Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.M


DENGAN POST PARTUM SC MINGGU KE 3
DI POLI KEBIDANAN RS PRATAMA YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing : Eva Nurlina A, Ns.,Sp.Kep.Kom

Disusun Oleh :

Nama : GAMA NUR CAHYO


NIM : 2720162957
Kelas : 3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Post Partum


Pada Pasien Ny. I Dengan Sectio Caesaria Post Date” di Poli Kebidanan RS
Pratama Yogyakarta, disusun untuk memenuhi tugas individu PKK Maternitas
Semester 5, yang disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Pratikan,

( )

Mengetahui,

CI Lahan CI Akademik,

(........................................) (........................................)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam menyelesaikan
makalah ini sesuai harapan saya dan sesuai waktu yang telah di tentukan, meskipun
tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Saya berharap dengan terwujudnya makalah ini dapat dijadikan bahan bacaan
minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab kami sebagai mahasiswa dan
mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.
Makalah ini berjudul “Post Sc dengan Kehamilan Post date” disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Sekalipun
makalah ini masih belum sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan
secara maksimal, dengan harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan makalah ini,
semoga mendapat penilaian yang positif dan bermanfaat adanya, kritik dan saran
dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan penulisan makalah berikutnya.

Penulis
KONSEP DASAR MEDIK

A. Kehamilan lewat bulan (Post Date)


1. Definisi
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau
42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu
didapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti rumus Naegele atau
dengan tinggi fundus uteri serial.
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terkhir
menurut Naegele dengan siklus rata-rata 28 hari.

2. Etiologi
Seperrti halnya bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberapa teori yang diajukan
pada umumnya menyatakan menyatakan bahwa terjadinya post term sebagai
akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan
antara lain sebagai berikut:
a. Pengaruh progesteron
Kejadian endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan snsitivitas uterus terhadap oksitosin.
Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan krena berlangsungnya
pengaruh progesteron
b. Teori oksitoksin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran penting
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisisibu
hamil yang kuran pada usia kehamilan lanjut
c. Teori kortisol/ ACTH janin
Mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan
memperbesar sekesi estrogen selanjutnya berpengaruh pada meningkatnya
produksi protaglandin. Kadar kortisol rendah merupakan tidak munculnya
HIS
d. Saraf uterus
Tekanan pada ganglion serviks dari fleksus frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan
bagian bawah masih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm
e. Heriditer
f. Seorang ibu mengalami kehamilan post term saat melahirkan anak
perempuan makan besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan post term
g. Kurangnya air ketuban
h. Insufisiensi plasenta
(Sarwono, 2008)

3. Tanda dan gejala


a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali per 30
menit atau secara obyektif dengan KTG kuran dari 10 kali per 30 menit
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
1) Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
2) Stadium II, seperti stadium I pewarna mekonium (kehijauan) di kulit
3) Stadium III, seperti stadium I disertai warna kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat

4. Patofisiologi
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggi dan
kemuudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu.hal ini dibuktikan
dengan penurunan estrisol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan gawat janindengan resiko 3 kali . permasalahan
kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan
pertukaran Co2/ o2 akibat tidak timbul HIS sehingga permasakan nutrisi dan
o2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin disamping adanya spasme arteri spiralis menurun
sirkulasi darah menuju sirkulasi plasentta dapat mengakibatkan pertumbuhan
janin semakin melambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertmbah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan,
terjadi perubahan metabolisme jani, jumlah air ketuban berkurang, dan makin
kental menyebabkan perubahan abnorml jantung janin.

5. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan perolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan
penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang
cukup.
d. Dalam persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan induksi
sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang
memerlukan pertolongan segera.
Persaliann anjuran/induksi dapat dilakukan segera dengan metode
a) Persalian anjuran dengan infus pitiutrin (sintosinon) 5 unit dalam 500
cc glikosa 5%
b) Amniotomi(pemecahan ketuban)
c) Menggunakan prostaglandin
d) Pemeberian misoprostol
e) Kateter foley
B. Sectio Caesaria
1. Definisi
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada
abdomen dan uterus. (Joy, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

2. Indikasi / Kontraindikasi
a. Indikasi Ibu
1) Panggul sempit absolute
2) Placenta previa
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
b) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
2) Gawat Janin
3) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1) Janin Mati
2) Syok, anemia berat.
3) Kelainan congenital Berat

C. Masa Nifas
1. Definisi
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Saifuddin,
2006).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

