu. Pasien
mengaku susah makan, tidur, dan menyikat gigi. Pasien tidak memiliki riwayat
sistemik, namun memiliki kebiasaan merokok 20 batang per hari dan
mengonsumsi alkohol. Pada pemeriksaan ekstra oral, didapatkan pembesaran pada
kelenjar submandibula dan adanya peningkatan suhu pasien. Pada pemeriksaan
intra oral didapatkan oral hygiene yang buruk, banyak plak dan kalkulus, dan bau
mulut yang kuat. Pada gingiva terbentuk celah dan terdapat membran tipis
berwarna putih, kotoran yang berwarna abu-abu dan mudah berdarah. Pada
pemeriksaan radiografi didapatkan adanya kehilangan sedikit tulang alveolar
berbentuk horizontal pada regio anterior bawah.

1. Pemeriksaan Subjektif
a. Identitas Pasien
1) Usia : 25 tahun
2) Jenis kelamin : laki-laki
b. Anamnesa
1) Chief complain : nyeri oral hebat dan persisten, perdarahan gusi, dan bau
mulut selama 2 minggu.
2) Present illness : Pasien mengaku susah makan, tidur, dan menyikat
gigi
3) Past medical history : pasien tidak memiliki riwayat enyakit sistemik
4) Past dental history : tidak ada keterangan
5) Family history : tidak ada keterangan
6) Social history : merokok 20 batang setiap hari dan mengonsumsi
alkohol
7) Pemeriksaan Objektif
a. Keadaan umum pasien : compos mentis
b. Vital sign : tidak ada keterangan
c. Pemeriksaan ekstraoral : pembesaran pada kelenjar submandibula dan
adanya peningkatan suhu pasien
d. Pemeriksaan intraoral :
- oral hygiene yang buruk, banyak plak dan kalkulus, dan bau mulut yang
kuat
- Pada gingiva terbentuk celah dan terdapat membran tipis berwarna putih,
kotoran yang berwarna abu-abu dan mudah berdarah
- gingiva berwarna kemerahan pada hampir semua regio, terutama regio
posterior kiri atas dan bawah
k. Pemeriksaan radiografi: adanya kehilangan sedikit tulang alveolar berbentuk
horizontal pada regio anterior bawah
e. Diagnosis
Necrotizing Ulcerative Periodontitis
f. Definisi diagnosa kasus
g. Etiologi dan Pembahasan tentang penentuan diagnosis

a. Merupakan penyakit setalah adanya NUG yang disebabkan ole


mikroba yang diperparah oleh gangguan respon tubuh pada bakteri
hingga periodontal loss.
b. Etiologi masih belm diketahu akan tetapi bacterial flora campuran
fusiform siproseta memiliki peran penting, poor oral
hygiene,preexisting periodontal disease, merokok, virus, malnutrisi.
c. Secara klinis ditandai dengan nekrosis dan ulserasi pada interdental
papilla dan gingival margin, sakit merah dan mudah berdarah.
d. Destruksi perlekatan periodontal dan bone loss
e. Tahap lanjut dapat mengakibatkan bone loss yang parah, mobility gigi,
dan akhirnya giginya lpas.

NUP dapat juga ditandai demam, malaise mmalodor atau limfadenopati.

SKENARIO 4

Seorang pasien pria 42 tahun datang ke klinik periodontologi dengan


keluhan peningkatan saliva dan check up rutin untuk membersihkan giginya. Pada
pemeriksaan oral didapatkan lesi berwarna merah terang, pengelupasan difus dan
eritema pada margin dan attached gingiva bagian labial regio 21,22,23 dengan
ukuran 3 cm x 2 cm. Tidak terdapat lesi pada ekstra oral. Pasien tidak menyadari
adanya lesi tersebut karena tidak merasa nyeri. Pasien mengaku seorang perokok
berat selama 2 tahun dan tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien
kemudian diterapi dengan pembersihan karang gigi dan instruksi menjaga oral
hygiene dan profilaksis. Pasien dievaluasi setelah 15 hari, terdapat perbaikan pada
jaringan periodontalnya namun tidak dengan lesinya. Lesi tetap berwarna merah
terang, tidak nyeri, dan mulai terdapat kehilangan pada stippling gingiva. Pasien
kemudian dilakukan pemeriksaan darah dan hasilnya nomal. Lesi dilakukan biopsi
dan spesimen dikirim ke lab untuk dilakukan pemeriksaan HPA dan
immunofluorescence. Pada pemeriksaan HPA didapatkan epitel squamous
stratifikatum mengalami parakeratinisasi disertai adanya celah pada subepitel.
Terdapat adanya sel-sel inflamasi di bawah jaringan epitel. Pemeriksaan
immunofluorescence terdapat IgG pada membran basal.
2. Pemeriksaan Subjektif
c. Identitas Pasien
3) Usia : 42 tahun
4) Jenis kelamin : laki-laki
d. Anamnesa
8) Chief complain : peningkatan saliva dan check up rutin untuk
membersihkan giginya.
9) Present illness : tidak ada keterangan
10) Past medical history : pasien tidak memiliki riwayat enyakit sistemik
11) Past dental history : tidak ada keterangan
12) Family history : tidak ada keterangan
13) Social history : perokok berat selama 2 tahun.
14) Pemeriksaan Objektif
f. Keadaan umum pasien : compos mentis
g. Vital sign : tidak ada keterangan
h. Pemeriksaan ekstraoral : tidak terdapat lesi
i. Pemeriksaan intraoral :
- lesi berwarna merah terang, pengelupasan difus dan eritema pada margin
dan attached gingiva bagian labial regio 21,22,23 dengan ukuran 3 cm x 2
cm
- Pasien dievaluasi setelah 15 hari, terdapat perbaikan pada jaringan
periodontalnya namun tidak dengan lesinya. Lesi tetap berwarna merah
terang, tidak nyeri, dan mulai terdapat kehilangan pada stippling gingiva
- Pemeriksaan radiografi: adanya kehilangan sedikit tulang alveolar
berbentuk horizontal pada regio anterior bawah
l. Pemeriksaan darah : normal
m. pemeriksaan HPA dan immunofluorescence : didapatkan epitel squamous
stratifikatum mengalami parakeratinisasi disertai adanya celah pada subepitel.
Terdapat adanya sel-sel inflamasi di bawah jaringan epitel. Pemeriksaan
immunofluorescence terdapat IgG pada membran basal
j. Diagnosis
Desquamasi gingiva MMP
k. Definisi diagnosa kasus
l. Etiologi dan Pembahasan tentang penentuan diagnosis

Klinis edema, eritema yang menyeluruh, ulserasi yang luas, epiel menipis.
Pembentukan bulla pd lapisan subepitelial,Inflitrasi sel inflamasi kronis pd lamina
propia, Deposisi IgG, C3 pada sepanjang membrane basalis, Pemisahan antara
epitelium & lamina propia

Anda mungkin juga menyukai