LP POSTPARTUM SC POST DATE (Revisi Cover)
LP POSTPARTUM SC POST DATE (Revisi Cover)
Disusun Oleh :
Pratikan,
( )
Mengetahui,
CI Lahan CI Akademik,
(........................................) (........................................)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan
makalah ini sesuai harapan saya dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun
tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan
minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dan
mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.
Makalah ini berjudul “Post Sc dengan Kehamilan Post date” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Sekalipun
makalah ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan
secara maksimal, dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah ini,
semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan makalah berikutnya.
Penulis
KONSEP DASAR MEDIK
2. Etiologi
Seperrti halnya bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberapa teori yang diajukan
pada umumnya menyatakan menyatakan bahwa terjadinya post term sebagai
akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan
antara lain sebagai berikut:
a. Pengaruh progesteron
Kejadian endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan snsitivitas uterus terhadap oksitosin.
Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan krena berlangsungnya
pengaruh progesteron
b. Teori oksitoksin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisisibu
hamil yang kuran pada usia kehamilan lanjut
c. Teori kortisol/ ACTH janin
Mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan
memperbesar sekesi estrogen selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya
produksi protaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan tidak munculnya
HIS
d. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion serviks dari fleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan
bagian bawah masih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm
e. Heriditer
f. Seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan makan besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan post term
g. Kurangnya air ketuban
h. Insufisiensi plasenta
(Sarwono, 2008)
4. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggi dan
kemuudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu.hal ini dibuktikan
dengan penurunan estrisol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan gawat janindengan resiko 3 kali . permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran Co2/ o2 akibat tidak timbul HIS sehingga permasakan nutrisi dan
o2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin disamping adanya spasme arteri spiralis menurun
sirkulasi darah menuju sirkulasi plasentta dapat mengakibatkan pertumbuhan
janin semakin melambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertmbah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan,
terjadi perubahan metabolisme jani, jumlah air ketuban berkurang, dan makin
kental menyebabkan perubahan abnorml jantung janin.
5. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan perolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan
penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang
cukup.
d. Dalam persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan induksi
sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang
memerlukan pertolongan segera.
Persaliann anjuran/induksi dapat dilakukan segera dengan metode
a) Persalian anjuran dengan infus pitiutrin (sintosinon) 5 unit dalam 500
cc glikosa 5%
b) Amniotomi(pemecahan ketuban)
c) Menggunakan prostaglandin
d) Pemeberian misoprostol
e) Kateter foley
B. Sectio Caesaria
1. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada
abdomen dan uterus. (Joy, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
2. Indikasi / Kontraindikasi
a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
b) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
2) Gawat Janin
3) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1) Janin Mati
2) Syok, anemia berat.
3) Kelainan congenital Berat
C. Masa Nifas
1. Definisi
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Saifuddin,
2006).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).
2. Klasifikasi
Nifas dibagi menjadi 3 periode :
a. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
d. mempunyai komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan
dan bertahun-tahun).
3. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri
setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir tinggi fundus
uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah
lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan
kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas
umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan
berat uterus 500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
tidak teraba di atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali
normal dengan berat 30 gram.
b. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama
2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca
pesalinan.
3) Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi.
Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah
lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi.
Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-
rata lochea 240 – 270 ml.
c. Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya
tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik
tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum
externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari
bentuk servik mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2
minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan
vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali
mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil
dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya
mendekati bentuk awalnya saja.
d. Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang
kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji
tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi
dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis,
kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka
episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh
dalam 2 minggu.
e. Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta
menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum
terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa
kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum
mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta
diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu.
f. Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi
mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan.
Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan.
Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan.
Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau
keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan
suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi
infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital,
karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post
partum lainnya.
g. Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam
6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit.
Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post
partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post
partum. Pada umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau
distress pernafasan pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi
penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi dyspneu. Emboli paru dapat
terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura.
h. Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau
perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya
udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema,
kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai
tanda dari tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan
untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi.
i. Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan
hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji
adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik
dan sakit kepala.
j. Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat
harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih,
distensi kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih,
frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk
merasakan penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal
hygiene. Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post
partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan kandung kemih.
Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap
3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih.
k. Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35
/menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah
hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran,
kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada
beberapa hari pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit.
Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika
terjadi konstipasi, abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan
terpalpasi.