2. Klasifikasi
Nifas dibagi menjadi 3 periode :
a. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan
b. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
d. mempunyai komplikasi (bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan
dan bertahun-tahun).
3. Perubahan fisiologis masa nifas
a. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri
setinggi pusat dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir tinggi fundus
uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah
lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut dan
kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas
umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan
berat uterus 500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
tidak teraba di atas simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu
setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus
50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri kembali
normal dengan berat 30 gram.
b. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama
2 hari pasca persalinan.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca
pesalinan.
3) Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi.
Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
4) Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah
lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi.
Lochea Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-
rata lochea 240 – 270 ml.
c. Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya
tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik
tidak dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum
externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari
bentuk servik mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2
minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan
vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali
mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil
dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya tidak akan sama persis hanya
mendekati bentuk awalnya saja.
d. Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang
kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji
tingkat kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi
dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis,
kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka
episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh
dalam 2 minggu.
e. Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta
menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum
terdapat perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa
kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum
mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran plasenta
diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu.

f. Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi
mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan.
Tekanan darah terus selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan.
Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan.
Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan distol 15 mmHg atau
keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan
suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi
infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital,
karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post
partum lainnya.
g. Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam
6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit.
Keseimbangan asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post
partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post
partum. Pada umumnya tidak ada tanda-tanda infeksi pernafasan atau
distress pernafasan pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi
penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi dyspneu. Emboli paru dapat
terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura.
h. Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau
perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya
udema dan varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema,
kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai
tanda dari tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan
untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi.
i. Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan
hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji
adanya peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik
dan sakit kepala.
j. Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post partum secara akurat
harus meliputi riwayat : kebiasaan berkemih, infeksi saluran kemih,
distensi kandung kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih,
frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias. Kemampuan untuk
merasakan penuhnya kandung kemih dan pengetahuan tentang personal
hygiene. Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post
partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan kandung kemih.
Dalam waktu 48 jam kemudian ibu post partum akan sering berkemih tiap
3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi kandung kemih.
k. Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35
/menit. Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah
hal yang biasa terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran,
kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada
beberapa hari pertama post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit.
Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan makannya. Jika
terjadi konstipasi, abdomen akan mengalami distensi, maka feses akan
terpalpasi.

4. Perubahan psikologis masa nifas


a. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu
cenderung pasif, ibu cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung
sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak nyaman pada perineal, nyeri setelah
melahirkan.
b. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah
suka membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang
kuat pada bayinya pada hari 4 – 7 hari post partum.
c. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini
perlu menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

5. Data focus masa nifas


a. Identitas pasien (Nama, alamat dan usia pasien dan suami pasien,
Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien, Agama, suku bangsa
pasien dan suami pasien.
b. Anamnesa obstetri (Kehamilan yang ke, Hari pertama haid terakhir-HPHT
(last menstrual periode-LMP)
c. Riwayat obstetri:
1) Usia kehamilan: (abortus, preterm, aterm, postterm).
2) Proses persalinan (spontan, tindakan, penolong persalinan).
3) Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
4) Keadaan bayi (jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini).
d. Pada primigravida :
1) Lama kawin, pernikahan yang ke
2) Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung berapa Tahun.
3) Anamnesa tambahan: Anamnesa mengenai keluhan utama yang
dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan
(kebiasaan buang air kecil / buang air besar, kebiasaan merokok, hewan
piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan.
e. Pemeriksaan fisik umum
1) Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva,
ikterus, kesadaran, komunikasi personal.
2) Tinggi dan berat badan.
3) Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4) Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
f. Pemeriksaan khusus obstetric

6. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
f. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan;
perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
g. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
h. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang
cara merawat bayi.
i. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan
7. Perencanaan keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
Nyeri akut b/d agen NOC : Pain Management
injuri fisik (peregangan Pain Level, 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tingkat pengalaman
perineum; luka Pain control, secara komprehensif termasuk nyeri klien dan tindakan
episiotomi; involusi Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, keperawatan yang akan dilakukan
uteri; hemoroid; Setelah dilakukan askep selama frekuensi, kualitas dan faktor untuk mengurangi nyeri
pembengkakan x 24 jam, diharapkan nyeri presipitasi (PQRST)Observasi 2. Reaksi terhadap nyeri biasanya
payudara). berkurang reaksi nonverbal dari ditunjukkan dengan reaksi non
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan verbal tanpa disengaja.
Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Gunakan teknik komunikasi 3. Mengetahui pengalaman nyeri
penyebab nyeri, mampu terapeutik untuk mengetahui 4. Penanganan nyeri tidak selamanya
menggunakan tehnik pengalaman nyeri pasien diberikan obat. Nafas dalam dapat
nonfarmakologi untuk 3. Ajarkan tentang teknik non membantu mengurangi tingkat
mengurangi nyeri, mencari farmakologi nyeri
bantuan) 4. Evaluasi keefektifan kontrol 5. Mengetahui keefektifan control
Melaporkan bahwa nyeri nyeri nyeri
berkurang dengan menggunakan 5. Motivasi untuk meningkatkan 6. Mengurangi rasa nyeri Menentukan
manajemen nyeri asupan nutrisi yang bergizi. intervensi keperawatan sesuai skala
Mampu mengenali nyeri (skala, 6. Tingkatkan istirahat nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda 7. Latih mobilisasi miring kanan 7. Mengidentifikasi penyimpangan
nyeri) miring kiri jika kondisi klien dan kemajuan berdasarkan involusi
Menyatakan rasa nyaman setelah mulai membaik uteri
nyeri berkurang 8. Anjurkan pasien untuk 8. Mengurangi ketegangan pada luka
Tanda vital dalam rentang membasahi perineum dengan perineum.
normal air hangat sebelum berkemih. 9. Melatih ibu mengurangi bendungan
TD : 120-140 /80 – 90 mmHg 9. Anjurkan dan latih pasien cara ASI dan memperlancar pengeluaran
RR : 16 – 24 x/mnt merawat payudara secara ASI.
N : 80- 100 x mnt teratur. 10. Mencegah infeksi dan kontrol nyeri
S : 36,5o C – 37,5 o C pada luka perineum.
10. Jelaskan pada ibu tetang teknik 11. Mengurangi intensitas nyeri denagn
merawat luka perineum dan menekan rangsnag nyeri pada
mengganti PAD secara teratur nosiseptor.
setiap 3 kali sehari atau setiap
kali lochea keluar banyak.
11. Kolaborasi dokter tentang
pemberian analgesik
Resiko defisit volume Fluid balance Fluid management 1. Mengidentifikasi penyimpangan
cairan b/d pengeluaran Hydration 1. Observasi Tanda-tanda vital indikasi kemajuan atau
yang berlebihan; Setelah dilakukan askep selama setiap 4 jam. penyimpangan dari hasil yang
perdarahan; diuresis; …x 24 jam, Pasien dapat 2. Observasi Warna urin diharapkan.
keringat berlebihan. mendemostrasikan status cairan 3. Pertahankan catatan intake dan 2. Memenuhi kebutuhan cairan
membaik. output yang akurat tubuh klien
Kriteria evaluasi: tak ada 4. Monitor status hidrasi 3. Menjaga status balance cairan
manifestasi dehidrasi, resolusi (kelembaban membran mukosa, klien
oedema, haluaran urine di atas nadi adekuat, tekanan darah 4. Memenuhi kebutuhan cairan
30 ml/jam, kulit kenyal/turgor ortostatik), jika diperlukan. tubuh klien
kulit baik. 5. Monitor masukan makanan / 5. Memenuhi kebutuhan cairan
cairan dan hitung intake kalori tubuh klien
harian 6. Temuan-temuan ini menandakan
6. Lakukan terapi IV hipovolemia dan perlunya
7. Berikan cairan peningkatan cairan.
8. Dorong masukan oral 7. Mencegah pasien jatuh ke dalam
9. Beritahu dokter bila: haluaran kondisi kelebihan cairan yang
urine < 30 ml/jam, haus, beresiko terjadinya oedem paru.
takikardia, gelisah, TD di 8. Mengidentifikasi keseimbangan
bawah rentang normal, urine cairan pasien secara adekuat dan
gelap atau encer gelap. teratur.
10. Konsultasi dokter bila
manifestasi kelebihan cairan
terjadi.
11. Pantau: cairan masuk dan
cairan keluar setiap 8 jam.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep selama a. Kaji haluaran urine, keluhan a. Mengidentifikasi penyimpangan
eleminasi BAK (disuria) …x 24 jam, Pola eleminasi serta keteraturan pola dalam pola berkemih pasien.
b/d trauma perineum (BAK) pasien teratur. berkemih. b. Ambulasi dini memberikan
dan saluran kemih. Kriteria hasil: eleminasi BAK b. Anjurkan pasien melakukan rangsangan untuk pengeluaran
lancar, disuria tidak ada, bladder ambulasi dini. urine dan pengosongan bladder.
kosong, keluhan kencing tidak c. Anjurkan pasien untuk c. Membasahi bladder dengan air
ada. membasahi perineum dengan hangat dapat mengurangi
air hangat sebelum berkemih. ketegangan akibat adanya luka
d. Anjurkan pasien untuk berkemih pada bladder.
secara teratur. d. Menerapkan pola berkemih secara
e. Anjurkan pasien untuk minum teratur akan melatih pengosongan
2500-3000 ml/24 jam. bladder secara teratur.
f. Kolaborasi untuk melakukan e. Minum banyak mempercepat
kateterisasi bila pasien filtrasi pada glomerolus dan
kesulitan berkemih. mempercepat pengeluaran urine.
f. Kateterisasi memabnatu
pengeluaran urine untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan askep selama a. Kaji pola BAB, kesulitan a. Mengidentifikasi penyimpangan
eleminasi BAB …x 24 jam, Pola eleminasi BAB, warna, bau, serta kemajuan dalam pola
(konstipasi) b/d (BAB) teratur. konsistensi dan jumlah. eleminasi (BAB).
kurangnya mobilisasi; Kriteria hasil: pola eleminasi b. Anjurkan ambulasi dini. b. Ambulasi dini merangsang
diet yang tidak teratur, feses lunak dan warna c. Anjurkan pasien untuk pengosongan rektum secara lebih
seimbang; trauma khas feses, bau khas feses, tidak minum banyak 2500-3000 cepat.
persalinan. ada kesulitan BAB, tidak ada ml/24 jam. c. Cairan dalam jumlah cukup
feses bercampur darah dan d. Kaji bising usus setiap 8 mencegah terjadinya penyerapan
lendir, konstipasi tidak ada. jam. cairan dalam rektum yang dapat
e. Pantau berat badan setiap menyebabkan feses menjadi
hari. keras.
f. Anjurkan pasien makan d. Bising usus mengidentifikasikan
banyak serat seperti buah- pencernaan dalam kondisi baik.
buahan dan sayur-sayuran e. Mengidentifiakis adanya
hijau. penurunan BB secara dini.
f. Meningkatkan pengosongan feses
dalam rektum
Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan askep selama a. Kaji toleransi pasien terhadap a. Parameter menunjukkan respon
ADL b/d immobilisasi; x 24 jam, ADL dan kebutuhan aktifitas menggunakan parameter fisiologis pasien terhadap stres
kelemahan. beraktifitas pasien terpenuhi berikut: nadi 20/mnt di atas frek aktifitas dan indikator derajat
secara adekuat. nadi istirahat, catat peningaktan penagruh kelebihan kerja jantung.
Kriteria hasil: TD, dispnea, nyeri dada, b. Menurunkan kerja
- Menunjukkan peningkatan kelelahan berat, kelemahan, miokard/komsumsi oksigen ,
dalam beraktifitas. berkeringat, pusing atau pinsan. menurunkan resiko komplikasi.
- Kelemahan dan kelelahan b. Tingkatkan istirahat, batasi c. Stabilitas fisiologis pada istirahat
berkurang. aktifitas pada dasar nyeri/respon penting untuk menunjukkan
- Kebutuhan ADL terpenuhi hemodinamik, berikan aktifitas tingkat aktifitas individu.
secara mandiri atau dengan senggang yang tidak berat. d. Komsumsi oksigen miokardia
bantuan. c. Kaji kesiapan untuk selama berbagai aktifitas dapat
- frekuensi jantung/irama dan Td meningkatkan aktifitas contoh: meningkatkan jumlah oksigen
dalam batas normal. penurunan kelemahan/kelelahan, yang ada. Kemajuan aktifitas
- kulit hangat, merah muda dan TD stabil/frek nadi, peningaktan bertahap mencegah peningkatan
kering perhatian pada aktifitas dan tiba-tiba pada kerja jantung.
perawatan diri. e. Teknik penghematan energi
d. Dorong memajukan menurunkan penggunaan energi
aktifitas/toleransi perawatan diri. dan membantu keseimbangan
e. Anjurkan keluarga untuk suplai dan kebutuhan oksigen.
membantu pemenuhan kebutuhan f. Aktifitas yang maju memberikan
ADL pasien. kontrol jantung, meningaktkan
f. Jelaskan pola peningkatan regangan dan mencegah aktifitas
bertahap dari aktifitas, contoh: berlebihan.
posisi duduk ditempat tidur bila
tidak pusing dan tidak ada nyeri,
bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.
Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan askep selama a. Pantau: vital sign, tanda infeksi. a. Mengidentifikasi penyimpangan
trauma jalan lahir. x 24 jam, Infeksi tidak terjadi. b. Kaji pengeluaran lochea, warna, dan kemajuan sesuai intervensi
Kriteria hasil: tanda infeksi tidak bau dan jumlah. yang dilakukan.
ada, luka episiotomi kering dan c. Kaji luka perineum, keadaan b. Mengidentifikasi kelainan
bersih, takut berkemih dan BAB jahitan pengeluaran lochea secara dini.
tidak ada. d. Anjurkan pasien membasuh c. Keadaan luka perineum
vulva setiap habis berkemih berdekatan dengan daerah basah
dengan cara yang benar dan mengakibatkan kecenderunagn
mengganti PAD setiap 3 kali luka untuk selalu kotor dan mudah
perhari atau setiap kali terkena infeksi.
pengeluaran lochea banyak. d. Mencegah infeksi secara dini.
e. Pertahnakan teknik septik e. Mencegah kontaminasi silang
aseptik dalam merawat pasien terhadap infeksi.
(merawat luka perineum,
merawat payudara, merawat
bayi).
Resiko gangguan proses Setelah dilakukan askep selama a. Beri kesempatan ibu untuk a. Meningkatkan kemandirian ibu
parenting b/d kurangnya …x 24 jam, Gangguan proses melakuakn perawatan bayi secara dalam perawatan bayi.
pengetahuan tentang parenting tidak ada. mandiri. b. Keterlibatan bapak/suami dalam
cara merawat bayi. Kriteria hasil: ibu dapat merawat b. Libatkan suami dalam perawatan perawatan bayi akan membantu
bayi secara mandiri bayi. meningkatkan keterikatan batih
(memandikan, menyusui). c. Latih ibu untuk perawatan ibu dengan bayi.
payudara secara mandiri dan c. Perawatan payudara secara teratur
teratur. akan mempertahankan produksi
d. Motivasi ibu untuk meningkatkan ASI secara kontinyu sehingga
intake cairan dan diet TKTP. kebutuhan bayi akan ASI
tercukupi.
d. Mneingkatkan produksi ASI.
e. Lakukan rawat gabung sesegera e. Meningkatkan hubungan ibu dan
mungkin bila tidak terdapat bayi sedini mungkin.
komplikasi pada ibu atau bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi


Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia: Mocomedia
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:
EGC
Doengoes, Marillyn, E. 2000. Rencana Perawatan Maternal dan Bayi. Alih Bahasa
: Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Farrer, H. 2009. Perawatan Maternitas, Edisi II. Jakarta: EGC.
Hamilton, PM. 2003. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Gant, M. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2000. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Handayani dan Lubis. 2013. Konsep Dasar sistem Reproduksi. Yogyakarta:
Samodra Ilmu
Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: EGC
Long, BC. 2006. Perawatan Medikal Bedah, Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK Padjdjaran.
Mansjoer, A. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III. Jakarta: Media
Aescilapius.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia, Edisi Kelima. Indonesia: Mocomedia
Nanda International. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi.
2012-2014. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT bina pustaka
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: YBP –SP

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Retensi Urin
    LP Retensi Urin
    Dokumen9 halaman
    LP Retensi Urin
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • KPD Revisi
    KPD Revisi
    Dokumen21 halaman
    KPD Revisi
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • LP Ppok-1
    LP Ppok-1
    Dokumen27 halaman
    LP Ppok-1
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pda
    Makalah Pda
    Dokumen12 halaman
    Makalah Pda
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pda
    Makalah Pda
    Dokumen12 halaman
    Makalah Pda
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Sap, Leaflet, Lembar Balik Rom Pasif
    Sap, Leaflet, Lembar Balik Rom Pasif
    Dokumen21 halaman
    Sap, Leaflet, Lembar Balik Rom Pasif
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • LP Gemelli
    LP Gemelli
    Dokumen25 halaman
    LP Gemelli
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Konsep SAP
    Konsep SAP
    Dokumen9 halaman
    Konsep SAP
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • DBD
    DBD
    Dokumen28 halaman
    DBD
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi - TBC
    Farmakologi - TBC
    Dokumen19 halaman
    Farmakologi - TBC
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat
  • Tonsilektomi
    Tonsilektomi
    Dokumen12 halaman
    Tonsilektomi
    Rizki Pratiwi Wulandari
    100% (1)
  • LP Abses Pediss
    LP Abses Pediss
    Dokumen12 halaman
    LP Abses Pediss
    Rizki Pratiwi Wulandari
    Belum ada peringkat